Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...

i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………1
1.3 Tujuan …………………………………………………….................................1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...2
2.1 Definisi biaya Taksiran…….……………………………....................................2
2.2 Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksir…………….........................................2
2.3 Penentuan Biaya Taksiran………………………………………………………4
A. Taksiran Biaya Bahan Baku……………………………………………………..4
B. Taksiran Biaya Tenaga Kerja……………………………………………………4
C. Taksiran Biaya Overhead Pabrik………………………………………………...5
2.4 Prosedur Akuntansi Dalam Sistem Biaya Taksiran…………………………….8
2.5 Prosedur Studi Kasus Mengenai Sistem Biaya………………………………..16
2.6 Perlakuan Selisih Sistem Biaya Taksiran……………………………………...17
2.7 Penyelesaian Studi Kasus Mengenai System Biaya Taksiran…………………21
BAB III PENUTUP……………………………………………………………….24
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………24
3.2 Saran…………………………………………………………………………..24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………25
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur sudah sepantasnya kita panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi yang hingga
saat ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada kita semua untuk menikmati
segala karunia-Nya, dan hanya dengan qudrat dan iradat-Nyalah menyelesaikan Makalah
Akuntansi Biaya ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk lebih
memahami tentang Akuntansi Biaya, khususnya di dalam "Prosedur makuntansi dalam sistem
biaya taksiran"
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Biaya. Semoga
dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman diri
penyusun tentang mata kuliah ini. Demi kesempurnaannya, penyusun selalu mengharapkan
adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.
Harapan penyusun semoga makalah ini dimengerti serta bisa bermanfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem biaya taksiran merupakan bagian dari pembelajaran cabang akuntansi. Aplikasi dan
perhitungan dalam sistem biaya taksiran akan digunakan sebagai dasar untuk mencatat harga
pokok atau biaya kedalam rekening buku besar, selain itu sistem biaya taksiran juga untuk
biaya yang diperlukan yang benar-benar jadi, dan juga untuk menguji selisih biaya yang
timbul taksiran dengan biaya yang nyata. Karenanya, biaya taksiran dapat dijadikan sebagai
jawaban dalam pengambilan keputusan oleh manajemen.
Manajemen seringkali memerlukan data biaya, baik mengenai sifat maupun jumlahnya,
sebelum produksi dilakukan atau sebelum kontrak penjualan disetujui. Harga pokok produk
perlu dihitung lebih dahulu untuk tujuan penetapan harga jual, untuk tujuan penyediaan
sumber-sumber keuangan yang dibutuhkan guna melaksanakan produksi, atau untuk tujuan
pengendalian biaya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang dibahas sebelumnya, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dari Sistem Biaya Taksiran?
2. Apa tujuan penggunaan Sistem Biaya Taksiran?
3. Bagaimana cara penentuan Biaya Taksiran?
4. Bagaimana prosedur akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran?
5. Bagaimana contoh penyelesaian mengenai studi kasus penyajian sistem biaya
taksiran.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
akuntansi biaya selain itu makalah ini juga disusun untuk menambah wawasan pemahaman
bagi penulis maupun pembaca , dan tujuannya sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi dari Sistem Biaya Taksiran
2. Mengetahui tujuan penggunaan Sistem Biaya Taksiran
3. Mengetahui cara penentuan Biaya Taksiran
4. Mengetahui prosedur akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran
5. Mengetahui cara penyelesaian mengenai penyajian sistem biaya taksiran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Biaya Taksiran
Biaya taksiran (estimated cost) adalah salah satu bentuk biaya yang ditentukan dimuka
sebelum produksi dilakukan atau penyerahan jasa dilaksanakan.
Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu
bentuk biaya-biaya yang ditentukan di muka dalam menghitung harga pokok produk yang
diproduksi . Biaya taksiran dan biaya standar dalam beberapa hal mirip.Kedua-duanya adalah
biaya yang ditentukan di muka, tapi di antara keduanya terdapat perbedaan dalam metode
penentuan, pengumpulan, penafsiran, dan penggunaan. Perbedaan utama di antara keduanya
terletak pada metode yang dipakai dalam penentuan norma fisik atau kuantitas.Dalam sistem
biaya taksiran, dasar yang dipakai dalam penentuan norma fisik terbatas pada pengalaman
produksi masa lalu.
Jika terjadi penyimpangan dari norma fisik tersebut, masih perlu dilakukan penyelidikan
lebih lanjut untuk menentukan sebab-sebabnya.
Apakah karena terjadi pemborosan, penghematan, atau karena kesalahan dalam penaksiran
norma fisiknya yang dilakukan sebelumnya.

2.2 Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksiran.


Tujuan penggunaan sistem biaya taksiran adalah:
1.Untuk jembatan menuju sistem biaya standar
2.Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar
3.Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan
4.Untuk mengurangi biaya akuntansi.

1. Untuk jembatan system biaya taksiran


Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan: penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya,
dan analisis biaya untuk pengambilan keputusan. Seringkali sistem biaya taksiran digunakan
sebelum biaya standar dapat digunakan.
Penggunaan sistem biaya taksiran sebagai jembatan menuju sistem biaya standar mempunyai
keuntungan sebagai berikut:
A. Melatih karyawan dalam menggunakan sistem biaya standar karena adanya beberapa
kesamaan di antara kedua sistem tersebut.
B. Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap sistem yang baru, agar terpelihara
hubungan yang baik dengan karyawan.
Kadang-kadang penggunaan sistem biaya taksiran dan sistem biaya standar dengan
sendirinya akan saling mendukung.

2. Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar
Dalam perusahaan-perusahaan tertentu, pemakaian sistem biaya taksiran lebih ekonomis bila
dibandingkan dengan sistem biaya standar.
Dalam perusahaan kecil, penentuan biaya standar adalah beban berat dan pada umumnya
manajemen belum membutuhkan sistem pengendalian biaya yang sangat seksama.
Dalam perusahaan yang seringkali mengalami perubahan produk atau produksi, waktu dan
biaya yang diperlukan untuk penentuan biaya standar sangat besar.
Sehingga pemakaian sistem biaya standar tidak ekonomis.

3. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan


Banyak perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran sebagai alat pengendalian biaya dan
sebagai dasar untuk menganalisis aktivitas-aktivitasnya.
Meskipun biaya taksiran bukan merupakan biaya yang seharusnya (mengingat cara
penentuannya).
Namun perbandingan antara biaya aktual dengan biaya taksiran dapat memberikan petunjuk
tentang terjadinya pemborosan, sehingga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan aktivitas.

4. Untuk mengurangi biaya akuntansi.


Penghematan biaya akuntansi dengan penggunaan sistem biaya taksiran sangat terasa jika
perusahaan menghasilkan banyak macam produk.
Atau jika produk (keluarga produk) diolah melalui banyak departemen atau pusat biaya (cost
center).
Biaya akuntansi dapat dikurangi sebagai akibat dari tidak diperlukannya kartu persediaan
bahan baku, bahan penolong, produk dalam proses, dan produk jadi.
Untuk mencatat mutasi persediaan dengan menggunakan metode mutasi persediaan
(perpetual inventory method).
Tapi, jika perusahaan menghendaki digunakannya metode mutasi persediaan.
Maka semua kartu persediaan produk dalam proses dan produk jadi hanya digunakan untuk
mencatat kuantitas fisik saja.

2.3 Penentuan Biaya Taksiran


Biaya taksiran biasanya dipecah menjadi 3 unsur, yaitu:
•Biaya bahan baku
•Biaya tenaga kerja
•Biaya overhead pabrik
Biaya taksiran dapat ditentukan atas dasar data masa lalu:
•dari perhitungan
•dari rumus kimia atau matematika
•atau secara sederhana dengan taksiran

Biaya taksiran ditentukan untuk setiap jenis produk yang diproduksi, pada awal masa
produksi atau pada awal tahun anggaran.
Biaya taksiran bisa ditentukan atas dasar data masa lalu, dari perhitungan, dari rumus
matematis, atau secara sederhana dengan taksiran. Biaya taksiran untuk setiap produk yang
diproduksi pada masa produksi.
Dalam penentuan biaya taksiran, biaya bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan
produk-produk khusus perlu dilakukan penaksiran jumlah masing-masing bahan baku yang
dibutuhkan dan taksiran harga masing-masing.
Penaksiran bahan baku akan digunakan dalam setiap satuan produk sesuai spesifikasi,
percobaan, atau data masa lalu. Penaksiran bahan baku yang dapat digunakan untuk membeli
barang dalam jangka waktu tertentu atau jika barang-barang harus dikirim dari waktu ke
waktu dan harga yang sesuai untuk harga yang sama. Dalam penentuan taksiran biaya tenaga
kerja, harus lebih dahulu untuk kegiatan-kegiatan, karena jam tenaga kerja oleh karyawan
setiap orang dan jenis pekerjaannya. Dalam menentukan jumlah jam tenaga kerja yang harus
diperhitungkan juga waktu persiapan produksi, penanganan material, perbaikan mesin, dll.
Taksiran biaya tenaga kerja untuk hasil kali taksiran jumlah jam kerja untuk menghasilkan
setiap satuan produk dengan tarif biaya tenaga kerja.
Taksiran biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka. Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik diperlukan pemisahan ke
dalam unsur tetap dan variable. Biaya overhead variabel ditaksir dengan melihat hubungan
biaya tersebut dengan produksi, dengan anggapan bahwa terdapat hubungan yang konstan di
antara jumlah produksi dengan biaya yang dikeluarkan. Biaya overhead pabrik ditaksir
dengan cara memperhatikan masing-masing unsur biaya overhead pabrik tetap yang
bersangkutan seperti biaya depresiasi mesin, ditaksir dengan memperhitungkan jumlah mesin
yang dimiliki sekarang dengan memperhitungkan rencana investasi serta rencana
pemberhentian pemakaian mesin yang akan terjadi dimasa datang. Penaksiran jumlah
asuransi tergantung kepada kemungkinan perubahan polis asuransi yang diperkirakan akan
terjadi dalam periode pemakaian biaya taksiran. Gaji pengawas pabrik dapat ditaksir dengan
melihat rencana gaji yang akan dibayarkan kepada pengawas tersebut. Dengan demikian
taksiran biaya overhead pabrik tetap merupakan jumlah taksiran masing-masing unsur biaya
overhead pabrik tersebut.

A. Taksiran Biaya Bahan Baku


Penentuan taksiran bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu,
perlu dilakukan penaksiran kuantitas tiap-tiap bahan baku yang dibutuhkan dan taksiran
harganya masing-masing.
Penaksiran kuantitas bahan baku yang akan dikonsumsi dalam setiap satuan produk
didasarkan pada spesifikasi teknis, percobaan atau data masa lalu.
Penaksiran harga bahan baku yang dapat didasarkan pada harga kontrak pembelian dalam
jangka waktu tertentu.
Atau jika bahan baku harus dibeli dari waktu ke waktu, dan harganya tergantung pada
keadaan harga pasar.
Maka penaksiran harga dapat didasarkan pada daftar harga yang dipublikasikan.

B.Taksiran Biaya Tenaga Kerja


Dalam penentuan taksiran biaya tenaga kerja, harus lebih dulu diketahui semua jenis kegiatan
untuk mengolah produk.
Karena jam tenaga kerja dipengaruhi oleh kecakapan tiap-tiap karyawan dan jenis
pekerjaannya.
Dalam menentukan jumlah jam tenaga kerja yang ditaksir akan dikonsumsi untuk
menghasilkan setiap satuan produk.
Harus diperhitungkan juga waktu-waktu persiapan produksi, materials handling, perbaikan
mesin, dan hal-hal lain yang memerlukan jam tenaga kerja.
Taksiran biaya tenaga kerja adalah hasil kali taksiran jumlah jam kerja untuk menghasilkan
setiap satuan produk dengan tarif biaya tenaga kerja.
C.Taksiran Biaya Overhead Pabrik
Taksiran biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk didasarkan pada tarif yang
ditentukan di muka. Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik ini perlu diadakan
pemisahan biaya overhead pabrik ke dalam unsur biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya overhead pabrik variabel ditaksir dengan melihat hubungan biaya tersebut dengan
produksi. Dengan anggapan bahwa terdapat hubungan yang konstan antara jumlah produksi
dengan biaya yang dikeluarkan. Biaya. overhead pabrik tetap ditaksir dengan cara
memperhatikan masing-masing unsur biaya overhead pabrik tetap yang bersangkutan.
Pada umumnya, biaya overhead pabrik tetap lebih mudah cara penaksirannya.
Sebagai contoh: biaya penyusutan mesin, ditaksir dengan memperhitungkan jumlah mesin
yang dimiliki sekarang. Dengan memperhitungkan rencana investasi serta rencana
pemberhentian pemakaian mesin yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Penaksiran jumlah asuransi tergantung pada kemungkinan perubahan polis asuransi
diperkirakan akan terjadi dalam periode pemakaian biaya taksiran.
Gaji pegawai pabrik dapat ditaksir dengan melihat rencana gaji yang akan dibayarkan kepada
karyawan tersebut. Dengan demikian taksiran biaya overhead pabrik tetap adalah jumlah
taksiran masing-masing unsur biaya unsur biaya overhead pabrik tersebut.

2.4 Prosedur Akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran


Dalam sistem biaya taksiran rekening barang dalam proses didebit dengan biaya produksi
yang sesungguhnya terjadi dan dikredit sebesar hasil kali jumlah produk selesai dan produk
dalam proses dengan biaya taksiran per satuan. Karena harga pokok produk jadi yang masuk
ke gudang dihargai dengan biaya taksiran, maka pada saat dijual harga pokok penjualannya
adalah sebesar hasil kali jumlah produk yang dijual dengan biaya taksiran persatuan. Selisih
diantara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung dengan cara mencari saldo
rekening barang dalam proses dan dipindahkan ke rekening selisih.

Karena harga pokok produk jadi yang masuk gudang dihargai dengan biaya taksiran, maka
pada saat dijual, harga pokok penjualannya adalah sebesar hasil kali jumlah produk yang
dijual dengan biaya taksiran per satuan. Selisih diantara biaya taksiran dengan biaya
sesungguhnya dihitung dengan cara mencari saldo rekening barang dalam proses dan
dipindahkan ke rekening Selisih. 

A. Prosedur Pencatatan Biaya Bahan Baku


Untuk pencatatan biaya bahan baku semua peristiwa dicatat dengan menggunakan biaya
sesungguhnya

B. Prosedur Pencatatan Biaya Tenaga Kerja 


Untuk pencatatan biaya tenaga kerja semua peristiwa dicatat dengan menggunakan biaya
sesungguhnya
C. Prosedur Pencatatan Biaya Overhead Pabrik 

D. Prosedur Pencatatan Persediaan Produk Jadi dan Persediaan Barang dalam Proses 

1. Pencatatan persediaan produk jadi (harga pokok produk jadi dihitung dengan mengalikan
kuantitas produk jadi dengan biaya taksiran per satuan produk) 

2. Persediaan barang dalam proses (harga pokok produk dalam proses dihitung dengan
mengalikan unit ekuivalen kuantitasnya dengan biaya taksiran per satuan produk) 
E. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan 

F. Prosedur Pencatatan Selisih Biaya Taksiran dengan Biaya Sesungguhnya 


Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat diperlakukan sebagai
berikut : 

1. Ditutup ke rekening Harga Pokok Penjualan atau rekening Rugi Laba


2. Dibagikan secara adil kepada produk selesai dalam periode yang bersangkutan yaitu
dibagikan ke rekening Produk Jadi dan Harga Pokok Penjualan 
3. Dibagikan secara adil ke rekening-rekening : Persediaan Barang dalam Proses, Persediaan
Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan 
4. Membiarkan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening Selisih sehingga rekening ini
berfungsi sebagai deffered account. Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan selisih-selisih
yang terjadi diantara periode akuntansi akan saling menutup 

Contoh penerapannya ; 
PT Lobster Sejati memproduksi pembenihan udang windu dalam satu tahap pengolahan.
Taksiran biaya produksi per kilogram adalah:

Data kegiatan perusahaan dalam bulan Maret 2008 adalah: 


1. Persediaan pada awal bulan Maret 2008 
a. Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp 20.000 
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3000 kg dengan tingkat penyelesaian
sebagai berikut : biaya bahan baku 100%, biaya konversi 2/3. harga pokok taksiran
persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai berikut : 
c. Persediaan produk jadi berjumlah 500 kg 

2. Kegiatan selama bulan Maret 2008 


a pembelian bahan baku sebesar Rp 660.000 
b jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34500 jam dengan biaya tenaga kerja
sebesar Rp 925000 
c biaya overhead pabrik yang diebbankan kepada produk aas dasar tarif per jam kerja
langsung sebesar Rp 37. Biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi dalam bulan
November berjumlah Rp 1.262.000 
d produk jadi yang ditransfer ke gudang selama bulan November berjumlah 35500 kg 
e produk jadi dijual dengan harga jual Rp 110 per kg 

3. Persediaan pada akhir bulan Maret 2008 


a harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode masuk pertama keluar
pertama sebesar Rp 40.000 
b Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 2500 kg dengan tingkat penyelesaian
sebagai berikut : Biaya bahan baku 100%; biaya konversi 20% 
c persediaan produk jadi berjumlah 1000 kg 
Berdasarkan atas data tersebut maka jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut :
2.5 Prosedur Akuntansi Untuk Produk Diolah
Jika proses produksi melalui lebih dari satu departemen produksi, maka perlu digunakan
rekening transfer. Untuk mencatat bunga pokok taksiran produk selesai dari manajemen
pertama atau departemen lain sebelum departemen produksi terakhir.
Misalnya, produk tertentu diolah melalui departemen A dan menjadi produk jadi dan siap
untuk dijual setelah selesai diolah dalam departemen B.
Produk yang selesai diolah dari departemen A, secara fisik kemudian ditransfer ke
departemen B. Dan harga pokok taksiran produk selesai lebih dulu harus dicatat dalam
rekening perantara yang disebut “Transfer Departemen A”
Rekening ini dianggap sebagai rekening persediaan yang bersifat sementara.
Dan biaya taksiran tetap berada di dalamnya, sampai produk selesai diproses di departemen
B.
Jika produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, prosedur akuntansi dalam
sistem biaya taksiran 2 departemen secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

Prosedur #1:
Untuk tiap-tiap departemen produksi harus ditentukan biaya taksiran per satuan produk.

Prosedur #2:
Untuk tiap-tiap departemen produksi dibentuk satu rekening Barang Dalam Proses.
Rekening tersebut dapat dipecah lagi sesuai dengan unsur harga pokok produksi suatu
produk.

Prosedur #3:
Rekening Barang Dalam Proses masing-masing departemen produksi didebit dengan biaya
produksi sesungguhnya selama periode tertentu.
Dan dikredit dengan harga pokok taksiran produk jadi serta harga pokok taksiran produk
dalam proses akhir periode (unit ekuivalensi dan biaya taksiran per satuan produk).

Prosedur #4:
Saldo rekening Barang Dalam Proses tiap departemen produksi adalah selisih biaya
sesungguhnya dengan biaya taksiran.
Jumlah selisih ini ditransfer ke dalam rekening Selisih.
2.6 Perlakuan Selisih Sistem Biaya Taksiran
A.Perlakuan Akuntansi
Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dalam suatu periode akuntansi dapat
diperlakukan sebagai berikut:

Perlakuan Akuntansi #1:


Ditutup ke rekening Harga Pokok Penjualan (HPP) atau rekening Laba Rugi.

Perlakuan Akuntansi #2:


Dibagikan secara adil pada produk selesai dalam periode yang bersangkutan, yaitu dibagikan
ke rekening Produk Jadi dan Harga Pokok Penjualan (HPP).

Perlakuan Akuntansi #3:


Dibagikan secara adil ke rekening-rekening sebagai berikut:
Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Produk Jadi
Harga Pokok Penjualan (HPP)

Perlakuan Akuntansi #3:


Membiarkan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening Selisih, sehingga rekening sekarang
ini berfungsi sebagai deferred account.
Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan selisih-selisih yang terjadi di antara periode
akuntansi akan saling menutup (mengkompensasi).

B. Contoh Perlakuan Selisih dalam Sistem Biaya Taksiran


Untuk menggambarkan perlakuan terhadap selisih yang terjadi, berikut ini diberikan contoh
pembagian selisih ke dalam rekening-rekening Barang Dalam Proses, Persediaan Produk
Jadi, dan Harga Pokok Penjualan (HPP).
Dasar pembagian selisih dapat berupa:
Perbandingan kuantitas persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi, dan produk
yang terjual. Kuantitas ini dinyatakan dalam unit ekuivalensi.
Perbandingan harga pokok persediaan produk dalam proses, harga pokok persediaan produk
jadi dan harga pokok produk yang terjual
Berikut ini diberikan contoh perlakuan terhadap selisih dengan memakai dua jenis dasar
pembagian tersebut:

Jenis dasar pembagian #1:


Pembagian atas dasar kuantitas persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi dan
kuantitas produk yang terjual.
Dalam contoh ini data yang dipakai diambil dari PT Fin Technology di atas.
Dari contoh tersebut saldo debet rekening Selisih berjumlah:

= Rp 35.500 – Rp 15.000 = Rp 20.000

Note:
Selisih biaya bahan baku = Rp 10.000
Selisih biaya tenaga kerja = Rp 7.000
Selisih biaya overhead pabrik = Rp 3.000
Data produksi bulan Januari 2020 tersebut adalah sebagai berikut:

Persediaan produk dalam proses awal = 3.000 kg


Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses bulan Januari 2020 = 35.000 kg
Jumlah produk selesai = 35.500 kg
Persediaan produk dalam proses akhir = 2.500 kg
Total: (a)+(b)+(c)+(d) = 38.000 kg
Jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg tersebut terdiri dari 3.000 kg produk pada awal
periode masih dalam proses.
Sedangkan 32.500 kg sisanya berasal dari produk yang dimasukkan dalam proses pada bulan
Januari 2020.
Dan jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg tersebut, 35.000 kg telah laku dijual.
Sehingga pada akhir bulan terdapat persediaan produk jadi sebanyak 500 kg.
Tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses akhir sebanyak 2.500 kg adalah 100%
biaya bahan baku dan 20% biaya konversi.
Sehingga unit ekuivalensi untuk biaya bahan baku dan biaya konversi berturut-turut adalah
2.500 kg dan 500 kg (20% x 2.500 kg).
Pembagian selisih ke dalam rekening-rekening Persediaan Dlm Proses, Persediaan Produk
Jadi, dan Harga Pokok Penjualan (HPP) dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:

Tahap #1:

Membagikan selisih-selisih ke dalam rekening Produk Selesai, dan Persediaan Produk Dlm
Proses atas dasar data-data berikut ini:

biaya taksiran akuntansi biaya


Tabel: Kuantitas persediaan produk selesai diolah dan persediaan produk dlm proses.

Tahap #2:

Membagikan jumlah selisih yang dialokasikan ke produk selesai tersebut di atas pada
rekening-rekening produk jadi dan harga pokok penjualan (HPP) atas dasar jumlah unit
sebagai berikut:

Persediaan produk jadi = 500 kg


Harga pokok penjualan = 35.000 kg
Total = 500 kg + 35.000 kg = 35.500 kg

Jurnal untuk membagikan selisih-selisih ke dalam rekening-rekening adalah sebagai berikut:

Jurnal Pencatatan Selisih #1:


[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses Rp 714
[Dedit] Persediaan Produk Jadi Rp 9.286
[Kredit] Selisih Rp 10.000

Untuk membagikan selisih biaya bahan baku sebesar Rp 10.000 dengan perhitungan sebagai
berikut:

Persediaan Produk Dlm Proses: (2.500/35.000) x Rp 10.000 = Rp 714


Persediaan Produk Jadi: (32.500/35.000) x Rp 10.000 = Rp 9.286
Jurnal Pencatatan Selisih #2:
[Debit] Persediaan Produk Dlm Proses Rp 106
[Dedit] Persediaan Produk Jadi Rp 6.804
[Kredit] Selisih Rp 7.000

Untuk membagikan selisih biaya tenaga kerja sebesar Rp 7.000, dengan perhitungan sebagai
berikut:

Persediaan Produk Dlm Proses: (500/33.000) x Rp 7.000 = Rp 106


Persediaan Produk Jadi: (32.500/30.000) x Rp 7.000 = Rp 6.894

Jurnal Pencatatan Selisih #3:


[Debit] Persediaan Produk Dlm Proses Rp 45
[Debit] Persediaan Produk Jadi Rp 2.955
[Kredit] Selisih Rp 3.000

Untuk membagikan seluruh biaya overhead pabrik sebesar Rp 3.000 sebagai berikut:

Persediaan Produk Dlm Proses: (500/33.000) x Rp 3.000 = Rp 45


Persediaan Produk Jadi: (32.500/33.000) x Rp 3.000 = Rp 2.948

Jurnal untuk membagikan selisih sebesar Rp 19.134 (Rp 9.286 + Rp 6.894 + 2.955) yang
dialokasikan ke rekening Persediaan Produk Jadi tersebut adalah sebagai berikut:

[Debit] Harga Pokok Penjualan Rp 18.865


[Kredit] Persediaan Produk Jadi Rp 18.865

Note:
= (35.000/35.500) x Rp 19.134 = Rp 18.865

Dengan adanya jurnal ini, maka selisih yang masih tertinggal dalam rekening Persediaan
Produk Jadi adalah sebesar:
= (500/35.500) x Rp 19.134
= Rp 269
Jenis dasar pembagian #2:
Pembagian selisih atas dasar harga pokok persediaan produk dalam proses, persediaan produk
jadi dan harga pokok produk yang terjual.

2.7. Penyelesaian Studi Kasus Mengenai System Biaya Taksiran


PT Angkasa memproduksi satu macam produk melalui satu tahap pengolahan. Perusahaan
menggunakan sistem biaya taksiran, dan biaya taksiran per kilogram produk adalah sebagai
berikut:
Biaya bahan baku 2kg @Rp 10 Rp 20
Biaya tenaga kerja 1 jam @Rp 30 Rp 30
Biaya overhead pabrik 1 jam @Rp 40 Rp 40
Biaya taksiran per kilogram Rp 90

Data kegiatan perusahaan dalam bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut:
1. Persediaan pada awal bulan Januari 2017
a) Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp 20.000
b) Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3000 dengan tingkat penyelesaian
sebagai berikut: biaya bahan baku 100%; biaya konversi 60%. Harga pokok taksiran
persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai berikut:
BBB 100% x 3.000 x Rp 20 Rp 60.000
BTK 60% x 3.000 x Rp 30 Rp 54.000
BOP 60% x 3.000 x Rp 40 Rp 72.000
JUMLAH Rp 186.000.000
c) Persediaan produk jadi 500 kg
2. Kegiatan selama bulan Januari 2017
a. Pembelian bahan baku sebesar Rp 660.000.
b. Jurnal jam tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34.500 jam dengan biaya tenaga kerja
sebesar Rp 925.000
c. BOP dibebankan kepada produk atas dasar tarif per jam kerja langsung sebesar Rp
40.000. BOP sesungguhnya yang terjadi dalam bulan Januari berjumlah Rp 1.261.000
d. Produk jadi yang ditransfer ke gudang selama bulan Januari berjumlah 35.500 kg
e. Produk jadi dijual dengan harga jual Rp 100.000 per kg
3. Persediaan pada akhir bulan Januari 2017
a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode FIFO sebesar Rp
40.000
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 2500 kg dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: BBB 100%; biaya konversi 20%;
c. Persediaan produk jadi berjumlah 1000 kg
Atas dasar data diatas, jurnal-jurnal pencatatan yang dibuat dalam system biaya taksiran
adalah sebagai berikut:
1. Jurnal pembelian bahan baku:
Pembelian Rp 660.000
Utang dagang Rp 660.000
2. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:
BDP-BBB Rp 640.000
Persediaan bahan baku Rp 40.000
Persediaan bahan baku Rp 20.000
Pembelian Rp 660.000
3. Jurnal Pencatatan biaya tenaga langsung sesungguhnya:
BDP-BTK Rp 925.000
Gaji dan Upah Rp 925.000
4. Jurnal pencatatan BOP yang dibebankan pada produk
BDP-BOP Rp 1.380.000
BOP yang dibebankan Rp 1.380.000

5. Jurnal pencatatan BOP sesungguhnya yang terjadi selama bulan Januari


BOP sesungguhnya Rp 1.261.000
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp 1.261.000

6. Jurnal penutupan rekening BOP Pabrik yang dibebankan ke rekening BOP pabrik
sesungguhnya.
BOP yang dibebankan Rp 1.380.000
BOP pabrik sesungguhnya Rp 1.380.000

7. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.


Persediaan produk jadi Rp 3.195.000
BDP-BBB Rp 710.000
BDP-BTK Rp 1.065.000
BDP-BOP Rp 1.420.000
8. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan
Januari 2017.
Persediaan Produk dalam proses Rp 85.000
BDP-BBB Rp 50.000
BDP-BTK Rp 15.000
BDP-BOP Rp 20.000
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan bentuk
biaya yang ditentukan dimuka dalam menghitung biaya produksi. Tujuan penggunaan sistem
biaya taksiran ini adalah sebagai jembatan antara sistem biaya sesungguhnya sistem biaya
standart , untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standart ,
untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan, dan untuk mengurangi biaya akuntansi.
Sistem akuntansi biaya taksiran dilaksanakan dengan mendebit rekening barang dalam proses
dengan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dan mengkredit rekening tersebut dengan
biaya taksiran yang melekat pada produk jadi yang ditransfer ke gudang dan persediaan
produk dalam proses. Selisih antara biaya produksi sesungguhnya dengan biaya produksi
taksiran dihitung dengan mencari selisih pendebitan dan pengkreditan rekening barang dalam
proses. Selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai berikut: ditutup ke rekening harga pokok
penjualan atau rekening rugi laba, dibagikan secara adil kepada produk selesai dalam periode
yang bersangkutan, dibagikan secara adil ke rekening-rekening : •persediaan produk dalam
proses
•persediaan produk jadi
•harga pokok penjualan
atau membiarkan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening selisih, sehingga rekening ini
berfungsi sebagai deferred account)

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan maupun pembahasan, karena masih terbatasnya pengetahuan yang kita miliki serta
kurangnya rujukan yang kita dapat yang berhubungan mengenai pembahasan makalah ini.
Kami berharap pembaca yang budiman khususnya dosen pengampu berkenan memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi perbaikan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Akuntansi Biaya


Edisi ke 5. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,1989.
https://www.google.com/amp/s/manajemenkeuangan.net/sistem-biaya-taksiran/amp/

Anda mungkin juga menyukai