Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

SISTEM AKUNTANSI BIAYA


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis dan Metode Perancangan Sistem

Dosen pengampu: Rina Marliana., S.Pd., M.Sc.

Disusun oleh :

1. Risa Damayanti (193403002)


2. Mila Mawarohmah (193403015)
3. Yayang Lis Nirmayanti (193403052)
4. Sinta Yuapiantina (193403065)
5. Tassya Ramandayani (193403070)

PROGRAM STUDI ANALISIS DAN METODE PERANCANGAN SISTEM

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Analisis dan
Metode Perancangan Sistem.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rina Marliana., S.Pd., M.Sc. selaku dosen dari mata kuliah Analisis dan Metode
Perancangan Sistem.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Amiin.

Tasikmalaya, 01 September 2021

                                                                                       Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Akuntansi Biaya

a. Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen

b. Dokumen yang Digunakan

c. Catatan Akuntansi yang Digunakan

d. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem

e. Unsur Pengendalian Intern

B. Sistem Pengawasan Produksi

a. Dokumen yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Biaya

b. Fungsi yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Biaya

C. Studi Kasus

a. Profil Perusahaan

b. SOP

c. Flowchart

d. Penjelasan

e. Pengajuan Proses Produksi

f. Contoh Perhitungan Harga Pokok Produksi


g. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam dekade terakhir, globalisasi bisnis, meningkatnya persaingan, dan
teknologi manufaktur baru, memaksa banyak perusahaan untuk mengevaluasi kembali
praktik-praktik bisnis mereka. Evaluasi kembali ini membawa perubahan-perubahan
dalam filosofi manajemen dan sistem bisnis, yang kemudian mengharuskan para akuntan
untuk mengevaluasi kembali kegunaan informasi yang diberikan oleh sistem akuntansi
kepada manajemen. Sistem akuntansi diciptakan terutama untuk menyediakan informasi
pelaporan eksternal, atau diciptakan pada saat teknologi dan sistem manufaktur sangat
dipengaruhi oleh tenaga kerja manusia. Informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi
yang sudah usang terkadang tidak dapat berguna lagi. Untuk menyediakan sistem
informasi yang diperlukan oleh manajemen, akuntan mulai mendesain kembali sistem
akuntansi. Berbagai jenis data yang berbeda dibutuhkan untuk berbagai pengambilan
keputusan yang berbeda, dan berbagai sistem bisnis yang berbeda membutuhkan berbagai
jenis sistem akuntansi yang berbeda untuk menyediakan datanya. Dengan berubahnya
sistem bisnis, sistem akuntansi dievaluasi kembali, dan dalam beberapa kasus diubah.
Dalam makalah ini akan menjelaskan sistem akuntansi biaya. Sistem akuntansi
biaya terdiri dari jaringan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikan data biaya
produksi dan biaya nonproduksi untuk menyajikan informasi biaya bagi kebutuhan
manajemen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Akuntansi Biaya?
2. Apa yang dimaksud dengan Sistem Pengawasan Produksi?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan makalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Memahami apa yang dimaksud dengan Sistem Akuntansi Biaya
2. Memahami apa yang dimaksud dengan Sistem Pengawasan Produksi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Akuntansi Biaya


Sistem akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur erat hubungannya dengan
sistem pengawasan produksi, karena sebagian besar kegiatan perusahaan manufaktur
berada didalam fungsi produksi.
Sistem akuntansi biaya terdiri dari jaringan prosedur untuk mengumpulkan,
mengklasifikasikan data biaya produksi dan biaya nonproduksi untuk menyajikan
informasi biaya bagi kebutuhan manajemen.
Sistem informasi biaya adalah sistem yang membantu manajemen dalam
menetapkan sasaran laba perusahaan, target laba departemen, mengevaluasi efektivitas
rencana perusahaan, mengungkapkan kegagalan dan keberhasilan. Beberapa uraian
pengertian Sistem Akuntansi Biaya.
Menurut Akuntan “…biaya didefinisikan sebagai nilai tukar, pengeluaran,
pengorbanan untuk memperoleh manfaat”.
Menurut Bastian Bustami “Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis
yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan tecapai untuk
mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Oloan Simanjuntak “Biaya adalah
pengorbanan ekonomis untuk memperleh barang atau jasa, dimana manfaat dari barang
atau jasa tersebut dinikmati dalam waktu lebih dari satu tahun”. Biaya memiliki arti yang
sangat berbeda dengan beban meskipun biaya dan beban sering dipakai dalam arti yang
sama.
Menurut Bastian Bustami dan Nurlela:
Sistem informasi biaya adalah sistem yang membantu manajemen dalam
menetapkan sasaran laba perusahaan, mengungkapkan kegagalan dan keberhasilan dalam
bentuk tanggungjawab yang pesifik dan menganalisis serta memutuskan penyesuaian dan
perbaikan yang perlu agar tujuan atau sasaran organisasi dapat dicapai.
Menurut Mulyadi yaitu: “Sistem Akuntansi Biaya terdiri dari penyediaan jaringan
prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan data biaya produksi dan nonproduksi
untuk menyajikan informasi biaya bagi kebutuhan manajemen”.
Sehingga dapat disimpulkan sistem akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi
yang diperuntukkan bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisis terhadap biaya-biaya
yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang atau
jasa.
Sebagian besar perusahaan menggunakan perhitungan biaya pesanan dan proses
untuk membebankan biaya produsi. Perhitungan biaya pesanan membebankan kepada
batch produksi tertentu, atau pekerjaan tertentu, dan digunakan ketika produk atau jasa
yang dijual terdiri dari bagian-bagian yang dapat diidentifikasi secara terpisah.
Contohnya, perusahaan kontraktor menggunakan perhitungan biaya pesanan untuk setiap
rumah yang dibangun. Dalam cara yang hamper sama, kantor akuntan publik dan firma
hukum menggunakan perhitungan biaya pesanan untuk menghitung biaya setiap audit,
atau kasus terkait. Perhitungan biaya proses digunakan ketika barang atau jasa yang
hamper sama diproduksi dalam jumlah massal dan unit terpisah tidak dapat dengan
mudah diidentifikasi. Contohnya, perusahaan bir mengakumulasi biaya yang
berhubungan dengan berbagai proses seperti pelumatan, fermentasi awal, penyaringan,
pembetulan dalam memproduksi satu batch jenis bir tertentu, dan kemudian menghitung
total biaya perunit rata-rata untuk produk tertentu.
Sistem akuntansi biaya adalah jaringan prosedur yang digunakan untuk
megumpulkan dan menyajikan laporan biaya. Dalam perusahaan manufaktur, sistem
akuntansi biaya merupakan jaringan prosedur untuk mengumpulkan dan menyajikan
biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum.
Akuntansi biaya sebagai salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan
industry manufaktur untuk melaporkan semua kegiatan usahanya dalam bentuk laporan
biaya produksi, laporan harga pokok produksi, laporan harga pokok penjualan, dan
laporan laba/rugi. Manajemen sangat perlu melakukan strategi ini sebagai bentuk
pertanggungjawaban khususnya pada perusahaan industry manufaktur yang mengolah
bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dipasarkan.
Dalam rangka untuk meningkatkan tingkat akurasi biaya produksi perusahaan,
diperlukan adanya sistem perhitungan Akuntansi Biaya. Sistem perhitungan ini mencoba
menelusuri secara lebih akurat mengenai biaya produksi perusahaan terutama pada biaya
bahan baku dan biaya overhead pabrik.
1. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menurut Carter dan Usry “Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang
melakukan konvesi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat
dibebankan secara layak ke produk tertentu”.
Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa biaya tenaga
kerja langsung adalah upah yang dibayarkan kepada semua tenaga kerja yang
secara langsung berhubungan dengan aktivitas produksi. Perhitungan upah yang
dibayarkan adalah sebesar jasa atau tenaga maupun pikiran yang dikorbankan
secara langsung berhubungan aktivitas produksi.
Biaya Tenaga Kerja Langsung terdiri atas gaji/upah tenaga kerja langsung
ditambah dengan upah lembur. Data gaji/upah dan lembur yang digunakan adalah
data actual. Biaya Tenaga Kerja Langsung per unit didapat dari jumlah biaya
Tenaga Kerja Langsung dibagi dengan total hasil produksi semua jenis biji plastic
yang dinyatakan dalam satuan kilogram. Biaya Tenaga Kerja Langsung dihitung
berdasarkan total unit hasil produksi karena terlalu sulit bila menggunakan dasar
jam kerja. Hal ini terjadi karena setiap jenis produk memiliki waktu penyelesaian
yang sangat berfluktuasi.
2. Biaya Overhead Pabrik
Overhead pabrik dapat diartikan sebagai biaya-biaya yang selain biaya
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead tidak
dengan mudah diidentifikasi atau dibebankan pada produk. (Carter,2009,438).
Klasifikasi Biaya Overhead Pabrik pada perhitungan ini dibuat lebih
mendekati kondisi pabrik yang sebenarnya agar tingkat akurasi biaya menjadi
semakin besar.
Sistem akuntansi biaya adalah program yang dirancang untuk megumpulkan dan
menampilkan biaya produksi, biaya pemasaran, biaya manajemen dan biaya umum
lainnya. Sistem ini sangat era kaitannya dengan perusahaan manufaktur karena
kegiatannya terutama di bagian produksi.
Terdapat dua sistem akuntansi biaya yaitu sistem yang pertama adalah sistem
pengendalian produksi yang meliputi beberapa prosedur tersebut dapat mengawasi proses
produksi dari segi penyediaan bahan baku, fasilitas pabrik dan permintaan tenaga kerja.
Sistem yang kedua adalah sistem akuntansi biaya itu sendiri, fungsinya untuk
mengumpulkan dan mengelompokkan data berupa biaya produksi dan nonproduksi.
Akuntansi biaya memiliki sistem yang dapat dibagi mejadi tiga bagian, yakni:
1. Sistem Harga Pokok Sebenarnya (Actual Cost System)
Merupakan sistem yang menentukan harga pokok produk berdasarkan
biaya yang sebenarnya terjadi. Dalam sistem biaya actual atau biaya historis,
informasi dikumpulkan pada saat biaya terjadi dan biaya dicatat pada saat
dikeluarkan tetapi penyajian hasil operasi akan ditunda sampai semua operasi
produk untuk periode akuntansi tersebut telah selesai dilakukan atau, dalam bisnis
jasa, semua jasa pada periode tersebut telah diserahkan (Dewi & Kristanto, 2013).
2. Sistem Harga Pokok Standar (Standard Cost System)
Merupakan sistem pembiayaan harga pokok produk sebesar harga pokok
yang ditentukan. Dalam sistem biaya standar, produk-produk, operasi-operasi dan
proses-proses dihitung biayanya berdasarkan jumlah sumber daya yang akan
digunakan dan harga dari sumber daya yang telah ditentukan sebelumnya. Biaya
actual juga dicatat dan varians atau selisih antara biaya actual dengan biaya
standar dikumpulkan di perkiraan yang terpisah (Dewi & Kristanto, 2013).
3. Activity Based Costing (ABC)
Merupakan metode sistem akuntansi yang mengutamakan kegiatan yang
dilaksanakan agar memperoleh produk, yang mana kegiatan tersebut merupakan
pusat pengumpulan biaya yang mendasar serta bertujuan dalam pengurangan
biaya dan penetapan biaya produk atau jasa secara akurat (Khadaffi et al, 2018).
Activity Based Costing System (Sistem ABC) adalah metode yang dapat
mengurangi distorsi biaya yang terjadi dalam perhitungan akuntansi biaya
tradisional.
Activity Based Costing System (Sistem ABC) merupakan sistem yang
membentuk kelompok biaya berdasarkan aktivitas secara terstruktur dengan dasar
alokasi biaya berdasarkan aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
produk atau jasa, yang merupakan pemicu biaya (cost driver) untuk kelompok
biaya tersebut. Sistem ini menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat.
Sehingga pengalokasian biaya ke produk dengan menghitung dasar alokasi biaya
dari setiap aktivitas yang digunakan produk yang berbeda akan menghasilkan
perhitungan biaya yang lebih akurat.
ABC (Activity Based Costing System) adalah suatu metode perhitungan
biaya produksi yang membebankan biaya melalui aktivitas-aktivitas penyebab
terjadinya biaya. (Kamaruddin,2013,13). Melalui ABC sistem diharapkan dapat
membantu para manajer untuk mengurangi aktivitas-aktivitas yang memberikan
nilai tambah sehingga perusahaan dapat menawarkan produknya dengan harga
yang kompetitif. (Blocher, dkk,2011:206).
Alokasi biaya ke unit produksi bisa saja memasukkan seluruh biaya menufaktur
(disebut perhitungan biaya penyerapan penuh atau full costing atau absorption costing
atau hanya biaya manufaktur variable saja (disebut perhitungan biaya langsung atau
direct costing atau variable costing). Dalam perhitungan biaya penyerapan penuh, biaya
yang dialokasikan ke unit produksi mencakup semua biaya produksi yang meliputi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dalam perhitungan
biaya langsung, biaya yang dibebankan ke unit produksi hanya meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang bersifat variable
sedangkan biaya overhead pabrik yang bersifat tetap akan dibebankan sebagai biaya
periode (period cost) karena biaya tetap lebih erat hubungannya dengan berlalunya
waktu. Biaya overhead pabrik yang bersifat variable dianggap sebagai biaya produk
(product cost) karena lebih erat hubungannya dengan kegiatan produksi (Dewi &
Kristanto, 2013).
Apabila pertanyaannya adalah elemen biaya apa saja yang dialokasikan ke
produksi, maka ada tiga kemungkinan: perhitungan biaya utama (prime cost),
perhitungan biaya langsung atau perhitungan biaya penyerapan penuh. Apabila
pertanyaannya adalah bagaimana elemen biaya diukur, ada dua kemungkinan yang telah
disebutkan sebelumnya, yaitu semua biaya dapat diukur dalam jumlah historis (actual)
atau dalam jumlah yang telah ditentukan sebelumnya (standar). Kemungkinan ketiga
adalah menggunakan hybrid (campuran) dari ukuran-ukuran historis dan ukuran-ukuran
yang telah ditentukan sebelumnya (Dewi & Kristanto, 2013).

a. Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen


Informasi yang diperlukan oleh manajemen dari sistem akuntansi biaya
adalah sebagai berikut:
1. Order produksi yang belum selesai
2. Order produksi yang telah selesai
3. Harga pokok produk jadi
4. Harga pokok produk yang masih dalam proses pada saat tertentu
5. Biaya menurut pusat biaya

b. Dokumen yang Digunakan


Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi biaya sebagian besar
terdiri dari dokumen yang digunakan dalam sistem pengawasan produksi.

Dokumen tersebut adalah sebagai berikut:


1. Surat order produksi
2. Daftar kebutuhan barang
3. Daftar keinginan produksi
4. Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang
5. Bukti pengembalian barang gudang
6. Kartu jam kerja
7. Laporan produk selesai
8. Bukti memorial (journal voucher)
9. Bukti kas keluar

c. Catatan Akuntansi yang Digunakan


Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi biaya adalah
sebagai berikut:
1. Jurnal Pemakaian Bahan Baku
Jurnal ini merupakan jurnal khusus yang digunakan untuk
mencatat harga pokok bahan baku yang digunakan dalam produksi.
2. Jurnal Umum
Dalam sistem akuntansi biaya, jurnal umum digunakan untuk
mencatat transaksi pembayaran gaji dan upah, depresiasi aktiva tetap,
amortisasi aktiva tidak berwujud, dan terpakainya persekot biaya.
3. Register Bukti Kas Keluar
Dalam sistem akuntansi biaya, register bukti kas keluar digunakan
untuk mencatat biaya overhead pabrik, biaya administrasi dan umum, dan
biaya pemasaran yang berupa pengeluaran kas.
4. Kartu Harga Pokok Produk
Catatan ini merupakan buku pembantu yang merinci biaya
produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik) yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu. Kartu harga
pokok produk merupakan rincian rekening control barang dalam proses
dalam buku besar.
5. Kartu Biaya
Catatan ini merupakan buku pembantu yang merinci biaya
overhead pabrik, biaya administrasi dan umum, dan biaya pesanan.
Sumber informasi untuk pencatatan dalam kartu biaya ini adalah bukti
memorial.
Catatan ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja tidak
langsung dan biaya tenaga kerja non produksi setiap departemen dalam
perusahaan.

6. Kartu Penghasilan Karyawan


Catatan ini digunakan untuk mencatat penghasilan dan berbagai
potongan yang diterima oleh setiap karyawan. Kartu penghasilan
karyawan digunakan sebagai tanda terima gaji dan upah karyawan dengan
ditandatanganinya kartu tersebut oleh karyawan yang bersangkutan.
Sehingga rahasia penghasilan karyawan tertentu tidak diketahui oleh
karyawan yang lain.

d. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem


Jaringan prosedur yang membentuk sistem pengawasan produksi dan
sistem akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur adalah:

1. Prosedur Order Produksi


Dalam prosedur ini surat order produksi dikeluarkan untuk
mengkoordinasi pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Surat order
produksi ini dikeluarkan oleh Departemen Produksi berdasarkan order dari
pembeli terdiri dari fungsi penjualan, atau berdasarkan permintaan dari
fungsi gudang. Dalam perusahaan yang besar, Departemen Produksi
umumnya memiliki staff yang befungsi untuk membantu perecanaan dan
pengawasan produksi (production planning and control function). Fungsi
perencanaan dan pengawasan produksi membantu Departemen Poduksi
dalam membuat surat order produksi.
Menurut karakteristik produksinya, prosedur order produksi dalam
perusahaan manufaktur dibagi menjadi dua tipe diantaranya adalah:
1. Prosedur order produksi khusus
Prosedur order produksi khusus umumnya digunakan
dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, yang
merupakan prosedur pemberian perintah kepada fungsi produksi
untuk memproduksi sejumlah produk tertentu guna memenuhi
pesanan tertentu. Contoh perusahaan yang menggunakan prosedur
order produksi khusus adalah perusahaan percetakan dan
perusahaan dok kapal.
2. Prosedur order produksi berulang kali
Prosedur order produksi berulang kali umumnya digunakan
dalam perusahaan yang berproduksi massa, yang merupakan
prosedur pemberian perintah produksi kepada fungsi produksi
untuk memproduksi sejumlah produk tertentu dalam periode waktu
tertentu guna memenuhi kebutuhan persediaan. Contoh perusahaan
yang meggunakan prosedur order produksi berulang kali adalah
perusahaan semen dan perusahaan pupuk.
Berikut ini merupakan bagan alir dokumen prosedur
produksi

2. Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang


Prosedur ini digunakan oleh fungsi produksi untuk meminta bahan
baku dari fungsi gudang. Jika perusahaan menyediakan persediaan bahan
baku di gudang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bagi suatu order
produksi, diperlukan prosedur untuk meminta dan mengeluarkan barang
dari gudang. Jika perusahaan tidak menyelenggarakan persediaan bahan
baku tertentu di gudang, maka diperlukan permintaan prosedur pembelian
untuk memenuhi order produksi. Biasanya permintaan bahan baku untuk
memenuhi order produksi didasarkan pada daftar kebutuhan bahan baku
(bill of materials) yang dibuat oleh fungsi perencanaan dan pengawasan
produksi.
Berikut ini merupakan bagan alir dokumen prosedur permintaan
dan pengeluaran barang gudang
3. Prosedur Pengembalian Barang Gudang
Prosedur ini digunakan untuk mengembalikan barang ke gudang.
Ada kalanya bahan barang baku yang telah diambil dari gudang untuk
kepentingan produksi pesanan tertentu tidak seluruhnya habis digunakan.
Pengembalian bahan baku tesebut ke gudang, dilakukan oleh fungsi
produksi melalui prosedur pengembalian barang gudang. Dengan prosedur
ini dihasilkan dokumen sumber berupa bukti pengembalian barang gudang
yang digunakan untuk mengurangi biaya bahan baku yang dicatat dalam
kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan dan menambah persediaan
bahan baku yang dicatat dalam kartu persediaan.

Berikut ini merupakan bagan alir dokumen prosedur pengembalian


barang gudang
4. Prosedur pencacatan jam tenaga kerja langsung
Surat order produksi yang dikeluarkan oleh departemen produksi
biasanya dilampiri dengan daftar kebutuhan bahan baku dan daftar
kegiatan produksi (operation list). Daftar kegiatan produksi ini berisi
kegiatan yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah produk seperti
yang tercantum dalam surat order produksi, yang meliputi urutan proses
pengolahan, mesin yang digunakan, dan taksiran waktu kerja karyawan
dan mesin. Pelaksanaan kegiatan yang tercantum dalam daftar kegiatan
produksi tersebut memelurkan prosedur pencacatan jam tenaga kerja
langsung yang dikonsumsi dalam pengolahan order produksi yang
bersangkutan. Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja
langsung yang dikonsumsi untuk mengerjakan order produksi tertentu atau
yang dikeluarkan dalam periode waktu tertentu.

Berikut merupakan bagan alir dokumen prosedur pencatatan jam


kerja dan biaya tenaga kerja langsung
5. Prosedur produk selesai dan pembebanan biaya overhead pabrik
Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang
dibebankan kepada pesanan tertentu berdasarkan tariff yang ditentukan
dimuka dan harga pokok produk selesai yang ditransfer dari fungsi
produksi ke fungsi gudang.

Berikut ini merupakan bagan alir dokumen prosedur produk selesai


dan pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik
7. Prosedur pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, biaya
administrasi dan umum, dan biaya pemasaran
Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya, biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.
Berikut ini merupakan bagan alir dokumen prosedur pencatatan
biaya overhead pabrik sesungguhnya biaya administrasi dan umum, dan
biaya pemasaran

e. Unsur Pengendalian Intern


Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem akuntansi
biaya dirancang dengan merinci tiga unsur pokok sistem pengendalian intern,
yaitu:
1. Organisasi
a. Fungsi Pencatat Biaya Harus Terpisah dari Fungsi Produksi
Kegiatan fungsi produksi pada dasarnya terdiri dari
pemakaian berbagai sumber ekonomi (bahan baku, bahan
penolong, tenaga kerja, gedung, mesin, dan equipment) untuk
menghasilkan produk yang merupakan sumber ekonomi lain.
Konsumsi berbagai sumber ekonomi tersebut perlu diawasi dengan
penyelenggaraan catatan akuntansi. Pencacatan konsumsi sumber
ekonomi yang dilakukan oleh fungsi produksi harus dilaksanakan
oleh fungsi akuntansi agar data yang dicatat dapat dijamin
ketelitiannya dan keandalannya. Jika konsumsi sumber ekonomi
dilakukan dan sekaligus dicatat oleh fungsi produksi, risiko yang
terjadi adalah kemungkinan terjadinya manipulasi catatan
akuntansi oleh fungsi produksi untuk menutupi pemborosan yang
tejadi dalam megkonsumsi sumber ekonomi tersebut.
b. Fungsi Pencatat Biaya Harus Terpisah dari Fungsi yang
Menganggarkan Biaya
Anggaran biaya merupakan tolak ukur yang digunakan
untuk mengendalikan biaya. Agar data terealisasi anggaran biaya
dapat digunakan untuk mengendalikan pelaksanaan anggaran,
perlu diselenggarakan catatan akuntansi untuk mencatat realisasi
anggaran biaya. Fungsi yang melaksanakan pencatatan realisasi
anggaran harus terpisah dari fungsi yang menganggarkan biaya
agar informasi yang dihasilkan dari kegiatan pencacatan tersebut
dapat diandalkan sebagai alat pengendali pelaksanaan anggaran
biaya.
c. Fungsi Gudang Harus Terpisah dari Fungsi Produksi
Dalam perusahaan manufaktur, fungsi produksi
bertanggungjawab untuk memproses bahan baku menjadi produk
jadi dengan menggunakan mesin dan equipment yang ada. Untuk
itu fungsi produksi memerlukan bahan baku dan bahan penolong
sebagai masukannya serta memerlukan suku cadang untuk mejaga
agar mesin dan equipment tetap berfungsi. Karena kebutuhan
bahan baku, bahan penolong, dan suku cadang tersebut bersifat
rutin dan biasanya dalam jumlah yang besar, umumnya perusahaan
manufaktur menyelenggarakan persediaan bahan baku, bahan
penolong dan suku cadang bagi pemenuhan kebutuhan proses
produksinya untuk jangka waktu tertentu. Penyelenggaraan
persediaan tersebut dimaksudkan untuk menjamin kelancaran
proses produksi perusahaan tersebut. Fungsi penyimpanan
persediaan tersebut biasanya berada ditangan fungsi gudang, yang
bertanggungjawab atas keamanan persediaan yang disimpan di
gudang dan atas pencatatan pemakaian dan saldo fisik persediaan.
Pemisahan fungsi gudang dari fungsi produksi tersebut akan
menjamin kelancaran proses produksi, keamanan persediaan,
ketelitian dan keandalan data akuntansi yang dihasilkan.
d. Fungsi Gudang Harus Terpisah dari Fungsi Akuntansi
Dalam pencatatan persediaan dengan menggunakan metode
mutasi persediaan (perpetual inventory method) fungsi gudang
yang bertanggungjawab atas penyimpanan fisik persediaan
berkewajiban untuk menyelenggarakan catatan fisik persediaan
yang disimpan di gudang, sedangkan fungsi akuntansi
bertanggungjawab atas penyelenggaraan catatan fisik dan rupiah
persediaan. Fungsi gudang meyelenggarakan kartu gudang untuk
mencatat mutasi baik fisik maupun rupiah persediaan yang
disimpan di gudang. Kartu persediaan ini digunakan untuk
mengawasi mutasi dan saldo persediaan yang disimpan di gudang.
Oleh karena itu, untuk menjamin keandalan catatan akuntansi
persediaan dan keamanan persediaan yang disimpan di gudang,
fungsi gudang harus terpisah dari fungsi akuntansi persediaan.
Setiap fungsi akuntansi yang menggabungkan fungsi akuntansi
dengan kedua fungsi pokok yang lain, fungsi operasi dan fungsi
penyimpanan akan membuka kesempatan bagi karyawan fungsi
operasi dan penyimpanan melakukan penyelewengan dan
menutupi penyelewengannya tersebut dengan cara
memanipulasikan catatan akuntansi.
2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
a. Surat Order Produksi Diotorisasi oleh Kepala Fungsi Produksi
Kegiatan produksi diawali dengan diterbitkannya surat
order produksi oleh kepala fungsi produksi. Berdasarkan dokumen
tesebut, berbagai fungsi dibawah fungsi produksi yang terkait
dalam proses pembuatan produk melaksanakan kegiatan produksi.
Karena kepala fungsi produksi adalah pemegang wewenang untuk
memerintahkan unit-unit organisasi yang ada dibawahnya dalam
pelaksanaan kegiatan produksi, maka surat order produksi harus
diotorisasi oleh kepala fungsi tersebut, sehingga semua dokumen
(seperti bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, bukti
kas keluar, kartu jam kerja, dan laporan produk selesai) yang
dibuat untuk pelaksanaan produksi memiliki dasar yang sahih.
b. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Diotorisasi
oleh Kepala Fungsi Produksi yang Bersangkutan
Berdasarkan pengambilan bahan baku dan bahan penolong
dari fungsi gudang. Untuk keperluan tersebut, fungsi produksi
harus mengisi bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang.
Dokumen ini merupakan dokumen sumber sebagai dasar
pencatatan pengurangan persediaan yang dicatat dalam kartu
gudang (yang diselenggarakan oleh fungsi gudang) dan kartu
persediaan (yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi). Agar
bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang tersebut menjadi
dokumen sumber yang sahih maka harus diotorisasi oleh kepala
fungsi produksi, sebagai bukti bahwa pemakaian barang gudang
yang tercantum dalam dokumen tersebut memang diperlukan
untuk kegiatan produksi sesuai dengan surat order produksi.
c. Bukti Kas Keluar Diotorisasi oleh Fungsi Akuntansi Keuangan
Dalam proses produksi, kegiatan produksi yang
memerlukan pengeluaran kas dilaksanakan dengan pembuatan
bukti kas keluar yang diotorisai oleh fungsi pencatat uang,
kemudian fungsi ini membuat bukti kas keluar dan mengirimkan
tembusannya ke fungsi pencatat biaya untuk keperluan pencatatan
terjadinya biaya. Bukti kas keluar ini merupakan dokumen sumber
bagi pencatatan biaya produksi yang dikeluarkan lewat kas. Oleh
karena itu, agar bukti kas keluar tersebut merupakan dokumen
sumber yang sah, dokumen tersebut harus diotorisasi oleh kepala
fungsi pencatat uang, sebagai bukti telah dilakukannya verifikasi
terhadap kesahihan dokumen yang mendukung bukti kas keluar
tersebut.
d. Daftar Kebutuhan Bahan dan Daftar Kegiatan Produksi dibuat oleh
Fungsi Perencanaan dan Pengawasan Produksi dan Diotorisasi
oleh Kepala Fungsi Produksi
Fungsi perencanaan dan pengawasan produksi merupakan
fungsi staff yang membantu kepala fungsi produksi dalam
merencanakan dan mengawasi pelaksanaan produksi. Berdasarkan
surat order produksi yang diterbitkan, fungsi perencanaan dan
pengawasan produksi membuat rencana pemakaian bahan baku
dan bahan penolong yang dituangkan dalam dokumen daftar
kebutuhan bahan (bill of materials) dan rencana kegiatan produksi
yang dituangkan dalam daftar kegiatan produksi (operation list).
Berdasarkan kedua dokumen tersebut, berbagai unit organisasi
yang terkait dalam kegiatan produksi melaksanakan pengolahan
bahan baku menjadi produk jadi. Dengan demikian kedua
dokumen tersebut berisi tolak ukur untuk mengawasi kegiatan
produksi. Kedua dokumen tersebut dibuat oleh fungsi perencanaan
dan pengawasan produksi dan diotorisasi oleh kepala fungsi
produksi.
3. Praktik yang Sehat
a. Surat Order Produksi, Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang
Gudang, Bukti Kas Keluar, dan Bukti Memorial, Bernomor Urut
Tercetak dan Penggunaannya Dipertanggungjawabkan
Dalam sistem akuntansi biaya, surat order produksi, bukti
permintaan dan pengeluaran barang gudang, bukti kas keluar, dam
bukti memorial merupakan dokumen sumber seebagai dasar
pencatatan biaya kedalam jurnal dan kartu biaya. Pengawasan
terhadap pemakaian berbagai dokumen sumber tersebut dapat
dilakukan dengan membuat formulir dokumen tersebut dalam
bentuk bernomor urut tercetak. Penggunaan nomor urut tercetak
setiap dokumen sumber tersebut harus dipertanggungjawabkan
oleh fungsi yang berwenang untuk menggunakannya.
b. Secara Periodik Dilakukan Rekonsiliasi Kartu Biaya dengan
Rekening Kontrol Biaya dalam Buku Besar
Rekonsiliasi digunakan untuk mengecek ketelitian data
yang dicatat dalam kartu biaya dan rekening kontrol biaya yang
bersangkutan dalam buku besar. Karena dokumen sumber yang
dipakai untuk mencatat biaya kedalam kartu biaya adalah sama
dengan dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan
kedalam jurnal dan rekening kontrol yang bersangkutan di buku
besar, maka data yang dicatat dalam buku pembantu seharusnya
sama dengan data yang dicatat dalam rekening kontrol yang
bersangkutan di buku besar.
c. Secara Periodik dilakukan Pehitungan Pesediaan yang Ada di
Gudang untuk Dicocokkan dengan Kartu Persediaan
Seperti telah dijelaskan diatas, dalam pencatatan persediaan
dengan menggunakan metode mutasi persediaan (perpetual
inventory method), fungsi gudang yang bertanggungjawab atas
penyimpanan fisik persediaan berkewajiban untuk
menyelenggarakan catatan fisik dan rupiah persediaan. Secara
periodik harus dilakukan pencocokkan kuantitas fisik persediaan
yang ada di gudang dengan kuantitas yang dicatat dalam kartu
persediaan di fungsi akuntansi. Pencocokkan ini dilaksanakan
dalam suatu kegiatan yang disebut perhitungan fisik persediaan
(inventory taking). Kegiatan ini bertujuan untuk menguji
keamanan persediaan yang disimpan di gudang dan untuk
mengecek ketelitian dan keandalan data dalam kartu persediaan
yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi.
Unsur pengendalian intern dalam sistem akuntansi penggajian dan
pengupahan menurut Mulyadi (2001):
1. Setiap orang yang namanya tercantum dalam daftar gaji dan upah harus
memiliki surat keputusan pengangkatan sebagai karyawan perusahaan
yang ditandatangani oleh Direktur Utama.
2. Setiap perubahan gaji dan upah karyawan karena perubahan pangkat,
perubahan tariff dan upah, tambahan keluarga harus didaftarkan pada surat
keputusan Direktur Keuangan.
3. Setiap potongan gaji dan upah karyawan selain dari pajak penghasilan
karyawan harus didasarkan atas surat potongan gaji dan upah yang
diotorisasikan fungsi kepegawaian.
4. Kartu jam hadir diotorisasi oleh kepala departemen karyawan yang
bersangkutan.
5. Perintah lembur harus diotorisasi oleh kepala departemen karyawan yang
bersangkutan.

B. Sistem Pengawasan Produksi


Sistem pengawasan produksi terdiri dari jaringan prosedur untuk mengawasi
order produksi yang dikeluarkan agar terjadi koordinasi antara kegiatan penjualan,
penyediaan bahan baku, fasilitas pabrik, dan penyediaan tenaga kerja guna memenuhi
order tersebut.
Sistem pengawasan produksi ditujukan untuk mengawasi pelaksanaan order
produksi yang dikeluarkan oleh fungsi produksi. Dalam perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan dari pembeli, order pembelian, order produksi erat hubungannya
dengan order yang diterima oleh fungsi penjualan dari pembeli.

a. Dokumen yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Biaya


a) Surat order produksi
Dokumen ini merupakan surat perintah yang dikeluarkan oleh
departemen produksi yang ditujukan kepada bagian-bagian yang terkait
dengan proses pengolahan produk untuk memproduksi sejumlah produk
yang spesifikasi, cara produksi, fasilitas produksi, dan jangka waktu
seperti yang tercantum dalam surat order produksi tersebut.
Di dalam surat order produksi terdapat kolom-kolom yang lebih
rinci mengenai identitas pembeli, jumlah barang, waktu barang selesai
sehingga dapat terkendali proses order pembelian kepada pemilik. Pemilik
dapat menggunakan surat order produksi sebagai dasar rekapitulasi setiap
bulannya untuk mengetahui pesanan setiap bulan.
b) Daftar kebutuhan bahan
Dokumen ini merupakan daftar jenis dan kuantitas bahan baku
yang diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang tercantum dalam
surat order produksi.
c) Daftar kegiatan produksi
Dokumen ini merupakan daftar urutan jenis kegiatan dan fasilitas
mesin yang diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang tercantum
dalam surat order produksi.
d) Bukti permintaan dan pengeluaran barang
Dokumen ini merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi
produksi untuk meminta bahan baku dan bahan penolong untuk
memproduksi produk yang tercantum dalam surat order produksi. Dokume
ini juga berfungsi sebagai bukti pengeluaran barang dari gudang.
e) Bukti pengeluaran barang gudang
Dokumen ini merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi
produksi untuk mengembalikan bahan baku penolong ke fungsi gudang.
Pengembalian bahan ini umumnya disebabkan karena adanya sisa bahan
baku dan bahan penolong yang tidak pakai dalam proses produksi.
f) Kartu jam kerja
Dokumen ini merupakan kartu untuk mencatat jam kerja tenaga
kerja langsung yang dikonsumsi untuk memproduksi produk yang
tercantum dalam surat order produksi.
g) Laporan produk selesai
Laporan produk selesai dibuat oleh fungsi produksi untuk
memberitahukan selesainya produksi pesanan tertentu kepada fungsi
perencanaan dan pengawasan produksi, fungsi gudang, fungsi penjualan,
fungsi akuntansi persediaan, dan fungsi akuntansi biaya.

b. Fungsi yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Biaya


Fungsi/bagian yang terkait di dalam sistem akuntansi biaya:
1. Fungsi Pejualan
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan dari
pembeli, fungsi penjualan bertanggung jawab atas penerimaan order dari
langganan dan meneruskan order tersebut ke fungsi produksi. Jika order
dari langganan ditulis dalam formulir yang disediakan oleh perusahaan,
orde langganan ini langsung dapat diserahkan oleh fungsi penjualan ke
fungsi produk untuk dapat segera diproses. Jika order dari langganan
belum berisi informasi yang lengkap, fungsi penjualan berkewajiban untuk
menambahkan informasi yang kurang, atau menuliskan kembali kedalam
perkiraan penjualan dan laporan-laporan persediaan yang berisi informasi
tetap bagi kepentingan fungsi produk. Dalam perusahaan yang
berproduksi secara massal, laporan tersebut umumnya ditentukan bersama
dalam rapat bulanan antara fungsi pemasaran dan fungsi produksi. Fungsi
penjualan melayani order dari langganan berdasarkan persediaan produk
jadi yang ada di gudang.
2. Fungsi Produksi
Fungsi ini betanggung jawab atas pembuatan perintah produksi
bagi fungsi-fungsi yang ada dibawahnya yang akan terkait dalam
pelaksanaan dalam proses produksi guna memenuhi permintaan produksi
dan fungsi penjualan. Dalam perusahaan besar fungsi produk biasanya
dibantu oleh fungsi perencaan dan pengawasan produksi dalam pembuatan
order produksi tersebut. Order produksi tersebut dituangkan dalam bentuk
tertulis dalam dokumen yang disebut surat order produksi. Surat order
produksi ini dilampiri dengan surat kebutuhan bahan dan daftar kegiatan
produksi. Fungsi ini bertanggungjawab atas pelaksanaan produksi sesuai
dengan surat order produksi dan daftar kebutuhan bahan serta daftar
kegiatan produksi yang melampiri surat order tersebut.
3. Fungsi Perencanaan dan Pengawasan Produksi
Fungsi ini merupakan fungsi staff yang membantu fungsi produksi
dalam merencanakan dan mengawasi kegiatan produksi. Perencanaan
produksi diwujudkan dalam perhitungan rencana kebutuhan bahan dan
peralatan yang akan digunakan untuk memproduksi pesanan yang diterima
dan fungsi penjualan. Rencana produksi dituangkan oleh fungsi ini dalam
dokumen daftar kebutuhan bahan dan daftar kegiatan produksi. Fungsi ini
mempersiapkan dokumen ijin produksi yang menjelaskan kuantitas
masing-masing produk yang diproduksi menjelaskan kuantitas masing-
masing produk yang diproduksi dan prioritas relatif dari masing-masing
produk.
4. Fungsi Pengolahan Data Elektronik
Bagian ini menerima dokumen ijin produksi dari bagian
perencanaan produksi. Dokumen ijin produksi tersebut dijadikan untuk
input proses pembuatan Perintah Produksi, Perintah Bahan, dan Jadwal
Produksi.
5. Fungsi Gudang
Dalam sistem pengawasan sistem produksi dan sistem akuntansi
biaya ini, fungsi gudang bertanggung jawab atas pelayanan permintaan
bahan baku, bahan penolong, dan barang lain yang digudangkan. Fungsi
ini juga bertanggungjawab menerima produk jadi yang diserahkan oleh
fungsi produksi.
6. Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi akuntansi biaya secara umum adalah melakukan
perhitungan dan pelaporan biaya (harga) pokok suatu produk didalam
sebuah perusahaan, memberikan informasi dasar untuk membuat
perencanaan biaya dan beban, dan juga memberikan informasi biaya bagi
manajemen guna dipakai didalam pengendalian manajemen.
Dalam sistem pengawasan produksi dan sistem akuntansi biaya,
fungsi ini betanggungjawab untuk pencatatan mutasi setiap jenis
persediaan dan atas pencatatan biaya produksi langsung, biaya produksi
tidak langsung dan biaya nonproduksi ke dalam kartu biaya. Di samping
itu fungsi akuntansi biaya bertanggungjawab atas pencatat transaksi
tejadinya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik,
dan biaya nonproduksi ke dalam jurnal pemakaian bahan baku dan jurnal
umum serta posting ringkasan jurnal tersebut ke rekening yang
bersangkutan dalam buku besar.

C. Studi Kasus

a. Profil Perusahaan
PT Titian Nusantara Boga (TNB) pertama kali didirikan pada tahun 2011,
beberapa bulan setelah Daily Bread Café diakuisisi untuk memenuhi kebutuhan
dalam memasok produk kepada perusahaan principal kami.
Lokasi pertama ada di daerah Kemayoran, Jakarta Utara seluas 200 m2
dalam waktu singkat. TNB mulai tumbuh dan mulai produksi dan distribusi
adonan beku tidak hanya untuk memenuhi Daily Bread Café tetapi juga untuk
café dan restoran lainnya.

b. SOP
c. Flowchart
1) Flowchart Pengajuan Bahan

2) Flowchart Produksi

d. Penjelasan
1) Produk baru
3. R&D (Research and Development)
R&D membuat sample produk baru menggunakan bahan
yang tersedia di gudang atas persetujuan Purchasing. Setelah
sample tersebut jadi, sample tersebut didistribusikan ke perwakilan
setiap divisi untuk dinilai layak atau tidaknya sample tersebut
untuk dipasarkan. Jika sample tersebut layak untuk dipasarkan
maka R&D akan menyerahkan formula sample tersebut ke divisi
PPIC.
4. PPIC
PPIC merencanakan kebutuhan bahan untuk memproduksi
produk baru. Kebutuhan ini dibuat dengan menggunakan “form
planning” dan diserahkan ke Purchasing. Form ini mencakup jeis
bahan yang diperlukan beserta jumlah/beratnya.
Contoh Form Planning:

5. Purchasing
Purchasing merupakan harga bahan-bahan untuk membuat
produk baru.
6. SPV Cost Accounting
SPV Cost Accounting menghitung Harga Pokok Produksi,
Harga Pokok Penjualan, serta menentukan Harga Jual untuk
membuat produk baru.
7. COO (Chief Operating Officer)
COO menganalisa Harga Pokok Produksi, Harga Pokok
Pejualan, serta Harga Jual, apakah sudah sesuai dengan kebijakan
perusahaan atau tidak. Jika disetujui produk tersebut COO akan
menginformasikan ke SPV Cost Accounting untuk
menginformasikan produk tersebut ke semua divisi yaitu Sales,
Produksi, Accounting, Store.

2) Produk Masa
8. PPIC
PPIC membuat Purchase Requestion (PR) saat mengetahui
stok bahan-bahan di gudang sudah mendekati batas minimum.

9. Purchasing
Purchasing akan memproses PR tersebut dengan cara
membuat Purchase Order (PO) untuk pemesanan bahan-bahan
tersebut ke supplier.

10. Warehouse (Gudang)


Gudang menerima bahan-bahan yang sudah dipesan dari
supplier setelah itu mencocokkan copy PO yang diterima dari
Purchasing dengan bahan-bahan yang dikirimkan dari supplier.

e. Pengajuan Proses Produksi


1. Sebelum proses produksi dimulai, masing-masing outlet megajukan list
dalam bentuk WOP (Week Order Product) setiap minggunya yang
dikonfirmasikan ke Sales Order melalui e-mail berapa banyak produk
yang harus dibuat.

Berikut adalah bentuk WOP:


2. Setelah itu Sales Order menginput WOP ke system Accurate. Setelah
diinput, bagian Sales Order akan membuat SPK (Surat Perintah Kerja)
harian untuk diserahkan ke bagian PPIC, bagian PPIC akan
menginformasikan SPK harian tersebut ke bagian Produksi.

Berikut merupakan contoh format SPK dari sales order:


TGL KIRIM RABU, 20/09/17 SPK DAILY BREAD
Nama Kategori Barang No. Barang Keterangan Barang Satuan Kuantitas
ROTI TAWAR 7TT003302 Japanese Toast 1.8 cm Delicio bks 16
7TT003304 Wheat Brown 1.8 cm Delicio bks 20
7TT003308 Potato Raisin Toast 1.8 cm Delicio bks 3
Total 39
SWEET BUN 7JPN00006 Sausage Pan Sollie pcs 14
7JPN00008 Komonosu Pan Sollie pcs 4
7JPN00009 Chicken Curry Pan Sollie pcs 14
7JPN00010 Kuma Chigiri Pan Sollie pcs 3
7JPN00011 Usagi Chigiri Pan Sollie pcs 3
7JPN00012 Set Of 3 Bun Sollie pac 3
7RG000001 Fried Chicken Bread Delicio pcs 15
7RG000003 Hot Wagyu Delicio pcs 18
7RTM00016 Yummy Srikaya Bun Delicio pcs 20
7RTM00017 Sisir Manis Bun Delicio pcs 18
7RTM00025 Roti Nanas Delicio pcs 15
7RTM00033 Soft Roll Bread Mini 10 pcs/pac Delicio pac 7
7RTM00051 Melted Cheese Bread Delicio pcs 20
7RTM00053 Super Dark Choco Bread Delicio pcs 20
7RTM00055 Mocca Almond Bread Delicio pcs 19
7RTM00069 Red Bean Bun Delicio pcs 14
7RTM00071 Long John Choco Bun Delicio pcs 16
7RTM00072 Long John Cheese Bun Delicio pcs 14
7RTM00082 Rilakuma Delicio pcs 3
7RTM00083 Antpman Delicio pcs 3
7RTM00099 Cheese Mayonaise Bun Delicio pcs 14
7RTM00100 Taro Bun Delicio pcs 13
7RTS000054 Bakso Ayam Mozarella Delicio pcs 18
7TB000073 Shokora Almond Delicio pcs 16
7TB002016 Nemo Delicio pcs 4
7TB002038 Black Forrest Bun Delicio pcs 20
7TB002039 Cheese Polo Delicio pcs 19
7TB002040 Double Choco Bun Delicio pcs 20
7TB002041 Kalosi Coffee Delicio pcs 19
7TB002055 Blueberry Cream Cheese Bread Delicio pcs 19
7TB002102 Hot Beef Bread Delicio pcs 17
7TB002117 Chicken Floss Spicy Bun Delicio pcs 13
3. Bagian Produksi akan memproduksi sesuai dengan SPK harian. Setiap hari
bagian Produksi akan memproduksi ± 3.000 – 4.000 unit.
4. Setelah Produk jadi, SPV produksi akan membuat Laporan Hasil Produksi
(LHP) sebagai laporan produk selesai.
Berikut contoh Laporan Hasil Produksi (LHP):
5. Setelah itu, bagian QC (Quality Control) akan mencocokkan antara produk
jadi dengan SPK harian tesebut, dan mengecek apakah kualitas produk
tersebut sesuai dengan standar perusahaan.
6. Setelah produk selesai dengan standar perusahaan, QC akan serah terima
dengan bagian Distribusi dengan meggunakan Look Book.
7. Bagian Distribusi akan mendistribusikan produk tersebut ke Outlet-outlet.

f. Contoh Perhitungan Harga Pokok Produksi

BIAYA BAHAN BAKU

No Bahan Pemakaian Harga/kg Jumlah


1 Tepung Terigu 156 Rp 9.000 Rp 1.404.000
2 Gula Pasir 15,6 Rp 11.500 Rp 179.400
3 Telur 10 Rp 17.000 Rp 170.000
4 Mentega 39 Rp 5.000 Rp 195.000
5 Ragi Basah 600 Rp 250 Rp 150.000
6 Pengempuk 600 Rp 250 Rp 150.000
7 Pasta Coklat 5 Rp 10.000 Rp 50.000
Total Rp 2.298.400

BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG

Bagian Jumlah Pekeja Upah/Bulan (Rp) Uang Makan Jumlah (Rp)


Pengadonan 2 Rp 1.000.000 Rp 10.000 Rp 2.020.000
Cetak 3 Rp 1.000.000 Rp 10.000 Rp 3.030.000
Bakar 2 Rp 1.000.000 Rp 10.000 Rp 2.020.000
Pengemasan 2 Rp 1.000.000 Rp 10.000 Rp 2.020.000
Total 9 Rp 9.090.000
ALOKASI BIAYA BERSAMA BTKL

Jenis Jumlah % Alokasi Alokasi Biaya Bersama


Produksi BTKL (Rp)
Roti:
Cokelat 5.000 26% Rp 2.363.400
Keju 3.500 18,3% Rp 1.663.470
Nanas 3.750 19,6% Rp 1.781.640
Strawberry 3.000 15,7% Rp 1.427.130
Srikaya 3.900 20,4% Rp 1.854.360
Total 19.150 100% Rp 9.090.000

BOP VARIABEL ROTI COKLAT

Jenis Biaya Biaya/Bulan Alokasi BOP Variabel Roti Cokelat


Biaya Listrik Rp 340.000 Rp 88.400
Biaya Telephone Rp 110.000 Rp 28.600
Biaya Gas Elpiji Rp 95.000 Rp 24.700
Biaya Plastik Pembungkus Rp 258.620 Rp 67.241
Total Rp 208.941

BOP TETAP ROTI COKLAT

Jenis Biaya Biaya/Bulan (Rp) Alokasi BOP Tetap Roti Cokelat


Biaya Listrik Rp 340.000 Rp 88.400
Biaya Telephone Rp 110.000 Rp 28.600
Biaya Sewa Pabrik Rp 1.000.000 Rp 260.000
Biaya Depresiasi Oven Rp 100.000 Rp 26.000
Biaya Depresiasi Mesin Pengaduk Rp 50.000 Rp 13.000
Biaya Depresiasi Mesin Rolling Rp 20.800 Rp 5.400
Biaya Depresiasi Mesin Steam Rp 20.800 Rp 5.400
Biaya Depresiasi Kendaraan Rp 250.000 Rp 65.000
Total Rp 491.800
AKTIVA PERUSAHAAN

Aktiva Banyaknya Harga Satuan (Rp) Harga Perolehan (Rp)


Aktiva Lancar:
Kas - Rp - Rp 5.000.000
Persediaan - Rp - Rp 750.000
Aktiva Tetap:
Oven 4 Rp 1.500.000 Rp 6.000.000
Mesin Pengaduk 2 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000
Mesin Rolling 1 Rp 1.250.000 Rp 1.250.000
Mesin Steam 1 Rp 1.250.000 Rp 1.250.000
Kendaraan 2 Rp 7.500.000 Rp 15.000.000
Total Rp 32.250.000

BIAYA NON PRODUKSI

Jenis Biaya Biaya/Bulan Alokasi Roti Coklat


Biaya Administrasi dan Umum Rp 100.000 Rp 26.000
Biaya Pemasaran Rp 150.000 Rp 39.000
Total Rp 65.000

HPP METODE PERUSAHAAN

Roti Cokelat
Jumlah Produksi 5.000
BBB Rp 2.298.400
BTKL Rp 2.363.400
Biaya Listrik Rp 340.000
Biaya Telephone Rp 110.000
Biaya Gas Elpiji Rp 95.000
Total HPP Rp 5.206.800
HPP/Buah Rp 1.041
g. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing

HPP Metode Full Costing


Roti Cokelat
Jumlah Produksi: 5.000 Unit

Biaya Bahan Baku Rp 2.298.400


Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.363.400
BOP Variabel:
Biaya Listrik Rp 88.400
Biaya Telephone Rp 28.600
Biaya Gas Elpiji Rp 24.700
Biaya Plastik Rp 67.241
BOP Tetap:
Biaya Listrik Rp 10.400
Biaya Telephone Rp 7.800
Biaya Sewa Pabrik Rp 260.000
Biaya Depresiasi Oven Rp 26.000
Biaya Depresiasi Pengaduk Rp 13.000
Biaya Depresiasi Rolling Rp 5.400
Biaya Depresiasi Steam Rp 5.400
Biaya Depresiasi Kendaraan Rp 65.000
Total HPP Rp 5.263.741
HPP/Buah Rp 1.053
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan teori yang telah kami sampaikan dengan penelitian yang kami
lakukan di PT Titian Nusantara Boga, kami dapat meyimpulkan bahwa ada beberapa
praktek pada PT Titian Nusantara Boga ada yang tidak sesuai dengan teori yang ada.
Beberapa praktek yang tidak sesuai dengan teori yang ada, sebagai berikut:
1. Pada prakteknya, langkah-langkah proses yang ada dalam pengajuan produk baru
ataupun produk masa tidak sesuai dengan SOP yang ada.
2. PT Titian Nusantara Boga mempunyai metode sendiri dalam menghitung Harga
Pokok Produksi, tidak megikuti metode yang ada pada teori.
3. Pada prakteknya, pengendalian intern yang ada pada teori tidak berjalan dengan
baik pada PT Titian Nusantara Boga karena adanya ketidaksesuaian antara SOP
dengan praktek.

B. Saran
Setelah kami meneliti PT Titian Nusantara Boga, kami dapat memberikan
beberapa masukan yang mungkin akan berguna bagi manajemen, seperti:
1. Sebaiknya pihak manajemen dari PT Titian Nusantara Boga memperbaiki SOP
yang ada supaya sesuai dengan praktek dan teori yang ada.
2. Sebaiknya PT Titian Nusantara Boga tersebut menggunakan metode full costing
karena dapat mengidetifikasi biaya-biaya yang dapat mendukung proses produksi
dibandingkan perhitungan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Suherman, Asep. 2021. Akuntansi Biaya. Sumatra Barat: Insan Cendekia Mandiri.

Puspitaningtyas, E. Toha, A. Prakoso, A. (2017). Pengelolaan Keuangan Laba Rugi pada Home
Industry Alat Musik UD Kayu Mas Balung, Jember. 4(2), 121-126.

Iryanie, E. Handayani, M. 2019. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Deepublish.

Ramdhani, D. Merida. Hendrani, A. Suheri. 2020. Akuntansi Biaya (Konsep dan Implementasi di
Industri Manufaktur). Yogyakarta: CV MARKUMI.

Ramadani, Desi. 2011. Aplikasi Konsep Basis Data Relasional pada Sistem Produksi,
Pengupahan dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.
https://www.researchgate.net/profile/Desi-Tarigan/publication/342847223_Aplikasi_Kon
sep_Basis_Data_Relasional_pada_Sistem_Produksi_Pengupahan_dan_Sumber_Daya_M
anusia/links/5f08962f92851c52d626bc03/Aplikasi-Konsep-Basis-Data-Relasional-pada-
Sistem-Produksi-Pegupahan-dan-Sumber-Daya-Manusia.pdf

Saraswati Gendis, Nony. 2018. Sistem Akuntansi Biaya.


https://www.slideshare.net/nonygendis/sistem-akuntansi-biaya-96692203

Kurniawan, David. 2012. Penerapan Sistem Akuntansi Biaya untuk Meningkatkan Tingkat
Akurasi Biaya Produksi (Studi Praktik Kerja pada PT Hamparan Plastindo Raya). 1(1),
16-20. http://jurnal.wima.ac.id/index.php/JIMA/article/view/6/4

Sidharta, J, etc, al. 2021. Akuntansi Biaya. Bandung: Media Sains Indonesia.

Esa Dwi Prastiti, A. Saifi, M. Zahro. 2016. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi dengan
Metode Activity Based Costing System (Sistem ABC). 39(1), 16-23.
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/1529/1912

Purba, Roh Dearni. 2016. Analisis Sistem Akuntansi Biaya pada PT. Pekebunan Nusantara III
(Persero) Unit Usaha PKS AEKNABARA Selatan.
http://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/1224

Anda mungkin juga menyukai