Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

SISTEM AKUNTANSI BIAYA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Analisis Metode Perancangan Sistem

Dosen Pengampu: Rina Marliana., S.Pd., M.Sc.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

Risa Damayanti 193403002


Mila Mawarohmah 193403015
Yayang Lis Nirmayanti 193403052
Sinta Yuapiantina 193403065
Tassya Ramandayani 193403070

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Analisis Metode
Perancangan Sistem yang berjudul “SISTEM AKUNTANSI BIAYA” tepat waktu. Tidak
lupa shalawat serta salam yang senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.

Terima kasih kami ucapkan kepada yang terhormat Ibu Rina Marliana., S.Pd., M.Sc. selaku
dosen mata kuliah Analisis Metode Perancangan Sistem, orangtua kami yang senantiasa
memberi dukungan baik moril maupun materil, dan teman-teman tim yang ikut serta
membantu dalam pengerjaan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami menerima
segala bentuk kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Tasikmalaya, 01 Oktober 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 3


1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Makalah.......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4


2.1. Sistem Akuntansi........................................................................................................ 4
2.2. Sistem Akuntansi Biaya .............................................................................................. 5
2.3. Sistem Pengawasan Produksi .................................................................................... 25
2.4. Studi Kasus .............................................................................................................. 29

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 39


3.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 39
3.2. Saran ........................................................................................................................ 39

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 40

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam dekade terakhir, globalisasi bisnis, meningkatnya persaingan, dan teknologi


manufaktur baru, memaksa banyak perusahaan untuk mengevaluasi kembali praktik-
praktik bisnis mereka. Evaluasi kembali ini membawa perubahan-perubahan dalam
filosofi manajemen dan sistem bisnis, yang kemudian mengharuskan para akuntan untuk
mengevaluasi kembali kegunaan informasi yang diberikan oleh sistem akuntansi kepada
manajemen. Sistem akuntansi diciptakan terutama untuk menyediakan informasi
pelaporan eksternal, atau diciptakan pada saat teknologi dan sistem manufaktur sangat
dipengaruhi oleh tenaga kerja manusia. Informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi
yang sudah usang terkadang tidak dapat berguna lagi. Untuk menyediakan sistem
informasi yang diperlukan oleh manajemen, akuntan mulai mendesain kembali sistem
akuntansi. Berbagai jenis data yang berbeda dibutuhkan untuk berbagai pengambilan
keputusan yang berbeda, dan berbagai sistem bisnis yang berbeda membutuhkan
berbagai jenis sistem akuntansi yang berbeda untuk menyediakan datanya. Dengan
berubahnya sistem bisnis, sistem akuntansi dievaluasi kembali, dan dalam beberapa
kasus diubah.

Dalam makalah ini akan menjelaskan sistem akuntansi biaya. Sistem akuntansi biaya
terdiri dari jaringan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikan data biaya produksi
dan biaya nonproduksi untuk menyajikan informasi biaya bagi kebutuhan manajemen.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Akuntansi?
2. Apa yang dimaksud dengan Sistem Akuntansi Biaya?
3. Bagaimana praktik yang sehat mengenai Sistem Akuntansi Biaya?

1.3. Tujuan Makalah

1. Memahami apa yang dimaksud dengan Sistem Akuntansi Biaya


2. Memahami apa yang dimaksud dengan Sistem Pengawasan Produksi
3. Memahami praktik yang sehat mengenai Sistem Akuntansi Biaya

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Akuntansi

Sistem didefinisikan sebagai kumpulan dua atau lebih komponen yang saling terkait yang
berinteraksi untuk mencapai tujuan. Secara umum, tujuan utama dari perusahaan adalah
memperoleh profit semaksimal mungkin dengan menekan pengeluaran seminimal
mungkin, tidak terkecuali organisasi nirlaba sekalipun. Perusahaan yang berkinerja baik
merupakan perusahaan yang dapat memaksimalkan sumber daya yang mereka miliki untuk
menghasilkan pendapatan, serta selalu melakukan evaluasi terhadap pencapaian mereka,
sehingga selalu terjadi perubahan yang positif.

Akuntansi dapat didefinisikan atau dapat diartikan suatu sistem informasi yang
menghasilkan sebuah laporan (laporan keuangan) kepada pihak-pihak yang berkepentingan
mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi organisasi atau perusahaan (Warren et al., 2005)
Sistem Akuntansi menurut Mulyadi (2016) “Sistem akuntansi adalah organisasi, formulir,
catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan
informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan
perusahaan”.

Menurut Susanto (2009) “Sistem akuntansi dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari
subsistem-subsistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara
harmonis untuk mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan yang diperlukan
oleh pengambil keputusan dalam proses pengambilan keputusan dibidang keuangan”.

Tujuan Sistem Akuntansi

Menurut Mulyadi (2016, 3) sistem informasi akuntansi adalah organisasi formulir,


catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan
perusahaan.Tujuan umum pengembangan sistem akuntansi adalah sebagai berikut:
Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru, Untuk
memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai
mutu, ketetapan penyajian, maupun struktur informasinya dan Untuk memperbaiki
pengendalian akuntansi dan pengecekan internal. Akuntansi merupakan alat
pertanggung jawaban kekayaan suatu organisasi.

4
Unsur-unsur dalam Sistem Akuntansi

Mulyadi (2013:3) mengatakan unsur suatu sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan
yang terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta laporan. Berikut ini diuraikan
lebih lanjut pengertian masing-masing unsur sistem akuntansi tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Formulir Merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi.
Dengan 11 formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi yang direkam pertama
kali dijadikan dasar dalam pencatatan.
b. Jurnal Merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat,
mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Dalam jurnal ini
pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasannya kemudian diposting
ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
c. Buku Besar (General Ledger) Terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk
meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening buku
besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data
keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk
penyajian laporan keuangan.
d. Buku Pembantu (Susbsidiary Ledger) Terdiri dari rekening-rekening pembantu yang
merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku
besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang berarti tidak ada
catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam
rekening buku besar dan buku pembantu.
e. Laporan Merupakan hasil akhir proses akuntansi yang berupa neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya
pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan
dibayar, dan daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya

2.2. Sistem Akuntansi Biaya

Mulyadi (1999: 8), menyatakan bahwa biaya dalam arti luas adalah
pengorbanan sember ekonomi yang diukur satuan uang, yang telah terjadi atau
kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu.

Sistem akuntansi biaya terdiri dari jaringan prosedur untuk mengumpulkan,


mengklasifikasikan data biaya produksi dan biaya nonproduksi untuk menyajikan
informasi biaya bagi kebutuhan manajemen.
5
Sistem informasi biaya adalah sistem yang membantu manajemen dalam menetapkan
sasaran laba perusahaan, target laba departemen, mengevaluasi efektivitas rencana
perusahaan, mengungkapkan kegagalan dan keberhasilan. Beberapa uraian pengertian
Sistem Akuntansi Biaya.

Menurut Bastian Bustami dan Nurlela: Sistem informasi biaya adalah sistem yang
membantu manajemen dalam menetapkan sasaran laba perusahaan, mengungkapkan
kegagalan dan keberhasilan dalam bentuk tanggungjawab yang pesifik dan menganalisis
serta memutuskan penyesuaian dan perbaikan yang perlu agar tujuan atau sasaran
organisasi dapat dicapai.

Sistem akuntansi biaya (CAS) didefinisikan sebagai kerangka kerja sistematis yang
digunakan oleh perusahaan untuk memperkirakan biaya produk mereka untuk mengukur
profitabilitas mereka (Dury, 2015; Bragg, 2001; Obara dan Ukpai, 2001; Romney dan
Steinbart, 2011; Martin, 2014). CAS mencakup harga pokok penjualan sederhana dan
penilaian persediaan, analisis impas, analisis biaya penuh dan variabel, analisis varian
dan penetapan biaya berdasarkan aktivitas (ABC).

Menurut Mulyadi yaitu: “Sistem Akuntansi Biaya terdiri dari penyediaan jaringan
prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan data biaya produksi dan nonproduksi
untuk menyajikan informasi biaya bagi kebutuhan manajemen”.

Sehingga dapat disimpulkan sistem akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang
diperuntukkan bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisis terhadap biaya-biaya yang
berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa.

Informasi biaya yang sistematis dan komparatif serta data biaya dan laba yang analitis
dibutuhkan para manajer agar dapat menetapkan target laba, menetapkan target
departemen untuk manajemen tingkat menengah dan manajemen operasi, mengevaluasi
efektivitas rencana, menunjukan keberhasilan atau kegagalan tertentu, mengidentifikasi
dan memilih strategi, serta memutuskan penyesuaian dan perbaikan dalam organisasi.
Data akuntansi diakumulasikan delam berbagai bentuk metode dan sistem karena
beragamnya jenis dan ukuran bisnis. Sistem informasi yang berhasil sebaiknya
disesuaikan untuk memberikan perpaduan yang paling efisien antara kecanggihan dan
kesederhanaan. Mendesain sistem akuntansi biaya membutuhkan pemahaman atas
sturktur organisasi dan jenis informasi yang dibutuhkan. Sistem informasi akuntansi
biaya harus mencerminkan pembagian otoritas sehingga manajer individu dapat dimintai
6
pertanggungjawaban. Sistem tersebut harus didesain untuk merangsang manajemen
berdasarkan pengecualian yaitu sistem harus menyediakan manajemen informasi yang
memfasilitasi identifikasi segera atas aktivitas-aktivitas yang memerlukan perhatian.
Meskipun catatan akuntansi tidak akan menyediakan seluruh informasi yang dibutuhkan
manajemen yang efektif, akuntan yang mendesain sistem tersebut harus mengetahui
bagaimana karyawan digaji, bagaimana persediaan dikendalikan, bagaimana peralatan
dihitung biayanya, berapa kapasitas mesin, dan informasi-informasi lainnya (Carter,
2017).

Sebagian besar perusahaan menggunakan perhitungan biaya pesanan dan proses untuk
membebankan biaya produsi. Perhitungan biaya pesanan membebankan kepada batch
produksi tertentu, atau pekerjaan tertentu, dan digunakan ketika produk atau jasa yang
dijual terdiri dari bagian-bagian yang dapat diidentifikasi secara terpisah. Contohnya,
perusahaan kontraktor menggunakan perhitungan biaya pesanan untuk setiap rumah yang
dibangun. Dalam cara yang hamper sama, kantor akuntan publik dan firma hukum
menggunakan perhitungan biaya pesanan untuk menghitung biaya setiap audit, atau
kasus terkait. Perhitungan biaya proses digunakan ketika barang atau jasa yang hamper
sama diproduksi dalam jumlah massal dan unit terpisah tidak dapat dengan mudah
diidentifikasi. Contohnya, perusahaan bir mengakumulasi biaya yang berhubungan
dengan berbagai proses seperti pelumatan, fermentasi awal, penyaringan, pembetulan
dalam memproduksi satu batch jenis bir tertentu, dan kemudian menghitung total biaya
perunit rata-rata untuk produk tertentu.

Sistem akuntansi biaya adalah jaringan prosedur yang digunakan untuk megumpulkan
dan menyajikan laporan biaya. Dalam perusahaan manufaktur, sistem akuntansi biaya
merupakan jaringan prosedur untuk mengumpulkan dan menyajikan biaya produksi,
biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum.

Akuntansi biaya sebagai salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan industry
manufaktur untuk melaporkan semua kegiatan usahanya dalam bentuk laporan biaya
produksi, laporan harga pokok produksi, laporan harga pokok penjualan, dan laporan
laba/rugi. Manajemen sangat perlu melakukan strategi ini sebagai bentuk
pertanggungjawaban khususnya pada perusahaan industry manufaktur yang mengolah
bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dipasarkan.

7
Dalam rangka untuk meningkatkan tingkat akurasi biaya produksi perusahaan,
diperlukan adanya sistem perhitungan Akuntansi Biaya. Sistem perhitungan ini mencoba
menelusuri secara lebih akurat mengenai biaya produksi perusahaan terutama pada biaya
bahan baku dan biaya overhead pabrik.
1. Biaya Bahan Baku
Mulyadi mengemukakan bahwa bahan baku adalah bahan yang memebentuk bagian
menyeluruh. Sedangkan menurut Masiyal Kholmi bahan baku adalah bahan yang
membentuk bagian besar produk jadi, bahan baku yang diolah dalam perusahaan
manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau hasil peng-olahan
sendiri. (Iba & Raudhah, 2015).
Bahan yang diolah dalam perusahaan dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor,
atau dari pengelohan sendiri. Didalam memperoleh bahan perusahaan tidak hanya
mengeluarkan biaya sejumlah harga beli bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan
biaya-biaya pembelian. Transaksi pembelian bahan bakulokal melibatkan bagian-
bagian produksi, gudang, pembelian, penerimaan barang, dan akuntansi. Dokumen
sumber dan dokumen pendukung yang dibuat dalam transaksi pembelian, surat order
pembelian, laporan penerimaan barang dan faktur dari penjual.
1) Prosedur permintaan pembelian bahan baku
Jika persediaan bahan baku dalam gudang sudah mencapai jumlah tingkat
minimum pemesanan kembali (reorder point) Bagian gudang kemudian membuat
surat permintaan pembelian ( purchase requisition) untuk dikirimkan ke bagian
pembelian.
2) Prosedur order pembelian
Bagian pembelian melaksanakan pembelian atas dasar surat permintaan
pembelian dari bagian gudang. Untuk pemilihan pemasok, bagian pembelian
mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada pemasok yang berisi
permintaan informasi harga dan syarat-syarat pembelian dari masing-masing
pemasok tersebut. Setelah pemasok yang dipilih dianggap baik, bagian pembelian
kemudian membuat surat order pembelian untuk dikirimkan kepada pemasok
yang dipilih.
3) Prosedur penerimaan bahan baku
Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan surat order
pembelian yang diterimanya. Bagian penerimaan yang bertugas menerima barang
mencocokkan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yang diterima
dari pemasok dengan tembusan surat order pembelian. Apabila bahan baku yang
8
diterima telah sesuai dengan suratorder pembelian, bagian penerimaan membuat
laporan penerimaan barang untuk dikirimkan kepada bagian akuntansi
4) Prosedur pencatatan penerimaan bahan baku di bagian gudang
Bagian penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima dari pemasok kepada
bagian gudang. Bagian Gudang menyimpan bahan baku tersebut dan mencatat
jumlah bahan baku yang diterima dalam kartu gudang (stock card) pada kolom “
masuk”, kartu gudang ini digunakan bagian Gudang untuk mencatat mutasi tiap-
tiap jenis barang gudang. Catatan dalam kartu gudang ini diawasi dengan catatan
yang diselenggarakan oleh bagian akuntansi yang bertugas.
5) Prosedur pencatatan utang timbul dari pembelian bahan baku
Bagian pembelian menerima faktur dari pemasok.Bagian pembelian memberikan
tanda tangan di atas faktur pembelian, sebagai tanda persetujuan bahwa faktur
dapat dibayar karena pemasok telah memenuhi syarat-syarat pembelian yang
ditentukan oleh perusahaan. Faktur pembelian yang telah ditandatangani oleh
bagian pembelian tersebut diserahkan kepada Bagian Akuntansi .
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menurut Carter dan Usry “Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang
melakukan konvesi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan
secara layak ke produk tertentu”.
Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa biaya tenaga kerja langsung
adalah upah yang dibayarkan kepada semua tenaga kerja yang secara langsung
berhubungan dengan aktivitas produksi. Perhitungan upah yang dibayarkan adalah
sebesar jasa atau tenaga maupun pikiran yang dikorbankan secara langsung
berhubungan aktivitas produksi.
Biaya Tenaga Kerja Langsung terdiri atas gaji/upah tenaga kerja langsung ditambah
dengan upah lembur. Data gaji/upah dan lembur yang digunakan adalah data actual.
Biaya Tenaga Kerja Langsung per unit didapat dari jumlah biaya Tenaga Kerja
Langsung dibagi dengan total hasil produksi semua jenis biji plastic yang dinyatakan
dalam satuan kilogram. Biaya Tenaga Kerja Langsung dihitung berdasarkan total unit
hasil produksi karena terlalu sulit bila menggunakan dasar jam kerja. Hal ini terjadi
karena setiap jenis produk memiliki waktu penyelesaian yang sangat berfluktuasi.
Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja :
1) Stup time, ada 3 cara perlakuan terhadap biaya pemula produksi.
a. Dimasukkan kedalam kelompok biaya tenaga kerja, bila biaya pemula
produksi dapat diidentifikasi pada pesanan tertentu, maka biaya ini seringkali
9
dimasukkan dalam kelompok biaya tenaga kerja langsung dan dibebankan
langsung ke rekening barang dalam proses
b. Dimasukkan sebagai unsur biaya overhead pabrik, biaya pemula poduksi
dapat diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik.
c. Dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan, biaya pemula produksi dapat
dibebankan kepada pesanan tertentu, dalam kelompok biaya tersendiri, yang
terpisah dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik.
2) Idle Time, waktu menganggur dalammengola produksi seingkali terjadi
hambatan- hambatan, kerusakan mesin atau kekurangan pekerjaan.Hal
inimenimbulkan waktu menganggur bagi karyawan. Biaya-biaya yang
dikeluarkan selama waktu menganggur ini diperlakukan sebagai unsur biaya
overhead pabrik.

3. Biaya Overhead Pabrik


Overhead pabrik dapat diartikan sebagai biaya-biaya yang selain biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead tidak dengan mudah
diidentifikasi atau dibebankan pada produk. (Carter,2009,438).
Klasifikasi Biaya Overhead Pabrik pada perhitungan ini dibuat lebih mendekati
kondisi pabrik yang sebenarnya agar tingkat akurasi biaya menjadi semakin besar.
Sistem akuntansi biaya adalah program yang dirancang untuk megumpulkan dan
menampilkan biaya produksi, biaya pemasaran, biaya manajemen dan biaya umum
lainnya. Sistem ini sangat era kaitannya dengan perusahaan manufaktur karena
kegiatannya terutama di bagian produksi.
Terdapat dua sistem akuntansi biaya yaitu sistem yang pertama adalah sistem
pengendalian produksi yang meliputi beberapa prosedur tersebut dapat mengawasi
proses produksi dari segi penyediaan bahan baku, fasilitas pabrik dan permintaan
tenaga kerja. Sistem yang kedua adalah sistem akuntansi biaya itu sendiri, fungsinya
untuk mengumpulkan dan mengelompokkan data berupa biaya produksi dan
nonproduksi.
Akuntansi biaya memiliki sistem yang dapat dibagi mejadi tiga bagian, yakni:
1) Sistem Harga Pokok Sebenarnya (Actual Cost System)
Merupakan sistem yang menentukan harga pokok produk berdasarkan biaya yang
sebenarnya terjadi. Dalam sistem biaya actual atau biaya historis, informasi
dikumpulkan pada saat biaya terjadi dan biaya dicatat pada saat dikeluarkan tetapi
10
penyajian hasil operasi akan ditunda sampai semua operasi produk untuk periode
akuntansi tersebut telah selesai dilakukan atau, dalam bisnis jasa, semua jasa pada
periode tersebut telah diserahkan (Dewi & Kristanto, 2013).
2) Sistem Harga Pokok Standar (Standard Cost System)
Merupakan sistem pembiayaan harga pokok produk sebesar harga pokok yang
ditentukan. Dalam sistem biaya standar, produk-produk, operasi-operasi dan
proses-proses dihitung biayanya berdasarkan jumlah sumber daya yang akan
digunakan dan harga dari sumber daya yang telah ditentukan sebelumnya. Biaya
actual juga dicatat dan varians atau selisih antara biaya actual dengan biaya
standar dikumpulkan di perkiraan yang terpisah (Dewi & Kristanto, 2013).
3) Activity Based Costing (ABC)
Mulyadi (2003:40) menjelaskan bahwa Activity Based Cost System merupakan
sistem informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap
tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan
pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas
sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat kos
produk/jasa sebagai tujuan. Sistem informasi ini diterapkan dalam perusahaan
manufaktur, jasa dan dagang.
Activity Based Costing System (Sistem ABC) adalah metode yang dapat
mengurangi distorsi biaya yang terjadi dalam perhitungan akuntansi biaya
tradisional.
Activity Based Costing System (Sistem ABC) merupakan sistem yang
membentuk kelompok biaya berdasarkan aktivitas secara terstruktur dengan dasar
alokasi biaya berdasarkan aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
produk atau jasa, yang merupakan pemicu biaya (cost driver) untuk kelompok
biaya tersebut. Sistem ini menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat.
Sehingga pengalokasian biaya ke produk dengan menghitung dasar alokasi biaya
dari setiap aktivitas yang digunakan produk yang berbeda akan menghasilkan
perhitungan biaya yang lebih akurat.
ABC (Activity Based Costing System) adalah suatu metode perhitungan biaya
produksi yang membebankan biaya melalui aktivitas-aktivitas penyebab
terjadinya biaya. (Kamaruddin,2013,13). Melalui ABC sistem diharapkan dapat
membantu para manajer untuk mengurangi aktivitas-aktivitas yang memberikan
nilai tambah sehingga perusahaan dapat menawarkan produknya dengan harga
yang kompetitif. (Blocher, dkk,2011:206).
11
Alokasi biaya ke unit produksi bisa saja memasukkan seluruh biaya menufaktur
(disebut perhitungan biaya penyerapan penuh atau full costing atau absorption
costing atau hanya biaya manufaktur variable saja (disebut perhitungan biaya
langsung atau direct costing atau variable costing). Dalam perhitungan biaya
penyerapan penuh, biaya yang dialokasikan ke unit produksi mencakup semua
biaya produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik. Dalam perhitungan biaya langsung, biaya yang
dibebankan ke unit produksi hanya meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik yang bersifat variable sedangkan biaya
overhead pabrik yang bersifat tetap akan dibebankan sebagai biaya periode
(period cost) karena biaya tetap lebih erat hubungannya dengan berlalunya waktu.
Biaya overhead pabrik yang bersifat variable dianggap sebagai biaya produk
(product cost) karena lebih erat hubungannya dengan kegiatan produksi (Dewi &
Kristanto, 2013).

Apabila pertanyaannya adalah elemen biaya apa saja yang dialokasikan ke produksi,
maka ada tiga kemungkinan: perhitungan biaya utama (prime cost), perhitungan biaya
langsung atau perhitungan biaya penyerapan penuh. Apabila pertanyaannya adalah
bagaimana elemen biaya diukur, ada dua kemungkinan yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu semua biaya dapat diukur dalam jumlah historis (actual) atau dalam
jumlah yang telah ditentukan sebelumnya (standar). Kemungkinan ketiga adalah
menggunakan hybrid (campuran) dari ukuran-ukuran historis dan ukuran-ukuran yang
telah ditentukan sebelumnya (Dewi & Kristanto, 2013).

a. Informasi yang diperlukan oleh manajemen


Informasi yang diperlukan oleh manajemen dari sistem akuntansi biaya adalah
sebagai berikut:
a) Order produksi yang belum selesai
b) Order produksi yang telah selesai
c) Harga pokok produk jadi
d) Harga pokok produk yang masih dalam proses pada saat tertentu
e) Biaya menurut pusat biaya

12
b. Dokumen yang digunakan
Dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi biaya sebagian besar terdiri dari
dokumen yang digunakan dalam sistem pengawasan produksi. Dokumen tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Surat order produksi, dokumen ini merupakan surat perintah yang dikeluarkan
oleh departemen produksi yang ditujukan kepada bagian-bagian yang terkait
dengan proses pengolahan produk untuk memproduksi sejumlah produk dengan
spesifikasi, cara produksi, fasilitas produksi, dan jangka waktu seperti yang
tercantum dalam surat order produksi tersebut
b) Daftar kebutuhan barang, dokumen ini merupakan daftar jenis dan kuantitas
bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang tercantum
dalam surat order produksi.
c) Daftar keinginan produksi, dokumen ini merupakan daftar urutan jenis kegiatan
dan fasilitas mesin yang diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang
tercantum dalam surat order produksi.
d) Bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, dokumen ini digunakan oleh
fungsi produksi untuk meminta bahan baku dan bahan penolong untuk
memproduksi produk yang tercantum dalam surat order produksi, dokumen ini
juga berfungsi sebagai bukti pengeluaran barang dari gudang
e) Bukti pengembalian barang gudang, dokumen ini digunakan untuk
mengembalikan bahan baku dan bahan penolong ke fungsi gudang, ini
dikarenakan adanya sisa bahan baku dan bahan penolong yang tidak dipakai
dalam proses produksi.
f) Kartu jam kerja, dokumen ini mencatat jam kerja tenaga kerja langsung yang
dikonsumsi untuk memproduksi produk yang tercantum dalam surat order
produksi.
g) Laporan produk selesai, dokumen ini berfungsi untuk memberitahukan
selesainya produksi pesanan tersebut kepada fungsi perencanaan dan
pengawasan produksi, fungsi gudang, fungsi penjualan dan fungsi akuntansi
persediaan dan fungsi akuntansi biaya.
h) Bukti memorial (journal voucher), dokumen ini digunakan sebagai dasar
pencatatan depresiasi aktiva tetap berwujud, amortisasi sewa dan aktiva tidak
berwujud, dan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk berdasarkan
tarif yang ditentukan di muka

13
i) Bukti kas keluar, dokumen ini digunakan untuk mencatat biaya-biaya yang
dibayar lewat kas.
c. Catatan akuntansi yang digunakan
Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi biaya adalah sebagai
berikut:
a) Jurnal Pemakaian Bahan Baku
Jurnal ini merupakan jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat harga pokok
bahan baku yang digunakan dalam produksi.
b) Jurnal Umum
Dalam sistem akuntansi biaya, jurnal umum digunakan untuk mencatat transaksi
pembayaran gaji dan upah, depresiasi aktiva tetap, amortisasi aktiva tidak
berwujud, dan terpakainya persekot biaya.
c) Register Bukti Kas Keluar,
Dalam sistem akuntansi biaya, register bukti kas keluar digunakan untuk
mencatat biaya overhead pabrik, biaya administrasi dan umum, dan biaya
pemasaran yang berupa pengeluaran kas.
d) Kartu Harga Pokok Produk
Catatan ini merupakan buku pembantu yang merinci biaya produksi (biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik) yang
dikeluarkan untuk pesanan tertentu. Kartu harga pokok produk merupakan
rincian rekening control barang dalam proses dalam buku besar.
e) Kartu Biaya
Catatan ini merupakan buku pembantu yang merinci biaya overhead pabrik,
biaya administrasi dan umum, dan biaya pesanan. Sumber informasi untuk
pencatatan dalam kartu biaya ini adalah bukti memorial.
Catatan ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung dan
biaya tenaga kerja non produksi setiap departemen dalam perusahaan.
f) Kartu Penghasilan Karyawan
Catatan ini digunakan untuk mencatat penghasilan dan berbagai potongan yang
diterima oleh setiap karyawan. Kartu penghasilan karyawan digunakan sebagai
tanda terima gaji dan upah karyawan dengan ditandatanganinya kartu tersebut
oleh karyawan yang bersangkutan. Sehingga rahasia penghasilan karyawan
tertentu tidak diketahui oleh karyawan yang lain.

14
d. Jaringan prosedur yang membentuk sistem
Jaringan prosedur yang membentuk sistem pengawasan produksi dan sistem
akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur adalah:
a) Prosedur Order Produksi
Dalam prosedur ini surat order produksi dikeluarkan untuk mengkoordinasi
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Surat order produksi ini
dikeluarkan oleh Departemen Produksi berdasarkan order dari pembeli terdiri
dari fungsi penjualan, atau berdasarkan permintaan dari fungsi gudang. Dalam
perusahaan yang besar, Departemen Produksi umumnya memiliki staff yang
befungsi untuk membantu perecanaan dan pengawasan produksi (production
planning and control function). Fungsi perencanaan dan pengawasan produksi
membantu Departemen Poduksi dalam membuat surat order produksi.
Menurut karakteristik produksinya, prosedur order produksi dalam perusahaan
manufaktur dibagi menjadi dua tipe diantaranya adalah:
i. Prosedur order produksi khusus
Prosedur order produksi khusus umumnya digunakan dalam perusahaan
yang produksinya berdasarkan pesanan, yang merupakan prosedur
pemberian perintah kepada fungsi produksi untuk memproduksi sejumlah
produk tertentu guna memenuhi pesanan tertentu. Contoh perusahaan yang
menggunakan prosedur order produksi khusus adalah perusahaan
percetakan dan perusahaan dok kapal.
ii. Prosedur order produksi berulang kali
Prosedur order produksi berulang kali umumnya digunakan dalam
perusahaan yang berproduksi massa, yang merupakan prosedur pemberian
perintah produksi kepada fungsi produksi untuk memproduksi sejumlah
produk tertentu dalam periode waktu tertentu guna memenuhi kebutuhan
persediaan. Contoh perusahaan yang meggunakan prosedur order produksi
berulang kali adalah perusahaan semen dan perusahaan pupuk.

15
Berikut ini merupakan bagan alir dokumen prosedur produksi:

b) Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang


Prosedur ini digunakan oleh fungsi produksi untuk meminta bahan baku dari
fungsi gudang. Jika perusahaan menyediakan persediaan bahan baku di gudang
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bagi suatu order produksi, diperlukan
prosedur untuk meminta dan mengeluarkan barang dari gudang. Jika perusahaan
tidak menyelenggarakan persediaan bahan baku tertentu di gudang, maka
diperlukan permintaan prosedur pembelian untuk memenuhi order produksi.
Biasanya permintaan bahan baku untuk memenuhi order produksi didasarkan
pada daftar kebutuhan bahan baku (bill of materials) yang dibuat oleh fungsi
perencanaan dan pengawasan produksi.

16
Berikut ini merupakan bagan alir dokumen prosedur permintaan dan pengeluaran
barang gudang

c) Prosedur Pengembalian Barang Gudang


Prosedur ini digunakan untuk mengembalikan barang ke gudang. Ada kalanya
bahan barang baku yang telah diambil dari gudang untuk kepentingan produksi
pesanan tertentu tidak seluruhnya habis digunakan. Pengembalian bahan baku
tesebut ke gudang, dilakukan oleh fungsi produksi melalui prosedur
pengembalian barang gudang. Dengan prosedur ini dihasilkan dokumen sumber
berupa bukti pengembalian barang gudang yang digunakan untuk mengurangi
biaya bahan baku yang dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan dan menambah persediaan bahan baku yang dicatat dalam kartu
persediaan.

17
Berikut ini merupakan bagan alir dokumen prosedur pengembalian barang
gudang

d) Prosedur pencacatan jam tenaga kerja langsung


Surat order produksi yang dikeluarkan oleh departemen produksi biasanya
dilampiri dengan daftar kebutuhan bahan baku dan daftar kegiatan produksi
(operation list). Daftar kegiatan produksi ini berisi kegiatan yang diperlukan
untuk memproduksi sejumlah produk seperti yang tercantum dalam surat order
produksi, yang meliputi urutan proses pengolahan, mesin yang digunakan, dan
taksiran waktu kerja karyawan dan mesin. Pelaksanaan kegiatan yang tercantum
dalam daftar kegiatan produksi tersebut memelurkan prosedur pencacatan jam
tenaga kerja langsung yang dikonsumsi dalam pengolahan order produksi yang
bersangkutan. Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja
langsung yang dikonsumsi untuk mengerjakan order produksi tertentu atau yang
dikeluarkan dalam periode waktu tertentu.

18
Berikut merupakan bagan alir dokumen prosedur pencatatan jam kerja dan biaya
tenaga kerja langsung

e) Prosedur produk selesai dan pembebanan biaya overhead pabrik


Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan
kepada pesanan tertentu berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka dan harga
pokok produk selesai yang ditransfer dari fungsi produksi ke fungsi gudang.
Berikut ini merupakan bagan alir dokumen prosedur produk selesai dan
pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik

19
f) Prosedur pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, biaya administrasi
dan umum, dan biaya pemasaran
Prosedur ini digunakan untuk mencatat biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya, biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran.
Berikut ini merupakan bagan alir dokumen prosedur pencatatan biaya overhead
pabrik sesungguhnya biaya administrasi dan umum, dan biaya pemasaran

e. Unsur Pengendalian Intern


Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem akuntansi biaya
dirancang dengan merinci tiga unsur pokok sistem pengendalian intern, yaitu:
a) Organisasi
i. Fungsi Pencatat Biaya Harus Terpisah dari Fungsi Produksi
Kegiatan fungsi produksi pada dasarnya terdiri dari pemakaian berbagai
sumber ekonomi (bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja, gedung, mesin,
dan equipment) untuk menghasilkan produk yang merupakan sumber
ekonomi lain. Konsumsi berbagai sumber ekonomi tersebut perlu diawasi
dengan penyelenggaraan catatan akuntansi. Pencacatan konsumsi sumber
ekonomi yang dilakukan oleh fungsi produksi harus dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi agar data yang dicatat dapat dijamin ketelitiannya dan
keandalannya. Jika konsumsi sumber ekonomi dilakukan dan sekaligus
dicatat oleh fungsi produksi, risiko yang terjadi adalah kemungkinan
terjadinya manipulasi catatan akuntansi oleh fungsi produksi untuk menutupi
pemborosan yang tejadi dalam megkonsumsi sumber ekonomi tersebut.

20
ii. Fungsi Pencatat Biaya Harus Terpisah dari Fungsi yang Menganggarkan
Biaya
Anggaran biaya merupakan tolak ukur yang digunakan untuk mengendalikan
biaya. Agar data terealisasi anggaran biaya dapat digunakan untuk
mengendalikan pelaksanaan anggaran, perlu diselenggarakan catatan
akuntansi untuk mencatat realisasi anggaran biaya. Fungsi yang
melaksanakan pencatatan realisasi anggaran harus terpisah dari fungsi yang
menganggarkan biaya agar informasi yang dihasilkan dari kegiatan
pencacatan tersebut dapat diandalkan sebagai alat pengendali pelaksanaan
anggaran biaya.
iii. Fungsi Gudang Harus Terpisah dari Fungsi Produksi
Dalam perusahaan manufaktur, fungsi produksi bertanggungjawab untuk
memproses bahan baku menjadi produk jadi dengan menggunakan mesin dan
equipment yang ada. Untuk itu fungsi produksi memerlukan bahan baku dan
bahan penolong sebagai masukannya serta memerlukan suku cadang untuk
mejaga agar mesin dan equipment tetap berfungsi. Karena kebutuhan bahan
baku, bahan penolong, dan suku cadang tersebut bersifat rutin dan biasanya
dalam jumlah yang besar, umumnya perusahaan manufaktur
menyelenggarakan persediaan bahan baku, bahan penolong dan suku cadang
bagi pemenuhan kebutuhan proses produksinya untuk jangka waktu tertentu.
Penyelenggaraan persediaan tersebut dimaksudkan untuk menjamin
kelancaran proses produksi perusahaan tersebut. Fungsi penyimpanan
persediaan tersebut biasanya berada ditangan fungsi gudang, yang
bertanggungjawab atas keamanan persediaan yang disimpan di gudang dan
atas pencatatan pemakaian dan saldo fisik persediaan. Pemisahan fungsi
gudang dari fungsi produksi tersebut akan menjamin kelancaran proses
produksi, keamanan persediaan, ketelitian dan keandalan data akuntansi yang
dihasilkan.
iv. Fungsi Gudang Harus Terpisah dari Fungsi Akuntansi
Dalam pencatatan persediaan dengan menggunakan metode mutasi
persediaan (perpetual inventory method) fungsi gudang yang
bertanggungjawab atas penyimpanan fisik persediaan berkewajiban untuk
menyelenggarakan catatan fisik persediaan yang disimpan di gudang,
sedangkan fungsi akuntansi bertanggungjawab atas penyelenggaraan catatan
fisik dan rupiah persediaan. Fungsi gudang meyelenggarakan kartu gudang
21
untuk mencatat mutasi baik fisik maupun rupiah persediaan yang disimpan di
gudang. Kartu persediaan ini digunakan untuk mengawasi mutasi dan saldo
persediaan yang disimpan di gudang. Oleh karena itu, untuk menjamin
keandalan catatan akuntansi persediaan dan keamanan persediaan yang
disimpan di gudang, fungsi gudang harus terpisah dari fungsi akuntansi
persediaan. Setiap fungsi akuntansi yang menggabungkan fungsi akuntansi
dengan kedua fungsi pokok yang lain, fungsi operasi dan fungsi
penyimpanan akan membuka kesempatan bagi karyawan fungsi operasi dan
penyimpanan melakukan penyelewengan dan menutupi penyelewengannya
tersebut dengan cara memanipulasikan catatan akuntansi.
b) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
i. Surat Order Produksi Diotorisasi oleh Kepala Fungsi Produksi
Kegiatan produksi diawali dengan diterbitkannya surat order produksi oleh
kepala fungsi produksi. Berdasarkan dokumen tesebut, berbagai fungsi
dibawah fungsi produksi yang terkait dalam proses pembuatan produk
melaksanakan kegiatan produksi. Karena kepala fungsi produksi adalah
pemegang wewenang untuk memerintahkan unit-unit organisasi yang ada
dibawahnya dalam pelaksanaan kegiatan produksi, maka surat order produksi
harus diotorisasi oleh kepala fungsi tersebut, sehingga semua dokumen
(seperti bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang, bukti kas keluar,
kartu jam kerja, dan laporan produk selesai) yang dibuat untuk pelaksanaan
produksi memiliki dasar yang sahih.
ii. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Diotorisasi oleh Kepala
Fungsi Produksi yang Bersangkutan
Berdasarkan pengambilan bahan baku dan bahan penolong dari fungsi
gudang. Untuk keperluan tersebut, fungsi produksi harus mengisi bukti
permintaan dan pengeluaran barang gudang. Dokumen ini merupakan
dokumen sumber sebagai dasar pencatatan pengurangan persediaan yang
dicatat dalam kartu gudang (yang diselenggarakan oleh fungsi gudang) dan
kartu persediaan (yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi). Agar bukti
permintaan dan pengeluaran barang gudang tersebut menjadi dokumen
sumber yang sahih maka harus diotorisasi oleh kepala fungsi produksi,
sebagai bukti bahwa pemakaian barang gudang yang tercantum dalam
dokumen tersebut memang diperlukan untuk kegiatan produksi sesuai
dengan surat order produksi.
22
iii. Bukti Kas Keluar Diotorisasi oleh Fungsi Akuntansi Keuangan
Dalam proses produksi, kegiatan produksi yang memerlukan pengeluaran kas
dilaksanakan dengan pembuatan bukti kas keluar yang diotorisai oleh fungsi
pencatat uang, kemudian fungsi ini membuat bukti kas keluar dan
mengirimkan tembusannya ke fungsi pencatat biaya untuk keperluan
pencatatan terjadinya biaya. Bukti kas keluar ini merupakan dokumen
sumber bagi pencatatan biaya produksi yang dikeluarkan lewat kas. Oleh
karena itu, agar bukti kas keluar tersebut merupakan dokumen sumber yang
sah, dokumen tersebut harus diotorisasi oleh kepala fungsi pencatat uang,
sebagai bukti telah dilakukannya verifikasi terhadap kesahihan dokumen
yang mendukung bukti kas keluar tersebut.
iv. Daftar Kebutuhan Bahan dan Daftar Kegiatan Produksi dibuat oleh Fungsi
Perencanaan dan Pengawasan Produksi dan Diotorisasi oleh Kepala Fungsi
Produksi
Fungsi perencanaan dan pengawasan produksi merupakan fungsi staff yang
membantu kepala fungsi produksi dalam merencanakan dan mengawasi
pelaksanaan produksi. Berdasarkan surat order produksi yang diterbitkan,
fungsi perencanaan dan pengawasan produksi membuat rencana pemakaian
bahan baku dan bahan penolong yang dituangkan dalam dokumen daftar
kebutuhan bahan (bill of materials) dan rencana kegiatan produksi yang
dituangkan dalam daftar kegiatan produksi (operation list). Berdasarkan
kedua dokumen tersebut, berbagai unit organisasi yang terkait dalam
kegiatan produksi melaksanakan pengolahan bahan baku menjadi produk
jadi. Dengan demikian kedua dokumen tersebut berisi tolak ukur untuk
mengawasi kegiatan produksi. Kedua dokumen tersebut dibuat oleh fungsi
perencanaan dan pengawasan produksi dan diotorisasi oleh kepala fungsi
produksi.
c) Praktik yang Sehat
i. Surat Order Produksi, Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang
Gudang, Bukti Kas Keluar, dan Bukti Memorial, Bernomor Urut
Tercetak dan Penggunaannya Dipertanggungjawabkan
Dalam sistem akuntansi biaya, surat order produksi, bukti permintaan dan
pengeluaran barang gudang, bukti kas keluar, dam bukti memorial
merupakan dokumen sumber seebagai dasar pencatatan biaya kedalam
jurnal dan kartu biaya. Pengawasan terhadap pemakaian berbagai
23
dokumen sumber tersebut dapat dilakukan dengan membuat formulir
dokumen tersebut dalam bentuk bernomor urut tercetak. Penggunaan
nomor urut tercetak setiap dokumen sumber tersebut harus
dipertanggungjawabkan oleh fungsi yang berwenang untuk
menggunakannya.
ii. Secara Periodik Dilakukan Rekonsiliasi Kartu Biaya dengan Rekening
Kontrol Biaya dalam Buku Besar
Rekonsiliasi digunakan untuk mengecek ketelitian data yang dicatat
dalam kartu biaya dan rekening kontrol biaya yang bersangkutan dalam
buku besar. Karena dokumen sumber yang dipakai untuk mencatat biaya
kedalam kartu biaya adalah sama dengan dokumen sumber yang
digunakan sebagai dasar pencatatan kedalam jurnal dan rekening kontrol
yang bersangkutan di buku besar, maka data yang dicatat dalam buku
pembantu seharusnya sama dengan data yang dicatat dalam rekening
kontrol yang bersangkutan di buku besar.
iii. Secara Periodik dilakukan Pehitungan Pesediaan yang Ada di Gudang
untuk Dicocokkan dengan Kartu Persediaan
Seperti telah dijelaskan diatas, dalam pencatatan persediaan dengan
menggunakan metode mutasi persediaan (perpetual inventory method),
fungsi gudang yang bertanggungjawab atas penyimpanan fisik persediaan
berkewajiban untuk menyelenggarakan catatan fisik dan rupiah
persediaan. Secara periodik harus dilakukan pencocokkan kuantitas fisik
persediaan yang ada di gudang dengan kuantitas yang dicatat dalam kartu
persediaan di fungsi akuntansi. Pencocokkan ini dilaksanakan dalam
suatu kegiatan yang disebut perhitungan fisik persediaan (inventory
taking). Kegiatan ini bertujuan untuk menguji keamanan persediaan yang
disimpan di gudang dan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data
dalam kartu persediaan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi.
Unsur pengendalian intern dalam sistem akuntansi penggajian dan
pengupahan menurut Mulyadi (2001):
i) Setiap orang yang namanya tercantum dalam daftar gaji dan upah
harus memiliki surat keputusan pengangkatan sebagai karyawan
perusahaan yang ditandatangani oleh Direktur Utama.

24
ii) Setiap perubahan gaji dan upah karyawan karena perubahan pangkat,
perubahan tariff dan upah, tambahan keluarga harus didaftarkan pada
surat keputusan Direktur Keuangan.
iii) Setiap potongan gaji dan upah karyawan selain dari pajak
penghasilan karyawan harus didasarkan atas surat potongan gaji dan
upah yang diotorisasikan fungsi kepegawaian.
iv) Kartu jam hadir diotorisasi oleh kepala departemen karyawan yang
bersangkutan.
v) Perintah lembur harus diotorisasi oleh kepala departemen karyawan
yang bersangkutan.

2.3. Sistem Pengawasan Produksi

Sistem pengawasan produksi terdiri dari jaringan prosedur untuk mengawasi order produksi
yang dikeluarkan agar terjadi koordinasi antara kegiatan penjualan, penyediaan bahan baku,
fasilitas pabrik, dan penyediaan tenaga kerja guna memenuhi order tersebut.

Sistem pengawasan produksi ditujukan untuk mengawasi pelaksanaan order produksi yang
dikeluarkan oleh fungsi produksi. Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan dari pembeli, order pembelian, order produksi erat hubungannya dengan order yang
diterima oleh fungsi penjualan dari pembeli.
1. Dokumen yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Biaya
1) Surat order produksi
Dokumen ini merupakan surat perintah yang dikeluarkan oleh departemen produksi
yang ditujukan kepada bagian-bagian yang terkait dengan proses pengolahan produk
untuk memproduksi sejumlah produk yang spesifikasi, cara produksi, fasilitas
produksi, dan jangka waktu seperti yang tercantum dalam surat order produksi
tersebut.
Di dalam surat order produksi terdapat kolom-kolom yang lebih rinci mengenai
identitas pembeli, jumlah barang, waktu barang selesai sehingga dapat terkendali
proses order pembelian kepada pemilik. Pemilik dapat menggunakan surat order
produksi sebagai dasar rekapitulasi setiap bulannya untuk mengetahui pesanan setiap
bulan.
2) Daftar kebutuhan bahan
Dokumen ini merupakan daftar jenis dan kuantitas bahan baku yang diperlukan untuk
memproduksi produk seperti yang tercantum dalam surat order produksi.
25
3) Daftar kegiatan produksi
Dokumen ini merupakan daftar urutan jenis kegiatan dan fasilitas mesin yang
diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang tercantum dalam surat order
produksi.
4) Bukti permintaan dan pengeluaran barang
Dokumen ini merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi produksi untuk
meminta bahan baku dan bahan penolong untuk memproduksi produk yang
tercantum dalam surat order produksi. Dokumen ini juga berfungsi sebagai bukti
pengeluaran barang dari gudang.
5) Bukti pengeluaran barang gudang
Dokumen ini merupakan formulir yang digunakan oleh fungsi produksi untuk
mengembalikan bahan baku penolong ke fungsi gudang. Pengembalian bahan ini
umumnya disebabkan karena adanya sisa bahan baku dan bahan penolong yang tidak
pakai dalam proses produksi.
6) Kartu jam kerja
Dokumen ini merupakan kartu untuk mencatat jam kerja tenaga kerja langsung yang
dikonsumsi untuk memproduksi produk yang tercantum dalam surat order produksi.
7) Laporan produk selesai
Laporan produk selesai dibuat oleh fungsi produksi untuk memberitahukan
selesainya produksi pesanan tertentu kepada fungsi perencanaan dan pengawasan
produksi, fungsi gudang, fungsi penjualan, fungsi akuntansi persediaan, dan fungsi
akuntansi biaya.
2. Fungsi yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Biaya
Fungsi/bagian yang terkait di dalam sistem akuntansi biaya:
1) Fungsi Pejualan
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan dari pembeli, fungsi
penjualan bertanggung jawab atas penerimaan order dari langganan dan meneruskan
order tersebut ke fungsi produksi. Jika order dari langganan ditulis dalam formulir
yang disediakan oleh perusahaan, orde langganan ini langsung dapat diserahkan oleh
fungsi penjualan ke fungsi produk untuk dapat segera diproses. Jika order dari
langganan belum berisi informasi yang lengkap, fungsi penjualan berkewajiban
untuk menambahkan informasi yang kurang, atau menuliskan kembali kedalam
perkiraan penjualan dan laporan-laporan persediaan yang berisi informasi tetap bagi
kepentingan fungsi produk. Dalam perusahaan yang berproduksi secara massal,
laporan tersebut umumnya ditentukan bersama dalam rapat bulanan antara fungsi
26
pemasaran dan fungsi produksi. Fungsi penjualan melayani order dari langganan
berdasarkan persediaan produk jadi yang ada di gudang.
2) Fungsi Produksi
Fungsi ini betanggung jawab atas pembuatan perintah produksi bagi fungsi-fungsi
yang ada dibawahnya yang akan terkait dalam pelaksanaan dalam proses produksi
guna memenuhi permintaan produksi dan fungsi penjualan. Dalam perusahaan besar
fungsi produk biasanya dibantu oleh fungsi perencaan dan pengawasan produksi
dalam pembuatan order produksi tersebut. Order produksi tersebut dituangkan dalam
bentuk tertulis dalam dokumen yang disebut surat order produksi. Surat order
produksi ini dilampiri dengan surat kebutuhan bahan dan daftar kegiatan produksi.
Fungsi ini bertanggungjawab atas pelaksanaan produksi sesuai dengan surat order
produksi dan daftar kebutuhan bahan serta daftar kegiatan produksi yang melampiri
surat order tersebut.
3) Fungsi Perencanaan dan Pengawasan Produksi
Fungsi ini merupakan fungsi staff yang membantu fungsi produksi dalam
merencanakan dan mengawasi kegiatan produksi. Perencanaan produksi diwujudkan
dalam perhitungan rencana kebutuhan bahan dan peralatan yang akan digunakan
untuk memproduksi pesanan yang diterima dan fungsi penjualan. Rencana produksi
dituangkan oleh fungsi ini dalam dokumen daftar kebutuhan bahan dan daftar
kegiatan produksi. Fungsi ini mempersiapkan dokumen ijin produksi yang
menjelaskan kuantitas masing-masing produk yang diproduksi menjelaskan
kuantitas masing-masing produk yang diproduksi dan prioritas relatif dari masing-
masing produk.
4) Fungsi Pengolahan Data Elektronik
Bagian ini menerima dokumen ijin produksi dari bagian perencanaan produksi.
Dokumen ijin produksi tersebut dijadikan untuk input proses pembuatan Perintah
Produksi, Perintah Bahan, dan Jadwal Produksi.
5) Fungsi Gudang
Dalam sistem pengawasan sistem produksi dan sistem akuntansi biaya ini, fungsi
gudang bertanggung jawab atas pelayanan permintaan bahan baku, bahan penolong,
dan barang lain yang digudangkan. Fungsi ini juga bertanggungjawab menerima
produk jadi yang diserahkan oleh fungsi produksi.
6) Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi akuntansi biaya secara umum adalah melakukan perhitungan dan pelaporan
biaya (harga) pokok suatu produk didalam sebuah perusahaan, memberikan
27
informasi dasar untuk membuat perencanaan biaya dan beban, dan juga memberikan
informasi biaya bagi manajemen guna dipakai didalam pengendalian manajemen.

Dalam sistem pengawasan produksi dan sistem akuntansi biaya, fungsi ini
betanggungjawab untuk pencatatan mutasi setiap jenis persediaan dan atas pencatatan
biaya produksi langsung, biaya produksi tidak langsung dan biaya nonproduksi ke
dalam kartu biaya. Di samping itu fungsi akuntansi biaya bertanggungjawab atas
pencatat transaksi tejadinya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead
pabrik, dan biaya nonproduksi ke dalam jurnal pemakaian bahan baku dan jurnal umum
serta posting ringkasan jurnal tersebut ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar.

28
2.4. Studi Kasus

A. Profil Perusahaan

PT Titian Nusantara Boga (TNB) pertama kali didirikan pada tahun 2011, beberapa
bulan setelah Daily Bread Café diakuisisi untuk memenuhi kebutuhan dalam
memasok produk kepada perusahaan principal kami.

Lokasi pertama ada di daerah Kemayoran, Jakarta Utara seluas 200 𝑚2 dalam
waktu singkat. TNB mulai tumbuh dan mulai produksi dan distribusi adonan beku
tidak hanya untuk memenuhi Daily Bread Café tetapi juga untuk café dan restoran
lainnya.
a. SOP

29
b. Flowchart
1) Flowchart Pengajuan Bahan

2) Flowchart Produksi

30
c. Penjelasan
1. Produk baru
1) R&D (Research and Development)
R&D membuat sample produk baru menggunakan bahan yang tersedia di
gudang atas persetujuan Purchasing. Setelah sample tersebut jadi, sample
tersebut didistribusikan ke perwakilan setiap divisi untuk dinilai layak
atau tidaknya sample tersebut untuk dipasarkan. Jika sample tersebut
layak untuk dipasarkan maka R&D akan menyerahkan formula sample
tersebut ke divisi PPIC.
2) PPIC
PPIC merencanakan kebutuhan bahan untuk memproduksi produk baru.
Kebutuhan ini dibuat dengan menggunakan “form planning” dan
diserahkan ke Purchasing. Form ini mencakup jeis bahan yang diperlukan
beserta jumlah/beratnya.
Contoh Form Planning:

31
3) Purchasing
Purchasing merupakan harga bahan-bahan untuk membuat produk baru.
i. SPV Cost Accounting
SPV Cost Accounting menghitung Harga Pokok Produksi, Harga
Pokok Penjualan, serta menentukan Harga Jual untuk membuat produk
baru.
ii. COO (Chief Operating Officer)
COO menganalisa Harga Pokok Produksi, Harga Pokok Pejualan, serta
Harga Jual, apakah sudah sesuai dengan kebijakan perusahaan atau
tidak. Jika disetujui produk tersebut COO akan menginformasikan ke
SPV Cost Accounting untuk menginformasikan produk tersebut ke
semua divisi yaitu Sales, Produksi, Accounting, Store.
2. Produk Masa
1) PPIC
PPIC membuat Purchase Requestion (PR) saat mengetahui stok bahan-
bahan di gudang sudah mendekati batas minimum.

32
2) Purchasing
Purchasing akan memproses PR tersebut dengan cara membuat Purchase
Order (PO) untuk pemesanan bahan-bahan tersebut ke supplier.

3) Warehouse (Gudang)
Gudang menerima bahan-bahan yang sudah dipesan dari supplier setelah
itu mencocokkan copy PO yang diterima dari Purchasing dengan bahan-
bahan yang dikirimkan dari supplier.

3. Pengajuan Proses Produksi


1) Sebelum proses produksi dimulai, masing-masing outlet megajukan list dalam
bentuk WOP (Week Order Product) setiap minggunya yang dikonfirmasikan ke
Sales Order melalui e-mail berapa banyak produk yang harus dibuat.

33
Berikut adalah bentuk WOP:

2) Setelah itu Sales Order menginput WOP ke system Accurate. Setelah diinput, bagian
Sales Order akan membuat SPK (Surat Perintah Kerja) harian untuk diserahkan ke
bagian PPIC, bagian PPIC akan menginformasikan SPK harian tersebut ke bagian
Produksi.
Berikut merupakan contoh format SPK dari sales order:
TGL KIRIM RABU, 20/09/17 SPK DAILY BREAD
Nama Kategori Barang No. Barang Keterangan Barang Satuan Kuantitas
ROTI TAWAR 7TT003302 Japanese Toast 1.8 cm Delicio bks 16
7TT003304 Wheat Brown 1.8 cm Delicio bks 20
7TT003308 Potato Raisin Toast 1.8 cm Delicio bks 3
Total 39
SWEET BUN 7JPN00006 Sausage Pan Sollie pcs 14
7JPN00008 Komonosu Pan Sollie pcs 4
7JPN00009 Chicken Curry Pan Sollie pcs 14
7JPN00010 Kuma Chigiri Pan Sollie pcs 3
7JPN00011 Usagi Chigiri Pan Sollie pcs 3
7JPN00012 Set Of 3 Bun Sollie pac 3
7RG000001 Fried Chicken Bread Delicio pcs 15
7RG000003 Hot Wagyu Delicio pcs 18
7RTM00016 Yummy Srikaya Bun Delicio pcs 20
7RTM00017 Sisir Manis Bun Delicio pcs 18
7RTM00025 Roti Nanas Delicio pcs 15
7RTM00033 Soft Roll Bread Mini 10 pcs/pac Delicio pac 7
7RTM00051 Melted Cheese Bread Delicio pcs 20
7RTM00053 Super Dark Choco Bread Delicio pcs 20
7RTM00055 Mocca Almond Bread Delicio pcs 19
34
7RTM00069 Red Bean Bun Delicio pcs 14
7RTM00071 Long John Choco Bun Delicio pcs 16
7RTM00072 Long John Cheese Bun Delicio pcs 14
7RTM00082 Rilakuma Delicio pcs 3
7RTM00083 Antpman Delicio pcs 3
7RTM00099 Cheese Mayonaise Bun Delicio pcs 14
7RTM00100 Taro Bun Delicio pcs 13
7RTS000054 Bakso Ayam Mozarella Delicio pcs 18
7TB000073 Shokora Almond Delicio pcs 16
7TB002016 Nemo Delicio pcs 4
7TB002038 Black Forrest Bun Delicio pcs 20
7TB002039 Cheese Polo Delicio pcs 19
7TB002040 Double Choco Bun Delicio pcs 20
7TB002041 Kalosi Coffee Delicio pcs 19
7TB002055 Blueberry Cream Cheese Bread Delicio pcs 19
7TB002102 Hot Beef Bread Delicio pcs 17
7TB002117 Chicken Floss Spicy Bun Delicio pcs 13

3) Bagian Produksi akan memproduksi sesuai dengan SPK harian. Setiap hari bagian
Produksi akan memproduksi ± 3.000 – 4.000 unit.
4) Setelah Produk jadi, SPV produksi akan membuat Laporan Hasil Produksi (LHP)
sebagai laporan produk selesai.
Berikut contoh Laporan Hasil Produksi (LHP):

35
5) Setelah itu, bagian QC (Quality Control) akan mencocokkan antara produk jadi
dengan SPK harian tesebut, dan mengecek apakah kualitas produk tersebut sesuai
dengan standar perusahaan.
6) Setelah produk selesai dengan standar perusahaan, QC akan serah terima dengan
bagian Distribusi dengan meggunakan Look Book.
7) Bagian Distribusi akan mendistribusikan produk tersebut ke Outlet-outlet.
Contoh Perhitungan Harga Pokok Produksi
BIAYA BAHAN BAKU

No Bahan Pemakaian Harga/kg Jumlah


1 Tepung Terigu 156 Rp 9.000 Rp 1.404.000
2 Gula Pasir 15,6 Rp 11.500 Rp 179.400
3 Telur 10 Rp 17.000 Rp 170.000
4 Mentega 39 Rp 5.000 Rp 195.000
5 Ragi Basah 600 Rp 250 Rp 150.000
6 Pengempuk 600 Rp 250 Rp 150.000
7 Pasta Coklat 5 Rp 10.000 Rp 50.000
Total Rp 2.298.400

BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG

Bagian Jumlah Pekeja Upah/Bulan (Rp) Uang Makan Jumlah (Rp)


Pengadonan 2 Rp 1.000.000 Rp 10.000 Rp 2.020.000
Cetak 3 Rp 1.000.000 Rp 10.000 Rp 3.030.000
Bakar 2 Rp 1.000.000 Rp 10.000 Rp 2.020.000
Pengemasan 2 Rp 1.000.000 Rp 10.000 Rp 2.020.000
Total 9 Rp 9.090.000

ALOKASI BIAYA BERSAMA BTKL

Jenis Jumlah Produksi % Alokasi BTKL Alokasi Biaya Bersama (Rp)


Roti:
Cokelat 5.000 26% Rp 2.363.400
Keju 3.500 18,3% Rp 1.663.470
Nanas 3.750 19,6% Rp 1.781.640
Strawberry 3.000 15,7% Rp 1.427.130
Srikaya 3.900 20,4% Rp 1.854.360
Total 19.150 100% Rp 9.090.000

BOP VARIABEL ROTI COKLAT

Jenis Biaya Biaya/Bulan Alokasi BOP Variabel Roti Cokelat


Biaya Listrik Rp 340.000 Rp 88.400
Biaya Telephone Rp 110.000 Rp 28.600
Biaya Gas Elpiji Rp 95.000 Rp 24.700
Biaya Plastik Pembungkus Rp 258.620 Rp 67.241
Total Rp 208.941

36
BOP TETAP ROTI COKLAT

Jenis Biaya Biaya/Bulan (Rp) Alokasi BOP Tetap Roti Cokelat


Biaya Listrik Rp 340.000 Rp 88.400
Biaya Telephone Rp 110.000 Rp 28.600
Biaya Sewa Pabrik Rp 1.000.000 Rp 260.000
Biaya Depresiasi Oven Rp 100.000 Rp 26.000
Biaya Depresiasi Mesin Pengaduk Rp 50.000 Rp 13.000
Biaya Depresiasi Mesin Rolling Rp 20.800 Rp 5.400
Biaya Depresiasi Mesin Steam Rp 20.800 Rp 5.400
Biaya Depresiasi Kendaraan Rp 250.000 Rp 65.000
Total Rp 491.800

AKTIVA PERUSAHAAN

Aktiva Banyaknya Harga Satuan (Rp) Harga Perolehan (Rp)


Aktiva Lancar:
Kas - Rp - Rp 5.000.000
Persediaan - Rp - Rp 750.000
Aktiva Tetap:
Oven 4 Rp 1.500.000 Rp 6.000.000
Mesin Pengaduk 2 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000
Mesin Rolling 1 Rp 1.250.000 Rp 1.250.000
Mesin Steam 1 Rp 1.250.000 Rp 1.250.000
Kendaraan 2 Rp 7.500.000 Rp 15.000.000
Total Rp 32.250.000

BIAYA NON PRODUKSI

Jenis Biaya Biaya/Bulan Alokasi Roti Coklat


Biaya Administrasi dan Umum Rp 100.000 Rp 26.000
Biaya Pemasaran Rp 150.000 Rp 39.000
Total Rp 65.000

HPP METODE PERUSAHAAN

Roti Cokelat
Jumlah Produksi 5.000
BBB Rp 2.298.400
BTKL Rp 2.363.400
Biaya Listrik Rp 340.000
Biaya Telephone Rp 110.000
Biaya Gas Elpiji Rp 95.000
Total HPP Rp 5.206.800
HPP/Buah Rp 1.041

37
8) Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing

HPP Metode Full Costing


Roti Cokelat
Jumlah Produksi: 5.000 Unit

Biaya Bahan Baku Rp 2.298.400


Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.363.400
BOP Variabel:
Biaya Listrik Rp 88.400
Biaya Telephone Rp 28.600
Biaya Gas Elpiji Rp 24.700
Biaya Plastik Rp 67.241
BOP Tetap:
Biaya Listrik Rp 10.400
Biaya Telephone Rp 7.800
Biaya Sewa Pabrik Rp 260.000
Biaya Depresiasi Oven Rp 26.000
Biaya Depresiasi Pengaduk Rp 13.000
Biaya Depresiasi Rolling Rp 5.400
Biaya Depresiasi Steam Rp 5.400
Biaya Depresiasi Kendaraan Rp 65.000
Total HPP Rp 5.263.741
HPP/Buah Rp 1.053

38
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan teori yang telah kami sampaikan dengan penelitian yang kami lakukan di PT
Titian Nusantara Boga, kami dapat meyimpulkan bahwa ada beberapa praktek pada PT
Titian Nusantara Boga ada yang tidak sesuai dengan teori yang ada.

Beberapa praktek yang tidak sesuai dengan teori yang ada, sebagai berikut:
1) Pada prakteknya, langkah-langkah proses yang ada dalam pengajuan produk baru
ataupun produk masa tidak sesuai dengan SOP yang ada.
2) PT Titian Nusantara Boga mempunyai metode sendiri dalam menghitung Harga Pokok
Produksi, tidak megikuti metode yang ada pada teori.
3) Pada prakteknya, pengendalian intern yang ada pada teori tidak berjalan dengan baik
pada PT Titian Nusantara Boga karena adanya ketidaksesuaian antara SOP dengan
praktek.

3.2. Saran

Setelah kami meneliti PT Titian Nusantara Boga, kami dapat memberikan beberapa
masukan yang mungkin akan berguna bagi manajemen, seperti:
1) Sebaiknya pihak manajemen dari PT Titian Nusantara Boga memperbaiki SOP yang ada
supaya sesuai dengan praktek dan teori yang ada.
2) Sebaiknya PT Titian Nusantara Boga tersebut menggunakan metode full costing karena
dapat mengidetifikasi biaya-biaya yang dapat mendukung proses produksi dibandingkan
perhitungan perusahaan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Agung, S. T. I. E. S. S. (2021). KLASIFIKASI BIAYA DAN SISTEM AKUNTANSI


BIAYA. Akuntansi Biaya, 33.

Dana, A., & Setiawati, L. (2011). Sistem informasi akuntansi. Yogyakarta [ID]: Andi.

Esteria, N. W. (2016). Analisis Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada PT.
Hasjrat Abadi Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(4).

Firmansyah, I., & Pramiudi, U. (2020). Analisis Pengendalian Intern Atas Sistem Informasi
Penjualan Terhadap Efektivitas Dan Efisiensi Penjualan PT. Enseval Putera
Megatrading Tbk. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, 8(1), 1-8.

Kurnia, Y. (2017). Pengaruh Biaya Pemasaran terhadap Volume Penjualan Industri Kerajinan
Tikar Mendong Mekar Putra Tasikmalaya. Jurnal J-Ensitec, 4(01).

Putri, D. M., Halim, M., & Nastiti, A. (2021). Implementasi Sistem Akuntansi Pembiayaan
Murabahah pada Bank Syariah Mandiri KC Banyuwangi. BUDGETING: Journal of
Business, Management and Accounting, 3(1), 24-31.

Pratama, F. A., & Nurani, A. S. (2018). Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Bahan Baku
menggunakan Metode First Expired First Out. KOPERTIP: Jurnal Ilmiah Manajemen
Informatika dan Komputer, 2(2), 38-49.

Ratnawati, M. A. (2021). ANALISIS SISTEM PENERAPAN PENGGAJIAN PT. SOLO


KAWISTARA GARMINDO (Doctoral dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia Jakarta).

Satria, M. R. (2016). Perbandingan Sistem Biaya Tradisional dengan Sistem Activity Based
Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi: Perbandingan Sistem Biaya
Tradisional dengan Sistem Activity Based Costing dalam Perhitungan Harga Pokok
Produksi. Competitive, 11(1), 16-28.

Suherman, Asep. 2021. Akuntansi Biaya. Sumatra Barat: Insan Cendekia Mandiri.

Puspitaningtyas, E. Toha, A. Prakoso, A. (2017). Pengelolaan Keuangan Laba Rugi pada


Home Industry Alat Musik UD Kayu Mas Balung, Jember. 4(2), 121-126.

Iryanie, E. Handayani, M. 2019. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Deepublish.


40
Ramdhani, D. Merida. Hendrani, A. Suheri. 2020. Akuntansi Biaya (Konsep dan Implementasi
di Industri Manufaktur). Yogyakarta: CV MARKUMI.

Ramadani, Desi. 2011. Aplikasi Konsep Basis Data Relasional pada Sistem Produksi,
Pengupahan dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.
https://www.researchgate.net/profile/Desi-
Tarigan/publication/342847223_Aplikasi_Konsep_Basis_Data_Relasional_pada_Sistem
_Produksi_Pengupahan_dan_Sumber_Daya_Manusia/links/5f08962f92851c52d626bc0
3/Aplikasi-Konsep-Basis-Data-Relasional-pada-Sistem-Produksi-Pegupahan-dan-
Sumber-Daya-Manusia.pdf

Dearni Roh, Purba. 2016. ANALISIS SISTEM AKUNTANSI BIAYA PADA PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) UNIT USAHA PKS AEKNABARA
SELATAN

Saraswati Gendis, Nony. 2018. Sistem Akuntansi Biaya.


https://www.slideshare.net/nonygendis/sistem-akuntansi-biaya-96692203

Kurniawan, David. 2012. Penerapan Sistem Akuntansi Biaya untuk Meningkatkan Tingkat
Akurasi Biaya Produksi (Studi Praktik Kerja pada PT Hamparan Plastindo Raya). 1(1),
16-20. http://jurnal.wima.ac.id/index.php/JIMA/article/view/6/4

Sidharta, J, etc, al. 2021. Akuntansi Biaya. Bandung: Media Sains Indonesia.

Esa Dwi Prastiti, A. Saifi, M. Zahro. 2016. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi dengan
Metode Activity Based Costing System (Sistem ABC). 39(1), 16-23.
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/1529/1912

Purba, Roh Dearni. 2016. Analisis Sistem Akuntansi Biaya pada PT. Pekebunan Nusantara III
(Persero) Unit Usaha PKS AEKNABARA Selatan.
http://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/1224

Wardani, H. K. (2017). Akuntansi Dari Kacamata Syariah Dan Ekonomi Islam. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 3(03), 181-185.

WILLYANTO, O. (2021). ANALISIS DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI


AKUNTANSI SIKLUS PRODUKSI DAN MANAJEMEN PERSEDIAAN (Studi Kasus
pada Percetakan Gracia Lumajang) (Doctoral dissertation, STIE Malangkucecwara).
41

Anda mungkin juga menyukai