Anda di halaman 1dari 65

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN

BERITA ACARA BIMBINGAN PROPOSAL

Nama : Purnama Niatsari Gulo


Npm : 17110049
Fakultas : Enomi Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Program Studi : S-1 Akuntansi
Peminatan : Keuangan
Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage
terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate
Governance sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2015-2019).

Pembimbing : 1. Dra. Listiorini, S.E., M.Si., Ak


2. Azwansyah Habibie, S.E., M.Ak

Diterima Dikembalikan

No Materi Bimbingan
Tgl/Bln/ Paraf Tgl/Bln/ Paraf
Thn Pembim Thn Pembim
bing bing

1.

Catatan: Bimbingan selesai


Lembar ini harus dibawa saat Tanggal
bimbingan dan akan dipergunakan Nama dan tanda tangan
sebagai prasyarat skripsi diperbanyak Pembimbing
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,
D A N L E VE R A G E T E R H A D A P M A N A J E M E N L AB A
DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI
EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI
PERIODE 2015-2019)

Disusun Oleh:

PURNAMA NIATSARI GULO


NPM : 17110049

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih


Gelar Sarjana Ekonomi

PEMINATAN AKUNTANSI KEUANGAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN

2021
DAFTAR ISI

Halaman
BERITA ACARA PROPOSAL SKRIPSI
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI .................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 8
1.3 Tujuan Masalah .................................................................. 8
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 9
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 11
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................ 11
2.2 Kerangka Teoritis ................................................................ 17
2.2.1 Laba ........................................................................ 17
2.2.2 Teori Keagenan ........................................................ 18
2.2.3 Manajemen Laba ..................................................... 18
2.2.4 Ukuran Perusahaan .................................................. 21
2.2.5 Profitabilitas ............................................................. 23
2.2.6 Leverage ................................................................... 25
2.2.7 Good Corporate Governance .................................. 28
2.3 Kerangka Konseptual ........................................................... 31
2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................. 33
BAB III : Metode Penelitian.. ................................................................... 40
3.1 Jenis Penelitian. ................................................................... 40
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 40
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 40
3.4 Sumber Data Penelitian ....................................................... 43
3.5 Teknik Pengumpulan Data Penelitian.................................. 43
3.6 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ............................ 43
3.7 Teknik Analisi Data Penelitian ............................................ 48
3.7.1 Statistik Deskriptif ................................................... 48
3.7.2 Uji Asumsi Klasik .................................................... 49
a. Uji Normalitas ..................................................... 48
b. Uji Multikolinearitas ........................................... 50
c. Uji Heteroskedastisitas ........................................ 50
d. Uji Autokorelasi .................................................. 51
3.7.3 Uji Moderated Regression Analysis......................... 51
3.7.4 Uji Kelayakan Model ............................................... 53
a. Koefisien Determinasi (Uji R2) ........................... 53
b. Uji F..................................................................... 54
3.7.5 Uji Hipotesis (Uji t) ................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


Tabel

Tabel II.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu…………………………………. . 14

Tabel III.1Pemilihan Sampel ……………………………………………. ..... 42

Tabel III.3 Definisi Operasional Data Penelitian………………………….. ... 47

iii
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


Gambar

Gambar II.1Kerangka Konseptual……………………………………. …… 31

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Semakin berkembangnya perekonomian di Indonesia, maka semakin

banyak cara manajer perusahaan untuk mengembangkan perusahaannya, mulai

dari perusahaan yang kecil hingga besar. Oleh karena itu, manajemen perusahaan

dituntut untuk dapat mengelolah kinerja perusahaan dengan baik. Kinerja

perusahaan dapat dilihat pada laporan keuangannya, karena dari laporan keuangan

tersebut kita dapat melihat kinerja perusahaannya baik atau tidaknya. Laporan

keuangan digunakan untuk menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini

atau periode berikutnya. Dalam laporan keuangan, laba menjadi salah satu

informasi penting yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen. Berdasarkan

kenyataan yang ada, hampir semua pengguna laporan keuangan hanya berfokus

pada informasi mengenai laba perusahaan tanpa memperhatikan bagaimana laba

tersebut dihasilkan. Ini dapat mendorong seorang manajemen perusahaan untuk

melakukan beberapa tindakan yang dapat menguntungkan dirinya sendiri yang

disebut dengan manajemen laba (earnings management) atau manipulasi laba

(earnings manipulation).

Manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk

mengintervensi atau mempengaruhi informasi dalam laporan keuangan dengan

tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja keuangan dan

kondisi keuangan (Sulistyanto, 2008:6). Manajemen laba terjadi ketika manajer

menggunakan pertimbangan dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi

untuk merubah laporan keuangan, untuk memberikan gambaran yang tidak

1
2

sebenarnya mengenai keadaan keuangan perusahaan dengan cara memanipulasi

jumlah laba yang dihasilkan, nantinya akan mempengaruhi keputusan ekonomi

yang akan dibuat oleh para pengguna laporan seperti pemegang saham dan akan

berpengaruh terhadap hasil perjanjian yang didasarkan pada jumlah yang tertera

dalam laporan keuangan.

Contoh kasus manajemen laba yang terjadi di Perusahaan Manufaktur

dilakukan oleh PT Garuda Indonesia. Pada kasus PT. Garuda Indonesia

berdasarkan hasil pemeriksaaan Kementrian Keuangan terdapat ketidakwajaran

dalam penyajian laporan keuangan. Setelah mencatatkan kerugian pada beberapa

tahun terakhir tiba-tiba pada tahun 2018 mengalami laba yang signifikan sebesar

USD 5,01 juta. Hal ini bermula ketika laporan keuangan PT. Garuda Indonesia

Tbk tahun 2018 ditolak oleh dua komisarisnya, mereka adalah Chairal Tanjung

dan Doni Oskaria. Kedua komisaris ini menolak pencatatan pendapatan dari

perjanjian kerja sama antara Garuda Indonesia Group dengan PT Mahata Aero

Teknologi di era Direktur Utama Garuda Indonesia saat itu, Ari Askhara yang saat

ini tersandung kasus penyelundupan. Emiten berkode GIIA itu menjalin

kerjasama penyediaan layanan wifi gratis disejumlah pesawat Garuda Indonesia

Group. Menurut Dony Oskaria dan Chairal Tanjung, seharusnya perusahaan

mencatatkan rugi tahun berjalan. Setelah diusut, ternyata keuntungan Garuda itu

dapat dari kontrak kerja sama penyediaan layanan konektivitas wifi dalam

penerbangan dan hiburan pesawat dari PT. Mahata Aero Teknologi. Adapun

berdasarkan hasil penyajian ulang tersebut, Garuda Indonesia mencatatkan rugi

bersih sebesar USD 175,02 juta atau setara Rp 2,45 triliun dari sebelumnya laba

sebesar USD 5,01 juta. (https:/www.kompas.com).


3

Dari banyaknya kasus yang telah terjadi, perusahaan menaikan laba secara

signifikan agar menunjukkan kinerja mereka yang baik dihadapan para pemegang

saham dan menutupi kondisi yang sebenarnya terjadi di Perusahaan. Menurut

Badruzaman (2010) manajemen laba adalah salah satu cara yang ditempuh

manajemen dalam pengelolaan laporan keuangan perusahaan melalui pemilihan

kebijakan akuntansi tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan laba bersih dan

nilai perusahaan yang sesuai dengan harapan manajemen tersebut. Beberapa pihak

melihat tindakan manajemen laba dari dua sudut yang berbeda, salah satu pihak

menggap bahwa manajemen laba adalah tindakan kecurangan. Sedangkan pihak

yang lain menganggap manajemen laba bukan tindakan kecurangan karena hal

tersebut adalah dampak dari kebebasan manajer untuk memilih metode-metode

akuntansi yang akan digunakan dalam melakukan pencatatan dan penyusunan

laporan keuangan yang dianggap sesuai dengan perusahaan.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan

manajemen laba, diantaranya yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan

merupakan gambaran dari kapitalisasi pasar yang juga mampu mempengaruhi

manajemen laba, total aktiva serta penjualan yang dimiliki perusahaan. Dewi &

Wirajaya (2013), menyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan suatu

peningkatan dari kenyataan bahwa perusahaan besar akan memiliki kapitalisasi

pasar yang besar, nilai buku yang besar dan laba yang tinggi. Perusahaan yang

tergolong besar pada umumnya akan lebih transparan dalam melakukan kegiatan

operasionalnya karena perusahaan akan lebih diperhatikan oleh pihak-pihak

eksternal, seperti pemerintah, investor, dan kreditor, sehingga dapat

meminimalkan tindakan manajemen laba.


4

Penelitian mengenai ukuran perusahaan terhadap manajemen laba juga

menghasilkan hasil yang beragam seperti penelitian yang dilakukan oleh

Istikhomah & Widyawati (2018) dengan judul “Pengaruh Good Corporate

Governance, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba”

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap manajemen laba. Sejalan dengan penelitian Pasilongi, dkk (2018) dengan

judul “Pengaruh Kualitas Audit, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap

Manajemen Laba” menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh

signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian Paramitha & Idayati

(2020) dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan

terhadap Manajemen Laba” menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. sejalan dengan penelitian

Febriayanti (2020) dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan,Ukuran

Perusahaan, Perencanaan Paajak terhadap Manajemen Laba dengan Good

Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi”. Menyatakan bahwa ukuran

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Faktor lain yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan manajemen

laba, diantaranya profitabilitas. Profitabilitas menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan laba dari pengelolaan asetnya selama periode

tertentu. Kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba merupakan indikator

utama dalam menilai prestasi perusahaan. profitabilitas itu sendiri merupakan

suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana

perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Semakin

besar tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka semakin besar pula


5

kemungkinan manajer perusahaan melakukan praktik perataan laba (Prasetya &

Rahardjo, 2013).

Penelitian mengenai profitabilitas terhadap manajemen laba juga

menghasilkan hasil yang beragam seperti penelitian yang dilakukan oleh Agustia

& Suryani (2018) dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,

Leverage dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan

Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016)

menyatakan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba. sedangkan penelitian Miftakhunnimah, dkk (2020) dengan judul

“Pengaruh Financial Distress, Leverage, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan

terhadap Manajemen Laba” menyatakan bahwa Profitabilitas berpengaruh positif

signifikan terhadap manajemen laba. sejalan dengan penelitian Febria (2020)

dengan judul “Pengaruh Leverage, Profitabilitas dan Kepemilikan manajerial

terhadap Manajemen Laba” menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

dan signifikan terhadap manajemen laba. dan penelitian Ridwan (2020) dengan

judul “Pengaruh Asimetri Informasi dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba

dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan

LQ45 yang terdaftar di BEI periode 2016-2018”. Menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Faktor ketiga yang mempengaruhi manajemen dalam melakukan

manajemen laba, diantaranya leverage. Leverage merupakan suatu rasio yang

digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang.

Leverage biasa dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan

untuk penggunaan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk
6

memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan. Penelitian mengenai

leverage terhadap manajemen laba juga menghasilkan hasil yang beragam seperti

penelitian yang dilakukan oleh Yanti, dkk (2019) dengan judul “Pengaruh

Asimetri Informasi, ukuran Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas pada

Manajemen Laba” menyatakan bahwa Leverage berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Bailusy, dkk (2019)

dengan judul “Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba dengan Good

Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi pada Sektor Industri Dasar dan

Kimia yang terdaftar di BEI periode 2013-2017”. Menyatakan bahwa leverage

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Namun, tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawati, dkk (2019) dengan judul

“Pengaruh Free Cash Flow dan Leverage terhadap Manajemen Laba dengan

Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi” menyatakan bahwa

leverage tidak signifikan terhadap manajemen laba.

Selain sebagai variabel independen yang mempengaruhi manajemen laba,

good corporate governance juga bisa dijadikan sebagai variabel moderating

terhadap manajemen laba. Untuk mengurangi praktik manajemen laba,

perusahaan harus mulai membangun sistem pengawasan dan pengendalian yang

lebih baik lagi. Hal ini dapat mendorong terciptanya keadilan, transparansi,

akuntabilitas dan responsibilitas dalam mengelola sebuah perusahaan. Good

Corporate Governance dapat menjadi upaya perusahaan untuk mengendalikan

atau mengatasi praktik terjadinya manajemen laba di Perusahaan. Good Corporate

Governance menciptakan mekanis medan alat control untuk menciptakan


7

efesiensi bagi perusahaan dan memberiikan keuntungan bagi semua pihak

(stakeholder) (Herlambang, 2017).

Penelitian ini merupakan replikasi dengan modifikasi dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Bailusy, dkk (2019) dengan judul “Pengaruh

Leverage terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai

Variabel Moderasi pada Sektor Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di BEI

periode 2013-2017”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu

peneliti menambah dua variabel independen ukuran perusahaan dan profitabilitas.

Alasan peneliti memilih dua variabel tersebut karena ukuran perusahaan dan

profitabilitas diprediksi berpengaruh terhadap manajemen laba. Profitabilitas

berperan penting dalam penentuan laba, rasio profitabilitas perusahaan dapat

menunjukkan gambaran dan pemantauan terkait laba yang diinginkan. Sedangkan

ukuran perusahaan menunjukkan kekuatan dalam mempertahankan ekstensinya.

Perbedaan lain dari penelitian sebelumnya yaitu peneliti menggunakan perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasinya dengan

tahun amatan penelitian pada tahun 2015-2019. Alasan peneliti memilih

perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur merupakan taraf

perusahaan yang besar dan sangat berpengaruh dalam perkembangan

perekonomian Negara dan komponen laba dalam laporan keuangan perusahaan

manufaktur disajikan secara detail. Perusahaan manufaktur juga semakin

meningkat, dengan demikian kemungkinan untuk melakukan aktivitas manajemen

laba sangat besar.


8

Dari latar belakang permasalahan di atas serta dilandasi dengan beberapa

penelitian terdahulu menunjukkan adanya perbedaan dari masing-masing hasil

sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Manajemen

Laba dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderating

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2015-2019)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan dari latar belakang penelitian, terdapat

rumusan masalah antara lain sebagai berikut:

a. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2015-2019?

b. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2015-2019?

c. Apakah leverage berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2019?

d. Apakah good corporate governance dapat memoderasi hubungan ukuran

perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2019?

e. Apakah good corporate governance dapat memoderasi hubungan

profitabilitas terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2019?


9

f. Apakah good corporate governance dapat memoderasi hubungan leverage

terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2019?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2015-2019.

b. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2015-2019.

c. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap manajemen laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2015-2019.

d. Untuk mengetahui good corporate governance dapat memoderasi

hubungan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2019.

e. Untuk mengetahui good corporate governance dapat memoderasi

hubungan profitabilitas terhadap manajemen laba pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2019.

f. Untuk mengetahui good corporate governance dapat memoderasi

hubungan leverage terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2019.


10

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan praktis untuk

meningkatkan pengawasan kepada para manajernya dalam menyusun

laporan keuangan sehingga dapat mempertahankan revalansi nilai

akuntansi.

b. Bagi Investor dan Calon Investor

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan para investor dan calon

investor serta pelaku pasar lainnya dalam memandang laba perusahaan

yang diumumkan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan investasi

yang tepat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti dalam

penyusunan penelitian ini sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang

digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Adapun beberapa

penelitian terdahulu tersebut yaitu:

Penelitian yang dilakukan Febria (2020) dalam penelitiannya berjudul

“Pengaruh Leverage, Profitabilitas dan Kepemilikan Manajerial terhadap

Manajemen Laba”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage dan

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan

profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian yang dilakukan Febriayanti (2020) dalam penelitiannya berjudul

“Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Perencanaan Pajak

terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel

Moderasi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan dan

ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen

laba, perencanaan pajak mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen

laba. Variabel Good Corporate Governance tidak memoderasi hubungan ukuran

perusahaan terhadap manajemen laba.

Miftakhunnimah, dkk (2020) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh

Financial Distress, Leverage, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap

Manajemen Laba”. Hasil ini penelitian menunjukkan bahwa Financial Distress

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, leverage dan profitabilitas

11
12

berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, dan ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Paramitha & Idayati (2020) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh

Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba”. Hasil

penelitian ini menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap

manajemen laba, likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba,

sedangkan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.

Ridwan (2020) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Asimetri

Informasi dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate

Governance sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di

BEI periode 2016-2018”. Hasil penelitian ini menunjukkan asimetri informasi dan

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. sedangkan good

corporate governance mampu memoderasi hubungan asimetri informasi dan

profitabilitas terhadap manajemen laba.

Yasa, dkk (2020) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba pada

Perusahaan Manufaktur di BEI”. Hasil penelitian menunjukkan ukuran

perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, leverage berpengaruh

positif terhadap manajemen laba, sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba.

Bailusy, dkk (2019) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Leverage

terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel

Moderasi”. Hasil penelitian menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif


13

terhadap manajemen laba. Sementara good corporate governance mampu

memoderasi pengaruh leverage terhadap manajemen laba.

Setiawati, dkk (2019) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Free Cash

Flow dan Leverage terhadap Manajemen Laba dengan Good Corporate

Governance sebagai Variabel Moderasi”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

free cash flow berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba, leverage tidak

signifikan terhadap manajemen laba. Good Corporate Governance tidak mampu

memoderasi free cash flow dan manajemen laba. Sedangkan variabel leverage

dengan good corporate governance tidak mampu memperkuat atau memperlemah

hubungan antara leverage dengan manajemen laba akurual.

Yanti, dkk (2019) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Asimetri

Informasi, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas pada Manajemen

Laba”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asimetri tidak berpengaruh pada

manajemen laba, ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan pada

manajemen laba, sedangkan leverage dan profitabilitas berpengaruh positif dan

signifikan pada manajemen laba.

Agustia & Suryani (2018) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Umur Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas terhadap Manajemen

Laba”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ukuran perusahaan,

umur perusahaan, leverage, dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba. Secara parsial, ukuruan perusahaan dan profitabilitas tidak

berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan umur perusahaan

dan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.


14

Istikhomah & Widyawati (2018) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh

Good Corporate Governance, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap

Manajemen Laba”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage, dan ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba,

sedangkan good corporate governance tidak signifikan terhadap manajemen laba.

Pasilongi, dkk (2018) dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Kualitas

Audit, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba”. Hasil

penelitian menunjukkan secara parsial, kualitas audit berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba, profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap

manajemen laba.

Penjelasan diatas akan lebih mudah dipahami dengan melihat ringkasan

penelitian terdahulu di bawah ini:

Tabel II.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Judul
No Variabel Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
1. Febria (2020) Pengaruh Dependen: Hasil penelitian ini
Leverage, Manajemen Laba menunjukkan bahwa variabel
Profitabilitas leverage dan kepemilikan
dan Independen: manajerial tidak berpengaruh
Kepemilikan Leverage, terhadap manajemen.
Manajerial Profitabilitas, Sedangkan profitabilitas
terhadap Kepemilikan berpengaruh positif dan
Manajemen Manajerial. signifikan terhadap manajemen
Laba. laba.

2. Febriayanti Pengaruh Dependen: Hasil penelitian ini


(2020) Pertumbuhan Manajemen Laba menunjukkan bahwa
Perusahaan,Uku pertumbuhan perusahaan dan
ran Perusahaan, Independen: ukuran perusahaan tidak
Perencanaan Pertumbuhan mempunyai pengaruh
Pajak terhadap Perusahaan, signifikan terhadap manajemen
Manajemen Ukuran laba, perencanaan pajak
Laba dengan Perusahaan, mempunyai pengaruh
Good Corporate Perenaan Pajak. signifikan terhadap manajemen
Governance laba. sedangkan, variabel
sebagai variabel Pemoderasi: Good Corporate Governance
15

Sambungan Tabel II.1 Ringkasan Penelitian


Terdahulu Moderasi. Good Corporate tidak memoderasi hubungan
Governance ukuran perusahaan terhadap
manajemen laba.
.

3. Ridwan Pengaruh Dependen: Hasil penelitian ini


(2020) Asimetri Manajemen Laba menunjukkan bahwa asimetri
Informasi dan informasi dan profitabilitas
Profitabilitas Independen: berpengaruh signifikan
terhadap Asimetri terhadap manajemen laba.
Manajemen Informasi, dan sedangkan good corporate
Laba dengan Profitabilitas. governance mampu
Good Corporate memoderasi hubungan
Governance Pemoderasi: asimetri informasi dan
sebagai Variabel Good Corporate profitabilitas terhadap
Moderasi pada Governance. manajemen laba.
perusahaan
LQ45 yang
terdaftar di BEI
periode 2016-
2018.
4. Miftakhunnim Pengaruh Dependen: Hasil penelitian ini
ah, dkk (2020) Financial Manajemen Laba menunjukkan bahwa financial
Distress, distress berpengaruh negatif
Leverage, Independen: terhadap manajemen laba,
Profitabilitas Financial leverage dan profitabilitas
dan Ukuran Distress, berpengaruh positif signifikan
Perusahaan Leverage, terhadap manajemen laba, dan
terhadap Profitabilitas dan ukuran perusahaan
Manajemen Ukuran berpengaruh negatif terhadap
Laba. Perusahaan. manajemen laba.
5. Paramitha & Pengaruh Dependen: Hasil penelitian ini
Idayati (2020) Profitabilitas, Manajemen Laba menunjukkan profitabilitas
Likuiditas, memiliki pengaruh positif
Ukuran Independen: terhadap manajemen laba,
Perusahaan Profitabilitas, likuiditas memiliki pengaruh
terhadap Likuiditas, negatif terhadap manajemen
Manajemen Ukuran laba, sedangkan ukuran
Laba. Perusahaan. perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap manajemen
laba.
6. Yasa, dkk Pengaruh Dependen: Hasil penelitian menunjukkan
(2020) Ukuran Manajemen Laba ukuran perusahaan tidak
Perusahaan, berpengaruh terhadap
Leverage dan Independen: manajemen laba, leverage
Profitabilitas Ukuran berpengaruh positif terhadap
terhadap Perusahaan, manajemen laba, sedangkan
Manajemen Leverage dan profitabilitas tidak
Laba pada Profitabilitas. berpengaruh terhadap
Perusahaan manajemen laba.
Manufaktur di
BEI
16

Sambungan Tabel II.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu


7. Bailusy, dkk Pengaruh Dependen: Hasil penelitian menunjukkan
(2019) Leverage Manajemen Laba bahwa Leverage berpengaruh
terhadap negatif dan signifikan
Manajemen Independen: terhadap manajemen laba.
Laba dengan Leverage GCG mampu memoderasi
Good Corporate pengaruh leverage terhadap
Governance Pemoderasi: manajemen laba.
Sebagai Good Corporate
Variabel Governance.
Moderasi pada
Sektor Industri
Dasar dan
Kimia yang
terdaftar di BEI
2013-2017.
8. Setiawati, dkk Pengaruh Free Dependen: Hasil penelitian ini
(2019) Cash Flow dan Manajemen Laba menunjukkan bahwa free cash
Leverage flow berpengaruh signifikan
terhadap Independen: terhadap Manajemen Laba,
Manajemen Free Cash Flow leverage tidak signifikan
Laba dengan dan Leverage terhadap manajemen laba.
Good Corporate Good Corporate Governance
Governance Pemoderasi: tidak mampu memoderasi free
sebagai Variabel Good Corporate cash flow dan manajemen laba.
Moderasi Governance.
9. Yanti, dkk Pengaruh Dependen: Hasil penelitian ini
(2019) Asimetri Manajemen Laba menunjukkan bahwa asimetri
Informasi, tidak berpengaruh pada
Ukuran Independen: manajemen laba, ukuran
Perusahaan, Asimetri perusahaan berpengaruh
Leverage dan Informasi, Ukuran negatif signifikan pada
Profitabilitas Perusahaan, manajemen laba, sedangkan
pada Leverage dan leverage dan profitabilitas
Manajemen Profitabilitas. berpengaruh positif dan
Laba signifikan pada manajemen
laba.
10. Agustia & Pengaruh Dependen: Hasil penelitian menunjukkan
Suryani Ukuran Manajemen Laba bahwa secara simultan ukuran
(2018) Perusahaan, perusahaan, umur perusahaan,
Umur Independen: leverage, dan profitabilitas
Perusahaan, Ukuran berpengaruh signifikan
Leverage dan Perusahaan, Umur terhadap manajemen laba.
Profitabilitas Perusahaan, Secara parsial, ukuruan
terhadap Leverage dan perusahaan dan profitabilitas
Manajemen Profitabilitas. tidak berpengaruh signifikan
Laba terhadap manajemen laba,
sedangkan umur perusahaan
dan leverage berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
manajemen laba.
11. Istikhomah & Pengaruh Good Dependen: Hasil penelitian menunjukkan
Widyawati Corporate Manajemen Laba bahwa leverage, dan ukuran
(2018) Governance, perusahaan berpengaruh positif
Leverage dan Independen: dan signifikan terhadap
Ukuran Good Corporate manajemen laba, sedangkan
Perusahaan Governance, good corporate governance
17

Sambungan Tabel II.1 Ringkasan Penelitian


Terdahulu terhadap Leverage dan tidak signifikan terhadap
Manajemen Ukuran manajemen laba.
Laba Perusahaan.
12. Pasilongi, dkk Pengaruh Dependen: Hasil penelitian menunjukkan
(2018) Kualitas Audit, Manajemen Laba bahwa leverage, dan ukuran
Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif
dan Ukuran Independen: dan signifikan terhadap
Perusahaan Kualitas Audit, manajemen laba, sedangkan
terhadap Profitabilitas dan good corporate governance
Manajemen Ukuran tidak signifikan terhadap
Laba Perusahaan manajemen la
Sumber data diolah, 2021

2.2. Kerangka Teoritis

2.2.1. Laba

Laba merupakan cerminan kinerja perusahaan yang dapat dikelola

secara oportunis dan efesien. Dikelola secara oportunis artinya dikelola untuk

meningkatkan laba sesuai dengan yang diinginkan dan menguntungkan

pihak-pihak tertentu, dan dikelola secara efisien artinya dikelola untuk

meningkatkan keinformatifan dari laporan keuangan. Informasi laba pada

laporan keuangan umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir

kinerja atau melihat bagaimana pertanggungjawaban manajemen, (Bestivano,

2013). Namun, informasi laba juga sering menjadi target rekayasa melalui

tindakan oportunis manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, karena

adanya kecenderungan pihak-pihak yang memperhatikan laba dan hal ini

disadari oleh manajemen khususnya manajer yang kinerjanya diukur

berdasarkan informasi laba tersebut, sehingga mendorong munculnya

tindakan untuk mengatur laba atau yang biasa dikenal sebagai manajemen

laba (Savitri, 2014).


18

2.2.2. Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan teori yang menguraikan tentang hubungan

kontraktual antara dua pihak dalam satu hubungan bisnis, yaitu antara pihak

yang mendelegasikan pengambilan keputusan sama pihak yang menerima

pendelegasian. Pihak yang melakukan pendelegasian adalah bisa terdiri dari

prinsipal, pemilik atau pemegang saham, sedangkan pihak penerima

pendelegasian adalah bisa terdiri dari agen, direksi atau manajemen. Teori ini

dapat dipandang sebagai model kontraktual antara dua atau lebih orang,

dimana salah satu pihak disebut agen dan pihak yang lain disebut prinsipal.

Pihak prinsipal sebagai penyedia sumber daya dan dana yang akan digunakan

oleh manajemen, sedangkan pihak manajemen harus bertanggung jawab

penuh dengan mandat yang telah diberikan agar dapat memenuhi kepentingan

pihak prinsipal.

Menurut Eisenhardt (1989) dalam Sondang (2011) teori agensi

menggunakan tiga asumsi sifat manusia, yaitu: manusia pada umumnya

mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki daya pikir

terbatas mengenai persepsi masa yang akan datang (bounded rationality), dan

manusia menghindari risiko (risk averse). Teori keagenan muncul sebagai

upaya untuk memahami dan memecahkan masalah yang ada saat ketidak

seimbangan informasi pada saat kontrak dilakukan. Kontrak yang dimaksud

adalah kontrak antara prinsipal dengan agen.

2.2.3. Manajemen Laba

Manajemen laba (Earning Management) merupakan suatu konsep

yang dilakukan perusahaan dalam mengelola laporan keuangan agar laporan


19

keuangan tersebut terlihat memiliki kualitas (Bestivano, 2013). Permasalahan

ini sulit untuk dihindari karena menyangkut adanya keuntungan individu

semata dan juga keuntungan perusahaan. Manajemen laba didefinisikan

sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi

informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui

stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi keuangan

(Sulistyanto, 2008:6). Manajer melakukan manajemen laba bertujuan untuk

mewujudkan kepentingan pribadinya, yaitu dengan cara mengatur besarnya

laba yang akan dilaporkan ke stakeholder. Ada alasan mendasar mengapa

manajer melakukan manajemen laba. Harga pasar saham suatu perusahaan

secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko, dan spekulasi. Oleh sebab itu,

perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke periode

secara konsisten akan mengakibatkan risiko perusahaan ini mengalami

penurunan lebih besar dibandingkan presentase kenaikan laba. Hal inilah

yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan pengelolaan dan

pengaturan laba sebagai salah satu upaya untuk mengurangi risiko.

(Sulistyanto, 2008:47).

Manajemen laba adalah upaya untuk merekayasa angka-angka dalam

laporan keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur akuntansi

yang digunakan perusahan. manajemen laba ini merupakan tindakan sengaja

atau manipulasi keuntungan pada laporan keuangan agar mendapatkan

keuntungan yang lebih dan berorientasi pada tujuan pribadi dengan

mengesampingkan tujuan utama dari perusahaan. Manajemen laba dapat

berupa usaha menaikan laba, menurunkan laba, atau meratakan laba.


20

Manajemen laba juga merupakan campur tangan manajemen dalam proses

penyusunan laporan keuangan yang tujuannya untuk dilaporkan kepada pihak

eksternal dengan tujuan tertentu. Manajemen laba dapat mengurangi

kredibilitas dari laporan keuangan karena tidak mencerminkan kondisi

perusahaan yang sesungguhnya. Para pemakai laporan keuangan di

mungkinkan akan mengambil keputusan yang salah di karenakan mereka

memperoleh informasi keuangan yang salah (Purbowati dan Utomo, 2016).

Kusumaningtyas (2012) menjelaskan bahwa dalam manajemen laba

terdapat dua konsep akrual ynag meliputi discretionary accrual dan non

discretionary accrual. Untuk non discretionary accrual merupakan pengakuan

akrual laba yang wajar, yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi

yang berlaku umum. Non discretionary accrual merupakan akrual yang wajar,

dan apabila dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan (tidak

wajar), oleh karena itu, bentuk akrual yang dianalisis dalam penelitian ini

adalah bentuk discretionary accrual yang merupakan akrual abnormal dan

merupakan pilihan kebijakan manajemen dalam pemilihan metode akuntansi.

Dalam mengukur manajemen laba menggunakan model Modified

Jones dapat dilakukan langkah-langkah untuk mencari nilai discretionary

accrual (Dechow et al., 2011) sebagai berikut:

a. Perhitungan total akrual dengan menggunakan rumus:

TACit = NIit OCFit

b. Menghitung nilai Accruals diestimasi dengan persamaan regresi OLS

(Ordinary Least Square):


21

= ( ) + ( ) + ( )

c. Menghitung Non- discretionary accrual, dengan rumus sebagai berikut:

NDAit = ( ) + β2 (REVit ‒ REVit ‒1) ‒ (RECit ‒

RECit ‒1) + ( )

d. Menghitung nilai discretionary accruals dengan rumus:

DAit =

2.2.4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah skala dimana perusahaan dapat

digolongkan dalam ukuran besar atau kecilnya perusahaan tersebut dengan

mengukur total aktiva, log size, harga pasar saham, dan lain-lain. Ukuran

perusahaan juga merupakan gambaran dari kapitalisasi pasar yang juga

mampu mempengaruhi manajemen laba, total aktiva serta penjualan yang

dimiliki perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar maupun sedang

mempunyai tekanan yang lebih kuat dari stakeholdernya supaya kinerja

perusahaan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para

investornya jika dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil.

Keadaan tersebut mampu mendorong pihak manajemen agar dapat memenuhi


22

harapan dari para investor sehingga manajemen memiliki kecenderungan

untuk melakukan manajemen laba yang cukup besar.

Perusahaan yang lebih besar umumnya akan mendapatkan lebih

banyak perhatian dari pihak eksternal, seperti investor, analis, maupun

pemerintah. Oleh sebab itu perusahaan akan menghindari fluktuasi laba yang

terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan

pertambahan kewajiban seperti pajak. Perusahaan besar akan cenderung

berusaha untuk melaporkan perolehan laba yang stabil setiap tahunnya.

Dewi dan Wirajaya (2013), juga menjelaskan bahwa ukuran

perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan

suatu perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total aset yang

dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi

perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak

manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan

tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan

kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah asset yang

besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik

perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang

dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai

perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan proksi log natural dari total aset.

Adapun rumus ukuran perusahaan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aset)

Sumber: Harahap, 2015


23

2.2.5. Profitabilitas

Profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba. Menurut Kasmir (2015:110) rasio profitabilitas

merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Chen

Ju dan Yu Chen (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas suatu

perusahaan maka kinerja dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan juga meningkat. Apabila rasio profitabilitas ini rendah maka

manajer akan melakukan tindakan manajemen laba dengan meningkatkan

laba yang dimilikinya agar rasio profitabilitas menunjukkan angka yang

tinggi.

Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan antara

lain sebagai berikut:

a. Return On Asset

Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba

bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam

total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total

asset.

b. Return On Equity

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih

yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total

ekuitas. Rasio ini dihitung membagi laba bersih terhadap ekuitas.

c. Gross Profit Margin


24

Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya presentase laba kotor atas

penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba kotor terhadap

penjualan bersih.

d. Operating Profit Margin

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar presentase laba

operasional atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung sebagai hasil

pengurangan antara laba kotor dengan beban operasional.

e. Net Profit Margin

Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya presentase laba bersih atas

penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan membagi laba terhadap

manajemen laba.

Tujuan rasio profitabilitas menurut Kasmir (2015: 197), yaitu:

a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam

satu periode tertentu.

b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Manfaat dari rasio profitabilitas menurut Kasmir (2015:198)

a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode.
25

b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

Salah satu rasio analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menggambarkan profitabilitas perusahaan adalah Return On Asset (ROA).

Alasan peneliti menggunakan ROA sebagai alat ukur karena ROA mengukur

efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang

tersedia. ROA dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

ROA

Sumber: Kasmir 2013

2.2.6. Leverage

Leverage merupakan suatu rasio yang digunakan untuk menilai

seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan hutang.

Menurut Harahap (2013), rasio leverage adalah rasio yang menggambarkan

hubungan antara utang perusahaan terhadap modal, rasio ini dapat melihat

seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan

kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang

lebih banyak asetnya dibiayai oleh hutang cenderung akan melakukan

tindakan menaikkan jumlah laba yang diperoleh akibat tingginya beban


26

bunga. leverage keuangan timbul apabila perusahaan menggunakan utang

karena utang menimbulkan kewajiban tetap yaitu berupa biaya bunga yang

dibayar secara berkala tanpa mempertimbangkan berapa besarnya laba

perusahaan. Leverage sebagai salah satu usaha peningkatan laba perusahaan,

dapat menjadi tolok ukur dalam melihat perilaku manajer dalam hal

manajemen laba. Perusahaan yang memiliki financial leverage tinggi, diduga

melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak

dapat memenuhi kewajiban membayar utang pada waktunya. Keadaan ini

mengindikasikan bahwa perusahaan dengan leverage tinggi memiliki

pengawasan yang lemah terhadap manajemen yang menyebabkan manajemen

dapat membuat keputusan sendiri, dan juga menetapkan strategi yang kurang

tepat. Menurut Sari dan Astika (2015) leverage yang tinggi akan

meningkatkan perilaku oportunis manajemen seperti melakukan manajemen

laba untuk mempertahankan kinerjanya dimata pemegang saham dan publik

dan hal ini merupakan akibat dari kurangnya pengawasan.

Menurut Kasmir (2013:122) terdapat beberapa fungsi penggunaan

rasio leverage bagi perusahaan, diantaranya sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak

lainnya.

b. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang

bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

c. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap

dengan modal.

d. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.


27

e. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap

pengelolaan aktiva.

f. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal.

Rasio leverage dibagi menjadi beberapa jenis menurut Kasmir

(2013:155) antara lain:

a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Debt Ratio (rasio utang) merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau

seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan

aktiva.

b. Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas untuk mencari rasio ini dengan cara

membandingkan seluruh, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.

c. Long Term Debt to Equity Ratio

Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka

panjangdengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa

bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang

jangka panjang dengan cara membandingkan antara utan jangka panjang

dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

d. Time Interest Earned

Rasio ini mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa

membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya

bunga tahunnya.
28

e. Fixed Change Coverage (Lingkup Biaya Tetap)

Rasio ini menyerupai rasio times interest earned, hanya saja perbedaanya

adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka

panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract).

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam mengukur

leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). Alasan peneliti menggunakan

DER dalam menghitung leverage karena dapat mengetahui seberapa besar

tingkat penggunaan hutang perusahaan terhadap total modal perusahaan. DER

dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

Debt to equity ratio

Sumber: Kasmir 2013

2.2.7. Good Corporate Governance

Secara definitif good corporate governance diartikan sebagai sistem

yang mengatur dan mengendalikan perusahaan agar perusahaan tersebut

menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder-nya. Upaya

peningkatan good corporate governance di Indonesia, telah dilakukan dengan

penilaian indeks tata kelola perusahaan setiap tahunnya. Kinerja perusahaan

yang semakin baik diharapkan mampu meminimalisir praktik manajemen

laba sehingga laporan keuangan yang dihasilkan lebih dapat menggambarkan

kondisi perusahaan yang sebenarnya.

corporate governance adalah konsep yang didasarkan pada teori

agensi, corporate governance diharapkan berfungsi sebagai alat untuk


29

memberikan jaminan kepada investor bahwa mereka akan menerima

pengembalian dana yang telah mereka investasikan (Yuniarti et al., 2017).

Secara konkret penggunaan corporate governance memliliki beberapa tujuan

yaitu memberikan kemudahan informasi mengenai akses investasi domestik

maupun asing, mendapatkan cost of capital yang lebih murah, memberikan

sebuah keputusan terhadap kinerja ekonomi perusahaan, dapat meningkatkan

kepercayaan stakeholder terhadap perusahaan (Almadara, 2017).

Menurut Organization of Economic Cooperation and Development

(OECD, 2015) tujuan dari good corporate governance adalah untuk

membantu perusahaan membangun kepercayaan, transparansi dan

akuntabilitas yang diperlukan untuk mengembangkan investasi jangka

panjang, stabilitas keuangan dan integritas bisnis, dengan mendukung

pertumbuhan yang lebih kuat dan masyarakat yang lebih inklusif. Good

corporate governance juga merupakan sarana untuk mendukung efisiensi

ekonomi, pertumbuhan yang berkelanjutan dan stabilitas keuangan

perusahaan. Adanya good corporate governance dalam suatu perusahaan

akan membantu memfasilitasi perusahaan ke modal investasi jangka panjang,

dan membantu memastikan bahwa para pemegang saham dan para pemangku

kepentingan lain yang ikut berkontribusi dalam keberhasilan perusahaan telah

diperlakukan secara adil (OECD, 2015).

Good Corporate Governance dapat menjadi upaya perusahaan untuk

mengendalikan atau mengatasi praktik terjadinya manajemen laba di

perusahaan. Good Corporate Governance menciptakan mekanis medan alat

control untuk menciptakan efisiensi bagi perusahaan dan memberikan


30

keuntugan bagi semua pihak (stakeholder) (Herlambang, 2017). Secara teori

dijelaskan oleh Retno & Priantinah (2012) bahwa good corporate governance

merupakan seperangkat aturan atau merupakan sebuah sistem yang mengatur

mengenai hubungan yang terjalin antara pemegang saham, pengurus

(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para

pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-

hak dan kewajiban masing-masing tersebut. Lebih lanjut dijelaskan oleh

Nurmaida (2014) bahwa pada perusahaan yang telah menerapkan corporate

governance dengan baik, maka seharusnya perusahaan tersebut telah

memenuhi prinsip-prinsip good corporate governance yang meliputi

keadilan, transparansi, akuntabilitas dan responsibilitas.

Variabel GCG diproksikan dengan kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan komite audit,

akan tetapi penelitian ini hanya menggunakan Dewan Komisaris Independen

(DKI) sebagai variabel yang mewakili GCG. Komisaris Independen

didefinisikan sebagai seseorang yang tidak terafiliasi dalam segala hal dalam

pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi

atau dengan dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada suatu

perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik (Pohan, 2008). Dewan

komisaris independen diukur dengan rasio atau (%) antara jumlah anggota

komisaris independen dibandingkan dengan jumlah total anggota dewan

komisaris. Rumus dari dewan komisaris independen dinyatakan sebagai

berikut:
31

DKI x 100%

Sumber : Widjaja (2009:82)

Keterangan:
a. Jumlah Komisaris Independen yang tercantumkan dalam bab informasi

umum di laporan keuangan setiap perusahaan.

b. Jumlah Komisaris yang tercantumkan dalam bab informasi umum di

laporan keuangan setiap perusahaan.

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan hubungan logis dari landasan teori dan

kajian empiris. Kerangka konseptual akan menunjukkan pengaruh antara variabel

yang lain dalam penelitian.

Model kerangka konseptual yang digunakan untuk memudahkan

pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Ukuran
Perusahaan H1
(X1)
Manajemen
Profitabilitas H2 Laba
(Y)
(X2)

Leverage H3
(X3) H4 H5 H6

Good
Corporate
Governance
(Z)

Gambar II.1 Kerangka Konseptual


32

Manajemen melakukan tindakan manajemen laba didorong oleh beberapa

faktor salah satunya ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan gambaran

dari kapitalisasi pasar yang juga mampu mempengaruhi manajemen laba, total

aktiva serta penjualan yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar

maupun sedang, mempunyai tekanan yang lebih kuat dari stakeholdernya supaya

kinerja perusahaan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para

investornya jika dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Ukuran

perusahaan di sini sangat mempengaruhi terjadinya manajemen laba karena

semakin besar suatu perusahaan harus memenuhi suatu ekspetasi dari investor

atau pemegang sahamnya.

Faktor lain yang memotivasi manajer melakukan manajemen laba yaitu

profitabilitas. Profitabilitas merupakan faktor yang mendapat perhatian penting,

karena untuk melangsungkan hidupnya suatu perusahaan harus berada dalam

keadaan yang menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit

bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Dengan demikian, semakin besar

tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan

manajer perusahaan melakukan praktik perataan laba (Prasetya & Rahardjo,

2013).

Selain itu, leverage juga menjadi salah satu yang mendorong manajer

melakukan manajemen laba. Leverage merupakan suatu rasio yang digunakan

untuk menilai seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan

hutang. Perusahaan yang lebih banyak asetnya dibiayai oleh hutang cenderung

akan melakukan tindakan menaikkan jumlah laba yang diperoleh akibat tingginya

beban bunga. Keadaan ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan leverage


33

tinggi memiliki pengawasan yang lemah terhadap manajemen yang menyebabkan

manajemen dapat membuat keputusan sendiri, dan juga menetapkan strategi yang

kurang tepat.

Dengan adanya penerapan good corporate governance di dalam

perusahaan akan membantu memfasilitasi perusahaan ke modal investasi jangka

panjang, dan membantu memastikan bahwa para pemegang saham dan para

pemangku kepentingan lain yang ikut berkontribusi dalam keberhasilan

perusahaan telah diperlakukan secara adil (OECD, 2015).

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

bentuk pertanyaan. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual,

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.4.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba

Ukuran perusahaan adalah skala dimana perusahaan dapat

digolongkan dalam ukuran besar atau kecilnya perusahaan tersebut dengan

mengukur total aktiva, log size, harga pasar saham, dan lain-lain. Dalam hal

ukuran perusahaan dilihat dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan, yang

dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan

memiliki total asset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam

mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan yang

dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh


34

pemilik atas asetnya. Jumlah asset yang besar akan menurunkan nilai

perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi jika dilihat

dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan

perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. Moses (1997)

mengemukakan bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki

dorongan yang yang lebih besar untuk melakukan manajemen laba

dibandingkan dengan perusahaan kecil karena memiliki biaya politik yang

besar. Hasil penelitian terdahulu yang mendukung pernyataan di atas yaitu

Istikhomah dan Widyawati (2018) yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu:

H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Manajemen Laba Pada


Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2015-2019.

2.4.2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba.

Kemampuan perusahaan yang menggambarkan adanya perolehan yang tinggi

dari keuntungan perusahaan ini menunjukkan bahwa rasio profitabilitas

dalam keadaan baik. Didalam mendapatkan keuntungan maka perusahaan

akan melihat dari jumlah aset, penjualan dan modal serta saham teretentu.

Perubahan tingkat profitabilitas yang tinggi akan berdampak pada tingginya

tingkat fluktuasi kemampuan dalam menghasilkan laba. Fluktuasi tingkat

profitabilitas tersebut juga berdampak terhadap kepercayaan investor karena

hal itu menjadi pertimbangan investor dalam memprediksi laba dan tingkat
35

risiko investasinya. Dengan demikian, manajemen akan mempunyai motivasi

dalam mempraktikan aktivitas perataan laba yang pada akhirnya laba yang

dilaporkan cenderung tidak memiliki fluktuasi yang tinggi sehingga

kepercayaan investor akan tetap terjaga. profitabilitas dapat mempengaruhi

manajer untuk melakukan manajemen laba. Karena jika profitabilitas yang

didapat perusahaan rendah, umumnya manajer akan melakukan tindakan

manajemen laba untuk menyelamatkan kinerjanya di mata pemilik. Hal ini

berkaitan erat dengan usaha manajer untuk menampilkan performa terbaik

dari perusahaan yang dipimpinnya. semakin tinggi profitabilitas suatu

perusahaan maka kinerja dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan juga meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian Pasilongi, dkk

(2018) menyatakan bahwa profitabilitas pengaruh positif terhadap manajemen

laba artinya setiap kenaikan profitabilitas akan menaikkan nilai manajemen.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu:

H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan


manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2015-2019.

2.4.3. Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba

Leverage merupakan bentuk rasio yang menjelaskan mengenai

besaran hutang yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan untuk

membiayai sebagian dari aset perusahaan. Tingkat leverage merupakan salah

satu hal yang dapat memotivasi manajemen dalam penerapan manajemen

laba. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi menggambarkan

bahwa liabilitas yang dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan dengan


36

asset yang dimiliki perusahaan, hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan

yang besar pada perusahaan. Semakin tinggi tingkat rasio leverage suatu

perusahaan akan semakin tinggi pula resiko yg akan dihadapi perusahaan

tersebut. Investor akan lebih memilih perusahaan yang memiliki tingkat

leverage yang lebih rendah oleh manajemen. semakin besar leverage maka

kemungkinan manajer perusahaan untuk melakukan manajemen laba agar

laba perusahaan terlihat stabil akan semakin besar. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Yanti (2019) yang menyatakan bahwa

leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan

uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

H3 : Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan


Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2015-2019.

2.4.4. Good Corporate Governance dapat memoderasi hubungan ukuran


perusahaan terhadap Manajemen Laba

Ukuran perusahaan merupakan gambaran dari kapitalisasi pasar yang

juga mampu mempengaruhi manajemen laba, total aktiva serta penjualan

yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang berukuran besar maupun sedang

mempunyai tekanan yang lebih kuat dari stakeholder-nya supaya kinerja

perusahaan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para

investornya jika dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil.

Keadaan tersebut mampu mendorong pihak manajemen agar dapat memenuhi

harapan dari para investor sehingga manajemen memiliki kecenderungan

untuk melakukan manajemen laba yang cukup besar. Dengan adanya Good

Corporate Governance akan meminimalisir terjadinya praktik manajemen

laba. Good Corporate Governance menciptakan mekanis medan alat control


37

untuk menciptakan efisiensi bagi perusahaan dan memberikan keuntugan bagi

semua pihak (stakeholder) (Herlambang, 2017). Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Febriayanti (2020) yang menyatakan bahwa

GCG tidak dapat memoderasi hubungan ukuran perusahaan terhadap

manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini yaitu:

H4 : Good Corporate Governance dapat memoderasi hubungan Ukuran


Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI Periode 2015-2019.

2.4.5. Good Corporate Governance dapat memoderasi hubungan


Profitabilitas terhadap Manajemen Laba

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

mendapatkan laba dari pengelolaan asetnya selama periode tertentu.

Kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba merupakan indikator utama

dalam menilai prestasi perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas suatu

perusahaan maka kinerja atau prestasi dan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan juga meningkat. Oleh karena itu, profitabilitas

berkaitan dengan manajemen laba ketika profitabilitas yang dihasilkan

menurun pada periode tertentu akan mengakibatkan perusahaan untuk

melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba yang dihasilkan

sehingga akan mempertahankan pihak eksternal yang ada.

Keberadaan Dewan Komisaris indepen berfungsi sebagai pengurang

kecenderungan terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan. Dewan

komisaris independen merupakan komisaris yang tidak memiliki hubungan

keluarga atau bisnis dengan dewan direksi maupun pemegang saham.


38

Komisaris Independen bukan merupakan anggota manajemen, pemegang

saham mayoritas, pejabat, atau dengan cara lain berhubungan langsung atau

tidak langsung denganpemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang

mengawasi pengelolaan perusahaan. Melalui perannya dalam menjalankan

fungsi pengawasan, komisaris independen dapat mempengaruhi pihak

manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga diperoleh laporan

keuangan yang berkualitas yang dapat mengurangi kesempatan untuk

melakukan manajemen laba. Komite audit akan memberikan dorongan bagai

manajemen perusahaan untuk melakukan pengelolaan usaha yang sehat

melalui peran pengawasan yang dilakukan. Komite audit merupakan

penghubung antara manajemen perusahaan dengan dewan komisaris, dengan

hasil temuan yang dilakukan ketika melakukan peran pengawasan terhadap

kegiatan manajemen perusahaan untuk mengembangkan usaha.keefektifan

komite audit dalam mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan dan internal

auditor akan sangat berpengaruh terhadap tindakan manajemen laba (Ratna

2015). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan (2020)

yang menyatakan bahwa GCG dapat memoderasi hubungan profitabilitas

terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini yaitu:

H5 : Good Corporate Governance dapat memoderasi hubungan Profitabilitas


terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Periode 2015-2019.

2.4.6. Good Corporate Governance dapat memoderasi hubungan


Leverage terhadap Manajemen Laba

Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti

proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan


39

cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba sehingga

perusahaan yang memiliki leverage tinggi cenderung mengatur laba yang

dilaporkan dengan menaikkan atau menurunkan laba periode masa datang ke

periode saat ini. Mekanisme good corporate governance ditandai dengan

adanya kepemilikan manajerial, keberadaan komite audit dan komisaris

independen. Dengan adanya komite audit dan komisaris independen dalam

suatu perusahaan juga terbukti efektif dalam mencegah praktik manajemen

laba, karena keberadaan komite audit dan komisaris independen bertujuan

untuk mengawasi jalannya kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan

perusahaan (Utomo, 2015). Menurut penelitian Setiawati, dkk (2019)

menyatakan bahwa variabel leverage dengan good corporate governance

tidak mampu memperkuat atau memperlemah hubungan antara leverage

dengan manajemen laba akurual.

H6 : Good Corporate Governance dapat memoderasi hubungan Leverage


terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Periode 2015-2019.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

asosiatif. Menurut Sugiono (2016) pendekatan asosiatif adalah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua variabel atau

lebih. Data Asosiatif diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2015-2019. Penelitian ini menggunakan

data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan (annual report) yang diperoleh dari

situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur sub sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan

demikian peneliti menggunakan data berupa laporan keuangan perusahaan yang

disediakan oleh Bursa Efek Indonesia pada periode 2015-2019. Data diperoleh

dari Bursa Efek Indonesia dengan mengakses situs resmi BEI yaitu www.idx.id.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2016:80). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

40
41

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019

berjumlah 181 perusahaan yang terdiri dari:

a. Sektor industri dasar dan kimia berjumlah 77 perusahaan.

b. Sektor aneka industri berjumlah 51 perusahaan.

c. Sektor berjumlah 53 perusahaan.

Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur, karena perusahaan

manufaktur merupakan taraf perusahaan yang besar dan sangat berpengaruh

dalam perkembangan perekonomian Negara dan komponen laba dalam

laporan keuangan perusahaan manufaktur disajikan secara detail. Perusahaan

manufaktur juga semakin meningkat, dengan demikian kemungkinan untuk

melakukan aktivitas manajemen laba sangat besar.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari elemen populasi yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2016:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling yaitu

pengambilan sampel dari target spesifik yang akan mampu menyediakan

informasi yang diinginkan karena mereka satu-satunya yang bisa memberikan

informasi yang dibutuhkan atau karena mereka sesuai dengan kriteria tertentu

yang ditetapkan peneliti. Adapun kriteria pengambilan sampel yang

digunakan, antara lain:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

Periode 2015-2019.
42

b. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan yang

lengkap per 31 Desember Periode 2015-2019 dan yang mengungkapkan

variabel-variabel yang diperlukan dalam penelitian ini.

c. Perusahaan manufaktur yang memiliki laba positif secara berturut-turut

selama Periode 2015-2019.

d. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya dalam mata uang

rupiah.

Berdasarkan kriteria di atas, maka perusahaan manufaktur yang

memenuhi kriteria dalam penelitian ini sebanyak 62 perusahaan. Periode

waktu penelitian ini adalah selama 5 periode publikasi laporan keuangan

tahunan dimulai sejak tahun 2015-2019, sehingga jumlah data yang

digunakan sebanyak 310 data penelitian. Berikut nama-nama perusahaan

yang memenuhi kriteria sampel penelitian :

Tabel III.1
Pemilihan Sampel Penelitian

Kriteria Sampel Jumlah Sampel


Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
181
Indonesia (BEI) Periode 2015-2019
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan
laporan keuangan yang lengkap per 31 Desember
Periode 2015-2019 dan yang tidak mengungkapkan (32)
variabel-variabel yang diperlukan dalam penelitian
ini
Perusahaan yang tidak memiliki laba positif secara
(65)
berturut-turut selama periode 2015-2019
Perusahaan yang tidak yang menerbitkan laporan
(22)
keuangannya dalam mata uang rupiah
Jumlah Perusahaan 62
Jumlah Sampel (62x5) 310
43

3.4. Sumber Data Penelitian

Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan

tahunan (annual report) dan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang sudah

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2015-2019. Data diperoleh

dari website www.idx.co.id selama periode tersebut.

3.5. Teknik pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan teknik dokumentasi yaitu teknik pengambilan data dengaan cara

mengumpulkan, mencatat dan mengkaji laporan keuangan perusahaan yang

dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui www.idx.co.id.

3.6. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam rangka menguji hipotesis yang telah diajukan, variabel independen

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari ukuran perusahaan, profitabilitas

dan leverage. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

manajemen laba. Sedangkan variabel moderating yang digunakan dalam

penelitian ini adalah good corporate governance. Adapun definisi operasional

variabel dalam penelitian ini antara lain:

3.6.1. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan untuk mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan

keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakholder yang ingin mengetahui


44

kinerja dan kondisi perusahaan (Sulisyanto, 2018). Dalam mengukur

manajemen laba menggunakan model Modified Jones dapat dilakukan

langkah-langkah untuk mencari nilai discretionary accrual (Dechow et al.,

2011) sebagai berikut:

(a) Perhitungan total akrual dengan menggunakan rumus:

TACit = NIit OCFit

(b) Menghitung nilai Accruals diestimasi dengan persamaan regresi OLS

(Ordinary Least Square):

qqq
= ( ) + ( ) + ( )

(c) Menghitung Non- discretionary accrual, dengan rumus sebagai berikut:

NDAit = ( ) + β2 (REVit ‒ REVit ‒1) ‒ (RECit ‒

RECit ‒1) + ( )

(d) Menghitung nilai discretionary accruals dengan rumus:

DAit =
45

Keterangan :

TACit = Total Accruals perusahaan i pada periode ke t (sekarang)

Niit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t

Ait-1 = Total aset perubahan i pada akhir tahun t-1 (sebelumnya);

REVit = Pendapatan perusahaan i tahun t

REVit-1 = Pendapatan perusahaan I tahun t-1

PPEit = Jumlah aktiva tetap perusahaan i pada tahun t

NDAit = Non-discretionary accruals perusahaan i pada tahun t

RECit = Piutang perusahaan i pada tahun t

RECit-1 = Piutang perusahaan i pada tahun t-1

DAit = Discretionary accruals perusahaan I pada tahun t

3.6.2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang

dimiliki perusahaan. ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur

menggunakan proksi log natural dari total aset. Adapun rumus ukuran

perusahaan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aset)

Sumber: Harahap, 2015

3.6.3. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang berhasil

diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Salah satu rasio


46

analisis yang digunakan untuk menggambarkan profitabilitas perusahaan

adalah Return On Assets (ROA). ROA dinyatakan dalam rumus sebagai

berikut:

ROA

Sumber: Kasmir, 2013

3.6.4. Leverage

Leverage merupakan bentuk rasio yang menjelaskan mengenai

besaran hutang yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan untuk

membiayai sebagian dari aset perusahaan.. Leverage dapat dihitung dengan

menggunakan Debt To Equity Ratio (rasio antara total hutang dan total

modal). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Debt to equity ratio

Sumber : Kasmir, 2013

3.6.5. Good Corporate Governance

Good Corporate Governance diartikan sebagai sistem yang mengatur

dan mengendalikan perusahaan agar perusahaan tersebut menciptakan nilai

tambah (value added) untuk semua stakeholder-nya.

Variabel GCG diproksikan dengan kepemilikan manajerial,

kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan komite audit,

akan tetapi penelitian ini hanya menggunakan Dewan Komisaris Independen


47

(DKI) sebagai variabel yang mewakili GCG. Adapun rumusnya adalah

sebagai berikut:

DKI x 100%

Sumber: Widjaja 2009:82

Tabel III.3
Definisi Operasional Variabel penelitian

Definisi
Variabel Rumus Skala
Variabel
Upaya perusahaan TAit = NIit – CFOit
untuk
mempengaruhi
informasi-
informasi dalam = ( ) +
laporan keuangan
dengan tujuan ( ) + ( )
untuk mengelabui
Manajemen
stakholder yang
Laba Rasio
ingin mengetahui NDAit = ( ) + β2 (REVit ‒
(Y)
kinerja dan
kondisi REVit ‒1) ‒ (RECit ‒ RECit ‒1) +
perusahaan ( )
DAit =

Sumber: Dechow et al., 2011

ukuran atau Ukuran Perusahaan = Ln (Total


Ukuran
besarnya aset Aset)
Perusahaan Rasio
yang dimiliki
(X1)
perusahaan. Sumber: Harahap 2015
tingkat
keuntungan bersih
yang berhasil ROA Laba setelah pajak/Total
Profitabilitas
diperoleh aset Rasio
(X2)
perusahaan dalam
menjalankan
operasionalnya. Sumber: Ksmir, 2013
bentuk rasio yang
menjelaskan DER modal
Leverage mengenai besaran
Rasio
(X3) hutang yang
dimiliki oleh Sumber: Kasmir, 2013
perusahaan yang
48

Lanjutan Tabel III.3 Definisi Operasional Variabel


digunakan untuk
penelitian membiayai
sebagian dari aset
Terdahulu perusahaan.
Good Corporate
Governance DKI = Jumlah komisaris
merupakan independen/Jumlah total dewan
sebagai sistem komisaris
yang mengatur
dan Sumber: Widjaja, 2009:82
Good
mengendalikan
Corporate
perusahaan agar Nominal
Governance
perusahaan
(Z)
tersebut
menciptakan nilai
tambah (value
added) untuk
semua
stakeholder-nya.
Sumber: data diolah 2021

3.7. Teknik Analisis Data Penelitian

3.7.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah metode yang mendeskripsikan kondisi dari

data yang terkumpul dan menyajikan data sampai memberi informasi yang

berguna. Statistik deskriptif memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari

nilai rata-rata (mean), standarr deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,

range, kurtosis, dan skewness (kemencengangan distribusi) (Ghozali,

2018:19). Pengukuran dalam analisis deskriptif yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Rata-rata (mean)

Mean dihitung dengan cara menjumlahkan semua nilai data pengamatan

kemudian dibagi dengan banyak data.

2. Nilai maksimum
49

Maksimum adalah nilai yang paling tinggi atau besar diantara semua

anggota dalam sebuah kelompok data.

3. Nilai minimum

Minimum adalah nilai yang paling rendah atau kecil diantara semua

anggota dalam sebuah kelompok.

Metode analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan bantuan

program aplikasi komputer SPSS.

3.7.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum masuk ke pengujian analisis regresi linier berganda, untuk

melakukan pengujian hipotesis, langkah awal yang dilakukan ialah dengan

melakukan uji asumsi klasik. Dimana uji asumsi klasik ini digunakan untuk

menjaga kualitas output yang dihasilkan dari model persamaan yang

dibangun sehingga output dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan

yang tepat.berikut uraian mengenai pengujian asumsi klasik yang akan

dilakukan:

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018, p, 111), uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel independen dan dependennya

berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi

data yang normal atau mendekati normal yaitu distribusi tidak menyimpang

ke kiri atau ke kanan (kurva normal). Pengujian normalitas data

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang dilihat dari probabilitasnya.


50

Kriteria uji statistik Kolmogorov-Smirnov yaitu jika nilai signifikansi > 0,05

maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05

maka data berdistribusi tidak normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan

adanya korelasi antara variabel independen atau bebas. Menurut Ghozali

(2018, p. 105) tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya masalah multikolinearitas dalam penelitian ini

adalah dengan melihat nilai centered varience inflation factor (VIF). Jika VIF

> 10, maka terdapat multikolinearitas antar variabel independen. Sebaliknya

jika VIF < 10, maka tidak ada multikolinearitas antar variabel independen.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Ada beberapa cara untuk menguji heteroskedastisitas

dalam variance error terms untuk model regresi yaitu metode chart (diagram

scatterplot) dan uji statistik (uji glejser). Dasar analisis dari Scatter Plot yaitu:

 Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.


51

 Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dalam uji glejser, apabila variabel independen signifikan secara

statistik dalam mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi

heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila variabel independen tidak signifikan

secara statistik dalam mempengaruhi variabel dependen maka tidak ada

indikasi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dilihat dari nilai probabilitas setiap variabel independen

yaitu:

 Jika Probabilitas > 0,05 berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

 Jika Probabilitas < 0,05 berarti terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Pengujian asumsi klasik selanjutnya ialah pengujian asumsi

autokorelasi, yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya.

Untuk mengetahuinya, dilakukan pengujian autokorelasi dengan

menggunakan uji Durbin Watson (DW). Uji ini dapat dilihat dari nilai Durbin

Watson pada tabel model summarry, ketentuannya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai D-W dibawah -2 berarti ada autokorealasi positif.

 Jika nilai D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

 Jika nilai D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negative.


52

3.7.3. Uji Moderated Regression Analysis (MRA)

Moderated Regression Analysis (MRA) yaitu analisis regresi yang

melibatkan variabel moderasi dalam pengaruh antara variabel dependen

terhadap variabel independen. Dalam persamaan regresinya mengandung

unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen). Menurut

Ghozali (2016) untuk menguji model pengaruh dari hubungan variabel bebas

yang lebih dari dua variabel terdapat variabel tergantung digunakan

persamaan analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini digunakan tiga

persamaan regresi. Persamaan regresi pertama digunakan untuk menguji

pengaruh antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen

yaitu dengan analisis regresi berganda. Persamaan regresi kedua dan ketiga

menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA), yaitu untuk menguji

apakah variabel moderating dapat memperkuat atau memperlemah hubungan

antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen dengan

adanya moderating, yaitu dengan menggunakan uji moderating (uji residual)

sebagai berikut:

Persamaan regresi model I:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ℇ

Persamaan regresi model II: (MRA I)

Z1 = a2 + β4X1 + ℇabsolute1

ℇa1= a3 ‒ β5y

Persamaan regresi model III: (MRA II)

Z2 = a4 + β6X2 + ℇabsolute2

ℇa2= a5 ‒ β7y
53

Persamaan regresi model IV: (MRA III)

Z3 = a6 + β8X3 + ℇabsolute3

ℇa3= a7 ‒ β9y

Keterangan:

Y : Manajemen Laba

Z : Good Corporate Governance

α : Konstanta

β : Koefisien Regresi

X1 : Ukuran Perusahaan

X2 : Profitabilitas

X3 : Leverage

ℇ : Standar Error (tingkat kesalahan)

3.7.4. Uji Kelayakan Model

a. Koefisien Determinasi (Uji R2)

Menurut Ghozali (2016), uji koefisien determinasi bertujuan

untuk mengetahui tingkat ketetapan yang paling baik dalam analisis

regresi dengan cara melihat dari besarnya koefisien determinasi (R2).

Besarnya koefisien determinasi (R2) adalah 0 sampai 1. Apabila

semakin R2 mendekati 0 maka semakin kecil kemampuan semua

variabel independen dalam menjelaskan perubahan nilai variabel

dependen. Sebaliknya, apabila semakin R2 mendekati 1 maka semakin


54

besar pengaruh semua variabel independen terhadap variabel

dependen.

b. Uji F

Uji F menggambarkan apakah semua variabel independen

(bebas) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama – sama terhadap variabel dependen (terikat) (Ghozali,

2018:98). Apabila hasil uji f menyatakan nilai signifikan sebesar <

0,05 maka model yang digunakan dalam penelitian layak dan tidak

dapat dipergunakan pada analisis selanjutnya yang berarti variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Sebaliknya, apabila hasil uji f memiliki nilai

signifikan > 0,05 tabel maka model yang digunakan tidak layak yang

berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

3.7.5. Uji Hipotesis (Uji t)

Menurut Ghozali (2016) mengatakan uji hipotesis dilakukan untuk

mengukur hubungan antara dua variabel atau lebih dan menunjukkan arah

hubungan antara variabel tersebut. Uji hipotesis dalam penelitian ini, diukur

dengan nilai statistik t. uji t pada dasarnya menggambarkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerapkan

variasi dependen. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan

kriteria sebagai berikut:


55

 Apabila tingkat signifikansi < 0,05 maka dapat dikatakan hipotesis

diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen.

 Apabila tingkat signifikansi > 0,05 maka dapat dikatakan hipotesis

ditolak yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen terhadap variabel dependen.


DAFTAR PUSTAKA

Agustia, Y. P. & Suryani Elly (2018). “Pengaruh Ukuran perusahaan, Umur


Perusahaan, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Manajemen
Laba”.Jurnal Aset (Akuntansi Riset), Vol. 10, No.1, ISSN:2541-0342
(Online).

Almadara, H. U. (2017). “Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba Dengan


Good Corporate Governance Sebagai variabel Moderasi. Skripsi S-1.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Badruzaman, N. (2010). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,


Profitabilitas, dan Leverage terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan
yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Padang.

Bailusy, M. N., Taslim, M. A., & Muslimah, W. (2019). “Pengaruh Leverage


dengan Good Corporate Governance Pada Sektor Industri Dasar dan
Kimia yang terdaftar di BEI periode 2013-2017. Jurnal Manajemen
Sinergi, Vol. 6, No. 2, Januari , 2019. ISSN: 2534-855X.

Bestivano, W. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,


Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Perataan Laba Pada Perusahaan
yang Terdaftar di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Negeri Padang.

Chen, Li-Ju dan Shun Yu Chen (2011). The Influence of Profitability on Firm
Value With Capital Structure as The Mediator and Firm Size and
Industry as Moderators, Investment Management and Financial
Inovations PP : 121-129.

Dewi, A. S. & A. Wirajaya. (2013). “Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, dan


Ukuran Perusahaan Pada Nilai Perusahaan”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 4(2): 358-372.

Dechow, P., Hutton, A., Kim, J. H. & Sloan, R. G. (2011). Decteting earnings
management: A new approach. Journal of Accounting, 50(1), 275-334.

Febria, D. (2020). “Pengaruh Leverage, Profitabilitas dan kepemilikan Manajerial


Terhadap Manajemen Laba”. Journal Of Management & Business, Vol.
3, No 2. January-Juny. ISSN: 2598-8301 (Online).

Febriayanti, G. A. (2020). “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan,Ukuran


Perusahaan, Perencanaan Paajak terhadap Manajemen Laba dengan

56
57

Good Corporate Governance sebagai variabel Moderasi”. Jurnal Bisnis


Terapan, Vol. 04, No 2. Desember 2020.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25


(Edisi ke-9). Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23


(Edisi ke-8). Cetakan ke VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Harahap, S. S. (2015). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja


Grafido Persada.

Herlambang, A. R. (2017). “Pengaruh Free Cash Flow dan Financial Leverage


Terhadap Manajemen Laba Dengan Good Corporate Governance
Sebagai variabel Moderasi”.

https:/www.kompas.com.

Istikhomah, M. & Widyawati, D. (2018). “Pengaruh Good Corporate


Governance, Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen
Laba”. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol. 7, No. 7, Juli. e-ISSN:
2460-0585.

Kusumaningtyas (2012). “Pengaruh Independensi Komite Audit dan Kepemilikan


Institusional Terhadap Manajemen Laba Jurnal 9(1).

Kasmir, (2013). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Kelima,


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmir, (2015). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Miftakhunnimah, A. D., Juanda Amad., & Syam Dhaniel (2020). “Pengaruh


Financial Distress, Leverage, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi Indonesia. Vol. 16, No. 2,
Agustus 2020. E-ISSN: 2614-2252.

Nurmaida 2014. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Ketepatan


Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Artikel Ilmiah Mahasiswa.
STIE Muhammadiyah. Samarinda.

OECD. (2015). G20/OECD Principles of Corporate Governance. OECD


Publishin.
58

Pasilongi, M. S., Nazar, M. R. & Aminah W. (2018). “Pengaruh Kualitas Audit,


Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”. e-
Proceeding of Management. Vol. 5, No. 2, Agustus 2018, Page 2251.

Paramitha, D. K. & Idayati F. (2020). “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran


perusahaan Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntannsi. Vol. 9, No. 2, Februari. e-ISSN: 2460-0585.

Pohan, Aulia. 2008. Ekonomi Moneter. Buku II. Edisi 1. Cetakan kesepuluh BFE
UGM: Yogyakarta.

Prasetya, H. & Rahardjo S. N. (2013). “Pengaruh Ukuran Perusahaan,


Profitabilitas, Financial Leverage, Klasifikasi KAP dan Likuiditas
terhadap Praktik Perataan Laba. Jurnal Akuntansi, Volume 2 No. 4.

Prasetya. H. (2013). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial


Leverage, Klasifikasi KAP dan Likuiditas Terhadap Praktik Perataan
Laba”. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Rahayu, puji. (2019). “pengaruh leverage, ukuran perusahaan, Profitabilitas,


Asimetri Informasi, dan Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap
Manajemen Laba”. Skripsi Program Sarjana S1. Semarang Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Ratna, Makhdum. (2015). Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba


Pada Perbankan Syariah Dengan Corporate Governance Sebagai
Variabel Pemoderasi. Skripsi Program Sarjana S1. Banda Aceh.
Universitas Syiah Kuala Darussalam.

Retno, R. D. dan Priantinah, D. (2012). “Pengaruh Good Corporate Governance


dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2007-2010)”. Jurnal Nomina. 1 (1).

Ridwan. (2020). “Pengaruh Asimetri Informasi dan Profitabilitas terhadap


Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel
Moderasi pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode 2016-
2018”. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Savitri, E. (2014). Analisis Pengaruh Leverage dan Siklus Hidup Terhadap


Manajemen Laba pada Perusahaan Real Estate dan Property Yang
59

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Vol. 3, No. 1,


Oktober 2014 : 72-89. ISSN: 2337- 4314.

Sari, A. A. Sg., Putri P. & Astika I. B. P. (2015). Moderasi Good Corporate


Governance Pada Pengaruh Antara Leverage dan Manajemen Laba. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, ISSN: 2302-8556, 12(3), 752-
769.
Setiawati E., Mujiyati., & Rosit E. M. (2019). “Pengaruh Free Cash Flow Dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba Dengan Good Corporate
Governance Sebagai variabel moderasi”. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Akuntansi. Vol. 13, No. 1, Januari 2019.

Sondang, P. S. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


Bandung:Alfabeta.

Sulistyanto, H. S. 2008. Manajemen Laba. Teori dan Model Empiris. Grasindo:


Jakarta.

Sulistyanto, H. S. (2018). Manajemen Laba.Teori dan Model Empiris. Jakarta PT.


Gramedia.

Utomo, L. P. (2015). Pengaruh Postur Motivasi Atas Cara Pandang Wajib Pajak
Kepada Fiskus Terhadap Kepatuhan Pembayaran Pajak Orang Pribadi.
Eksis: Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, 10(2 Nop).

Widjaja, A. (2009). Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen. Jakarta: Jakarta


Penerbit PT. Rinela Cipta.
www.bei.co.id
www.idx.co.id.
Yasa, K. E. T., Sunarsih N. M. & Pramesti, G. A. A. (2020). “Pengaruh Ukuran
Perusahaan Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2016-2018”. Jurnal Kharisma, Vol.
2, No. 3, Oktober 2020. E-ISSN: 2716-2710.

Yanti, N. P. T. R. & Setiawan P. E. (2019). “Pengaruh Asimetri Informasi,


Ukuran Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas pada Manajemen Laba”.
60

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 27.1, April (2019): 708-


736. ISSN: 2302-8556.

Yuniarti, E., Mukhtaruddin., & Hanim N. (2017). “Effect on Value Earnings


Management Company with Good Corporate Governance Pratices as
Moderating Variabel. SHS Web of Conferences, 34, 04007.

Anda mungkin juga menyukai