Anda di halaman 1dari 11

Makalah Pendidikan Profesi Guru

PENDIDIKAN PROFESI GURU


Oleh : Nur Liah/Nim : 80100212138

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di pundak pendidik
terletak tanggung jawab yang amat basar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah
tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini karena pendidikan merupakan cultural
transition yang bersifat dinamis ke arah perubahan yang bersifat kontinu, sebagai sasaran
vital untuk membangun kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam hal ini, pendidik
bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral,
estetika dan kebutuhan fisik peserta didik.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan


nasional dinyatakan:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak secara


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrtis dan bertanggung jawab.[1]

Sejalan dengan hal tersebut di atas pendidikan perspektif islam adalah upaya atau proses
pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkahlaku manusia baik individu maupun
sosial, untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fitrah) maupun ajar yang sesuai
dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spiritual berlandaskan nilai Islam untuk
mencapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat.[2] Untuk mencapai hal tersebut maka sangat
dibutuhkan pendidik atau guru yang sinerjik dan profesional.

Kepercayaan masyarakat umum terhadap salah satu jabatan fungsional guru, mulai dari
masyarakat yang paling terbelakang sampai pada masyarakat yang paling maju mengakui
bahwa pendidik/guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon
anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda antara satu masyarakat dan
masyarakat yang lain. Sebagian mengakui pentingnya peranan guru dengan cara yang lebih
konkrit, sementara yang lain hanya menyasikan besarnya tanggungjawab seorang guru dalam
masyarakat. Sesuai dengan pernyataan tersebut maka tugas dan tanggungjawab guru dalam
menegembangkan profesinya adalah sebagai pengajar, pembimbing, sebagai administrator
kelas, pengembang kurikulum, dan bertugas untuk membina hubungan
masyarakat.[3]

Guru dalam proses pembelajaran di kelas dipandang dapat memainkan peran penting,
terutama dalam membantu peserta didik untuk membangun sikap positif dalam belajar, dapat
membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual,
serta menciptakan kondisi untuk sukses dalam belajar. Oleh karena itu, selain terampil
mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi
dengan baik serta profesional.

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada semua jenjang pendidikan. Hal
tersubut, sesuai undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen; guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.[4]

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetenasi (pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan
bahwa kompetensi guru meliputi pedgogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.[5] Profesi merupakan
pekerjaan, yang dapat terwujud sebagai jabatan seseorang yang ia tekuni berdasarkan
keahliannya melaui proses pembelajaran.

Dengan demikian jelaslah bahwa profesi guru merupakan sebuah profesi yang hanya dapat
dilaksanakan secara efektif dan efesian oleh seseorang yang dipersiapkan untuk menguasai
kompetensi guru atau pendidikan dan pelatihan husus. Oleh karena pendayagunaan pfofesi
guru secara formal dilakukan dilingkungan pendidikan yang bersifat berjenjang dan berbeda
jenisnya, maka guru harus memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai jenis
dan jenjang sekolah tempatnya bekerja.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas yang menjadi kajian utama dalam makalah ini adalah
Pendidikan Profesi Guru maka untuk mengkaji pokok permasalahan tersebut, penulis mem-
breakdawn ke beberapa submasalah sebagai berikut:

Bagaiman pengertian pendidikan profesi guru?


Bagaimana tujuan pelaksanaan pendidikan profesi guru?
Bagaimana lansadan pelaksanaan pendidikan profesi guru?
Bagaimana manfaat pelaksanaan pendidikan profesi guru?

II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Profesi Guru

Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam (komprehensip) mengenai


pendidikan profesi guru (PPG), maka pembahasan ini diawali dengan pengertian, baik secara
etimologi maupun sacara terminologi.

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan secara etimologi pendidikan berasal dari bahasa arab yaitu “tarbiyah” dengan kata
kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya
“ ‘allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arab adalam “tarbiyah wa
ta’lim”.[6]Pengertian pendidikan tersebut di atas sesuai dengan ayat al-Quran:26/18 sebagai
berikut:
Terjemahnya:

“Berkata (Fir'aun kepada Nabi Musa) "Bukankah kami Telah mengasuhmu (mendidikmu)
dalam keluarga kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami
beberapa tahun dari umurmu”.[7]

Pengertian Pendidikan secara terminologi menurut Omar Mohammad at-Toumy al-


Syaibani(1979:399) memandang bahwa pendidikan sebagai proses membentuk pengalaman
dan perubahan yang dikehendaki dalam individu dan kelompok melalui interaksi dengan
alam dan lingkungan kehidupan. Sementara Bassam Tibi (1991:113) memandang pendidikan
sebagai sistem sosial yang dapat membentuk subsistem-subsistem dalam sistem sosial secara
total.[8]

Sementara Hasan Langgulung (1992:3) menyatakan bahwa pendidikan dari segi


kemasyarakatan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar
hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Sementarapendidikan sacara individu berarti
pengembangan seluruh potensi yang dimiliki yang terpendam dan tersembunyi. (pewarisan
kebudayaan sekaligus pengembangan potensi diri). Namun Napoleon Hill (2007) memaknai
pendidikan bukan sekedartindakan menyampaikan pengetahuan (the act of importing
knoledge) atau transfer pengetahuan (transfer of knowledge) semata.[9]

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan ”adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara”.[10]

2. Pengertian Profesi guru

Pengertian Profesi Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1996) menyatakan bahwa
profesi berarti suatu kompetensi khusus yang memerlukan kemampuan intelektual tinggi,
yang mencakup penguasaan atau didasari pengetahuan tertentu. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa profesi guru adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus,
yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai
keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain. Dengan
mempeoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.[11] Pengertian lain dikemukakan oleh Moh
Uzer Usman (1991) bahwa guru merupakan suatu profesi yang diartikan suatu jabatan atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian husus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat
dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau
pekerjaan diluar bidang pendidikan.[12] Selain pengertian diatas dikemukakan pula oleh
Makagiansar, M. 1996 profesi guru adalah orang yang Memiliki latar belakang pendidikan
keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas kependidikan diperoleh
setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.Galbreath, J. 1999 profesi gurtu adalah
orang yang Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada
masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan
merasa senang dalam melaksanakan tugas berat dalam mencerdaskan anak
didiknya.Nasanius, Y. 1998 mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki
oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan
keguruan.[13] Ada beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, yaitu:

a. sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih

b. pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan

c. kemanusiaan yang dimiliki,

d. sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk
menjadi warga negara yang baik.[14]

Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.[15]

Dari beberapa pengertian mengenai profesi tersebut di atas maka unsur terpenting
dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau
keahlian khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara
efektif dan efesien serta kemampuan yang tinggi dan kecakapan dalam menjalankan tugas
profesi tersebut.

B. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

1.Tujuan Umum

Tujuan dilaksanakannya pendidikan profesi guru adalah untuk menghasilkan calon guru yang
mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan umum PPG tersebut tertuang dalam
UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab[16]

2.Tujuan khusus

Tujuan khusus dilaksanakannya pendidikan profesi guru tercantum dalam Permendiknas No


8 Tahun 2009 Pasal 2 yaitu untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam
merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian,
melakukan pembimbingan, pelatihan peserta didik, dan melakukan penelitian, serta mampu
mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.[17] Sedangkan menurut Oemar
Hamalik ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan mengadakan pelatihan antara lain:

a. Pelatihan berfungsi memperbaiki perilaku atau performance kerja. Hal ini sangat
diperlukan agar pendidik lebih mampu melaksanakan tugas-tugasnya dan diharapkan berhasil
dalam upaya pelaksanaan program kerja organisasi atau lembaga.

b. Pelatihan berfungsi mempersiapkan promo ketenagaan untuk jabatan yang lebih rumit
dan sulit.
c. Pelatihan berfungsi untuk mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih
tinggi.[18]

Penguasaan dan kemampuan melaksanakan kompetensi secara prima dalam arti efektif dan
efesien, menempatkan profesi guru sebagai sebuah profesi. Sehubungan dengan itu
Djojonegoro (1998) menyatakan bahwa profesionalisme dalam suatu jabatan ditentukan oleh
tiga faktor penting. Ketiga faktor tersebut disajikan berikut ini.

1. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau
spesialisasi.

2. Kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian khusus yang


dikuasai).

3. Penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian khusus yang


dimilikinya.[19]

Gagasan pendidikan profesi guru semula dimaksudkan sebagai langkah strategis untuk
mengatasi problem mutu keguruan karena perbaikan itu tidak akan terjadi dengan menaikkan
remunerasi saja. Oleh sebab itu, pendidikan profesi diperlukan sebagai upaya mengubah
motivasi dan kinerja guru secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dinyatakan bahwa untuk mewujudkan
penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak
yang sama bagi warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu, maka untuk
mencapai tujuan yang dimaksud hendaknya:

a. Mengangkat martabat guru

b. Menjamin hak dan kewajiban guru

c. Meningkatkan kompetensi guru

d. Memajukan profesi serta karir

e. Meningkatkan mutu pembelajaran

f. Meningkatkan mutu pendidikan nasional

g. Mengurangi kesenjangan ketersediaan guru antar daerah dari segi jumlah, mutu,
kualifikasi akademik dan kompetensi

h. Mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah dan

i. Mengurangi kesenjangan pelayanan pendidikan yang bermutu.[20]

Guru sebagai figur sentral dalam dunia pendidikan, khususnya saat terjadinya proses interaksi
pembelajaran. Oleh karena itu guru harus memeiliki karakteristik kepribadian yang ideal
sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis.
3. Pembentukan profesional

Guru harus mencapai kemampuan pofesional tingkat tinggi. Kemampuan itu dapat tercapai
melalui pendidikan persiapan, praktik kerja lapangan, pendidikan profesi, atau
pengembangan profesional berkelanjutan. Secara teoritis dan simultan, simultan kegiatan ini
dimaksudkan untuk membentuk guru profesinal sungguhan, yang mampu melaksanakan
proses pembelajaran secara baik dan bermutu. Menurut Vigotsky dimensi yang terkait dalam
pembentukan guru profesional disajikan berikut ini:

a. Pembentukan guru sebagai pribadi yang utuh. Kemampuan ini diperlukan agar guru
mampu membimbing dan mengarahkan paserta didik dalam setiap aspek pengembangan
kepribadian dan dimensi sosialnya.

b. Pembentukan karakter sistemik yang diperlukan untuk memberdayakan siswa, dimulai


ketika siswa teregistrasi untuk keperluan studinya dan hingga mereka dinyatakan lulus.

c. Pembentukan karakter pribadi (personalized character) dengan dua jalur referensi, yaitu
individualisasi (orientasi pada orang-orang tertentu secara indifidual) dan integrasi (orientasi
pada orang secara keseluruhan) dengan mempertimbangkan berbagai sisi pengembangan,
termasuk yang terkait dengan tujuan edukatif.

d. Pembentukan karakter preventif, tidak hanya dalam kaitannya dengan pemecahan


masalah melainkan juga dalam rangka mengantisipasi kesulitan dan dalam situasi defisit yang
dapat menghambat pemenuhan tujuan.[21]

Menurut N. Chacon (2002) dalam rangka pengembangan kemampuan dan keterampilan


kepedagogian juga perlu upaya mengembangkan etika profesi guru, dengan mengemas
program yang menggamit beberapa dimensi yaitu:

a. Penguasaan subtansi pengajaran dan pembelajaran, meliputi ilmupengetahuan, budaya,


keterampilan, nilai, dan sikap dalam integrasi sekolah dan pendidikan

b. Penguasaan dimensi pedagogis, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai humanistik dan


etika profesi.

c. Penguasaan program pendidikan berbasis proses dan hasil dalam keseluruhan perilaku
dan pekerjaan kependidikan.

d. Penguasaan metode proses pengembangan kegiatan belajar mengajar berdasarkan lintas


kurikuler secara aksiologis dengan menggunakan perangkat teknologi.[22]

4. Untuk memperoleh sertifikat pendidik

Sesuai Pasal 11 UU Sisdiknas mensyaratkan bahwa untuk memperoleh sertifikat pendidik


tidak lain adalah kualifikasi S1/D4 implementasi gagasan pendidikan profesi lebih ditekankan
pada uji sertifikasi (terutama untuk guru dalam jabatan). dan menempuh pendidikan profesi
guru. Program uji sertifikasi yang tengah dijalankan pemerintah dengan mengandalkan
penilaian portofolio, dipilih oleh pemerintah kabupaten/kota pada masa lampau.

Pendidikan guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV yang
tidak sesuai dengan mata pelajaran, rumpun mata pelajaran atau satuan pendidikan (TK dan
SD) yang diampu, mengikuti pendidikan profesi berdasarkan mata pelajaran atau rumpun
mata pelajaran dan atau satuan pendidikan yang diampunya.

C. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Dalam pelaksanaan pendidikan profesi guru tentunya memiliki landasan yang digunakan
sebagai acuan yang mengatur keseluruhan bagian program tersebut.Landasan tersebut adalah:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam


Undang-undang tersebut terdapat beberapa pasal yang terkait dengan penyelenggaraan
pelaksanaan pendidikan profesi guru, yaitu:

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
meujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang
terakreditasi.[23]

c. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program


pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.[24]selanjutnya dikatakan pula
bahwa:1)Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga
kependidikan pada stuan pendidikan yangdiselenggarrakan oleh pemerintah dan pemerintah
daerah. 2)Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajiban dan mengembangkan
tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakannya. 3)Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib membantu pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan
pada satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarkat.[25]

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen mengenai pendidikan
profesi guru dinyatakan bahwa:

a. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat


jasamani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.

b. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tunggi yang memiliki program


pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

c. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan dan akuntabel.

d. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan


kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat.[26]

D. Manfaat Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Kegiatan Pendidikan Profesi guru (PPG) dapat memberikan manfaat sebagai berikut yaitu:
1. Bagi guru dapat menambah pengalaman dan penghayatan guru tentang proses
pendidikan dan proses pembelajaran disekolah

2. Dapat menciptakan guru profesional dibidangnya

3. Dapat meningkatkan kesejahteraan bagi guru

4. Memperoleh pengalaman tentang cara berpikir dan bekerja secara interdisipliner


sehingga dapat memahami keterkaitan ilmu dalam mengatasi permasalahan pendidikan yang
ada disekolah. Mempertajam daya nalar dalam penelaahan perumusan dan pemecahan
masalah pendidikan yang ada disekolah

5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat berperan sabagai motivator,


dinamisator dalam pembelajaran.

6. Bagi sekolah menemukan penyegaran serta ide baru dalam proses pembelajaran baik
sistem pengajarannya maupun tugas kependidikan, sehingga diharapkan model pembelajaran
akan menjadi lebih baik.

7. Bagi masyarakat tersedianya calon tenaga pendidik (guru) yang memiliki kualitas yang
baik dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk percaya bahwa dunia pendidikan mampu
memberikan pelayanan yang cukup memuaskan.[27]

Guru sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi
dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. Pelatihan yang dilakukan, disamping harus
memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan
perbedaan individual peserta didik, serta lingkungannya.

Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini
meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk
menghasilkan guru yang profesional. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan penuh,
namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan
profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga pendidikan yang
menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar.

Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk
meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Hal ini sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005
akan jelas bahwa untuk menjadi seorang tenaga pendidik yang profesional tidaklah mudah,
mereka harus benar-benar teruji dan memenuhi persyaratan. Setelah diberlakukannya uji
sertifikasi yang diikuti dengan mendapatkan tunjangan profesi bagi guru, diharapkan ada
peningkatan kesejahteraan yang diikuti dengan peningkatan kinerja.

III PENUTUP
Kesimpulan

Profesi guru merupakan suatu bidang pekerjaan khusus yang memerlukan keahlian,
kemampuan, ketelatenan, dan pengetahuan yang digunakan untuk melaksanakan tugas pokok
seperti mendidik, mengajar, membimbing melatih, serta mengevaluasi peserta didik, agar
memiliki sikap dan prilaku yang diharapkan. Profesi harus memiliki tiga pilar pokok, penting
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


dinyatakan, bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik guru yang memenuhi standar mutu (memenuhi kualifikasi) yang dipersyaratkan.

Secara teoritis kegiatan pendidikan profesi guru dimaksudkan untuk membentuk guru
profesinal yang mampu melaksanakan proses pembelajaran secara baik dan bermutu.
Manfaat tersebut dapat menambah pengalaman dan penghayatan guru tentang proses
pendidikan serta proses pembelajaran di sekolah.

Dengan adanya pelatihan profesi guru sangat menguntungkan bagi guru, sekolah, dan
masyarakat. Dengan tersedianya calon tenaga pendidik (guru), yang memiliki kualitas yang
bermutu dapat menumbuhkan motivasi masyarakat untuk semakin percaya bahwa dunia
pendidikan mampu memberikan pelayanan yang cukup memuaskan. Hal ini akan mendorong
masyarakat untuk lebih turut aktif menggalakkan program wajib belajar yang dicanangkan
oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan dan H. Khairil, Profesi Kependidikan. Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010

------- Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2013

Darajat, Zakiah Ilmu Pendidikan Islam. Cet. X; Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemagnya. Cet. XIV; Jakarta: Sari Agung.

Getteng, Abd. Rahman. Menuju guru Profesional dan Beretika. Cet. I; yogyakarta: Grha
Guru, 2009

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

http:/ ppg-pgsd.blogspot.com/2011/12/manfaat-pendidikan-profesi-guru-ppg.html

http:file:/localhost/D:/PPG/Makalah profesi guru.htm

Muhyidin, Albarobis dan Sutrisno. Pendidikan Islam Berbasis problem Sosial. Cet.
I; Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009, Tentang Guru.

Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003. Cet.
IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Republik Indonesia, Undang-undang Guru Dan Dosen. Cet. III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012.

Suyudi, M. Pendidikan dalam perspektif al-Quran. Cet. I; Yogyakarta: Mikraj, 2005.

Udin, Syaefuddin Saud. Pengembangan Profesi Guru. Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2011.

Usman, Moh Uzer. Menjadi Guru Profesional. Cet. XXVII; Bandung: Remaja Rosdakarya,
20013.

[1]Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
(Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 8

[2]M. Suyudi, Pendidikan dalam perspektif al-Quran (Cet. I; Yogyakarta: Mikraj, 2005), h.
55

[3]Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 32.

[4]Republik Indonesia, Undang-undang Guru Dan Dosen, (Cet. III; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012), h. 3.

[5]Republik Indonesia, Undang-undang Guru dan Dosen, h. 11.

[6]Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. X; Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 25.

[7]Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemagnya (Cet. XIV; Jakarta: Sari Agung), h.
706.

[8]Lihat.Sutrisno dan Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis problem Sosial (Cet.
I; Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 18-19.

[9]Lihat.Sutrisno dan Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis problem Sosial, h. 19

[10]Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Cet. IV; Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2011), h. 3

[11]Sudarwan Danim dan H. Khairil, Profesi Kependidikan (Cet. I; Bandung: Alfabeta,


2010), h. 8

[12]Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Cet. XXVII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 20013), h. 5.

[13]file:/localhost/D:/PPG/Makalah profesi guru.htm (2013-11-25)


[14]file:/localhost/D:/PPG/Makalah profesi guru.htm (2013-11-25)

[15]Republik Indonesia, Undang-undang Guru dan Dosen, h. 4

[16]Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003,
h. 7

[17]Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009, Tentang Guru.

[18]Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 13

[19]Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan, h. 9

[20]Abd. Rahman Getteng, Menuju guru Profesional dan Beretika (Cet. I; yogyakarta: Grha
Guru, 2009), h. 14-15.

[21] Sudarwan Danim, Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi (Cet. II; Bandung: Alfabeta,
2013) hal. 75

[22] Sudarwan Danim, Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi, hal. 74-75

[23]Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003,
h. 33

[24]Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003,
h. 34

[25]Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003,
h. 34

[26]Republik Indonesia, Undang-undang Guru dan Dosen, h. 10-12

Anda mungkin juga menyukai