Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ SISTEM BIAYA TAKSIRAN “

Disusun oleh :

Monica Anggreini (191220116)

Nazla Hanifa (191220122)

Aulia Andini (191220127)

Sri Devi (191220131)

UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN

TA.2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Sistem Biaya taksiran ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami
susun dengan tujuan untuk lebih memahami tentang Akuntansi Biaya, khususnya didalam
Sistem Biaya Taksiran.

Kami sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran khususnya dari dosen pembimbing guna perbaikan
dimasa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan dimengerti serta bisa bermanfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa.

Medan, 30 November 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 3

1.1 Latar Belakang…………………………………………….. 3

1.2 Rumusan Masalah………………………………………….. 3

1.3 Tujuan …………………………………………………….... 3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….. 5

2.1 Definisi Sistem Taksiran…….……………………………... 5

2.2 Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksir……………........... 5

2.3 Penentuan Biaya Taksiran………………………………….. 6

2.4 Prosedur Akuntansi Dalam Sistem Biaya Taksiran………… 7

2.5 Penyelesaian Study Kasus Mengenai Sistem Biaya Taksiran. 10

BAB III PENUTUP……………………………………………………… 13

3.1 Kesimpulan…………………………………………………. 13

3.2 Saran………………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem biaya taksiran merupakan bagian dari pembelajaran cabang akuntansi. Aplikasi dan
perhitungan dalam sistem biaya taksiran akan digunakan sebagai dasar untuk mencatat harga
pokok atau biaya kedalam rekening buku besar, selain itu system biaya taksiran juga untuk
biaya yang diperlukan yang benar-benar jadi, dan juga untuk menguji selisih biaya yang
timbul taksiran dengan biaya yang nyata. Karenanya, biaya taksiran dapat dijadikan sebagai
jawaban dalam pengambilan keputusan oleh manajemen.

Manajemen sering kali memerlukan data biaya, baik mengenai sifat maupun jumlahnya,
sebelum produksi dilakukan atau sebelum kontrak penjualan disetujui. Harga pokok produk
perlu dihitung lebih dahulu untuk tujuan penetapan harga jual, untuk tujuan penyediaan
sumber-sumber keuangan yang dibutuhkan guna melaksanakan produksi, atau untuk tujuan
pengendalian biaya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dibahas sebelumnya, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi dari Sistem Biaya Taksiran?

2. Apa tujuan penggunaan Sistem Biaya Taksiran?

3. Bagaimana cara penentuan Biaya Taksiran?

4. Bagaimana prosedur akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran?

5. Bagaimana contoh penyelesaian mengenai study kasus penyajian system biaya


taksiran.

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Mengetahui definisi dari Sistem Biaya Taksiran

2. Mengetahui tujuan penggunaan Sistem Biaya Taksiran

3. Mengetahui cara penentuan Biaya Taksiran

3
4. Mengetahui prosedur akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran

5. Mengetahui cara penyelesaian mengenai penyajian system biaya taksiran

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Taksiran

Biaya Taksiran (estimaled cost) merupakan salah satu bentuk biaya yang ditentukan dimuka
sebelum produksi dilakukan atau penyerahan jasa dilaksanakan. Sistem Biaya Taksiran
adalah system akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang
ditentukan dimuka dalam menghitung harga pokok produk yang diproduksi.

Dalam system biaya taksiran, dasar yang dipakai dalam penentuan norma fisik yang terbatas
pada pengalaman produksi masa lalu. Jika terjadi penyimpangan dari norma fisik tersebut,
masih perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetukan sebab-sebabnya, apakah
karena terjadi pemborosan, penghematan, atau karena kesalahan dalam penaksiran norma
fisiknya yang dilakukan sebelumnya.

2.2 Tujuan Penggunaan Sistem Biaya Taksiran.

Menurut Mulyadi dalam buku akuntansi biaya tujuan penggunaa system biaya taksiran
adalah:

a. Untuk jembatan menuju system biaya standar.

Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan: penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya,
dan analisis biaya untuk pengambilan keputusan. Seringkali system biaya taksiran digunakan
sebelum biaya standar dapat digunakan. Penggunaan system biaya taksiran sebagai jembatan
menuju system biaya standar mempunyai keuntungan sebagai berikut:

1. Melatih karyawan dalam menggunakan system biaya standar karena adanya beberapa
kesamaan diantara kedua system tersebut.

2. Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap system yang baru, agar terpelihara
hubungan yang baik dengan karyawan.

b. Untuk menghindari biaya yang relatif besar dalam pemakaian system biaya standar.

Dalam perusahaan-perusahaan tertentu, pemakaian system biaya taksiran lebih ekonomis


dibandingkan dengan system biaya standar. Dalam perusahaan kecil, biaya penentuan biaya
standar merupakan beban berat dan pada umumnya manajemen belum membutuhkan system
pengendalian biaya yang sangat seksama. Dalam perusahaan yang seringkali menglami
perubahan produk atau produksi, waktu dan biaya yang diperlukan untuk penentuan biaya
stamdar sangat besar, sehingga pemakaiaan system biaya standar tidak ekonomis.

5
c. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan.

Banyak perusahaan menggunakan system biaya taksiran sebagai alat pengendalian biaya dan
sebagai dasar untuk menganalisis kegiatan-kegiatannya. Meskipun biaya taksiran bukan
merupakan biaya yang seharusnya (mengingat cara penentuannya), namun perbandingan
antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat memberikan petunjuk mengenai
terjadinya pemborosan sehingga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan kegiatan.

d. Untuk mengurangi biaya akuntansi.

Penghematan biaya akuntansi dengan pemggumaan system biaya taksiran sangat terasa jika
perusahaan menghasilkan banyak macam produk atau jika produk

(keluarga produk) diolah melalui banyak departemen atau pusat biaya. Biaya akuntansi dapat
dikurangi sebagai akibat dari tidak diperlukannya kartu persediaan bahan baku, bahan
penolong, produk dalam proses, dan produk jadi untuk mencatat mutasi persediaan dengan
menggunakan metode mutasi persediaan (perpectual inventory methode). Tetapi jika
perusahaan menghendaki digunakannya metode mutasi persediaan, semua kartu persediaan
produk dalam proses dan produk jadi hanya digunakan untuk mencatat kwantitas fisik saja.

2.3 Penentuan Biaya Taksiran

Cara menetukan biaya taksiran biasanya adalah dengan memecahnya menjadi tiga unsur
biaya, yaitu sebagai berikut:

1. Biaya bahan baku

2. Biaya tenaga kerja langsung

3. Biaya overhead pabrik

Biaya taksiran bisa ditentukan atas dasar data masa lalu, dari perhitungan, dari rumus
matematis, atau secara sederhana dengan taksiran. Biaya taksiran untuk setiap produk yang
diproduksi pada masa produksi.

Dalam penentuan biaya taksiran, biaya bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan
produk-produk khusus perlu dilakukan penaksiran jumlah masing-masing bahan baku yang
dibutuhkan dan taksiran harga masing-masing.

Penaksiran bahan baku akan digunakan dalam setiap satuan produk sesuai spesifikasi,
percobaan, atau data masa lalu. Penaksiran bahan baku yang dapat digunakan untuk membeli
barang dalam jangka waktu tertentu atau jika barang-barang harus dikirim dari waktu ke
waktu dan harga yang sesuai untuk harga yang sama. Dalam penentuan taksiran biaya tenaga
kerja, harus lebih dahulu untuk kegiatan-kegiatan, karena jam tenaga kerja oleh karyawan
setiap orang dan jenis pekerjaannya. Dalam menentukan jumlah jam tenaga kerja yang harus

6
diperhitungkan juga waktu persiapan produksi, penanganan material, perbaikan mesin, dll.
Taksiran biaya tenaga kerja untuk hasil kali taksiran jumlah jam kerja untuk menghasilkan
setiap satuan produk dengan tarif biaya tenaga kerja.

Taksiran biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang
ditentukan dimuka. Dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik diperlukan pemisahan ke
dalam unsur tetap dan variable. Biaya overhead variable ditaksir dengan melihat hubungan
biaya tersebut dengan produksi, dengan anggapan bahwa terdapat hubungan yang konstan
diantara jumlah produksi dengan biaya yang dikeluarkan. Biaya overhead pabrik ditaksir
dengan cara memperhatikan masing-masing unsur biaya overhead pabrik tetap yang
bersangkutan seperti biaya depresiasi mesin, ditaksir dengan memperhitungkan jumlah mesin
yang dimiliki sekarang dengan memperhitungkan rencana investasi serta rencana
pemberhentian pemakaian mesin yang akan terjadi dimasa datang. Penaksiran jumlah
asuransi tergantung kepada kemungkinan perubahan polis asuransi yang diperkirakan akan
terjadi dalam periode pemakaian biaya taksiran. Gaji pengawas pabrik dapat ditaksir dengan
melihat rencana gaji yang akan dibayarkan kepada pengawas tersebut. Dengan demikian
taksiran biaya overhead pabrik tetap merupakan jumlah taksiran masing-masing unsur biaya
overhead pabrik tersebut.

2.4 Prosedur Akuntansi dalam Sistem Biaya Taksiran.

Dalam system biaya taksiran rekening barang dalam proses didebit dengan biaya produksi
yang sesungguhnya terjadi dan dikredit sebesar hasil kali jumlah produk selesai dan produk
dalam proses dengan biaya taksiran per satuan. Karena harga pokok produk jadi yang masuk
ke gudang dihargai dengan biaya taksiran, maka pada saat dijual harga pokok penjualannya
adalah sebesar hasil kali jumlah produk yang dijual dengan biaya taksiran persatuan. Selisih
diantara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung dengan cara mencari saldo
rekening barang dalam proses dan dipindahkan ke rekening selisih.

2.4.1 Prosedur Pencatatan Biaya Bahan Baku

Jika metode mutasi persediaan dipakai, pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal:

Persediaan bahan baku Rp xxxx

Utang dagang Rp xxxx

Atas dasar bukti permintaan barang, dicatat pemakaian bahan baku dalam kartu persediaan.
Jurnal pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:

Barang dalam proses-Biaya bahan baku Rp xxxx

Persediaan bahan baku Rp xxxx


7
2.4.2 Prosedur Pencatatan Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja yang meliputi upah, biaya kesejahteraan karyawan, dan biaya lain-lain
untuk karyawan yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode dijurnal sebagai berikut:

Barang dalam proses-Biaya tenaga kerja Rp xxxx

Biaya administrasi dan umum Rp xxxx

Biaya Pemasaran Rp xxxx

Gaji dan upah Rp xxxx

2.4.3 Prosedur pencatatan biaya overhead pabrik

Dalam system biaya taksiran, biaya overhead pabrik dapat dicatat dengan menggunakan
beberapa metode yang salah satunya adalah sebagai berikut:

Contoh:

Rekening barang dalam proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi dalam periode tertentu. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi
adalah sebagai berikut:

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xxxx

Persediaan suku cadang Rp xxxx

Akumulasi depresiasi aktiva tetap Rp xxxx

Kas Rp xxxx

Pada akhir periode, biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi selama periode tertentu
dibebankan kepada produk dengan jurnal sebagai berikut:

Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik Rp xxxx

Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xxxx

2.4.4 Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi dan BDP

Harga pokok produk jadi dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi yang
dihasilkan selama satu periode dengan biaya taksiran per satuan produk.

8
Harga pokok produk

yang masih dalam proses pada akhir periode dihitung dengan cara mengalikan
unitekuivalensinya dengan biaya taksiran per satuan produk. Jurnal pencatatan harga pokok
produk jadi dan produk yang masih dalam proses akhir periode adalah sebagai berikut:

Persediaan produk jadi Rp xxxx

Persediaan produk dalam proses Rp xxxx

BDP-BBB Rp xxxx

BDP-BTK Rp xxxx

BDP-BOP Rp xxxx

2.4.5 Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk yang Dijual

Harga pokok penjualan dihitung dengan cara mengalikan jumlah produk yang terjual dengan
biaya taksiran per satuan produk. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang dijual adalah
sebagai berikut:

Harga pokok penjualan Rp xxxx

Persediaan produk jadi Rp xxxx

2.4.6 Prosedur Pencatatan Selisih Biaya Taksiran dengan Biaya Sesungguhnya

Penentuan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya tergantung pada metode
pencatatan biaya overhead pabrik. Mengambil metode pencatatan biaya overhead pabrik yang
dibahas sebelumnya maka selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung
dengan mencari saldo rekening BDP. Selisih tersebut ditransfer ke rekening selisih dengan
jurnal sebagai berikut:

Selisih Rp xxxx

BDP-BBB Rp xxxx

BDP-BTK Rp xxxx

BDP-BOP Rp xxxx

9
2.5 Penyelesaian Study Kasus Mengenai System Biaya Taksiran

PT Angkasa memproduksi satu macam produk melalui satu tahap pengolaha. Perusahaan
menggunakan system biaya taksiran, dan biaya taksiran per kilogram produk adalah sebagai
berikut:

Biaya bahan baku 2kg @Rp 10 Rp 20

Biaya tenaga kerja 1 jam @Rp 30 Rp 30

Biaya overhead pabrik 1 jam @Rp 40 Rp 40

Biaya taksiran per kilogram Rp 90

Data kegiatan perusahaan dalam bulan Januari 2017 adalah sebagai berikut:

1. Persediaan pada awal bulan Januari 2017

a) Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp 20.000

b) Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3000 dengan tingkat penyelesaian
sebagai berikut: biaya bahan baku 100%; biaya konversi 60%. Harga pokok taksiran
persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai berikut:

BBB 100% x 3.000 x Rp 20 Rp 60.000

BTK 60% x 3.000 x Rp 30 Rp 54.000

BOP 60% x 3.000 x Rp 40 Rp 72.000

JUMLAH Rp 186.000.000

c) Persediaan produk jadi 500 kg

2. Kegiatan selama bulan Januari 2017

a. Pembelian bahan baku sebesar Rp 660.000.

b. Jurnal jam tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34.500 jam dengan biaya tenaga kerja
sebesar Rp 925.000

c. BOP dibebankan kepada produk atas dasar tarif per jam kerja langsung sebesar Rp
40.000. BOP sesungguhnya yang terjadi dalam bulan Januari berjumlah Rp 1.261.000
10
d. Produk jadi yang ditransfer ke gudang selama bulan Januari berjumlah 35.500 kg

e. Produk jadi dijual dengan harga jual Rp 100.000 per kg

3. Persediaan pada akhir bulan Januari 2017

a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode FIFO sebesar Rp
40.000

b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 2500 kg dengan tingkat


penyelesaian sebagai berikut: BBB 100%; biaya konversi 20%;

c. Persediaan produk jadi berjumlah 1000 kg

Atas dasar data diatas, jurnal-jurnal pencatatan yang dibuat dalam system biaya taksiran
adalah sebagai berikut:

1. Jurnal pembelian bahan baku:

Pembelian Rp 660.000

Utang dagang Rp 660.000

2. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:

BDP-BBB Rp 640.000

Persediaan bahan baku Rp 40.000

Persediaan bahan baku Rp 20.000

Pembelian Rp 660.000

3. Jurnal Pencatatan biaya tenaga langsung sesungguhnya:

BDP-BTK Rp 925.000

Gaji dan Upah Rp 925.000

4. Jurnal pencatatan BOP yang dibebankan pada produk

BDP-BOP Rp 1.380.000

BOP yang dibebankan Rp 1.380.000

5. Jurnal pencatatan BOP sesungguhnya yang terjadi selama bulan Januari

BOP sesungguhnya Rp 1.261.000

11
Berbagai macam rekening yang dikredit Rp 1.261.000

6. Jurnal penutupan rekening BOP Pabrik yang dibebankan ke rekening BOP pabrik
sesungguhnya.

BOP yang dibebankan Rp 1.380.000

BOP pabrik sesungguhnya Rp 1.380.000

7. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.

Persediaan produk jadi Rp 3.195.000

BDP-BBB Rp 710.000

BDP-BTK Rp 1.065.000

BDP-BOP Rp 1.420.000

8. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan
Januari 2017.

Persediaan Produk dalam proses Rp 85.000

BDP-BBB Rp 50.000

BDP-BTK Rp 15.000

BDP-BOP Rp 20.000

12
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

System biaya taksiran adalah system akuntansi biaya produksi yang menggunakan bentuk
biaya yang ditentukan dimuka dalam menghitung biaya produksi. Tujuan penggunaan system
biaya taksiran ini adalah sebagai jembatan antara system biaya sesungguhnya system biaya
standart, untuk menghindari biaya yang relative besar dalam pemakaian system biaya
standart, untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan, dan untuk mengurangi biaya
akuntansi.

System akuntansi biaya taksiran dilaksanakan dengan mendebit rekening barang dalam
proses dengan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dan mengkredit rekening tersebut
dengan biaya taksiran yang melekat pada produk jadi yang ditransfer ke gudang dan
persediaan produk dalam proses. Selisih antara biaya produksi sesungguhnya dengan biaya
produksi taksiran dihitung dengan mencari selisih pendebitan dengan pengkreditan rekening
barang dalam proses. Selisish tersebut dapat diperlakukan sebagai berikut: ditutup kerekening
harga pokok penjualan atau rekening rugi laba, dibagikan secara adil kepada produk selesai
dalam periode yang bersangkutan, dibagikan secara adil ke rekening-rekening (persediaan
produk dalam proses, persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan, atau membiarkan
selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening selisih, sehingga rekening ini berfungsi sebagai
deffered account).

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan maupun pembahasan, karena masih terbatasnya pengetahuan yang kita miliki serta
kurangnya rujukan yang kita dapat yang berhubungan mengenai pembahasan makalah ini.

Kami berharap pembaca yang budiman khususnya dosen pengampu berkenan memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi perbaikan dimasa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Akuntansi Biaya. Edisi ke 5. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN,1989.

MAKALAH AKUTANSI

14

Anda mungkin juga menyukai