Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut (Armanto Witjaksono, 2006) Sistem akuntansi biaya dituntut tidak


saja mampu mengukur biaya aktual suatu organisasi dimasa lampau, tapi juga
mampu memberi informasi mengenai proyeksi atau estimasi biaya serupa dimasa
mendatang. Untuk memenuhi kebutuhan tersebutlah dikembangkan sitem biaya
standar, sering disingkat dengan biaya standar (standard cost).
Secara sederhana, standar biaya didefinisikan sebagai “biaya yang telah
ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah produk dalam
periode tertentu”. Standar adalah harga, biaya, atau kuantitas yang ditetapkan
dengan cermat yang dinyatakan atas basis per unit. Suatu standar sebaiknya
dianggap sebagai suatu “norma” untuk input produksi, seperti unit bahan baku,
jam tenaga kerja, dan persentase kapasitas yang digunakan.
Penetuan standar biaya lebih berupa seni dari pada sebuah science. Adapun
pihak-pihak yang banyak terlibat di lingkungan manufaktur meliputi akuntan,
manajer pembelian, insinyur di bagian produksi, supervisor produksi, manajer
lini, dan pekerja. Suatu sistem biaya standar dapat digunakan dalam hubungannya
dengan perhitungan biaya berdasarkan proses maupun berdasarkan pesanan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Apakah pengertian dari Standard Costing
2. Jenis-Jenis dari perhitungan standard costing
BAB II
PEMBAHASAN

A. Uraian Teoritis
1. Pengertian Standard Costing
Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk
memproduksi satu unit atau sejumlah tertentu produk selama suatu periode
tertentu. Biaya standar adalah biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam
kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi. Suatu biaya standar memiliki dua
komponen: standar fisik, yang merupakan kuantitas standar dari input per unit
output, dan standar harga, yang merupakan biaya standar atau tarif standar per
unit input.
Biaya standar dapat juga diartikan sebagai patok duga (benchmark) yang
secara efektif dan efisien ditetapkan dimuka (predetermined) untuk biaya-biaya
yang seharusnya dikonsumsi oleh suatu produk. Atau biaya yang ditentukan
dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dibawah
asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Kata-kata biaya
yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan
dimuka merupakan pedoman didalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Jika
biaya yang sesungguhnya menyimpang dari biaya standar, maka yang dianggap
benar ialah biaya standar, sepanjang asumsi-asumsi yang mendasari penentuannya
tidak berubah.
Untuk menentukan berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
menghasilkan satu satuan produk atau untuk satu satuan jasa, harus diadakan
penyelidikan lebih dahulu mengenai kegiatan produksi atau penyerahan jasa yang
paling efisien. Sistem biaya standar merupakan suatu item akuntansi biaya yang
mengolah informasi biaya sedemikian rupa sehingga manajemen dapat
mendeteksi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang biayanya menyimpang dari
biaya standar yang ditentukan. Sistem akuntansi biaya ini mencatat biaya yang
seharusnya dikeluarkan dan biaya yang sesungguhnya terjadi, dan menyajikan
perbandingan biaya standard dan biaya sesungguhnya serta menyajikan analisis
penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar.
Adapun yang secara sederhana, standar biaya didefinisikan sebagai “biaya
yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah
produk dalam periode tertentu”. Standar adalah harga, biaya, atau kuantitas yang
ditetapkan dengan cermat yang dinyatakan atas basis per unit. Suatu standar
sebaiknya dianggap sebagai suatu “norma” untuk input produksi, seperti unit
bahan baku, jam tenaga kerja, dan persentase kapasitas yang digunakan.
2. Manfaat Standard Costing
Suatu sistem biaya standar dapat digunakan dalam hubungannya dengan
perhitungan biaya berdasarkan proses maupun berdasarkan pesanan. Biaya standar
biasanya lebih dapat beradaptasi dalam lingkungan dengan teknologi yang stabil
dan menghasilkan produk yang homogen. Perhitungan biaya standar biasanya
ditemukan dimana perhitungan biaya berdasarkan proses digunakan; misalnya,
produsen minyak dan produk kimia, perlengkapan bangunan, baja, dan minuman
ringan. Perhitungan biaya standar juga ditemukan dimana perhitungan biaya
berdasarkan pesanan dugunakan untuk unit-unit homogen yang diproduksi dalam
batch untuk setiap pesanan. Misalnya produsen radio dan televisi, furniture,
produk kertas dan makanan olahan.[5] Biaya standar digunakan untuk:
1. Menetapkan anggaran
Anggaran untuk volume dan bauran produk apapun dapat dibuat dengan andal
dan cepat karena standar didasarkan pada analisis dari proses produksi. Waktu
yang dibutuhkan untuk membuat anggaran berkurang karena kebutuhan
produksi didokumentasikan dalam standar untuk masing-masing produk.
2. Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi karyawan dan mengukur
efisiensi operasi
Standar menyediakan cita-cita kinerja bagi karyawan, sekaligus menjadi dasar
untuk mengevaluasi hasil aktual. Ketika hasil tersedia dalam bentuk laporan
varians standar biaya, maka manajer eksekutif dan operasi menjadi lebih sadar
akan biaya. Meskipun demikian, ketergantungan yang berlebihan pada standar
sebagai motivator dan dasar evaluasi kinerja dapat menyebabkan timbulnya
perilaku disfungsional.
3. Menyederhanakan perhitungan biaya dan mempercepat laporan biaya
Ketika proses produksi semakin terstandarisasi maka pekerjaan klerikal
semakin menurun. Sistem standar biaya yang lengkap disertai dengan
standarisasi produksi (kuantitas produksi standar, operasi tenaga kerja tertentu,
permintaan bahan baku, kartu absen tenaga kerja, dan jadwal operasi).
4. Membebankan biaya ke persediaan bahan baku, WIP, dan FG
Dengan memasukan standar biaya dalam catatan akuntansi akan meningkatkan
efisiensi dan ketepatan dalam pekerjaan klerikal. Arsip biaya standar yang
lengkap, dirinci per komponen dan operasi, menyederhanakan pembebanan
biaya ke persediaan bahan baku, WIP, dan FG. Biaya persediaan ditentukan
dengan mengalikan kuantitas dari setiap produk di persediaan dengan biaya
standar per unit dan menambahkan total biaya dari setiap produk. Penggunaan
biaya standar juga dapat menstabilkan biaya produk yang dilaporkan meskipun
ada fluktuasi jangka pendek dalam harga input dan kapasitas yang digunakan.
5. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual
Perhitungan biaya yang akan terjadi untuk suatu kontrak akan lebih mudah dan
lebih andal menggunakan biaya standar, terutama untuk suatu produk “unik”
yang akan diproduksi. Standar biaya juga berguna dalam menetapkan harga
jual. Ketika harga pasar dari suatu produk tidak dapat diobservasi, seperti
kasus produk baru atau produk yang spesifik, maka biasanya biaya produk
digunakan sebagai titik awal dalam menentukan harga jual.[6]
Menurut (Armanto Witjaksono, 2006) setidaknya ada 3 manfaat utama suatu
perusahaan menggunakan sistem akuntansi biaya standar:
1. Estimasi biaya produk. Dalam hal ini standar dikembangkan untuk konsumsi
per unit suatu produk akan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead. Kalikan
standar ke 3 standar kuantitas tersebut dengan biaya standar plus biaya lainnya
maka didapat biaya standar untuk produk secara individual. Standar ini akan
bermafaat bagi penentuan diterima tidaknya suatu pesanan dari pelanggan.
2. Anggaran biaya dan pengeluaran. Total biaya yang mencerminkan konsumsi
untuk setiap aktivitas dapat diprediksi berdasarkan jumlah standar konsumsi
untuk setiap aktivitas untuk menghasilkan produk dan jasa. Namun manajemen
harus berhati-hati karena kemungkinan adanya time lag antara saat anggaran
disusun dan saat pelaksanaannya.
3. Pengendalian biaya relative terhadap standar. Dalam hal ini biaya aktual
dibandingkan dengan biaya standar, dengan harapan bahwa biaya aktual akan
tetap sejalan dengan standar. Perbedaan atau selisih antara keduanya disebut
varian biaya, yang selanjutnya dianalisis untuk mencari penyebabnya.
Manfaat Sistem Biaya Standar Dalam Pengendalian Biaya
Menurut (Mulyadi, 1990) Sistem biaya standar dirancang untuk
mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang penting didalam menilai
pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar
ditentukan dengan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaannya dengan efektif, karena pelaksana telah mengetahui
bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa
pekerjaan tersebut seharusnya diselesaikan.
Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang
seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan
mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi,
pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan yang lain.

3. Perhitungan Standard Costing


Analisis Variansi : Bahan Baku
1. Pendekatan Kolom
2. Pendekatan Rumus
a. Variansi harga bahan baku (material price variance - MPV), mengukur
perbedaan antara berapa yang harus dibayar untuk bahan baku dan berapa yang
secara aktual dibayar.
MPV = (AP x AQ) – (SP x AQ) ….. atau….. MPV = (AP - SP) AQ
Waktu perhitungan variansi harga bahan baku dapat dihitung pada satu dari dua
poin ini :
- Ketika bahan baku dikeluarkan untuk digunakan dalam produksi
- Ketika mereka dibeli, hal ini yang paling disukai
b. Variansi penggunaan bahan baku (material usage variance – MUV), mengukur
perbedaan antara bahan baku langsung yang secara aktual digunakan dan bahan
baku langsung yang seharusnya digunakan untuk output aktual.
MUV = (AQ – SQ) SP
B. Variansi Tenaga Kerja Langsung
1. Pendekatan kolom
2. Pendekatan rumus
a. Variansi tarif tenaga kerja (labor rate variance – LRV), menghitung perbedaan
antara apa yang sudah dibayar untuk tenaga kerja langsung dan apa yang
seharusnya dibayar.
LRV = (AR x AH) – (SR x AH) …. atau …. LRV = (AR – SR) AH
Dimana :
AR : Tarif upah aktual per jam
SR : Tarif upah standar per jam
AH : Jam tenaga kerja langsung aktual yang digunakan
b. Variansi efisiensi tenaga kerja (labor efficiency variance – LEV), mengukur
perbedaan antara jam tenaga kerja yang secara aktual digunakan dan jam tenaga
kerja yang seharusnya digunakan.
LEV = (AH x SR) – (SH x SR) …… atau …… LEV = (AH – SH) SR
Dimana :
AH : Jam aktual tenaga kerja langsung yang digunakan
SH : Jam standar tenaga kerja langsung yang seharusnya digunakan
SR : Tarif upah standar per jam
C. Analisis Variance : Biaya Overhead
1. Variansi Overhead Variabel
a. Variansi pengeluaran overhead variabel, mengukur pengaruh agregat dari
perbedaan antara tarif aktual overhead variabel (actual variable overhead rate –
AVOR) dan tarif standar overhead variabel (standard variable overhead rate –
SVOR). Tarif aktual overhead variabel adalah overhead variabel aktual dibagi
dengan jam aktual.
Variansi pengeluaran overhead variabel = (AVOR x AH) – (SVOR x AH)
= (AVOR – SVOR) AH
b. Variansi efisiensi overhead variabel, mengukur perubahan dalam konsumsi
overhead variabel, yang muncul karena penggunaan efisien (atau tidak efisien)
tenaga kerja langsung.
Variansi efisiensi overhead variabel = (AH – SH) SVOR
2. Variansi Overhead Tetap
a. Variansi pengeluaran overhead tetap, mengukur perbedaan antara overhead
tetap aktual dan overhead tetap yang dianggarkan.
b. Variansi volume overhead tetap, adalah perbedaan antara overhead tetap yang
dianggarkan dan overhead tetap yang dibebankan. Variansi volume pengaruh
perbedaan output aktual dari output yang digunakan di awal tahun, untuk
menghitung tarif perkiraan standar overhead tetap.
Contoh :
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Dalam dunia usaha yang semakin berkembang ini, untuk mendapatkan


keuntungan yang optimal diperlukan pengendalian terhadap biaya produksi.
Hal tersebut perlu dilakukan agar biaya produksi yang digunakan dapat
seefisien mungkin. Salah satu metode yang dapat digunakan sebagai alat
pengendalian terhadap biaya produksi yaitu dengan menetapkan biaya standar.
Begitu juga dengan analisis varians, analisis varians dan biaya standar sangat
erat kaitannya untuk pengendalian produksi.
Penetapan biaya standar dapat memberikan pedoman untuk mengetahui
biaya yang seharusnya terjadi dalam proses produksi. Proses produksi yang
dilaksanakan menjadi faktor penting karena berpengaruh terhadap biaya
produksi bagi perusahaan, baik itu perusahaan yang berskala besar maupun
perusahaan berskala kecil dan menengah.
B. Saran

Penyusun memiliki beberapa saran yang ingin disampaikan. Hal ini


semata-mata demi kebaikan penyusun maupun pembaca. Beberapa saran
diantaranya :
1. Kepada suatu perusahaan, baik perusahaan besar maupun UKM, alangkah
baiknya jika biaya produksi dikelola dengan baik supaya tidak menimbulkan
kerugian.
2. Kepada pembaca, penyusun berharap makalah ini dapat menjadi tambahan
referensi demi kelengkapan ilmu dan wacana baru bidang Akuntansi
Manajemen khususnya dibagian bab Standard Cost and Variance Analysis

DAFTAR PUSTAKA

Carter, William K, Milton F. Usry, 2005, Akuntansi Biaya, Jakarta: Salemba


Empat
Garrison, Ray H., dkk., 2009, Akuntansi Manajerial, Jakarta: Salemba Empat
http://kampuskeuangan.wordpress.com/2011/08/14/standard-costing/. diakses
tanggal 03 Januari 2014, pkl: 17.15 WIB
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47731/
H11waw.pdf?...1. diakses tanggal 03 Januari 2014, pkl: 17.30 WIB
Mulyadi, 1990, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: BPFE
Rayburn, Letricia Gayle, 1990, Akuntansi Biaya: dengan Menggunakan
Pendekatan Manajemen Biaya, Jakarta: Erlangga
Witjaksono, Armanto, 2006, Akuntansi Biaya, Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai