Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

STANDARD COSTING
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Analisa dan Estimasi Biaya
Dosen Mata Kuliah:
Ribangun Bambang Jakaria, ST., MM.

Disusun Oleh:
Kelompok 11

Ahmad Fajar Sodiq (191020700073)


Daffa Afisona (191020700076)
Amthori Ibad (191020700080)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Akuntansi manajemen atau Akuntansi Manajerial adalah sistem akuntansi
yang berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk
manajer atau manajemen dalam suatu organisasi dan untuk memberikan dasar
kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan memungkinkan
manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol.
Standar adalah suatu benchmark atau "norma" untuk pengukuran kinerja.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan standar. Pengendalian
biaya produksi dan penetapan harga pokok produksi yang cermat dan tepat sangat
penting, karena biaya produksi akan memberikan pengaruh langsung terhadap
harga pokok produksi yang akhirnya berakibat juga pada laba yang diharapkan
perusahaan. Sehingga diperlukan suatu alat pengendalian yang diantaranya berupa
penetapan biaya standar. Biaya standar merupakan alat yang penting didalam
menilai pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar
ditentukan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan
pekerjaan yang efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan
seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut
seharusnya dilaksanakan. Sistem biaya standar juga memberikan pedoman kepada
manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu
sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara
perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan yang lain. Untuk
dapat menentukan biaya standar, manajemen membutuhkan suatu informasi biaya
yang tepat dan wajar, sehingga biaya standar dapat ditetapkan secara realistis. Jika
terjadi penyimpangan pada biaya standar, maka biaya standar ini dapat dianalisis
dan diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan. Dimana ada batasan
penyimpangan yang dapat diterima dari selisih biaya produksi sesungguhnya
dengan biaya produksi standar dalam mengukur efesiensi biaya produksi, karena
dalam realisasinya biaya sesungguhnya jarang sekali tepat dengan biaya standar.
Dengan demikian jelas bahwa biaya standar merupakan alat yang penting untuk
perencanaan dan pengendalian biaya produksi berdasarkan pemikiran bahwa
pengendalian biaya produksi merupakan jalan yang logis sebagai konsekuensi
perusahaan dalam menekan biaya produksi agar sesuai dengan rencana, karena
dengan metode biaya tersebut perusahaan dapat mengetahui berapa biaya yang
seharusnya dikeluarkan sebelum proses produksi dimulai sehingga dapat diketahui
ketidakefisienan atau pemborosan biaya yang terjadi setelah proses produksi
selesai.
Penetapan biaya standar pada perusahaan akan memunculkan adaya perbedaan
antara biaya standar yang ditetapkan perusahaan dan biaya aktual yang terjadi
selama periode akuntansi. Menurut Mulyadi (2010), sistem biaya standar
memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk
melaksanakan kegiatan tertentu. Sistem biaya standar menyajikan analisis
penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar memungkinkan manajemen
melaksanakan pengelolaan mereka dengan “prinsip kelainan” (Excception
principle). Dengan memusatkan perhatian mereka terhadap keadaan yang
meyimpang dari keadaan yang seharusnya, manajemen dilengkapi dengan alat
yang efektif untuk mengendalikan kegiatan perusahaan.
Analisis varians menurut Horngren, dkk. (2005) adalah perbedaan antara
jumlah berdasarkan hasil aktual dan jumlah yang dianggarkan, yakni jumlah
aktual dan jumlah yang diperkirakan berdasarkan anggaran. Varians adalah
perbedaan yang terjadi antara biaya standar dengan biaya sebenarnya yang
mungkin menguntungkan atau sebaliknya. Dengan demikian perusahaan memiliki
kesempatan untuk memenangkan persaingan pasar.
1.2 Tujuan Pembelajaran
a. Menjelaskan pengertian Standar Unit
b. Menjelaskan bagaimana standar dibuat
c. Menjelaskan jenis – jenis standar
d. Menjelaskan Mengapa Sistem Biaya Standar Diterapkan
e. Menjelaskan biaya produk standar
f. Menjelaskan Analisis Variansi
g. Menjelaskan beberapa contoh soal dan jawaban mengenai standard
costing
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Standar Unit


Pengendalian biaya biasanya berarti perbedaan antara kesuksesan dan
kegagalan, atau antara laba di atas rata-rata dan laba yang sedikit. Anggaran
adalah ukuran kinerjasecara agregat mereka mengidentifikasi pendapatan dan
biaya dalam total yang seharusnya dialami suatu organisasi jika rencana-rencana
berjalan susai harapan.
Agar anggaran fleksibel dapat berjalan, biaya variabel yang dianggarkan per
unit input untuk tiap unit output harus diketahui untuk tiap bagian anggaran.
Biaya variabel input yang dianggarkan per unit output adalah standar unit. Standar
unit adalah dasar atau fondasi tempat anggaran fleksibel dibangun.
Biaya standar unit untuk suatu input tertentu bergantung pada standar
kuantitas dan standar harga. Standar kuantitas mengacu pada jumlah input yang
seharusnya digunakan per unit output. Standar harga mengacu pada jumlah yang
seharusnya dibayar untuk jumlah input yang digunakan. Biaya standar unit dapat
dihitung dengan mengalikan kedua standar ini : standar kuantitas x Standar Harga.

2.2 Bagaimana Standar Dibuat


Proses sering berjalan tidak efisien, maka penggunaan hubungan input-
output masa lalu akan meneruskan ketidakefisienan ini. Studi teknis dapat
menentukan cara paling efisien untuk beroperasi dan menyediakan petunjuk
yang sangat terperinci.
Standar harga adalah tanggung jawab gabungan dari operasional,
pembelian, personalia, dan akuntansi. Operasional menentukan kualitas input
yang dibutuhkan. Personalia dan pembelian bertanggung jawab memperoleh
kualitas input sebagaimana diminta dengan harga terendah. Tekanan pasar,
kelompok dagang, dan tekanan eksternal lainnya membatasi ragam pilihan
standar harga.

2.3 Jenis-jenis Standar


Standar umumnya diklasifikasikan baik sebagai sesuatu yang ideal
maupun yang saat ini dapat tercapai.
1. Standar ideal (ideal standards). Standar ideal membutuhkan efisiensi
maksimum dan hanya dapat dicapai jika segala sesuatu beroperasi
secara sempurna. Tidak ada mesin yang rusak, menganggur, atau
kurangnya keterampilan yang dapat ditoleransi.
2. Standar yang saat ini dapat tercapai (currently attainable standards).
Standar ini dapat dicapai dengan beroperasi secara efisien. Kelonggaran
diberikan untuk kerusakan normal, gangguan, keterampilan yang lebih
rendah dari sempurna, dan lainnya.

2.4 Mengapa Sistem Biaya Standar Diterapkan


Dua alasan untuk penerapan sistem biaya standar sering disebutkan
untuk memperbaiki perencanaan dan pengendalian, serta memfasilitasi
perhitungan harga pokok produk.
1. Perencanaan dan Pengendalian
Sistem perhitungan biaya standar memperbaiki perencanaan dan
pengendalian, serta memperbaiki pengukuran kinerja. Standar unit
adalah syarat fundamental bagi sistem anggaran fleksibel yang
merupakan kunci bagi sistem perencanaan dan pengendalian yang baik.
Sistem pengendalian anggaran membandingkan biaya actual dengan
biaya yang dianggarkan dengan menghitung variansi, yaitu perbedaan
antara biaya aktual dan biaya yang direncanakan untuk tingkat aktivitas
aktual. Penggunaan sistem biaya standar untuk pengendalian operasional
dalam suatu lingkungan kegiatan produksi canggih dapat menghasilkan
perilaku disfungsional.
2. Perhitungan harga pokok produk
Dalam sistem perhitungan biaya standar, biaya-biaya dibebankan
pada produk dengan menggunakan standar kuantitas dan harga untuk
ketiga biaya produksi : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead. Sebaliknya, sistem perhitungan biaya normal menentukan
biaya overhead terlebih dahulu untuk tujuan perhitungan harga pokok
produk, tetapi membebankan bahan baku langsung dan tenaga kerja
Langsung Pada Produk Dengan Menggunakan Biaya Aktual.

2.5 Biaya Produk Standar


Biaya standar juga dapat digunakan dalam organisasi jasa. Meskipun
organisasi jasa dapat melakukan perhitungan biaya standar, organisasi manufaktur
lebih umum menggunakannya. Lebih jauh lagi, konsep-konsep tersebut lebih
mudah diilustrasikan dalam latar belakang manufaktur.
Dalam perusahaan manufaktur, biaya standar per unit adalah jumlah biaya
standar untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Lembar
biaya standar memberikan perincian yang mendasari biaya standar per unit.
Lembar biaya standar juga menunjukkan kuantitas tiap input yang seharusnya
digunakan untuk memproduksi satu unit output. Standar kuantitas unit dapat
digunakan untuk menghitung jumlah total input yang dimungkinkan untuk output
aktual. Penghitungan ini adalah komponen inti dalam penghitungan variansi
efisiensi.

2.6 Analisis Variansi: Deskripsi Umum


Anggaran fleksibel dapat digunakan untuk mengidentifikasikan biaya yang
seharusnya muncul pada tingkat aktivitas aktual tertentu. Angka ini diperoleh
dengan mengalikan jumlah input yang diizinkan pada output aktual dengan
standar harga per unit. Dengan anggapan SP adalah standar harga per unit suatu
input dan SQ adalah kuantitas input yang diizinkan untuk output aktual, biaya
input yang direncanakan atau dianggarkan adalah SP x SQ. Biaya input aktual
adalah AP x AQ: AP adalah harga aktual per unit input dan AQ adalah kuantitas
input aktual yang digunakan.
1. Variansi Harga dan Efisiensi
Total variansi anggaran adalah perbedaan antara biaya aktual input dan
biaya yang direncanakan. Untuk penyederhanaan, merujuk pada total variansi
anggaran sebagai total variansi.
Total variansi = (AP x AQ) – (SP x SQ)
Dalam suatu sistem perhitungan biaya standar, total variansi dibagi menjadi
variansi harga dan penggunaan. Variansi harga (tarif) adalah perbedaan antara
harga aktual dan harga standar per unit dikalikan jumlah input yang digunakan:
(AP – SP) AQ. Variansi penggunaan (efisiensi) adalah perbedaan antara kuantitas
input aktual dan input standar dikalikan dengan standar harga per unit input: (AQ
– SQ) SP. Menunjukkan total variansi adalah jumlah variansi harga dan
penggunaan merupakan hal mudah.
Total variansi = Variansi harga + Variansi penggunaan
= (AP-SP)AQ + (AQ-SQ)SP
= [(AP x AQ) – (SP x AQ)] + [(SP x AQ) – (SP x SQ)]
= (AP x AQ) – (SP x AQ) + (SP x AQ) – (SP x SQ)
= (AP x AQ) – (SP x SQ)
Variansi yang tidak menguntungkan (Unfavorable-U) muncul ketika harga
aktual atau penggunaan input lebih banyak daripada standar harga atau
penggunaan. Ketika hal berlawanan muncul, variansi yang menguntungkan
(Favorable-F) diperoleh. Variansi yang menguntungkan dan tidak menguntungkan
tidak sama dengan variansi yang baik dan buruk. Istilah tersebut hanya
menunjukkan hubungan harga aktual atau kuantitas dengan standar harga dan
kuantitasnya. Baik atau buruknya variansi ini bergantung pada penyebab
munculnya mereka. Penentuan penyebabnya mensyaratkan para manajer untuk
melakukan beberapa penyelidikan.
2. Keputusan untuk Menyelidiki
Kinerja aktual jarang memenuhi standar yang ditetapkan secara tepat dan
manajemen tidak berharap demikian. Hal yang diharapkan adalah variasi acak
seputar standar. Oleh karena itu, manajemen seharusnya memiliki pemikiran
tingkat kinerja yang dapat diterima. Ketika variansi-wariansi ternyata masih
dalam tingkat ini, mereka diasumsikan disebabkan oleh faktor-faktor acak. Ketika
suatu variansi jatuhnya di luar tingkat ini, penyimpangan tampaknya disebabkan
oleh faktor-faktor tidak acak, baik itu faktor-faktor yang dapat dikendalikan
manajer maupun faktor-faktor yang tidak dapat mereka kendalikan. Pada kasus
yang tidak dapat dikendalikan, manajer perlu merevisi standar.
Setelah memahami penyebab pentingnya penyelidikan variansi, sebaiknya
perlu mengetahui kapan penyelidikan perlu dilakukan. Menyelidiki penyebab
variansi dan mengambil tindakan perbaikan, seperti pada semua aktivitas,
memiliki biaya yang berhubungan dengannya. Sebagai prinsip umum, suatu
penyelidikan seharusnya dilakukan hanya jika manfaat yang diperkirakan lebih
banyak daripada biaya yang diperkirakan. Namun, penilaian biaya dan manfaat
suatu penyelidikan variansi bukanlah tugas mudah. Seorang manajer harus
mempertimbangkan apakah variansi akan timbul kembali. Jika ya, proses tersebut
mungkin tidak terkendali secara permanen. Hal itu berarti penghematan periodik
mungkin dapat tercapai jika tindakan korektif diambil. Namun, bagaimana dapat
dikatakan jika variansi akan mucul kembali, kecuali jika suatu penyelidikan
dilakukan? Bagaimana dapat diketahui biaya tindakan perbaikan, kecuali jika
penyebab variansi diketahui?
Karena biaya dan manfaat analisis variansi dengan dasar kasus per kasus
sulit dinilai, banyak perusahaan menggunakan petunjuk umum untuk menyelidiki
variansi, yaitu jika variansi berada di luar tingkat yang dapat diterima. Variansi-
variansi tidak akan diselidiki, kecuali jika mereka sangat diperhatikan. Mereka
harus disebabkan oleh sesuatu yang lain daripada hanya faktor acak, dan cukup
besar (dalam rata-rata) menilai biaya penyelidikan dan mengambil tindakan
korektif.
Kisaran yang dapat diterima adalah standar plus atau minus suatu deviasi
yang diperbolehkan. Kisaran ukuran teratas dan terbawah yang diperbolehkan
disebut batas pengendalian. Batas pengendalian adalah standar plus deviasi yang
diperbolehkan dan batas pengendalian bawah adalah standar minus deviasi yang
diperbolehkan. Praktik saat ini menentukan batas pengendalian secara subjektif:
berdasarkan pengalaman terdahulu, intuisi dan penilaian, manajemen menetapkan
deviasi yang diperbolehkan dari standar.
Prosedur statistik formal juga dapat digunakan untuk menyiapkan batas
pengendalian. Dengan cara ini, subjektivitas yang terlihat lebih sedikit dan
seorang manajer dapat menilai perkiraan variansi yang disebabkan oleh faktor
acak. Saat ini, penggunaan prosedur formal masih kurang banyak mendapatkan
dukungan.

2.7 Analisis Variansi: Bahan Baku Dan Tenaga Kerja


1. Variansi Bahan Baku Langsung
 Pendekatan Kolom
Pendekatan kolom dapat digunakan untuk menghitung harga bahan
baku dan variansi penggunaan. Banyak yang berpendapat pendekatan grafis
ini lebih mudah daripada menggunakan rumus variansi.
 Pendekatan Rumus
Variansi harga bahan baku dapat dihitung secara terpisah. Variansi
harga bahan baku (material price variance-MPV) mengukur perbedaan
antara berapa biaya yang harus dibayar untuk bahan baku dan berapa biaya
yang secara aktual dibayar.
MPV = (AP x AQ) – (SP x AQ)
atau secara faktor, kita memiliki:
MPV = (AP – SP) AQ
dimana:
AP = harga aktual per unit
SP = harga standar per unit
AQ = kuantitas aktual bahan baku yang digunakan
2. Tanggung Jawab Terhadap Variansi Harga Bahan Baku
Tanggung jawab terhadap pengendalian variansi harga bahan baku biasanya
diemban oleh agen pembelian. Harga bahan baku kebanyakan memang diluar
kendalinya. Namun, variansi harga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti
kualitas, diskon kuantitas, jarak sumber dari pabrik, dan lain-lain. Faktor-faktor
ini kerap dibawah kendali agen.
Penggunaan variansi harga untuk mengevaluasi kinerja pembelian memiliki
beberapa keterbatasan penekanan untuk memenuhi atau diatas standar dapat
membuat beberapa hasil yang tidak diinginkan.
3. Analisis Variansi Harga Bahan Baku
Langkah pertama dalam analisis variansi adalah memutuskan signifikan
atau tidaknya variansi. Jika dinilai tidak signifikan, langkah lebih jauh tidak
diperlukan. Langkah selanjutnya adalah mencari tahu penyebab munculnya hal
itu.
4. Waktu Penghitungan Variansi Harga
Variansi harga bahan baku dapat dihitung dari dua poin: (1) ketika bahan
baku dikeluarkan untuk digunakan dalam produksi atau (2) ketika bahan baku
dibeli. Penghitungan variansi harga pada titik pembelian lebih disukai. Lebih baik
memiliki informasi variansi lebih awal daripada nanti.
Bahan baku dapat tersimpan dalam persediaan berminggu-minggu atau
berbulan-bulan sebelum diperlukan dalam produksi. Saat variansi harga bahan
baku dihitung dan menandakan suatu masalah, tindakan korektif bisa jadi sudah
terlambat. Meskipun tindakan korektif masih memungkinkan, penundaan dapat
membebankan perusahaan dalam jumlah ribuan dolar.
Jika variansi harga bahan baku dihitung saat pembelian, AQ perlu
didefinisikan sebagai kuantitas aktual input yang dibeli daripada bahn baku yang
digunakan secara aktual. Karena bahan baku yang dibeli dapat berbeda dari bahan
baku yang digunakan, keseluruhan vairansi anggaran bahan baku tidak harus
jumlah variansi harga bahan baku dan variansi bahan baku yang digunakan.
Mengenali variansi harga bahan baku saat pembelian juga berarti persediaan
bahan baku dihitung pada biaya standar. Input jurnal berhubungan dengan
pembelian bahan baku pada sistem biaya standar.
5. Variansi Penggunaan Bahan Baku Langsung: Pendekatan Rumus
Variansi penggunaan bahan baku (material usage variance-MUV) mengukur
perbedaan antara bahan baku langsung yang secara aktual digunakan dan bahan
baku langsung yang seharusnya digunakan untuk output aktual.
6. Tanggung Jawab atas Variansi Penggunaan Bahan Baku
Secara umum, manajer produksi bertanggung jawab pada penggunaan bahan
baku. Meminimalkan sisa, pembuangan, dan pengerjaan kembali adalah cara-cara
manajer untuk memastikan standar akan terpenuhi. Namun, penyebab variansi
terkadang diakibatkan oleh hal lain, selain area produksi. Seperti variansi harga,
menerapkan variansi penggunaan untuk mengevaluasi kinerja dapat mengarah
pada perilaku yang tidak diinginkan.
7. Analisis Variansi Penggunaan Bahan Baku
Penyelidikan menyatakan variansi penggunaan bahan baku yang
menguntungkan adalah hasil pembelian berkualitas tinggi yang dibeli oleh
departemen pembelian. Dalam hal ini, variansi yang menguntungkan pada intinya
dapat dibebankan pada pembelian. Karena variansi penggunaan bahan baku
menguntungkan-tetapi lebih kecil daripada variansi harga yang tidak
menguntungkan hasil keseluruhan perubahan dalam bagian pembelian tidak
menguntungkan.
Jika keseluruhan variansi menguntungkan, respon yang berbeda akan
diharapkan. Jika keberadaan variansi yang menguntungkan berlanjut, barang
berkualitas tinggi seharusnya dibeli secara reguler. Selain itu, harga dan standar
kuantitas direvisi untuk mencerminkan hal ini. Karena kemungkinan ini, standar
tidak statis. Apabila perbaikan dalam produksi terjadi dan kondisi berubah,
standar-standar bisa jadi perlu diubah untuk mencerminkan lingkungan
operasional baru.
8. Variansi Tenaga Kerja Langsung
a) Penghitungan Variansi Tarif Tenaga Kerja
Variansi tarif tenaga kerja dihitung sebagai berikut:
LRV = (AR x AH) – (SR x AH)
Atau dengan pemfaktoran, akan mendapatkan rumus:
LRV = (AR – SR) AH
Dimana:
AR = tarif upah aktual per jam
SR = tarif upah standar per jam
AH = jam tenaga kerja langsung yang digunakan
b) Variansi Efisiensi Tenaga Kerja: Pendekatan Rumus
Variansi efisiensi tenaga kerja (labor efficiency variance-LEV)
mengukur perbedaan antara jam tenaga kerja yang secara aktual
digunakan dan jam tenaga kerja yang seharusnya digunakan.
LEV = (AH x SR) – (SH x SR)
Atau rumus dengan pemfaktoran:
LEV = (AH – SH) SR
Dimana:
AH = jam aktual tenaga kerja langsung yang digunakan
SH = jam standar tenaga kerja langsung yang seharusnya digunakan
SR = tarif upah standar per jam
c) Tanggung Jawab terhadap Variansi Efisiensi Tenaga Kerja
Secara umum dapat dikatakan bahwa para manajer produksi
bertanggung jawab atas penggunaan tenaga kerja langsung secara
produktif. Akan tetapi, sebagaimana yang berlaku pada semua
variansi, begitu penyebab ditemukan, tanggung jawab mungkin dapat
dibebankan pada bidang lain. Sebagai contoh, kerusakan mesindapat
menyebabkan gangguan dan penggunaan nonproduktif tenaga kerja.
Akan tetapi, tanggung jawab pada kerusakan ini bisa jadi merupakan
kesalahan pada pemeliharaan. Jika benar, manajer pemeliharaan
seharusnya dibebankan dengan variansi efisiensi tenaga kerja yang
tidak menguntungkan ini.

2.8 Analisis Variansi: Biaya Overhead


Pada bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, total variasi di bagi
menjadi variansi haarga dan variansi efesiensi. Variasi overhead total, yaitu
perbedaan antara overhead yang dibebankan dan overhead akrual, juga di bagi
menjadi beberapa komponen. Total variansi variabel di bagi menjadi dua
komponen : variansi pengeluaran overhead variabel dan variansi efesiensi
overhead variabel. Total variansi overhead tetap dibagi menjadi dua kategori :
variansi
pengeluaran overhead dann variansi volume overhead.
1. Variansi Overhead Variabel
a. Total variansi Overhead Variabel
Total variansi Overhead Variabel adalah perbedaan antara overhead
variabel yang akrual dengan yang dibebankan. Total variansi overhead
variabel dihitung sebagai berikut :
Total Variansi = Biaya akrual overhead Pabrik - overhead variabel yang
dibebankan
b. Variansi Pengeluaran Overhead Variabel
Variansi overhead variabel mengukur pengaruh agregat dari
perbedaan antara tarif akrual overhead variabel dan tarif standar overhead
variabel. Tarif akrual overhead variabel adalah overhead variabel akrual
dibagi dengan jam akrual. Berikut rumus menghitung variansi pengeluaran
overhead:
Variansi pengeuaran overhead variabel = ( AVOR x AH ) ( SVOR x AH )
= ( AVOR SVOR ) AH

AVOR = Acrual variabel overhead rate


SVOR = Standar variabel overhead rate
c. Perbandingan Variansi Harga Bahan Baku dan Tenaga Kerja
Overhead variabel merupakan suatu input yang tidak homogeny
gabungan dari sebuah sejumlah besar bahan baku, seperti bahan baku tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung, listrik, pemeliharaan dan lain-lain.
Tarif standar overhead variabel mewakili beban per jam tenaga kerja
langsung yang seharusnya muncul pada semua bagian overhead variabel.
Variansi pengeluaran overhead variabel dapatmuncul karena harga -
harga pada tiap bagian overhead variabel telah meningkat dan menurun. Jika
satu-satunya sumber variansi pengeluaran overhead adalah perubahan harga,
variansi pengeluaran juga dipengaruhi oleh seberapa efesiensinya overhead
digunakan. Terbuang atau tidak efesiensinya penggunaan overhead variabel
akan meningkatkan biaya overhead variabel akrual.
Selain itu, efesiensi dapat menurunkan biaya akrual overhead variabel.
Penggunaan yang efesien atas bagian overhead variabel dapat mendukung
variansi pengeluaran yang menguntungkan. Jika efesiensi mendominasi,
kontribusi bersih menguntungkan. Oleh sebab itu, variansi pengeluaran
overhead variabel adalah hasil dari harga dan efesiensi.
d. Tanggung Jawab pada Variansi Pengeluaran Overhead Variabel
Jika tingkat konsumsi overhead overhead variabel dapat ditelusuri ke
suatu pusat pertanggung jawaban dapat dibebankan. Konsumsi bahan baku
tidak langsung adalah suatu contoh biaya overhead variabel yang dapat
ditelusuri. Kemampuan mengendalikan merupakan suatu prasyarat untuk
pembebanan tanggung jawab. Jika perubahan harga kecil, variansi
pengeluaran terutama pada penggunaan efesien overhead dalam produksi
yang dapat dikendalikan oeh pengawas produksi. Tanggung jawab overhead
variabel dibebankan pada departemen produksi.
e. Analisis Variansi Pengeluaran Overhead Variabel
Pengendalian overhead variabel memerlukan analisis lini per lini pada
tiap bagian. Jika variansi signifikan, penyelidikan dapat dilakukan. Sebagai
contoh listrik adalah satu – satunya hal yang tidak menunjukan variansi
yang tidak menguntungkan. Harga listrik yang tidak berubah berarti
penggunaan lebih banyak dari yang diharapkan. Perusahaan dapat
enemukan banyak penyalaan dan pematian mesin yang melebihi normal
hingga menyebabkan peningkatan konsumsi listrik.
f. Variansi Efisiensi Overhead Variabel
Variansi efesiensi overhead variabel yang muncu karena penggunaan
efesiensi ( atau tidak efesien ) tenaga kerja langsung. Variabel efesiensi
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Variansi efesiensi overhead variabel = ( AH –SH ) SVOR
g. Tanggung Jawab pada Variansi Efisiensi Overhead Variabel
Variansi Efesiensi overhead variabel disebabkan oleh efesien atau
tidaknya penggunaan tenaga kerja langsung. Jika jam tenaga kerja langsung
yang digunakan lebih banyak atau lebih sedikit daripada standarnya, biaya
total overhead variabel akan meningkat atau menurun. Berlakunya
pengukuran tersebut bergantung pada seberapa valid hubungan antara biaya
overhead variabel dan jam tenaga kerja langsung.
h. Analisis Variansi Efisiensi Overhead Variabel
Alasan variansi efesiensi overhead variabel yang tidak
menguntungkan sama dengan yang dikemukakan variasi penggunaan tenaga
kerja yang tidak menguntungkan. Waktu lebih banyak digunakan daripada
standarnya karena banyaknya waktu menganggur bagi para pengawas dan
operator mesin yang digunakan sebagai pengganti para pengawas yang tidak
berpengalaman dalam pemilihan. Dalam analisis lini per lini tiap overhead
variabel. Hal ini dapat dipenuhi dengan membandingkan bessarnya
anggaran untk jam tenaga kerja akrual digunakan dengan besarnya anggaran
untuk jam standar yang dibolehkan untuk tiap bagian.
2. Variansi Overhead Tetap
a. Total Variansi Overhead Tetap
Total overhead tetap adalah perbeadaan antara overhead tetap akrual
dan overhead tetap yang dibebankan. Berikut overhead tetap di bebankan:
Overhead tetap yang dibebankan = Tarif standar Overhead tetap x
JamStandar
Total variansi overhead tetap adalah perbedaan antara overhead tetap
akrual dan overhead tetap yang dibebankan.
Total variansi Overhead tetap = Overhead Tetap yang dianggarkan -
Overhead Tetap yang dibebankan
Untuk membantu para manajer memahami penyebab overhead tetap
kurang dibebankan. Total variansi dipecah menjadi dua vriansi yaitu
variansi pengeluaran overhead tetap dan variansi volume overhead.
b. Variansi Pengeluaran Overhead Tetap
Variansi pengeluaran overhead tetap didefinisikan sebagai perbedaan
antara overhead tetap aktual dan overhead tetap yang dianggarkan variansi
pengeluaran menguntungkan karena overhead tetap yang dikeluarkan lebih
sedikit daripada yang dianggarkan.
c. Tanggung Jawab pada Variansi Pengeluaran Overhead Tetap
Overhead tetap dibuat dari beberapa bagian terpisah, seperti gaji,
penyusutan, pajak, dan asuransi. Banyak overhead tetap-investasi jangka
panjang, sebagai contoh tidak berubah pada jangka pendek. Akibatnya,
biaya overhead tetap sering di luar kedali langsung manajemen. Karena
biaya overhead tetap sering dipengaruhi oleh keputusan jangka panjang dan
bukan oleh perubahan dalam tingkat produksi, variansi anggaran biasanya
kecil.
d. Analisis Variansi Pengeluaran Overhead tetap
Karena overhead tetap dibuat dari banyak bagian terpisah,
perbandingan lini per lini dari biaya yang dianggarkan dengan biaya aktual,
menginformasikan penyebab variansi pengeluaran lebih banyak.
e. Variansi Volume Overhead Tetap
Variansi volume overhead tetap adalah perbedaan antara overhead
tetap yang dianggarkan dan overhead tetap yang dibebankan. Variansi
volume mengukur pengaruh perbedaan output aktual dari output yang
digunakan di awal tahun untuk menghitung tarif perkiraan standar overhead
tetap.
f. Tanggung Jawab pada Variansi Volume Overheard Tetap
Dengan mengasumsikan variansi volume mengukur penggunaan
kapasitas tersirat bahwa tanggung jawab umum atas variansi ini seharusnya
dibebankan pada Departmen Produksi. Akan tetapi, penyelidikan terhadap
alasan variansi volume yang signifikan terkadang dapat mengungkapkan
penyebabnya adalah faktor di luar kendali produksi.

2.9 Soal dan Pembahasan


SOAL 1
PT. Syahira pada tahun 2018 memproduksi produk jadi sebanyak 120.000 unit.
Bahan baku yang dibeli dari pemasok sebanyak 750.000 kg, sedangkan yang
digunakan dalam proses produksi sebanyak 700.000 kg. Dalam menghasilkan
produk, ditetapkan standar kuantitas bahan baku sebanyak 6 kg / unit dengan
standar harga Rp. 2.150 / kg, lalu ditentukan pula standar efisiensi tenaga kerja
langsung 3 jam / unit dengan standar tarif upah Rp. 2.400 / jam. Namun kenyataan
yang terjadi, harga bahan baku sesungguhnya hanya Rp. 2.100 / kg dengan jumlah
jam tenaga kerja sesungguhnya selama 365.000 jam dengan tarif Rp. 2.500 / jam.
Diminta Carilah :
Selisih harga bahan baku.
Selisih kuantitas bahan baku.
Selisih efisiensi tenaga kerja langsung.
Selisih Tarif tenaga kerja langsung
Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar serta pengalokasian
selisih gaji dan upah dengan mengabaikan pajak atas gaji dan upah
PT. Syahira
Selisih Harga Bahan Baku :
= (Harga Ssg – Harga Std) x Kuantitas Ssg
= (Rp. 2.100 – Rp. 2.150) x 750.000 = Rp. 37.500.000 ( Laba )
Selisih Kuantitas Bahan Baku:
= [ Kuantitas Ssg – Kuantitas Std yang ditetapkan ] x Harga Std
= [ 700.000 – ( 6 x 120.000 ) ] x Rp. 2.150 = Rp. 43.000.000 (Laba)
Selisih Efisiensi Jam Tenaga Kerja Langsung:
Selisih Jam Kerja = [ Jam kerja Ssg – Jam kerja Std yang ditetapkan ] x Tarif
upah Std
= [ 365.000 – ( 3 x 120.000 ) ] x Rp. 2.400 = Rp. 12.000.000,- ( Rugi )
Selisih Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung:
Selisih Tarif Upah = [ Tarif upah Ssg – Tarif upah Std] x Jam kerja Ssg
= [ Rp. 2.500 – Rp. 2.400] x 365.000 = Rp. 36.500.000, (Rugi)
Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar:
Gaji dan upah (2.500 x 365.000) Berbagai perkiraan hutang
= Rp. 912.500.000
Jurnal untuk mengalokasikan gaji dan upah serta selisih-selisihnya:
Barang dalam proses ( 360.000 x 2.400 )Rp. 864.000.000
Selisih efisiensi TK langsung Rp. 12.000.000
Selisih tarif TL langsung Rp. 36.500.000
Gaji dan upah Rp. 912.500.000

SOAL 2
PT. Kayla pada tahun 2018 memproduksi produk jadi sebanyak 20.000 unit.
Bahan baku yang dibeli dari pemasok sebanyak 70.000 kg, sedangkan yang
digunakan dalam proses produksi sebanyak 60.000 kg. Dalam menghasilkan
produk, ditetapkan standar kuantitas bahan baku sebanyak 4 kg / unit dengan
standar harga Rp. 1.100 / kg, lalu ditentukan pula standar efisiensi tenaga kerja
langsung 2 jam / unit dengan standar tarif upah Rp. 4.600 / jam. Namun kenyataan
yang terjadi, harga bahan baku sesungguhnya hanya Rp. 1.050 / kg dengan jumlah
jam tenaga kerja sesungguhnya selama 41.800 jam dengan tarif Rp. 4.800 / jam.
Diminta:
Selisih harga bahan baku.
Selisih kuantitas bahan baku.
Selisih efisiensi tenaga kerja langsung.
Selisih Tarif tenaga kerja langsung
Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar serta pengalokasian
selisih gaji dan upah.
PT. Kayla
Selisih Harga Bahan Baku :
Selisih Harga = ( Harga Ssg – Harga Std ) x Kuantitas Ssg
( Rp. 1.050 – Rp. 1.100 ) x 70.000 = Rp. 3.500.000,- ( Laba )
Selisih Kuantitas Bahan Baku :
Selisih Kuantitas = [ Kuantitas Ssg – Kuantitas Std yang ditetapkan ] x Harga Std
= [ 60.000 – ( 4 x 20.000 ) ] x Rp. 1.100 = Rp. 22.000.000,- ( Laba )
Selisih Efisiensi Jam Tenaga Kerja Langsung :
Selisih Jam Kerja = [ Jam kerja Ssg – Jam kerja Std yang ditetapkan ] x Tarif
upah Std
= [ 41.800 – ( 2 x 20.000 ) ] x Rp. 4.600 = Rp. 8.280.000,- ( Rugi )
Selisih Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung :
Selisih Tarif Upah = [ Tarif upah Ssg – Tarif upah Std ] x Jam kerja Ssg
= [ Rp. 4.800 – Rp. 4.600 ] x 41.800 = Rp. 8.360.000,- ( Rugi )
Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus

Jurnal untuk mengalokasikan gaji dan upah serta selisih-selisihnya :


SOAL 3
Pabrik Mak Cook dari divisi peralatan dapur PT Langgeng Makmur memproduksi
panggangan roti teflon. Taufik adalah direktur pabrik tsb menggunakan sistem
biaya standar untuk kalkulasi biaya produksi dan pengendalian. Kartu biaya
standar untuk 1 unit panggangan roti teflon adalah:
Bahan langsung (3pound @ Rp 5.000,-) Rp 15.000,-
Tenaga Kerja langsung (0,8jam@ Rp 12,000,-) “ 9.600,-
BOP Variabel (0,8jam @ Rp 5.000,- ) “ 4.000,-
BOP tetap (0,8jam @ Rp 3.000,-) “ 2.400,-
Biaya per unit standar Rp 31.000,-
Selama tahun berjalan, pabrik ini memiliki aktivitas produksi aktual sebagai
berikut :
a. Jumlah produksi panggangan roti sebesar 50.000 unit
b. Total 130.000 pound bahan baku dibeli pada harga Rp 4.700,- per pound.
c. Ada 30.000 pound bahan baku dalam persediaan awal ( dicatat pada harga
Rp 5.000,- per pound). Tidak ada persediaan akhir.
d. Perusahaan menggunakan 41.000 jam kerja langsung dengan biaya total Rp
533.000.000,-
e. BOP tetap aktual berjumlah Rp 99.000.000,-
f. BOP variabel aktual berjumlah Rp 215.000.000,-
Aktivitas normal pabrik 45.000 unit per tahun. Tarip BOP standar dihitung
berdasarkan aktivitas normal yang diukur dalam jam tenaga kerja langsung
standar.
Diminta :
1) Hitunglah varian harga dan penggunaan bahan baku.
2) Hitunglah varian tarif dan efisiensi tenaga kerja langsung.
3) Hitunglah varian pengeluaran dan efisiensi BOP variable
4) Hitunglah varian pengeluaran dan volume BOP tetap
5) Asumsikan jika agen pembelian untuk pabrik panggangan roti membeli
bahan baku dengan kualitas yang lebih rendah dari pemasok baru. Apakah
saudara akan merekomendasikan pabrik Mak Cook untuk tetap
menggunakan bahan baku yang lebih murah ini ? Jika ya, standar apa yang
kemungkinan perlu direvisi untuk merefleksikan keputusan ini ? Asumsikan
bahwa kualitas produk akhir tidak berpengaruh secara signifikan.
JAWAB:
1. - Varian harga bahan baku
Diket: AP = Rp 4.700
SP = Rp 5.000
AQ = 130.000 pound
MPV = (AP – SQ) x AQ
= (Rp 4.700 – Rp 5.000) x 130.000 pound
= Rp 39.000.000 (F)
- Varian penggunaan bahan baku
Diket: AQ = 130.000 pound + 30.000 pound = 160.000 pound
SQ = 3 pound x 50.000 unit = 150.000 pound
SP = Rp 5.000
MUV = (AQ – SQ) x SP
= (160.000 pound – 150.000 pound) x Rp 5.000
= Rp 50.000.000 (U) ® inefisiensi

2. - Varian tarif tenaga kerja


Diket: AR = Rp 533.000.000 : 41.000 jam = Rp 13.000
SR = Rp 12.000
AH = 41.000 jam
LRV = (AR – SR) x AH
= (Rp 13.000 – Rp 12.000) x 41.000 jam
= Rp 41.000.000 (F)
- Varian efisiensi tenaga kerja langsung
Diket: AH = 41.000 jam
SH = 0,8 jam x 50.000 unit = 40.000 jam
SR = Rp 12.000
LEH = (AH – SH) x SR
= (41.000 jam – 40.000 jam) x Rp 12.000
= Rp 12.000.000 (U)
3. - Varian pengeluaran BOP variabel
Diket: AVOR = Rp 215.000.000
SVOR = Rp 5.000
AH = 41.000 jam
AVOR – (SVOR x AH) = Rp 215.000.000 – (Rp 5.000 x 41.000 jam)
= Rp 215.000.000 – Rp 205.000.000
= Rp 10.000.000 (U)
- Varian efisiensi BOP variabel
Diket: (SVOR x AH) = Rp 205.000.000
SVOR = Rp 5.000
SH = 40.000 jam
(SVOR x AH) – (SVOR x SH) = Rp 205.000.000 – (Rp 5.000 x 40.000 jam)
= Rp 205.000.000 – Rp 200.000.000
= Rp 5.000.000 (U)

4. Varian pengeluaran BOP tetap


BOP tetap aktual - BOP tetap yang dianggarkan
= Rp 99.000.000 – (Rp 3.000 x 36.000 jam)
= Rp 99.000.000 – Rp 108.000.000
= Rp 9.000.000 (F)
*36.000 = 45.000 unit x 0,8 jam
- Varian volume BOP tetap

BOP tetap yang dianggarkan - BOP tetap yang dibebankan


= Rp 108.000.000 – ( Rp 3.000 x 40.000 jam)
= Rp 108.000.000 – Rp 120.000.000
= Rp 12.000.000 (F)
5. Tidak merekomendasikan pabrik Mak Cook untuk tetap menggunakan bahan
baku yang lebih murah ini karena banyak berpengaruh terhadap kualitas bahan
baku:
v MUV = Rp 50.000.000 (U)
v LEV = Rp 12.000.000 (U)
v BOP variabel efisiensi = Rp 5.000.000 (U)
v MPV = (Rp 39.000.000) (F)
v Total = Rp 28.000.000 (U)
Jadi varian yang terjadi sebagian besar dipengaruhi kualitas BB, bila BB diganti
dengan kualitas yang rendah, maka sebaliknya perusahaan tidak meneruskan
kebijakan tersebut.

SOAL 4
PT. CAHAYA MENTARI pada tahun 1996 memproduksi produk jadi sebanyak
120.000 unit. Bahan baku yang dibeli dari pemasok sebanyak 750.000 kg,
sedangkan yang digunakan dalam proses produksi sebanyak 700.000 kg. Dalam
menghasilkan produk, ditetapkan standar kuantitas bahan baku sebanyak 6 kg /
unit dengan standar harga Rp. 2.150/ kg, lalu ditentukan pula standar efisiensi
tenaga kerja langsung 3 jam / unit dengan standar tarif upah Rp. 2.400 / jam.
Namun kenyataan yang terjadi, harga bahan baku sesungguhnya hanya Rp. 2.100/
kg dengan jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya selama 365.000 jam dengan
tarif Rp. 2.500, /jam.
Diminta Carilah:
1. Selisih harga bahan baku.
2. Selisih kuantitas bahan baku.
3. Selisih efisiensi tenaga kerja langsung.
4. Selisih Tarif tenaga kerja langsung
PENYELESAIAN:
1. Selisih Harga Bahan Baku:
Selisih Harga = ( Harga Ssg x Harga Std ) x Kuantitas Ssg
= (Rp. 2.100 - Rp. 2.150) x 750.000
= Rp. 37.500.000,- (Laba)
2. Selisih Kuantitas Bahan Baku:
Selisih Kuantitas = [ Kuantitas Ssg - Kuantitas Std yang ditetapkan ]
x Harga Std
= [700.000 - (6 x 120.000)] x Rp. 2.150
= Rp. 43.000.000 (Laba )
3. Selisih Efisiensi Jam Tenaga Kerja Langsung:
Selisih Jam Kerja = [Jam kerja Ssg - Jam kerja Std yang ditetapkan ]
x Tarif upah Std
= [365.000 -(3 x 120.000)] x Rp. 2.400
= Rp. 12.000.000,- ( Rugi)
4. Selisih Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung:
Selisih Tarif Upah = [Tarif upah Ssg Tarif upah Std ] x Jam kerja Ssg
= [Rp. 2.500 - Rp. 2.400] x 365.000
= Rp. 36.500.000,- (Rugi)

SOAL 5
Data untuk minggu pertama dari operasi Ferris Company selama bulan Juni :
Bahan baku :
Pembelian aktual 1.500 unit dengan harga $3,80 per unit
Penggunaan aktual 1.350 unit
Penggunaan standar 1.020 unit dengan harga $4,00 per unit
Tenaga Kerja :
Jam aktual 310 jam dengan tarif $12,20 per jam
Jam standar 340 jam dengan tarif $12,00 per jam
Diminta : Hitung varians-varians berikut dan indikasi kan apakah varians tersebut
menguntungkan atau tidak menguntungkan
a. Varians harga pembelian bahan baku, varians harga penggunaan bahan baku
dan varians kuantitas; varians harga bahan baku, varians kuantitas dan varians
harga/kuantitas
b. Varians tenaga kerja; varians tarif dan efisiensi tenaga kerja
Penyelesaian :
Analisis Selisih / varians Biaya bahan baku
a. Satu model
 Selisih Biaya bahan baku = (Hst x Kst) – (Hss x Kss)
= ($4,00 x 1.020 unit) – ($3,80 x 1.350 unit)
= $4.080 - $5.130 = 1.050 merugikan
b. Dua model
 Selisih Harga = (Hst – Hss) x Kss
= ($4,00 - $3,80) x 1.350 unit = 270 menguntungkan
 Selisih kuantitas = (Kst – Kss) x Hst
= (1.020 unit – 1.350 unit) x $4,00 = 1.320 merugikan
c. Tiga model
 Selisih harga = (Hst – Hss) x Kst = ($4,00 - $3,80) x 1.020 unit = 204
menguntungkan
 Selisih kuantitas = (Kst – Kss) x Hst = (1.020 unit – 1.350 unit) x $4 =
1.320 merugikan
 Selisih harga/kuantitas = (Hst – Hss) x (Kst – Kss) = ($4,00 - $3,80) x
(1.020 – 1.350) =66 laba
Selisih / varians harga pembelian bahan baku = (Kss yang dibeli x Hss) – (Kss
yang dibeli x Hst)

Kuantitas x harga per unit = Total


Kuantitas aktual yang dibeli 1.500 $4,00 aktual $6.000
Kuantitas aktual yang dibeli 1.500 $3,80 standar $5.700
Varians harga pembelian bahan baku 1.500 $0.20 $ 300
merugikan
DAFTAR PUSTAKA

Astarina, Lucy, and Ariyani Putri. 2009. “Penerapan Metode Standard Costing
Dalam Pengendalian Biaya Produksi.”
Hadi, Syukri, and Astri Ayu Purwati. 2020. “COSTING:Journal of Economic,
Business and Accounting.” Journal of Economic, Business and Accounting 4
(1): 255–62.
Ilmiah, Jurnal, and Cendekia Akuntansi. 2021. “Jurnal Ilmiah Cendekia Akuntansi
P-ISSN: 2338-3593,” 84–95.
Tambunan, Bonifasius H. 2015. “Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Volume 1 Nomor 2
Nopember 2015 Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Volume 1 Nomor 2 Nopember
2015.” Akuntansi Dan Bisnis 1 (November): 11–25.
Tentang, Paraji, Persalinan Aman, D I Wilayah, Puskesmas Tipar, Kecamatan
Citamiang, and Kota Sukabumi. 2010. “Universitas Kristen Maranatha” 1
(18): 2002–3.
Tirayoh, Victorina, Jenny Morasa, and Feybie Wehantouw. 2014. “Analisis Biaya
Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada Pt. Royal Coconut
Kawangkoan.” Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 2
(3): 1118–28.

Anda mungkin juga menyukai