MAKALAH
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
MEDAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum dan akses keadilan merupakan dua elemen yang tidak terpisahkan
dalam konsep masyarakat yang adil dan beradab. Hukum berfungsi sebagai
kerangka kerja yang mengatur perilaku individu dan kelompok dalam suatu
Makalah ini akan mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara hukum dan
individu dalam mendapatkan akses keadilan, dan menilai peran sistem hukum
Negara hukum tidak boleh apatis terhadap perjuangan dan setiap upaya
sebuah negara hukum menjadi pijakan semua pihak baik warga negara maupun
hukum yang dihadapi. Sebuah negara hukum dituntut sebuah konsep keadilan
memuaskan rasa keadilan semua pihak. Oleh karena itu, untuk menegaskan
harus mampu merumuskan konsep hukumnya dalam suatu afirmasi yang bersifat
konstitusional.
1
Sri Rahayu Wilujeng, “Hak Asasi Manusia: Tinjauan dari Aspek Historis dan
Yuridis”, Jurnal Humanika, Vol. 18 No. 2 Edisi Juli-Desember 2013, Fakultas Ilmu Budaya
UNDIP: Semarang, h. 162
Keadilan merupakan nilai ideal yang selalu diperjuangkan oleh umat
manusia. Sebagai nilai ideal, cita-cita menggapai keadilan tidak pernah tuntas
dicari, dan tidak pernah selesai dibahas. Keadilan akan menjadi diskursus
panjang dalam sejarah peradaban manusia. Dalam sebuah negara hukum seperti
Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3). Penegasan tersebut mengharuskan bahwa
kepentingan apa pun selain kepentingan hukum itu sendiri yaitu mencapai
hukum. Tetapi hukum tidak pernah bekerja secara otomatis. Hukum dalam
sebuah negara hukum selalu berhubungan dan berkaitan erat dengan aparat
penegak hukum sebagai pihak yang berperan sangat penting untuk menegakkan
tegas dan berlaku adil membuat hukum tersebut menjadi superior; memiliki
keunggulan, kelebihan yang dapat diandalkan dan kredibel bagi semua pihak.3
2
A.V. Diecy, 2007 Pengantar Studi Hukum Konstitusi, terjemahan Introduction to the
Study of The Law of the Constitution, penerjemah Nurhadi, M.A Nusamedia : Bandung, hlm. 251
3
Supra, Kerangka Kerja untuk Penguatan Akses Hukum dan Keadilan di Indonesia,
Justice for the Poor Project The World Back : Jakarta, h. 6
Hukum yang mengarahkan diri pada keadilan tidak saja membutuhkan
aparat penegak hukum tetapi lebih pada aparat penegak hukum yang bermoral
hukum yang bermoral, sebaik apapun hukum dibuat dapat saja sia-sia
(nirmakna) karena tidak mampu memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum
bagi semua pihak. Oleh karena itu, kiprah aparat penegak hukum yang baik
sangat dibutuhkan agar hukum tetap superior, tidak mudah diperjualbelikan dan
konsistensi aparat penegak hukum untuk berpegang teguh pada aspek moralitas
karena hukum tersebut berlaku adil bagi semua warga negara tanpa memandang
harus tetap dilindungi oleh benteng kokoh bernama moralitas aparat penegak
hukum. Semua aparat penegak hukum harus memiliki komitmen yang teguh
4
Hendri Yasuti. “Hakikat Affirmative Action dalam Hukum Indonesia (Ikhtiar
Pemberdayaan yang terpinggirkan)” Jurnal Menara Vol. 12 No. 1Januari – Juni 2013, h. 41
agar hukum tetap dijaga keluhurannya sebagai sarana untuk mencapai keadilan
sosial. Moralitas aparat yang kokoh, otentik dan kredibel dibutuhkan sebagai
upaya untuk membangun kembali hukum yang dipercaya dan dihargai oleh
semua pihak. Oleh karena itu, jika moralitas aparat penegak hukum semakin
baik, maka hukum akan semakin superior dan kredibel dalam upaya untuk
kepastian hukum dan keadilan akan bermuara. Aparat penegak hukum yang
tidak bermoral menyebabkan hukum berada dalam posisi yang inferior, tidak
mempunyai keunggulan dan tidak dapat dipercaya oleh para pencari keadilan.
Nilai keadilan dan kepastian hukum akan terdegradasi dan tidak memiliki
kekuatan yang bisa diandalkan kalau hukum tidak ‘dikendarai’ oleh aparat
prosedur hukum juga telah turut menyebabkan hukum menjadi tidak adil
terhadap para pelanggar hukum yang memiliki status sosial tinggi, misalnya, atau
mereka yang memiliki akses terhadap hukum. Di lain pihak hukum yang
dijalankan oleh aparat penegak yang tidak konsisten tersebut bahkan menindas
masyarakat biasa yang tidak mempunyai akses terhadap hukum. Bagi mereka
yang tidak memiliki akses terhadap hukum, keberadaan hukum bahkan menjadi
Masyarakat pencari keadilan tentu merasa tidak puas dan merasa ditindas
beralasan karena dalam negara hukum setiap warga negara sama dan sederajad di
hadapan hukum. Rasa tidak puas tersebut melahirkan sikap pesimis masyarakat
masyarakat membuat hukum semakin tidak berdaya dan tidak mampu memenuhi
rasa keadilan publik dan tidak dapat merespon persoalan-persoalan hukum yang
hadapan hukum untuk semua warga negara Indonesia. Pasal 27 ayat (1) Undang-
pemerintahannya.5
kepada pencari keadilan, harus mempunyai itikad baik, yakni paham yang
menunjuk kepada norma-norma tak tertulis dari budi dan kepatutan (kewajaran
hati nurani (kesadaran moral) berdasarkan keyakinan dengan alat bukti yang
cukup untuk memutuskan suatu perkara agar dapat memberikan rasa keadilan dan
kebahagiaan kepada para pihak dengan mengindahkan kode etik dan prosedur
yang benar dalam praktiknya di pengadilan. Penerapan hukum positif oleh hakim
diterima dengan ikhlas oleh para pihak. Keikhlasan tersebut bisa menjadi
5
Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
Kasihan, Elex Media Komputindo : Jakarta, 2000, h. 23
barometer keadilan dalam penegakan hukum oleh aparat penegak hukum.
sebagai upaya untuk mencapai keadilan. Oleh karena itu semakin baik moralitas
aparat penegak hukum, maka hukum akan semakin superior dalam upaya
penegak hukum yang baik dan berbudi luhur, hukum di Indonesia akan menjadi
benteng pelindung bagi penguasa dan pejabat negara. Aparat penegak hukum
dan bahkan mempermainkan keadilan yang merupakan tujuan hukum itu sendiri.6
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
Suatu tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan ringkas, karena
hal ini demikian akan dapat memberikan arah pada penelitiannya. Dengan
keadilan
6
YLBHI, 2014, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta,
h. 462
BAB II
PEMBAHASAN
Legal aid atau bantuan hukum merupakan salah satu mekanisme yang
krusial dalam meningkatkan akses keadilan, terutama bagi mereka yang mungkin
tidak mampu mempekerjakan pengacara pribadi. Program legal aid menyediakan
layanan hukum gratis atau dengan biaya yang terjangkau kepada individu yang
sengketa dan mediasi. Dengan adanya legal aid, kesenjangan akses keadilan
pengadilan, legal aid memastikan bahwa hak asasi manusia dan keadilan
memastikan bahwa mereka tidak hanya memahami hak dan kewajiban mereka,
Organisasi legal aid, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun nirlaba,
yang sering kali berkaitan dengan tingkat penghasilan dan jenis kasus yang
hukum dan pelatihan kepada masyarakat, legal aid juga berusaha untuk
7
Teguh Prasetyo. 2018. Keadilan Bermartabat, Perspektif Teori Hukum. Bandung: Nusa
Media, h. 9
8
Pradikta Andi Alvat. 2022. Bantuan Hukum Konsep dan Praktiknya Dalam Tata
Hukum Indonesia. Jakarta: Guepedia, h. 318
memberdayakan individu agar dapat lebih memahami dan mengakses sistem
hukum.
agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perubahan dalam sistem hukum.
Dengan demikian, legal aid tidak hanya menjadi alat untuk memberikan akses ke
masyarakat yang adil dan inklusif, di mana setiap individu merasa didengar dan
struktur hukum agar lebih mudah diakses oleh masyarakat. Ini melibatkan
lingkungan hukum yang lebih inklusif dan mudah diakses oleh semua lapisan
masyarakat.
9
Supriyanta. 2020. Bantuan Hukum & Alternatif Penyelesaian Sengketa. Surakarta:
Unisri Press, h. 1
biaya pengadilan, dan peningkatan efisiensi sistem peradilan menjadi fokus utama
dan merespons perubahan sosial juga menjadi bagian integral dari upaya
tuntutan dan harapan masyarakat, sistem hukum dapat menjadi lebih relevan dan
sistem yang transparan, dapat dimengerti, dan tidak memberatkan secara finansial.
Dengan cara ini, masyarakat dapat merasa lebih percaya diri dalam menggunakan
sistem hukum untuk menyelesaikan konflik atau mencari keadilan. Oleh karena
itu, reformasi hukum bukan hanya sekadar perubahan administratif, tetapi juga
merupakan komitmen dalam mewujudkan visi hukum yang adil dan merata bagi
akses keadilan. Inovasi seperti sistem pengadilan online, aplikasi hukum seluler,
dan layanan peradilan berbasis teknologi mempermudah individu untuk
informasi hukum dengan lebih cepat dan efisien. Selain itu, teknologi juga dapat
membuka akses keadilan bagi mereka yang terbatas oleh faktor geografis,
harus hadir fisik di pengadilan. Ini bukan hanya menghemat waktu dan biaya,
tetapi juga membuka pintu bagi akses keadilan yang lebih luas, terutama bagi
Selain itu, aplikasi hukum seluler dan layanan peradilan berbasis teknologi
perkembangan terbaru dalam hukum melalui platform digital. Hal ini tidak hanya
fisik. Ini tidak hanya mempercepat prosesnya, tetapi juga mengurangi biaya dan
sengketa.
efisiensi, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan hukum yang lebih inklusif
dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Melalui pemanfaatan teknologi,
dan inklusif.
hukum, sistem ini dapat lebih merata dan mampu merespons beragam kebutuhan
masyarakat. Pemberdayaan lembaga bantuan hukum, baik dalam hal sumber daya
manusia maupun teknologi, menjadi kunci untuk memastikan bahwa layanan ini
dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada di
daerah terpencil.
dengan organisasi nirlaba dan lembaga pendidikan hukum juga dapat memperluas
pemerintah dan sektor swasta untuk memastikan bahwa bantuan hukum benar-
dari hak asasi manusia hingga prosedur peradilan. Pendidikan masyarakat tentang
membangun kesadaran hukum yang lebih baik. Program ini dapat dilaksanakan
masyarakat.
Pendidikan ini sebaiknya tidak hanya memfokuskan pada aspek formal hukum,
tetapi juga menyentuh isu-isu praktis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
menjadi kunci keberhasilan, dan implementasi program ini harus dilakukan secara
Ini melibatkan peninjauan kritis terhadap peraturan dan prosedur hukum yang
Pemberlakuan regulasi yang lebih jelas, sederhana, dan mudah dimengerti oleh
proses hukum.
kejelasan, keadilan, dan efisiensi, sistem hukum dapat diubah menjadi alat yang
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait, kombinasi dari legal aid, reformasi
lebih inklusif dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Dengan
masyarakat yang lebih adil dan setara melalui peningkatan akses keadilan.
lebih memahami hak dan kewajiban mereka dalam sistem hukum. Ketiga,
lebih transparan, efisien, dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
berkeadilan.
DAFTAR PUSTAKA
Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
Kasihan, Elex Media Komputindo : Jakarta, 2000
Hendri Yasuti. “Hakikat Affirmative Action dalam Hukum Indonesia (Ikhtiar
Pemberdayaan yang terpinggirkan)” Jurnal Menara Vol. 12 No. 1Januari –
Juni 2013
Pradikta Andi Alvat. 2022. Bantuan Hukum Konsep dan Praktiknya Dalam Tata
Hukum Indonesia. Jakarta: Guepedia
Sri Rahayu Wilujeng, “Hak Asasi Manusia: Tinjauan dari Aspek Historis dan
Yuridis”, Jurnal Humanika, Vol. 18 No. 2 Edisi Juli-Desember 2013,
Fakultas Ilmu Budaya UNDIP: Semarang