Anda di halaman 1dari 19

HUKUM DAN AKES KEADILAN

MAKALAH

Oleh :

AGUNG DWI LAKSONO


AGUS PRANOTO
HIRSAN BATUBARA
RAFNILA LUBIS
VINCENT

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DHARMAWANGSA
MEDAN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum dan akses keadilan merupakan dua elemen yang tidak terpisahkan

dalam konsep masyarakat yang adil dan beradab. Hukum berfungsi sebagai

kerangka kerja yang mengatur perilaku individu dan kelompok dalam suatu

masyarakat, sementara akses keadilan menentukan sejauh mana setiap individu

dapat memanfaatkan dan mendapatkan perlindungan dari sistem hukum tersebut.

Makalah ini akan mengeksplorasi hubungan yang kompleks antara hukum dan

akses keadilan, mengidentifikasi tantangan utama yang mungkin dihadapi oleh

individu dalam mendapatkan akses keadilan, dan menilai peran sistem hukum

dalam mengatasi ketidaksetaraan tersebut.1

Negara hukum tidak boleh apatis terhadap perjuangan dan setiap upaya

untuk menegakkan keadilan. Konsepsi tentang keadilan sangat penting agar

sebuah negara hukum menjadi pijakan semua pihak baik warga negara maupun

pemimpin negara sebagai kepastian dalam menyelesaikan berbagai persoalan

hukum yang dihadapi. Sebuah negara hukum dituntut sebuah konsep keadilan

yang dapat menyentuh dan memulihkan berbagai persoalan hukum untuk

memuaskan rasa keadilan semua pihak. Oleh karena itu, untuk menegaskan

kepastiannya sebagai sarana untuk mencapai keadilan, sebuah negara hukum

harus mampu merumuskan konsep hukumnya dalam suatu afirmasi yang bersifat

konstitusional.
1
Sri Rahayu Wilujeng, “Hak Asasi Manusia: Tinjauan dari Aspek Historis dan
Yuridis”, Jurnal Humanika, Vol. 18 No. 2 Edisi Juli-Desember 2013, Fakultas Ilmu Budaya
UNDIP: Semarang, h. 162
Keadilan merupakan nilai ideal yang selalu diperjuangkan oleh umat

manusia. Sebagai nilai ideal, cita-cita menggapai keadilan tidak pernah tuntas

dicari, dan tidak pernah selesai dibahas. Keadilan akan menjadi diskursus

panjang dalam sejarah peradaban manusia. Dalam sebuah negara hukum seperti

Indonesia, upaya untuk mencapai keadilan tidak bisa diabaikan.2

Negara Indonesia adalah negara hukum”, demikian afirmasi sebuah

negara hukum yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3). Penegasan tersebut mengharuskan bahwa

dalam sebuah negara hukum persoalan-persoalan yang berkaitan dengan hukum

harus diselesaikan melalui jalur hukum. Prosedur penyelesaian terhadap semua

persoalan hukum melalui jalur hukum tersebut merupakan penegasan terhadap

superioritas hukum. Hukum yang superior tidak pernah tunduk di bawah

kepentingan apa pun selain kepentingan hukum itu sendiri yaitu mencapai

keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan yang merupakan tujuan utama

hukum. Tetapi hukum tidak pernah bekerja secara otomatis. Hukum dalam

sebuah negara hukum selalu berhubungan dan berkaitan erat dengan aparat

penegak hukum. Superior dan tegaknya keadilan hukum membutuhkan aparat

penegak hukum sebagai pihak yang berperan sangat penting untuk menegakkan

keadilan agar hukum memiliki kekuatan untuk mengatur ketertiban sosial,

keteraturan, dan keadilan dalam masyarakat. Dengan demikian, hukum yang

tegas dan berlaku adil membuat hukum tersebut menjadi superior; memiliki

keunggulan, kelebihan yang dapat diandalkan dan kredibel bagi semua pihak.3

2
A.V. Diecy, 2007 Pengantar Studi Hukum Konstitusi, terjemahan Introduction to the
Study of The Law of the Constitution, penerjemah Nurhadi, M.A Nusamedia : Bandung, hlm. 251
3
Supra, Kerangka Kerja untuk Penguatan Akses Hukum dan Keadilan di Indonesia,
Justice for the Poor Project The World Back : Jakarta, h. 6
Hukum yang mengarahkan diri pada keadilan tidak saja membutuhkan

aparat penegak hukum tetapi lebih pada aparat penegak hukum yang bermoral

dan berintegritas tinggi. Aparat penegak hukum yang bermoral tersebut

diharapkan dapat menegakkan hukum sebaik mungkin sebagai upaya mencapai

tujuan-tujuan hukum termasuk untuk mencapai keadilan. Tanpa aparat penegak

hukum yang bermoral, sebaik apapun hukum dibuat dapat saja sia-sia

(nirmakna) karena tidak mampu memenuhi rasa keadilan dan kepastian hukum

bagi semua pihak. Oleh karena itu, kiprah aparat penegak hukum yang baik

sangat dibutuhkan agar hukum tetap superior, tidak mudah diperjualbelikan dan

tidak berada di bawah penindasan kepentingan politik dan ekonomi.

Sesungguhnya superioritas hukum dalam sebuah negara hukum terletak pada

konsistensi aparat penegak hukum untuk berpegang teguh pada aspek moralitas

demi menegakkan keadilan dan kepastian hukum.4

Konsistensi aparat penegak hukum dapat menciptakan keunggulan

(superioritas) hukum untuk lebih responsif dan mampu menuntaskan berbagai

persoalan hukum. Hukum yang superior tersebut tidak berlaku diskriminatif

karena hukum tersebut berlaku adil bagi semua warga negara tanpa memandang

posisi, jabatan atau status sosial tertentu.

Hukum yang superior tersebut tidak boleh disalahgunakan untuk

kepentingankepentingan yang menyesatkan hukum karena hukum adalah sarana

memperjuangkan keadilan bagi semua pihak. Hukum yang superior tersebut

harus tetap dilindungi oleh benteng kokoh bernama moralitas aparat penegak

hukum. Semua aparat penegak hukum harus memiliki komitmen yang teguh

4
Hendri Yasuti. “Hakikat Affirmative Action dalam Hukum Indonesia (Ikhtiar
Pemberdayaan yang terpinggirkan)” Jurnal Menara Vol. 12 No. 1Januari – Juni 2013, h. 41
agar hukum tetap dijaga keluhurannya sebagai sarana untuk mencapai keadilan

sosial. Moralitas aparat yang kokoh, otentik dan kredibel dibutuhkan sebagai

upaya untuk membangun kembali hukum yang dipercaya dan dihargai oleh

semua pihak. Oleh karena itu, jika moralitas aparat penegak hukum semakin

baik, maka hukum akan semakin superior dan kredibel dalam upaya untuk

memenuhi tujuan-tujuan hukum termasuk upaya untuk mencapai keadilan.

Moralitas aparat penegak hukum sangat menentukan ke mana arah

kepastian hukum dan keadilan akan bermuara. Aparat penegak hukum yang

tidak bermoral menyebabkan hukum berada dalam posisi yang inferior, tidak

mempunyai keunggulan dan tidak dapat dipercaya oleh para pencari keadilan.

Nilai keadilan dan kepastian hukum akan terdegradasi dan tidak memiliki

kekuatan yang bisa diandalkan kalau hukum tidak ‘dikendarai’ oleh aparat

penegak hukum yang bermoral baik

Selain itu, ketidaktegasan aparat penegak hukum untuk mengikuti

prosedur hukum juga telah turut menyebabkan hukum menjadi tidak adil

terhadap para pelanggar hukum yang memiliki status sosial tinggi, misalnya, atau

mereka yang memiliki akses terhadap hukum. Di lain pihak hukum yang

dijalankan oleh aparat penegak yang tidak konsisten tersebut bahkan menindas

masyarakat biasa yang tidak mempunyai akses terhadap hukum. Bagi mereka

yang tidak memiliki akses terhadap hukum, keberadaan hukum bahkan menjadi

begitu tegas dan cenderung diskriminatif.

Masyarakat pencari keadilan tentu merasa tidak puas dan merasa ditindas

oleh hukum yang diskriminatif tersebut. Perasaan tidak puas masyarakat

beralasan karena dalam negara hukum setiap warga negara sama dan sederajad di
hadapan hukum. Rasa tidak puas tersebut melahirkan sikap pesimis masyarakat

terhadap hukum dan aparat penegak hukum. Keraguan dan ketidakpercayaan

masyarakat membuat hukum semakin tidak berdaya dan tidak mampu memenuhi

rasa keadilan publik dan tidak dapat merespon persoalan-persoalan hukum yang

semakin kompleks dalam masyarakat. Superioritas hukum semakin

dipertanyakan keberadaannya dan moralitas aparat penegak hukum semakin

disangsikan oleh masyarakat. Di lain pihak Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun1945 secara tegas mengatur perihal keadilan di

hadapan hukum untuk semua warga negara Indonesia. Pasal 27 ayat (1) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahannya.5

Penegak hukum seperti hakim, misalnya, dalam memberikan keadilan

kepada pencari keadilan, harus mempunyai itikad baik, yakni paham yang

menunjuk kepada norma-norma tak tertulis dari budi dan kepatutan (kewajaran

dan keadilan) yang hidup dalam masyarakat. Hakim hendaknya menggunakan

hati nurani (kesadaran moral) berdasarkan keyakinan dengan alat bukti yang

cukup untuk memutuskan suatu perkara agar dapat memberikan rasa keadilan dan

kebahagiaan kepada para pihak dengan mengindahkan kode etik dan prosedur

yang benar dalam praktiknya di pengadilan. Penerapan hukum positif oleh hakim

mesti mengindahkan nilai-nilai dan rasa keadilan yang hidup di masyarakat

dengan sebaik-baiknya sehingga putusan yang dihasilkan oleh hakim bisa

diterima dengan ikhlas oleh para pihak. Keikhlasan tersebut bisa menjadi

5
Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
Kasihan, Elex Media Komputindo : Jakarta, 2000, h. 23
barometer keadilan dalam penegakan hukum oleh aparat penegak hukum.

Moralitas aparat penegak hukum sangat dibutuhkan dalam penegakan hukum

sebagai upaya untuk mencapai keadilan. Oleh karena itu semakin baik moralitas

aparat penegak hukum, maka hukum akan semakin superior dalam upaya

mencapai tujuan-tujuan hukum termasuk upaya mencapai keadilan. Tanpa aparat

penegak hukum yang baik dan berbudi luhur, hukum di Indonesia akan menjadi

benteng pelindung bagi penguasa dan pejabat negara. Aparat penegak hukum

yang bermoral buruk dapat berlaku sewenang-wenang terhadap upaya mencapai

dan bahkan mempermainkan keadilan yang merupakan tujuan hukum itu sendiri.6

B. Rumusan masalah

Sehubung dengan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan

masalah yang diajukan dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Bagaimana peran sistem hukum dalam meningkatkan akses keadilan?

b. Bagaimana Peningkatan Akses Keadilan?

C. Tujuan Penelitian

Suatu tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan ringkas, karena

hal ini demikian akan dapat memberikan arah pada penelitiannya. Dengan

demikian adanya tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran sistem hukum dalam meningkatkan akses

keadilan

2. Untuk mengetahui Peningkatan Akses Keadilan

6
YLBHI, 2014, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta,
h. 462
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Sistem Hukum Dalam Meningkatkan Akses Keadilan

1. Legal Aid dan Bantuan Hukum

Legal aid atau bantuan hukum merupakan salah satu mekanisme yang

krusial dalam meningkatkan akses keadilan, terutama bagi mereka yang mungkin
tidak mampu mempekerjakan pengacara pribadi. Program legal aid menyediakan

layanan hukum gratis atau dengan biaya yang terjangkau kepada individu yang

membutuhkan bantuan hukum. Ini dapat mencakup nasihat hukum, representasi

hukum di pengadilan, serta bantuan dalam proses hukum seperti penyelesaian

sengketa dan mediasi. Dengan adanya legal aid, kesenjangan akses keadilan

antara kelompok ekonomi dapat diperkecil, memastikan bahwa setiap individu

memiliki kesempatan yang setara dalam mengakses sistem hukum.7

Legal aid dan bantuan hukum menjadi penopang utama dalam

menjembatani kesenjangan akses keadilan, terutama bagi individu yang

mengalami keterbatasan finansial. Dengan memberikan layanan seperti nasihat

hukum, pendampingan selama proses peradilan, dan bahkan representasi di

pengadilan, legal aid memastikan bahwa hak asasi manusia dan keadilan

dihadirkan untuk semua, tanpa memandang lapisan ekonomi. Berbagai jenis

layanan ini dirancang untuk memberikan panduan hukum kepada individu,

memastikan bahwa mereka tidak hanya memahami hak dan kewajiban mereka,

tetapi juga memiliki akses ke perwakilan hukum jika diperlukan.8

Organisasi legal aid, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun nirlaba,

berperan dalam menyediakan aksesibilitas layanan hukum. Kriteria kelayakan,

yang sering kali berkaitan dengan tingkat penghasilan dan jenis kasus yang

diterima, digunakan untuk memastikan bahwa bantuan hukum diarahkan kepada

mereka yang paling membutuhkannya. Selain itu, melalui kampanye pendidikan

hukum dan pelatihan kepada masyarakat, legal aid juga berusaha untuk

7
Teguh Prasetyo. 2018. Keadilan Bermartabat, Perspektif Teori Hukum. Bandung: Nusa
Media, h. 9
8
Pradikta Andi Alvat. 2022. Bantuan Hukum Konsep dan Praktiknya Dalam Tata
Hukum Indonesia. Jakarta: Guepedia, h. 318
memberdayakan individu agar dapat lebih memahami dan mengakses sistem

hukum.

Penting untuk terus mengevaluasi dan memperbarui mekanisme legal aid

agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perubahan dalam sistem hukum.

Dengan demikian, legal aid tidak hanya menjadi alat untuk memberikan akses ke

pengadilan, tetapi juga menjadi bagian integral dari upaya menciptakan

masyarakat yang adil dan inklusif, di mana setiap individu merasa didengar dan

dihormati dalam proses hukum.9

2. Reformasi Hukum Untuk Meningkatkan Keterjangkauan

Reformasi hukum bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan

struktur hukum agar lebih mudah diakses oleh masyarakat. Ini melibatkan

penyederhanaan prosedur hukum, pemangkasan biaya pengadilan, dan

peningkatan efisiensi sistem peradilan. Reformasi juga dapat mencakup

peninjauan kembali undang-undang yang tidak efektif atau diskriminatif, serta

pengembangan regulasi baru yang mencerminkan kebutuhan masyarakat secara

lebih baik. Dengan melakukan reformasi hukum, pemerintah dapat menciptakan

lingkungan hukum yang lebih inklusif dan mudah diakses oleh semua lapisan

masyarakat.

Reformasi hukum merupakan landasan penting dalam upaya

meningkatkan keterjangkauan sistem hukum bagi seluruh lapisan masyarakat.

Proses ini melibatkan serangkaian langkah untuk memperbaiki dan

menyempurnakan struktur hukum dengan tujuan membuatnya lebih mudah

diakses oleh semua individu. Penyederhanaan prosedur hukum, pemangkasan

9
Supriyanta. 2020. Bantuan Hukum & Alternatif Penyelesaian Sengketa. Surakarta:
Unisri Press, h. 1
biaya pengadilan, dan peningkatan efisiensi sistem peradilan menjadi fokus utama

dalam reformasi hukum. Dengan menghilangkan hambatan-hambatan

administratif yang seringkali menjadi penghalang bagi masyarakat yang ingin

mengakses keadilan, reformasi ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan

hukum yang lebih inklusif.

Reformasi hukum juga mencakup peninjauan kembali undang-undang

yang mungkin tidak efektif, diskriminatif, atau ketinggalan zaman.

Pengembangan regulasi baru yang mencerminkan kebutuhan masyarakat modern

dan merespons perubahan sosial juga menjadi bagian integral dari upaya

reformasi. Dengan menyesuaikan undang-undang dan peraturan hukum dengan

tuntutan dan harapan masyarakat, sistem hukum dapat menjadi lebih relevan dan

dapat diakses oleh semua pihak.

Peran penting reformasi hukum terletak pada upayanya untuk menciptakan

sistem yang transparan, dapat dimengerti, dan tidak memberatkan secara finansial.

Dengan cara ini, masyarakat dapat merasa lebih percaya diri dalam menggunakan

sistem hukum untuk menyelesaikan konflik atau mencari keadilan. Oleh karena

itu, reformasi hukum bukan hanya sekadar perubahan administratif, tetapi juga

merupakan komitmen dalam mewujudkan visi hukum yang adil dan merata bagi

seluruh warga negara.

3. Inovasi Teknologi Dalam Peradilan

Penggunaan teknologi dalam sistem peradilan, dikenal sebagai e-justice

atau teknologi hukum, telah membawa perubahan signifikan dalam meningkatkan

akses keadilan. Inovasi seperti sistem pengadilan online, aplikasi hukum seluler,
dan layanan peradilan berbasis teknologi mempermudah individu untuk

mengajukan gugatan, memantau perkembangan kasus mereka, dan mengakses

informasi hukum dengan lebih cepat dan efisien. Selain itu, teknologi juga dapat

digunakan dalam proses mediasi dan penyelesaian sengketa secara daring,

memungkinkan individu untuk berpartisipasi dalam proses hukum tanpa harus

hadir secara fisik di pengadilan. Dengan demikian, inovasi teknologi dapat

membuka akses keadilan bagi mereka yang terbatas oleh faktor geografis,

ekonomi, atau fisik.

Inovasi teknologi dalam peradilan menjadi kekuatan revolusioner dalam

memperbaiki aksesibilitas dan efisiensi sistem hukum. Penggunaan teknologi

hukum, dikenal sebagai e-justice, mencakup berbagai aspek yang secara

signifikan mempermudah akses keadilan. Sistem pengadilan online, misalnya,

memberikan kemudahan bagi individu untuk mengajukan gugatan, memonitor

perkembangan kasus mereka, dan berinteraksi dengan sistem peradilan tanpa

harus hadir fisik di pengadilan. Ini bukan hanya menghemat waktu dan biaya,

tetapi juga membuka pintu bagi akses keadilan yang lebih luas, terutama bagi

mereka yang terbatas oleh jarak atau mobilitas.

Selain itu, aplikasi hukum seluler dan layanan peradilan berbasis teknologi

memberikan kemudahan akses informasi hukum. Masyarakat dapat dengan cepat

mendapatkan informasi tentang hak-hak mereka, prosedur hukum, dan

perkembangan terbaru dalam hukum melalui platform digital. Hal ini tidak hanya

memberdayakan individu untuk lebih memahami hak-hak mereka, tetapi juga

meningkatkan transparansi dalam sistem hukum.


Inovasi teknologi juga terlihat dalam proses mediasi dan penyelesaian

sengketa secara daring. Platform teknologi memungkinkan para pihak terlibat

untuk berkomunikasi dan mencapai kesepakatan tanpa harus bertemu di tempat

fisik. Ini tidak hanya mempercepat prosesnya, tetapi juga mengurangi biaya dan

hambatan yang mungkin dihadapi oleh individu dalam mencari penyelesaian

sengketa.

Dengan demikian, inovasi teknologi dalam peradilan bukan hanya tentang

efisiensi, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan hukum yang lebih inklusif

dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Melalui pemanfaatan teknologi,

sistem hukum dapat lebih efektif memenuhi tuntutan masyarakat modern,

memberikan kontribusi penting terhadap upaya mencapai keadilan yang merata

dan inklusif.

B. Peningkatan Akses Keadilan

1. Penguatan Sistem Bantuan Hukum

Penguatan sistem bantuan hukum menjadi langkah krusial dalam

memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang lapisan ekonomi, memiliki

akses yang setara ke dalam sistem hukum. Diperlukan peningkatan alokasi

anggaran dan dukungan pemerintah untuk memperluas cakupan layanan bantuan

hukum. Melalui kemitraan dengan organisasi nirlaba dan lembaga pendidikan

hukum, sistem ini dapat lebih merata dan mampu merespons beragam kebutuhan

masyarakat. Pemberdayaan lembaga bantuan hukum, baik dalam hal sumber daya

manusia maupun teknologi, menjadi kunci untuk memastikan bahwa layanan ini
dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada di

daerah terpencil.

Pentingnya memperkuat sistem bantuan hukum tak dapat disangsikan,

terutama mengingat tantangan ekonomi yang mungkin dihadapi oleh sebagian

masyarakat. Penguatan ini melibatkan peningkatan alokasi anggaran dari

pemerintah untuk mendukung lembaga bantuan hukum. Kemitraan yang erat

dengan organisasi nirlaba dan lembaga pendidikan hukum juga dapat memperluas

cakupan layanan dan menyediakan sumber daya manusia yang memadai.

Keberlanjutan program ini sangat bergantung pada komitmen bersama antara

pemerintah dan sektor swasta untuk memastikan bahwa bantuan hukum benar-

benar mencapai mereka yang membutuhkannya, sehingga memastikan bahwa

tidak ada yang terpinggirkan dalam sistem hukum.

2. Penyuluhan Hukum dan Pendidikan Masyarakat

Pentingnya pendidikan hukum dan penyuluhan masyarakat tidak dapat

diabaikan dalam rangka meningkatkan akses keadilan. Diperlukan investasi dalam

program-program penyuluhan hukum yang dapat mencakup berbagai aspek, mulai

dari hak asasi manusia hingga prosedur peradilan. Pendidikan masyarakat tentang

hak dan kewajiban hukum mereka dapat mengurangi ketidakpahaman dan

membangun kesadaran hukum yang lebih baik. Program ini dapat dilaksanakan

melalui kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi

masyarakat, dengan menekankan inklusivitas dan mengakomodasi keberagaman

masyarakat.

Pendidikan hukum dan penyuluhan masyarakat menjadi tulang punggung

dalam membangun kesadaran hukum dan meminimalkan ketidakpahaman di


kalangan masyarakat. Diperlukan investasi yang signifikan dalam program

penyuluhan hukum yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.

Pendidikan ini sebaiknya tidak hanya memfokuskan pada aspek formal hukum,

tetapi juga menyentuh isu-isu praktis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat

menjadi kunci keberhasilan, dan implementasi program ini harus dilakukan secara

inklusif, mengakomodasi perbedaan dan kebutuhan masyarakat yang beragam.

3. Reformasi Kebijakan Untuk Merampingkan Proses Hukum

Reformasi kebijakan perlu diadopsi untuk merampingkan proses hukum

dan mengurangi hambatan birokrasi yang mungkin menghambat akses keadilan.

Ini melibatkan peninjauan kritis terhadap peraturan dan prosedur hukum yang

mungkin memperlambat atau mempersulit individu dalam mencari keadilan.

Pemberlakuan regulasi yang lebih jelas, sederhana, dan mudah dimengerti oleh

masyarakat dapat membantu menciptakan lingkungan hukum yang ramah dan

dapat diakses oleh semua. Reformasi kebijakan juga dapat melibatkan

penyederhanaan formulir hukum dan prosedur pengadilan, serta penerapan

teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas dalam berbagai tahapan

proses hukum.

Reformasi kebijakan bertujuan untuk merampingkan proses hukum,

membuatnya lebih transparan dan dapat diakses oleh semua. Peninjauan

mendalam terhadap regulasi dan prosedur hukum diperlukan untuk

mengidentifikasi area-area yang memerlukan penyederhanaan dan perbaikan.

Langkah-langkah konkrit, seperti penyederhanaan formulir hukum, pengurangan

birokrasi yang berlebihan, dan pemanfaatan teknologi dalam pengadilan, menjadi


bagian integral dari upaya ini. Melalui reformasi kebijakan yang berfokus pada

kejelasan, keadilan, dan efisiensi, sistem hukum dapat diubah menjadi alat yang

lebih efektif dalam menanggapi kebutuhan masyarakat dan memberikan akses

keadilan yang lebih luas.

BAB III

KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan peneliti dalam skripsi ini, penulis menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait, kombinasi dari legal aid, reformasi

hukum, dan inovasi teknologi dapat menciptakan lingkungan hukum yang

lebih inklusif dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Dengan

demikian, sistem hukum dapat berperan krusial dalam membentuk

masyarakat yang lebih adil dan setara melalui peningkatan akses keadilan.

2. Untuk peningkatan akses keadilan dapat dirangkum sebagai suatu

pendekatan holistik yang mencakup penguatan sistem bantuan hukum,

penyuluhan hukum, dan reformasi kebijakan. Pertama, penguatan sistem

bantuan hukum menjadi fondasi penting untuk memastikan bahwa bantuan

hukum mencapai mereka yang membutuhkannya, dengan melibatkan

peningkatan anggaran, kemitraan strategis, dan komitmen bersama antara

sektor publik dan swasta. Kedua, pendidikan hukum dan penyuluhan

masyarakat menjadi sarana untuk membangun kesadaran hukum,

meminimalkan ketidakpahaman, dan memberdayakan masyarakat agar

lebih memahami hak dan kewajiban mereka dalam sistem hukum. Ketiga,

melalui reformasi kebijakan yang cermat, termasuk penyederhanaan

prosedur hukum dan pemanfaatan teknologi, sistem hukum dapat dibuat

lebih transparan, efisien, dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.

Dengan menyatukan ketiga pendekatan ini, kita dapat menciptakan

lingkungan hukum yang lebih inklusif, memastikan bahwa setiap individu

memiliki kesempatan yang setara dalam mendapatkan akses keadilan, dan


dengan demikian, membangun fondasi masyarakat yang lebih adil dan

berkeadilan.

DAFTAR PUSTAKA

A.V. Diecy, 2007 Pengantar Studi Hukum Konstitusi, terjemahan Introduction


to the Study of The Law of the Constitution, penerjemah Nurhadi, M.A
Nusamedia : Bandung

Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
Kasihan, Elex Media Komputindo : Jakarta, 2000
Hendri Yasuti. “Hakikat Affirmative Action dalam Hukum Indonesia (Ikhtiar
Pemberdayaan yang terpinggirkan)” Jurnal Menara Vol. 12 No. 1Januari –
Juni 2013

Pradikta Andi Alvat. 2022. Bantuan Hukum Konsep dan Praktiknya Dalam Tata
Hukum Indonesia. Jakarta: Guepedia

Sri Rahayu Wilujeng, “Hak Asasi Manusia: Tinjauan dari Aspek Historis dan
Yuridis”, Jurnal Humanika, Vol. 18 No. 2 Edisi Juli-Desember 2013,
Fakultas Ilmu Budaya UNDIP: Semarang

Supra, Kerangka Kerja untuk Penguatan Akses Hukum dan Keadilan di


Indonesia, Justice for the Poor Project The World Back : Jakarta

Supriyanta. 2020. Bantuan Hukum & Alternatif Penyelesaian Sengketa.


Surakarta: Unisri Press

Teguh Prasetyo. 2018. Keadilan Bermartabat, Perspektif Teori Hukum.


Bandung: Nusa Media

YLBHI, 2014, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia:


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai