Anda di halaman 1dari 22

Nama : Erlangga Chrisfan

Nim : 202005000217

Seksi :D

RESUME

BAB I

Mengapa Setiap Orang Harus Taat Pada Hukum ?

A. Konsep Keadilan
1. Hukum yang Adil, Hukum yang Membahagiakan
Hukum diperlukan untuk mewujudkan ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat.
Menurut Soediman Kartodiprodjo, dalam mewujudkan kedamaian sejati yang akan
dapat terwujud adalah jika :
a. Kelangsungan hidupnya tidak tergantung pada kekuatan
b. Sepanjang ia tidak melanggar hak dan merugikan orang lain, dapat menjalankan
apa yang diyakininya sebagai benar
c. Dapat mengembangkan diri sepenuhnya
d. Mendapatkan perlakuan secara wajar dan berperikemanusiaan, adil dan beradab,
juga ketika tidak melakukan kesalahan

Tujuan utama dari hukum adalah mewujudkan keadilan. Menurut Plato bahwa hidup
yang paling adil adalah hidup hidup yang paling menyenangkan atau
membahagiakan. Dalam konsep negara modern, hukum yang adil adalah hukum yang
memiliki kepastian, karena untuk menerapkan ‘adil’ acuanya adalah ‘aturan’.
Menurut Plato penataan terhadap undang-undang bukan karena takut akan hukuman
tetapi orang yang sadar tentang berkehidupan yang baik maka ia akan melaksanakan
peraturan Negara. Menurut Socrates tugas utama dari Negara adalah mendidik warga
masyarakat untuk taat pada hukum negara yang tertulis maupun tidak tertulis.
Ketaatan yang dimaksud adalah tentang kebaikan dan kebenaran yang ada pada
mansuia yang kemudian menjadi norma-norma hidup. Apakah makna adil yang
diartikan Plato sebagai kebahagiaan kedua ibu tercapai? Kebahagiaan meliputi Ibu
yang melahirkan bayi tersebut tetapi ketidakbahagiaan bagi si ibu yang lainya. Oleh
karena itu kebahagiaan yang dimaksud dalam makna obyektif kolektif bukan dalam
makna subyektif. Berperilaku sesuai dengan orang lain seperti halnya orang lain
berperilaku sesuai dengan yang kita lakukan, memerlukan pedoman dalam bentuk
tatanan sosial yang menuntun orang berperilaku. Dengan demikian menciptakan
makna obyektif dari keadilan. Keadilan merupakan metamorphosis kebahagiaan
individual menjadi pemuasan kebutuhan individual. Beberapa ahli Filsafat Hukum
memaparkan atau memberikan pengertian tentang Hukum yang adil itu sendiri
dengan berbeda-beda.

2. Hukum yang Adil adalah Hukum yang Benar


Keadilan sering dipahamkan sama dengan kebenaran, nahwa bertindak adil sama
dengan bertindak secara benar, dan keadilan adalah suatu usaha untuk mengejar
kebenaran. Rumusan lain tentang keadilan, bahwa adil adalah tegak, tidak berat
sebelah atau tidak memihak, karena itu diberi arti lurus dan benar, sedangkan benar
berarti nyata dan nyata adalah jujur. Tugas dari hukum adalah bagaimana
mewujudkan konsep keadilan yang diterima masyarakat ke dalam bentuk-bentuk
yang kongkrit. Karena keadilan sebagai nilai yang diterima masih berupa rumusan
yang abstrak. Seringkali penguasa memiliki niat untuk sungguh-sungguh membuat
peraturan yang adil, kemudian peraturan tersebut hanya ditaati pada awalnya saja,
setelah beberapa waktu kemudian jurang antara hukum positif dan prinsip-prinsip
keadilan mulai dirasakan, akibatnya peraturan yang dibuat kehilangan artinya sebagai
hukum dan tidak ditaati lagi. Peraturan yang tidak adil, kehilangan artinya sebagai
hukum. Hukum harus pasti, supaya dapat menjalankan fungsinya, yakni menjamin
aturan hidup bersama dan menghindarkan terjadinya kekacauan. Untuk menjamin
bahwa hukum ada nilainya, maka hukum harus benar, yaitu hukum harus adil.
Hukum harus memuat norma-norma tertentu yaitu prinsip-prinsip keadilan, jika
hukum tidak memenuhi syarat keadilan maka hukum tidak dapat dibedakan lagi
dengan kekuasaan. Hukum yang sebenarnya mengandung dua segi, hukum adil dan
pasti, jika kehilangan salah satunya maka hukum kehilangan artinya sebagai hukum.
Peraturan dan prinsip-prinsip keadilan, tidak pernah menjadi satu. Artinya betapapun
besar usaha mewujudkan suatu hukum positif yang benar, hasilnya tidak akan pernah
sempurna, tetap ada nada dualism antara norma-norma keadilan dan hukum yang
diciptakan manusia sebagai hukum positif.

3. Hukum yang Ideal, Hukum yang Mengkongkritkan Konsep Keadilan


Hukum yang ideal erat hubunganya dengan konseptualisasi keadilan secara abstrak.
Sebagaimana diketahui hukum tidak dapat opeerasional hanya berdasarkan konsep-
konsep yang abstrak. Hukum adalah lembaga pengaturan yang harus memperhatikan
realitas hidup masyarakatnya. Hukum harus berisikan pengaturan berdasarkan potret
sosial interaksi yang terjadi dalam masyarakat. Hukum bukan konsep formal saja
tetapi harus turun melihat dan mengadopsi realitas sosial masyarakat. Upaya untuk
mewujudkan keadilan dalam hukum merupakan proses yang dinamis yang memakan
banyak waktu. Upaya ini seringkali juga didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang
bertarung dalam kerangka umum tatanan politik untuk mengaktualisasikanya. Teori
Aristoteles dengan membagi keadilan dalam dua bagian, distributive dan korektif,
menunjukan bagaimana keadilan dikongkritkan dalam kehidupan nyata manusia.
Untuk memaknai hukum dan keadilan, harus melihat bagaimana realisasi dari konsep
keadilan dalam masyarakat. Hukum tidak saja bertujuan pada ketertiban tetapi juga
tercapainya keadilan. Hukum yang berlaku dalam sebuah Negara disebut hukum
positif, yaitu hukum yang menjamin kepastian hidup, menjadi acuan masyarakat
dalam berinteraksi. Oleh karena itu hukum positif harus disususn berdasarkan prinsip-
prinsip keadilan, agar hukum positif dapat bekerja efektif ditengah masyarakat,
mengatur hidup bersama manusia yang kongkrit. Selanjutnya keadilan dibagi dalam
keadilan perdata, yang mencakup pelanggaran-pelanggaran dalam hubungan
perorangan, dan keadilan pidana yang mencakup pelanggaran-pelanggaran terhadap
umum.

B. Konsep Hukum dan Negara


1. Negara sebagai sebuah Komunitas
Negara adalah sebuah komunitas politik yang menciptakan atau menyelenggarakan
ketentuan sosial yang disebut ‘hukum’ Hukum dan Negara merupakan dua entitas
yang berbeda. Negara adalah sebuah komunitas, lembaga individual, dan hukum
adalah ketentuan atau peraturan, sebuah system norma. Menurut Hans Kelsen,
komunitas dibentuk tidak selamanya disebabkan karena para subyek dalam komunitas
tersebut memiliki kepentingan yang sama. Sebuah komunitas legal akan eksis apabila
hubungan diantara para subye diatur oleh hukum. Artinya bahwa dalam suatu
komunitas terdapat kepentingan yang berbeda-beda, yang plural, dan kesatuan dalam
pluralism individu disebut negara. Saat ini negara-negara modern menerapkan
prinsip-prinsipdemokrasi dan menempatkan penghargaan yang tinggi terhadap
prinsip-prinsip hak-hak azazi manusia.

2. Dampak Sistem Hukum Pada Negara Modern


Sistem hukum yang berlaku pada negara modern memberikan saluran-saluran baru
untuk penyebaran norma-norma dan nilai-nilai dari pusat pemerintahan ke daerah.
Sistem hukum merupakan jaringan hierarki yang memencar dari kota ke daerah, dari
pusat pemerintahan ke pemerintahan yang ada di daerah samapi ke pemerintahan
terkecil yang ada di desa-desa. Sistem hukum demikian merupakan pemersatu yang
sangat penting bagi masyarakat yang berbeda dalam hierarki tersebut. Hal ini dapat
kita lihat pada beberapa ciri suatu system hukum modern yaitu :
a. Hukum Uniform
b. Hukum Transaksional
c. Hukum Universal
d. Hierarki
e. Birokrasi
f. Rasionalitas
g. Proffersionalisme
h. Perantara
i. Dapat diralat
j. Pembedaan tiap tugas
3. Hukum Sebagai Alat dan Hukum Sebagai Produk Politik
Setiap negara memiliki tujuan yang ingin dicapai, dan hukum digunakan sebagai alat
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Hukum diposisikan sebagai alat
untuk mencapai tujuan negara. Karena hukum berfungsi sebagai pedoman bagi warga
dan penjabat negara dalam bertingkah laku. Sunaryati Hartono mengemukakan bahwa
hukum sebagai alat dan sarana yang dapat digunkan untuk menciptakan system
hukum nasional untuk mencapai cita-cita bagsa dan tujuan negara. Hukum sebagai
produk politik haruslah dipahami dalam konteks positif, tidak berarti bahwa hukum
ditentukan oleh politik. Hukum merupakan produk politik adalah benar jika di
dasarkan pada das sein dengan mengkonsepkan hukum sebagai undang-undang, yang
dibuat oleh legislatif, karena lebaga legislative merupakan kristaisasi, formalisasi atau
legislasi dari kehendak-kehendak politik yang saling bersaing melalui kompromi
politik maupun melalui dominasi kekuatan politik yang terbesar. Artinya jika dilihat
dari proses penyusunannya maka pernyataan bahwa hukum merupakan produk politik
dapat dibenarkan. Tetapi dalam pelaksanaanya hukum tidak bisa berkompromi,
hukum tidak memihak, hukum mengawal kehidupan masyarakat untuk aman tentram
dalam mencapai tujuan mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera, danpa
diskriminasi. Produk hukum yang responsive dilahirkan dalam suasana konfigurasi
politik

C. Hukum sebagai Fenomena Sosial


Hukum Sebagai Fenomena Sosial Makna hukum sebagai sebuah fenomena sosial bahwa
hukum ada dalam masyarakat untuk keperluan melayani masyarakat, karena itu hukum
akan banyak dipengaruhi dan dibatasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang ada atau
disediakan masyarakat. Oleh karena itu apa yang dilakukan hukum ditentukan oleh
sumber daya yang ada dalam masyarakat. Hukum tidak akan ada jika tidak ada
masyarakat atau hukum ada untuk keperluan masyarakat. Artinya hukum mengikuti
setiap pergerakan atau perkembangan atau dinamika sosial masyarakat. Hukum sebagai
fenomena sosial adalah aturan hidup yang mengatur interaksi yang terjadi dalam
masyarakat, bahkan menjadi kebutuhan masyarakat.
D. Hukum sebagai Norma
Norma merupakan aturan, pedoman atau petunjuk bagi seseorang untuk berbuat dan
bertingkah laku sebagaimana mestinya, sebagaimana seharusnya terhadap sesama
manusia dalam lingkungan suatu masyarakat tertentu. Hukum sebagai norma artinya
bahwa hukum itu berfungsi dalam kehidupan manusia sebagai pedoman yang harus
diikuti, dengan maksud supaya kehidupan manusia diatur sedemikian rupa sehingga hak-
hak dan kewajiban-kewajiban dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Konsep
Keadilan Dalam Alokasi Sumber Daya Alam Sumber daya alam adalah kekayaan alam
yang merupakan fasilitas yang diberikan Tuhan kepada umat manusia. Sumber daya alam
merupakan sumber hidup manusia yang diberikan tidak saja untuk satu generasi, tetapi
untukumat manusia yang ada di setiap generasi. Oleh karena itu idealnya harus
dimanfaatkan dan dikelola secara bijaksana. Dengan demikian ada distribusi keadilan
terhadap fasilitas Tuhan tersebut untuk dimanfaatkan bagi umat manusia. Dengan
pemahaman yang demikian maka sumber daya alam merupakan sesuatu yang rentan
menimbulkan konfliktepentingan setiap orang yang tidak selalu selaras dengan
kepentingan orang lain, dan pihak yang lebih kuat akan mengalahkan pihak yang
memiliki posisi tawar yang lemah. Oleh karena itu, diperlukan regulasi agar alokasi
sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara adil.

BAB II
MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP
A. Ekosistem dan Lingkungan Hidup
1. Ekologi dan Ekosistem
BAB III
MANUSIA, KEBUDAYAAN, DAN KEARIFAN LOKAL
A. Kebudayaan sebagai perantara Manusia dan Lingkungan Fisik
Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang
didapatkannya dalam cara belajar. Mengacu pada definisi kebudayaan
menurut Koentjaraningrat, maka hampir keseluruhan tindakan manusia dapat
dikatakan sebagai kebudayaan karena hampir seluruh tindakan manusia pada
umumnya melalui proses belajar kecuali yang bersifat naluri, refleks, atau
tindakan yang disebabkan proses fisiolgi. Tindakan manusia yang bersifat
naluri pun telah mengalami perubahan atau diubah oleh manusia sehingga
menjadi sebuah tindakan yang berkebudayaan, misalnya makan. Kebutuhan
akan makan didorong oleh naluri akan rasa lapar yang saat ini telah menjadi
kebudayaan karena manusia telah berubah dengan tata cara yang sesuai
dengan perkembangan kehidupan manusia.
Pada dasarnya ada 4 (empat) wujud kebudayaan, yaitu benda-benda fisik,
sistem tingkah laku dan tindakan yang berulang, kebudayaan sebagai sistem
gagasan, dan kebudayaan sebagai gagasan yang ideal. Kebudayaan sebagai
sistem tingkah laku terlihat pada perilaku manusia keseharian yang bersifat
konkret, misalnya berbicara. Kebudayaan yang menggambarkan wajud
tingkah laku ini pun dapat dilihat bagaimana manusia berperilaku terhadap
alam sekitarnya, misalnya dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Kebudayaan yang menggambarkan gagasan bersifat abstrak, hanya dapat
dipahami berdasarkan sistem-sistem tertentu yang disebut sistem budaya.
Di dalam kesatuan ekosistem, kedudukan manusia adalah sebagai bagian dari
unsur unsur lain yang tak mungkin terpisahkan seperti halnga dengan
organisme manusia tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya, Untuk
menjaga terjaminya kelestarian ekosistem, faktor manusia sangat dominan.
Manusia harus dapat menjaga hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkunganya, sehingga keseimbangan ekosistem tidak terganggu. Pengaruh
manusia terhadap lingkungan dapat mengakitbatkan 3 (tiga) kemungkinan
kepada kualitas lingkungannya, yaitu:
a. Deteriosasi
Deteriorasi terjadi jika manusia mengusahakan sumber daya alam hanya
didasarkan pada prinsip jangka pendek, yaitu untuk menghasil-
kan produk sebanyak mungkin pada waktu sesingkat mungkin dengan modal
seminimal mungkin. Usaha semacam ini memang mendatangkan kemakmuran
kepada generasinya. Tetapi pengaruh kepada alam
sekitarnya yang didasari oleh pertimbangan semacam ini dapat menimbulkan
efek sampingan, menimbulkan deteriosasi kepada lingkungan.
b. Lestari
Manusia sadar akan kekeliruannya, bahwa manusia hanya merupakansebagian
dari keseluruhan ekosistem. Manusia sadar bahwa hakekat kchidupan dan
kelangsungan eksistensinya sangat bergantung darI Kondisi lingkungan atau
habitatnya.
c. Memperbaiki
Manusia mempunyai kesadaran dan tanggung jawab atas tingkat kualitas
lingkungan hidupnya. Manusia mulai menyadari bah wa makin tinggi kualitas
lingkungan maka banyak keuntungan yang didapakan oleh manusia, daya
lingkung lingkungan semakin baik. Karena itu dengan segala usahanya,
manusia menggunakan alat teknologi modern yang dimilikinya, sambil
memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

B. Kebudayaan, Etika, dan Lingkungan Hidup


Kebudayaan identik dengan perkembangan hidup manusia yang inginhidup
berkualitas, mencapai kesejahteraan dan kemakmuran. Oleh karena itu
perkembangan kebudayaan sama dengan melihat perkembangan hidup
manusia. Koentjaraningrat membagi 4 (empat) wujud perkembangan
kebudayaan manusia, yaitu :
a. Kebudayaan yang berupa hail karya manusia yang bersifat konkret dan
dapat diraba serta difoto, yang disebut kebudayaan fisik, misalnya bangunan-
bangunan megah seperti candi, benda bergerak seperti kapal, benda tidak
bergerak seperti komputer, piring, gelas, dll
b. Kebudayaan yang menggambarkan wujud tingkah laku manusia misalnya
menari, berbicara, tingkah laku dalam melakukan pekerjaan, dll. Gerak-gerik
yang dilakukan dari saat ke saat, dari masa ke masa, merupakan pola-pola
tingkah laku yang berdasarkan sistem. Karena itu pola-pola tingkah laku
manusia disebut sistem sosial. Kebudayaan
dalam wujud ini masih bersifat konkret.
c. Kebudayaan yang menggambarkan wujud gagasan yang berada dalam
kepala atau pikiran setiap individu yang bersangkutan, yang dibawanya
kemanapun pergi. Kebudayaan dalam wujud ini bersifat abstrak.
Kebudayaan jenis ini hanya dapat diketahui melalui wawancara yang intensif
atau dengan membaca. Kebudayaan dalam wujud gagasan
disebut sistem budaya.
e. Wujud keempat dari kebudayaan berupa sistem nilai budaya yang terdiri dari
konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang bernilai penting sehingga berfungsi
sebagai pedoman orientasi bagi kehidupan warga masuarakat yang bersangkutan.
Maka dari itu 3 unsur ini sangatlah berkesinambungan dan juga berpengaruh
terhadap semua sisi untuk dunia.

C. Sumber Daya Alam dan Kearifan Lokal


Jauh sebelum adanya peraturan tertulis di Indonesia, khususnya yang
mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup, masyarakat Indonesia yang
hidup dan tersebar di wilayah-wilayah yang kaya akan sumber daya alam,
telah mempraktekkan cara-cara memanfaatkan sumber daya alam yang ada
disekitarnya dengan bijaksana. Terkuburnya nilai-nilai yang arif dalam
memanfaatkan sumber daya alam, karena pemerintah dan pemerintah daerah
yang diberikan kewenangan sebagaimana pasal 33 UUD 1945, tidak
mengangkat potensi lokal tersebut dalam regulasi tertulis, tidak memperkuat
nilai -nila tersebut dalam peraturan tertulis. Justru sebaliknya banyak regulasi
yang disusun berdasarkan hail studi banding ke negara lain dan kemudian
menyadurya untuk diterapkan di Indonesia. Kebudayaan hanya dimiliki oleh
manusia, yang merupakan salah satu aspek saja dari proses evolusi manusia.
Kebudayaan yang berwujud gagasan dan tingkah laku manusia berasal dari
otak dan tubuhnya. Kebudayaan tidak bisa lepas dari kepribadian individu
yang terbentuk melalui suatu proses belajar yang panjang, sehingga menjadi
bagian dari masyarakat. Dalam perkembangan kepribadian individu tersebut
akan berpengaruh pada perkembangan kebudayaannya. Oleh karena itu pola-
pola gagasan dan tindakan-tindakan manusia perlu ditata, dikendalikan dan
dimantapkan oleh berbagai sistem nilai dan norma yang seakan-akan berada di
atasnya. sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat
abstrak yang. tendini dari gagasan-gagasan Kebiasan. Dalam UU No.32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pengertian Kearifan Lokal (Pasal I butir 30) adalah nilai-nilai luhur yang
berlaku dalam tata kehidupan bermasyarakat untuk antara lain melindungi dan
mengelola lingkungan hidup secara lestari. Kearifan lokal merupakan cara
berpikir dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai budaya leluhur. Kearifan lokal
dalam pertanian mengandung pengertian bah wa kegiatan pengelolaan lahan
dan tanaman memperhatikan kelestarian lingkungan. Pertanian yang sesuai
dengan kearifan local memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tidak
menggunakan pupuk kimia, melainkan menggunakan pupuk alami, 2) Tidak
menggunakan pestisida yang megandung bahan kimia berbahaya bagi
Lingkungan, 3) Tidak menebang hutan yang diperuntukkan bagi
keseimbangan ekosistem, 4) Memperhatikan kelestarian lingkungan tanah, air
dan vegetasi di sekitarnya, 5) Menggunakan sumber-sumber daya yang ada
dengan bijaksana dan tidak berlebihan. Sumber daya alam yang merupakan
kekayaan alam bangsa Indonesia, yang menurut Pasal 33 UUD'45, dikuasai
oleh negara untuk dipergunakan bagi kesejahteraan rakyat, berada di sekitar
wilayah bahkan masyarakat ini tinggal di dalam sumber daya alam tersebut.
D. Kearifan Lokal sebagi Norma yang Hidup
Nilai budaya terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai
berharga dan penting oleh warga suatu masyarakat, sehingga berfungsi
sebagai suatu pedoman orientasi pada kehidupan para warga masyarakat yang
bersangkutan."? Koentjaraningrat mengemukakan a (empat) ciri masyarakat
yaitu: (1) ada interaksi diantara warga; (2) ada adat istiadat, norma dan hukum
yang mengatur pola tingka laku; (3) ado kontinuitas dalam
waktu/berkesinambungan; dan (4) ada rasa identitas yang kuat yang mengikat
warga." Nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan kearifan dalam pengelolaan
dan pelestarian lingkungan hidup tumbun dalam adat istiadat, ada dalam
norma dan terjaga ketertibannya dalam hukum (adat) pada umumnya
masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Di mana ada masyarakat,
di sana ada hukum (adat) yang tumbuh yang dianut dan dipertahankan sebagai
peraturan penjaga tata tertib sosial dan tata tertib hukum dalam masyarakat,
supaya terhindarkan dari bencana dan bahaya, yang bersifat batiniah dan
jasmaniah, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, tetapi diyakini dan
dipercayai dari lahir sampai terkubur dengan tanah kembali. Dalam setiap
masyarakat, yang sederhana maupun masyarakat yang kompleks, ada nilai-
nilai budaya yang telah menjadi suatu sistem, menjadi pedoman dari konsep-
konsep ideal. Data yang dipublikasikan oleh The World Conservation Union
pada tahun 1997 dari sekitar 6000 kebudayaan di dunia, ada 4.000-5.000
diantaranya adalah masyarakat adat yang berada dipedesaan.Ada pemahaman
yang sama dihampir semua masyarakat adat, di mana relasi manusia dan alam
dipandang dalam perspektif religius/spiritual. Pada masyarakat Lore Lindu
yang hidup dalam kawasan (daerah kantong/enclave) Taman Nasional Lore
Lindu, mematuhi dengan yang mereka sebut 'palia' yaitu larangan untuk
menebang pohon-pohon dan berburu hewan tertentu, yang apabila dilanggar
dipercayai akan mendatangkan musibah bagi masyarakat tersebut.
Pemahaman masyarakat pedesaan bahwa relasi antara manusia dan alam
berdimensi religius, adalah nilai-nilai budaya yang merupakan kekuatan atau
modal dasar dalam mengkonstruksikan hukum terutama dalam level peraturan
pelaksanaan (Peraturan Daerah). Kearifan lokal merupakan tata nilai atau
perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan
tempatnya hidup secara arif. Nilai-nilai luhur tersebut menjadi norma yang
hidup ditengah-tengah masyarakat.

E. Kearifan Lokal Bagian dari Kebudayaan


Kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola; 3.
Kebudayaan sebagai sistem gagasan; dan yang merupakan inti 4. Kebudayaan
sebagai sistem gagasan yang ideal. Kearifan lokal merupakan bagian dalam
perkembangan tersebut, awalnya sebagai tindakan berpola kemudian menjadi
suatu sistem yang dianggap ideal untuk ditaati, dan menjadi norma yang
mengikat.

F. Hukum Sebagai Sarana Mempertahankan Kearifan


Lokal Manusia dalam kehidupan bermasyarakat telah dibekali untuk
menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, yang secara konkrit terlihat pada norma-
norma sosial yang menjadi pedoman berlaku dalam memanfaatkan sumber
daya alam untuk kehidupan mereka. Nilai-nilai kearifan lokal warga
masyarakat yang berkaitan dengan lingkungan harus dipertahankan, nilai-nilai
tersebut merupakan gagasan ideal yang telah berproses, telah berlaku turun
temurun. Pada masyarakat tradisional, lembaga sosial, seperti lembaga adat,
memiliki otoritas mem pertahankan nilai-nilai kearifan lokal. Karena nilai-
nilai kearifan tersebut telah menjadi norma yang dipertahankan yang menjadi
hukum karena bersanksi. Hukum mendorong warga masyarakat untuk
berperilaku tidak menyimpang, karena adanya ancaman digunakannya
paksaan (sanksi). Lembaga sosial yang ada pada masyarakat tradisional adalah
lembaga adat yang memiliki otoritas melakukan paksaan atau menerapkan
sanksi. Berangkat dari pemahaman tersebut maka adalah tepat apabila nilai
nilai kearifan lokal tersebut dikonstruksikan dalam bentuk tertulis dan saat ini
merupakan waktu yang tepat untuk melaksanakannya dalam rangka
implementasi UU No.32 Tahun 2009. Nilai-nilai budaya yang arif terhadap
lingkungan tersebut akan mudah luntur apabila tidak ada upaya dari
pemerintah untuk mengangkat nilai-nilai tersebut dan mengkonstruksikan
dalam produk hukum tertulis, yang dapat berlaku secara nasional atau dalam
peraturan pelaksanaan yang berlaku lokal.
Nilai-nilai budaya yang bijaksana berkaitan dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, merupakan
pertahanan diri atau benteng dalam melindungi dan menjaga kelestarian
sumber daya alam dari eksploitasi dan keserakahan manusia. Sistem gagasan
atau sistem nilai ideal yang sudah terbentuk pada diri seseorang atau
kelompok masyarakat dan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. tidak
tumbuh begitu saja, tetapi berproses. Kearifan masyarakat terwujud dalam
perilakunya ketika memanfaatkan sumber daya alam. Perilaku memanfaatkan
tanpa merusak, memanfaatkan tanpa mengeksploitasi, memanfaatkan dengan
mempertimbangkan aspek pelestariannya. Hal tersebut karena sistem nilai-
nilai kearifan terhadap lingkungan sudah terbentuk dalam pikiran sebagai
suatu gagasan yang ideal. Hal ini meru pakan bahan atau materi dasar untuk
diangkat dan dikonstruksikan dalam bentuk peraturan daerah yang mengatur
pengelolaan sumber daya alam yang keberadaannya berada di wilayah
otonomi pemerintah daerah. ta y pena mas kun sel saya Mempertahankan
kearifan lokal harus diwujudnyatakan dalam bentuk produk hukum, yang
memiliki daya paksa untuk dilaksanakan dan ditaati.

G. Hukum Nasional dan Kearifan Lokal


Sebagai norma abstrak, hukum dipandang sebagai suatu lembaga yang
otonom, sebagai produk aturan yang normatif, tidak melihat implikasinya
dalam masyarakat. Tetapi hukum tidak hanya sebatas norma abstrak, ber
fungsi sebagai alat mengatur masyarakat supaya tertib dan memberi
perlindungan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
termasuk dalam memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya,23 Kearifan
lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam, telah ada dan hidup ditengah
masyarakat tradisional di seluruh Indonesia, jauh sebelum adanya hukum
nasional yang mengatur tentang lingkungan hidup ditetapkan. Nilai-nilai lokal
diwadahi dalam peraturan daeran, yang bisaberbeda-beda di masing-masing
daerah, akan memudahkan masyarakat mentaatinya, bukan menjadi beban
bagi masyarakat setempat. Benturan budaya antara penggunaan hukum
nasional (modern) dan semacam resis tensi dari semangat tradisional yang
didasarkan pada semangat kolektivisme, yang tidak bisa mengakomodasi
secara baik digunakannya hukum modern. Oleh karena itu bahan dasar
kearifan lokal yang hidup ditengah masyarakat tradisional di Indonesia,
diangkat, dikostruksikan dan diinte grasikan dalam hukum nasional atau
hukum yang berlaku lokal (peraturan daerah), sehingga akan efektif berlaku.

H. Kriteria Kearifan Lokal


Kriteria kearifan lokal yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup (Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup)
terdiri dari:
1. Nilai- Nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarahal
2. Melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari dan
berkelanjutan.

I. Kearifan Lokal Dalam Undang-Undang


Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
a. Hirarki perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, mencantumkan tentang hirarki peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. UUD 1945 merupakan hukum dasar
dalam Peraturan Perundang- undangan. Undang-Undang adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan
persetujuan bersama Presiden. Materi muatan Undang-Undang adalah: (1)
mengatur lebih lanjut ketentuan UUD 1945 yang meliputi: hak-hak asasi
manusia, hak dan kewajiban warga negara, pelaksanaan dan penegakan
kedaulatan megara seta pembagian kekuasaan negara, wilayah dan pembagian
daerah, ke Warganegaraan dan kependudukan, serta keuangan negara, (2)
diperintahkan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-
Undang. Perturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) adalah
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal
ikhiwal ke Sentingan yang memaksa. UU No.32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disusun di era
reformasi, mengakomodir berbagai kepentingan termasuk kearifan lokal.
Berdasarkan hirarki perundang-undangan di atas dikaitkan dengan banyak
pasal di dalam undang-undangan yang mengamanatkan pengaturan lebih
lanjut dalam bentuk peraturan pemerintah, peraturan menteri dan peraturan
pelaksanaan di tingkat daerah. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya
alam berada di wilayah kabupaten/kota.
b. Kearifan Lokal dalam UU No.32 Tahun 2009
kementerian negara lingkungan hidup sedang melakukan kegiatan
inventarisasi masyarakat hukum adat dan kearifan lokal. Program
inventarisasi ini kaitannya dengan amanah Pasal 63 ayat (1) butir t dari UU
N0.32 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa tugas pemerintah untuk
menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat
Hukum Adat (MHA), kearifan lokal, hak masyarakat hukum adat yang terkait
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Walaupun program
tersebut penekanannya lebih kepada bagaimana melakukan inventarisasi dan
pengakuan HA dan kearitan lokal. Pasal 63 ayat (3) butir k, menyatakan
bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah
kabupaten/ kota bertagas dan berwenang melaksanakan kebijakan mengenai
tata cara pengakuan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak
masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota.
J. Pembangunan Hukum Lingkungan Melalui Pola ‘Bottom Up’
Menurut Satjipto Rahardjo
apabila kita membangun hukum di Indonesia baru melalui jalan yang
ditunjukkan oleh UUD, kita dituntur untuk memperhatikan dengan seksama
suasana, perubahan, serta dinamika sosial yang berlangsung dalam
masyarakat. Penyusun UUD telah memberikan contoh masalah yang perlu
diperhatikan sebelum masuk pada pembangunan yang lebih teknis Setelah
mendapatkan gambaran situasi dan kondisi masyarakat, barulah dapat
dilakukan pilihan-pilihan yang dinginkan untuk dilakukan dalam pengaturan
hukumnyamaupun dalam perekayasaan hukum. Oleh Satjipto menyebut
dengan is tilah ‘politik perekayasaan' atau politik hukum yang muncul dari
analisis sosial terhadap masyarakat Indonesia adalah untuk membangun
hukum Indonesia baru, di mana masyarakat nya sedang dalam suatu
perubahan, suatu transformasi total. Tap kebudayaan yang hidup dalam suatu
masyarakat, suatu komunitas desa dan kota, kelompok kekerabatan, memiliki
suatu corak yang khas, yang hanya bisa dilihat oleh orang yang berasal dari
luar masyarakat itu sendiri. Warga kebudayaan itu sendiri biasanya tidak
menyadari dan melihat corak khas tersebut, sebaliknya mereka dapat melihat
corak khas kebudayaan lain terutama apabila corak khas itu mengenai unsur-
unsur yang perbedaannya sangat mencolok dibandingkan dengan
kebudayaannya sendiri. Perangkat kaidah-kaidah yang bertujuan untuk
mewujudkan ketertiban disebut kaidah hukum. Kaidah hukum bermuatan
tuntutan atau keharusan untuk berperilaku dengan cara tertentu dalam situasi
kemasyarakatan ter- tentu. Kaidah hukum memuat ketentuan yang
menetapkan perilaku apa dan bagaimana yang boleh dilakukan, yang tidak
boleh dilakukan (dilarang) atau yang wajib dilakukan. Kepatuhan terhadap
kaidah atau norma hukum tidak sepenuhnya atas kemauan dari warga tetapi
dapat dipaksakan atau kaidah/norma hukum bersifat memaksa. Kaidah norma
hukum dipaksakan dan ditegakkan oleh pejabat yang diberikan kewenangan
khusus untuk itu (dalam masyarakat adat, pejabat yang berkewenangan adalah
tokoh adat setempat).
BAB IV
Era Otonomi Daerah dan Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan

A. Politik Hukum Lingkungan di Indonesia


Keikusertaan pemerintah Indonesia dalam berbagai konvensi international
di bidang lingkungan, tidak selalu menunjukkan bahwa
komitmenpemerintah Indonesia untuk menerapkan konsep Pembangunan
Berkelanjutan adalah sesuai dengan apa yang selalu dicanangkan dunia.
Bila dilihat dari perspektif undang-undang produk di tingkat undang-
undang, itu cukup baik. Pada zaman Orde Baru (Soeharto) sampai pada
pemerintah(SBY) konsep pembangunan berwawasan lingkungan secara
eksplisit normatif., dalam tataran 'environmental law' sudah memadai.
Indonesia merupakan negara modern, persyaratan sebagai sebuah negara
sudah terpenuhi sejak kemerdekaan RI, sebagai negara demokrasi pun
jelas tercantum dalam UUD 1945. Produk hukum yang dihasilkan mulai
dari undang-undang sampai peraturan pelaksanaannya di tingkat
kementerian, yang mengatur pemanfaatan sumber daya alam (pertanian,
kehutanan, perikanan, pertambangan), berkaitan dengan pekerjaan umum,
berkaitan dengan SDM, berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, ketenaga
kerjaan, hak azasi manusia, dil. Produk perundang-undangan tersebut pada
dasarnya untuk mengatur dan menciptakan ketertiban dalam masyarakat.
hukum yang mengatur tata kelola lingkungan hidup, mengatur interaksi
manusia dan alam sekitarnya sudah cukup banyak. Sejak UU No.4 Tahun
1982 yang mengalami beberapa kali perubahan sampai UU No. 32 Tahun
2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, idealnya
konsep pembangunan berkelanjutan, pembangunan yang berwawasan
lingkungan, sudah berjalan optimal. Sejak Komperensi Stockholm 1972,
yang membahas tentang isu lingkungan hidup, dan telah menyepakati 26
prinsip pengelolaan lingkungan yang dikenal dengan Deklarasi
Stockholm, di mana Indonesia ikut aktif. dalam komperensi ini, telah
mempengaruhi kebijakan politik hukum ling kungan di Indonesia. Untuk
pertamakalinya Presiden Socharto memben tuk Menteri Negara
Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup Prof.Dr. Emil Salim
diangkat sebagai menterinya, dengan prioritas pada peletakan dasar-dasar
kebijaksanaan "membangun tampa merusak", dengan tujuan agar
lingkungan dan pembangunan tidak salingdipertentangkan.

B. . Otonomi Daerah dan Undang-Undang di Bidang Lingkungan Hidup


Undang-undang Nomor 4 tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Lingkungan -
Hidup. Undang-undang ini sangat dipengaruhi oleh semangat konferensi
Stockholm 1972, tonggak sejarah awal disusunnya konsep pembanzunan
berkelangjutan atau pembangunan yang berwawasan lingkungan, Hanya
saja semangat Stockholm tersebut belum terimplementasikan dengan
hinghangin, dimblangtan Schingen karakter responsif yang mewane? UU
No dA Tahun 1982, tidak dilaksanakan dalam peraturan pelaksanaa, di
tingtal baman secam konsisten. Banyak perturan pelaksanaan yang dibuat
menguntungkan segelinir orang, tidak lagi konsisten mementingkan
aspirasi masyarakat. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup ditelapkan untuk menyempurnakan UU
No. 4 Tahun 1982dan kennudian lahirlah Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
yang cukup komperehensif dan responsif dengan situasi dan kondisi yang
terjadi ditengah masyarakat. Ruang Lingkup pengaturan UU No. 32 Tahun
2009 sebagaimana Pasal 4, meliputi; a) perencanaan, b) pemanfaatan, c)
pengendalian, d) pemeliharaan, e) pengawasan, dan f) penegakan hukum.
Secara ringkas, ada lima point yang menjadi pertimbangan
disempurnakannya UU No. 23 Tahun 1997 dan penyusunan UU No. 32
Tahun 2009:
1. Pasal 28HI UUD 1945, bahwa lingkungan hidup yang sehat adalah hat
azasi setiap warga negara Indonesia;
2. Pembangunan di Indonesia dilaksanakan berdasarkan prinsip
Pembangunan Berkelanjutan
3. Pemberlakuan otonomi daerah telah berdampak pada
perubahanhubungan pemerintah pusat dan daerah termasuk di bidang
lingkungan hidup;
4. Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun yang mengancam
kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya;
5. Meningkatnya pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim,
telah memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup.
Konfigurasi politik di Indonesia sat ini belum cukup demokratis, jika
dilihat dari tataran kebijakan pemerintah yang tercermin dalam peraturan
pelaksanaannya. Walaupun dalam tataran pembentukan hukum dalam
bentuk undang-undang, hukum yang dilahirkan sudah berkarakter
responsif. Sebagaimana terlihat pada UU No. 32 tahun 2009
tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwa
keterlibatan dan peran serta masyarakat, sudah terkomodir. Harapannya
dalam proses penyusunan peraturan pelaksanaan yang lebih teknis
seharusnya konsisten berdasarkan keadilan dan demokratisasi.

C. Peran Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Pembangunan


Berkelanjutan
Dalam pertimbangan diterbitkannya undang-undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH),
Menyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana
diamanatkan oleh undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan. pertimbangan kedua menyatakan bahwa
semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintah negara
kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan
kewenangan antara pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. pertimbangan ketiga
menyatakan bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun
telah mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua
pemangku kepentingan.

D. Peran Serta Masyarakat


Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup (UUPPLH) telah mengatur dan
memberikan ruang yang luas bagi masyarakat untuk dapat berperan serta
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui asas
partisipatif yang menjadi salah satu asas dalam UU pplh ini, setiap
anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses
pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup baik secara langsung maupun tidak langsung.

E. hukum sebagai norma abstrak dan hukum dalam faktanya


Hukum sebagai norma abstrak, hukum dipandang sebagai suatu lembaga
yang otonom, hukum dilihat sebagai produk yang normatif, sebagai suatu
produk aturan, an tidak melihat sejauh mana implikasinya dalam
masyarakat. apabila kita mengaitkan dengan fungsi hukum, bahwa hukum
sebagai alat yang mengatur masyarakat, artinya pada kenyataannya seperti
itu dimana hukum sebagai alat menciptakan tata tertib masyarakat. hukum
memberikan perlindungan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
kebutuhannya. berbagai ragam kebutuhan manusia, kebutuhan akan
keadilan dan rasa aman merupakan kebutuhan dasar manusia yang hidup
dalam negara modern dan hukum idealnya dapat melakukan fungsi
tersebut. kebutuhan akan pendidikan, kesehatan, kemerdekaan
berpendapat, beragama, kebutuhan akan sandang dan pangan, kesemuanya
diatur agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam
interaksi yang dilindungi oleh negara sehingga berjalan tertib dan teratur.
F. Hukum Lingkungan
Hukum lingkungan modern menerapkan Ketentuan dan norma-norma
guna mengatur tindak perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi
lingkungan dari kerusakan dan kemerosotan mutunya demi untuk
menjamin kelestariannya agar dapat secara langsung dan terus-menerus
digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang. Sumber
daya alam perl dikelola dan dimanfaatkan dengan baik dan bertangeung
jawab, permanfatan dengan mempertimbangkan prinsi, kelestariannya,
sehingga sumber daya alam tersebut terus berfungsi bagi umat manusia,
Bagaimana agar hal tersebut dapat dilaksanakan? Diperlukan aturan atau
hukum untuk mengatur dan memberikan pedoman bagaimana orang harus
berperilaku dalam memanfaatkan sumber daya alam. Menurut Hoebel,
hukum bereksistensi supaya dapat mengendalikan perilaku, schingga
perbedaan berbagai kepentingan tidak menjadi kontik terbuka,? Apabila
terdapat kepentingan yang bertubrukan atau terjadi pertentangan, maka
hukum bekerja mengatasinya. Hukum teruji apabila terjadi pertentangan
atau sengketa atau perselisihan, sehingga dapat dilihat apakah hukum
berfungsi sebagai pengatur masyarakat.

G. Norma, Perilaku, dan Ekosistem


Hukum lingkungan merupakan norma atau aturan yang mengatur
perbuatan atau perilaku manusia, agar manusia bersikap arif dan bijaksana
terhadap lingkungan hidupnya. lingkungan hidup manusia terbagi dua
yaitu lingkungan biotik dan abiotik. rangkaian interaksi atau hubungan
timbal balik antara sesama makhluk hidup dengan lingkungannya,
tersusun sedemikian rupa dalam satu sistem. organisme hidup atau biotik
dan lingkungan tidak hidup atau abiotik berhubungan erat tak terpisahkan
dan saling mempengaruhi di dalam suatu sistem yang disebut sistem
ekologi atau sistem ekosistem. satuan pokok Ekologi adalah ekosistem
atau sistem ekologi yaitu satuan kehidupan yang terdiri atas suatu
komunitas makhluk hidup dengan berbagai benda mati yang berinteraksi
membentuk suatu sistem. ekosistem dicirikan dengan berlangsungnya
pertukaran materi dan transformasi energi yang sepenuhnya berlangsung
di antara berbagai komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem
lain di luarnya.Semua makhluk hidup di muka bumi tidak ada yang bisa
hidup sendiri tanpa bergantung dengan makhluk hidup lainnya dan
lingkungannya. begitupun manusia, tidak dapat hidup sendiri tanpa ada
makhluk hidup lainnya tanpa ada lingkungan biotik dan abiotik. objek
pengaturan hukum lingkungan adalah semua disebutkan di atas, yang
berkaitan dengan ekologi, subjeknya adalah manusia.

H. Peranan Hukum Lingkungan


Perkembangan persoalan yang timbul dalam masyarakat saat ini semakin
sulit untuk membuat garis pemisah terhadap penggolongan wilayah
hukum. masyarakat yang dinamis dengan perkembangan teknologi
modern, pendekatan hukum terhadap permasalahan lingkungan yang
muncul di masyarakat, semakin sulit untuk memilah-milah dalam
penggolongan hukum publik, perdata, maupun hukum pidana. tetapi kasus
lingkungan dilakukan dalam pendekatan ilmu hukum, yang berkaitan satu
sama lain antara hukum publik, hukum perdata, dan hukum pidana.

Anda mungkin juga menyukai