Nim : 202005000217
Seksi :D
RESUME
BAB I
A. Konsep Keadilan
1. Hukum yang Adil, Hukum yang Membahagiakan
Hukum diperlukan untuk mewujudkan ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat.
Menurut Soediman Kartodiprodjo, dalam mewujudkan kedamaian sejati yang akan
dapat terwujud adalah jika :
a. Kelangsungan hidupnya tidak tergantung pada kekuatan
b. Sepanjang ia tidak melanggar hak dan merugikan orang lain, dapat menjalankan
apa yang diyakininya sebagai benar
c. Dapat mengembangkan diri sepenuhnya
d. Mendapatkan perlakuan secara wajar dan berperikemanusiaan, adil dan beradab,
juga ketika tidak melakukan kesalahan
Tujuan utama dari hukum adalah mewujudkan keadilan. Menurut Plato bahwa hidup
yang paling adil adalah hidup hidup yang paling menyenangkan atau
membahagiakan. Dalam konsep negara modern, hukum yang adil adalah hukum yang
memiliki kepastian, karena untuk menerapkan ‘adil’ acuanya adalah ‘aturan’.
Menurut Plato penataan terhadap undang-undang bukan karena takut akan hukuman
tetapi orang yang sadar tentang berkehidupan yang baik maka ia akan melaksanakan
peraturan Negara. Menurut Socrates tugas utama dari Negara adalah mendidik warga
masyarakat untuk taat pada hukum negara yang tertulis maupun tidak tertulis.
Ketaatan yang dimaksud adalah tentang kebaikan dan kebenaran yang ada pada
mansuia yang kemudian menjadi norma-norma hidup. Apakah makna adil yang
diartikan Plato sebagai kebahagiaan kedua ibu tercapai? Kebahagiaan meliputi Ibu
yang melahirkan bayi tersebut tetapi ketidakbahagiaan bagi si ibu yang lainya. Oleh
karena itu kebahagiaan yang dimaksud dalam makna obyektif kolektif bukan dalam
makna subyektif. Berperilaku sesuai dengan orang lain seperti halnya orang lain
berperilaku sesuai dengan yang kita lakukan, memerlukan pedoman dalam bentuk
tatanan sosial yang menuntun orang berperilaku. Dengan demikian menciptakan
makna obyektif dari keadilan. Keadilan merupakan metamorphosis kebahagiaan
individual menjadi pemuasan kebutuhan individual. Beberapa ahli Filsafat Hukum
memaparkan atau memberikan pengertian tentang Hukum yang adil itu sendiri
dengan berbeda-beda.
BAB II
MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP
A. Ekosistem dan Lingkungan Hidup
1. Ekologi dan Ekosistem
BAB III
MANUSIA, KEBUDAYAAN, DAN KEARIFAN LOKAL
A. Kebudayaan sebagai perantara Manusia dan Lingkungan Fisik
Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang
didapatkannya dalam cara belajar. Mengacu pada definisi kebudayaan
menurut Koentjaraningrat, maka hampir keseluruhan tindakan manusia dapat
dikatakan sebagai kebudayaan karena hampir seluruh tindakan manusia pada
umumnya melalui proses belajar kecuali yang bersifat naluri, refleks, atau
tindakan yang disebabkan proses fisiolgi. Tindakan manusia yang bersifat
naluri pun telah mengalami perubahan atau diubah oleh manusia sehingga
menjadi sebuah tindakan yang berkebudayaan, misalnya makan. Kebutuhan
akan makan didorong oleh naluri akan rasa lapar yang saat ini telah menjadi
kebudayaan karena manusia telah berubah dengan tata cara yang sesuai
dengan perkembangan kehidupan manusia.
Pada dasarnya ada 4 (empat) wujud kebudayaan, yaitu benda-benda fisik,
sistem tingkah laku dan tindakan yang berulang, kebudayaan sebagai sistem
gagasan, dan kebudayaan sebagai gagasan yang ideal. Kebudayaan sebagai
sistem tingkah laku terlihat pada perilaku manusia keseharian yang bersifat
konkret, misalnya berbicara. Kebudayaan yang menggambarkan wajud
tingkah laku ini pun dapat dilihat bagaimana manusia berperilaku terhadap
alam sekitarnya, misalnya dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Kebudayaan yang menggambarkan gagasan bersifat abstrak, hanya dapat
dipahami berdasarkan sistem-sistem tertentu yang disebut sistem budaya.
Di dalam kesatuan ekosistem, kedudukan manusia adalah sebagai bagian dari
unsur unsur lain yang tak mungkin terpisahkan seperti halnga dengan
organisme manusia tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya, Untuk
menjaga terjaminya kelestarian ekosistem, faktor manusia sangat dominan.
Manusia harus dapat menjaga hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkunganya, sehingga keseimbangan ekosistem tidak terganggu. Pengaruh
manusia terhadap lingkungan dapat mengakitbatkan 3 (tiga) kemungkinan
kepada kualitas lingkungannya, yaitu:
a. Deteriosasi
Deteriorasi terjadi jika manusia mengusahakan sumber daya alam hanya
didasarkan pada prinsip jangka pendek, yaitu untuk menghasil-
kan produk sebanyak mungkin pada waktu sesingkat mungkin dengan modal
seminimal mungkin. Usaha semacam ini memang mendatangkan kemakmuran
kepada generasinya. Tetapi pengaruh kepada alam
sekitarnya yang didasari oleh pertimbangan semacam ini dapat menimbulkan
efek sampingan, menimbulkan deteriosasi kepada lingkungan.
b. Lestari
Manusia sadar akan kekeliruannya, bahwa manusia hanya merupakansebagian
dari keseluruhan ekosistem. Manusia sadar bahwa hakekat kchidupan dan
kelangsungan eksistensinya sangat bergantung darI Kondisi lingkungan atau
habitatnya.
c. Memperbaiki
Manusia mempunyai kesadaran dan tanggung jawab atas tingkat kualitas
lingkungan hidupnya. Manusia mulai menyadari bah wa makin tinggi kualitas
lingkungan maka banyak keuntungan yang didapakan oleh manusia, daya
lingkung lingkungan semakin baik. Karena itu dengan segala usahanya,
manusia menggunakan alat teknologi modern yang dimilikinya, sambil
memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kualitas lingkungan.