Anda di halaman 1dari 5

Figgo Secenko/13501810012/IBL

Pengertian Hukum

Hukum berasal dari Bahasa Arab (hakama-hukman wa huk-matan) yang dalam kamus al
Munawwir artinya adalah memimpin, memerintah, menetapkan, dan memutuskan. Terdapat
banyak pandangan mengenai definisi hukum, ini dipengaruhi oleh banyaknya sudut pandang
yang dapat kita gunakan melihat dan mengerti tentang hukum itu sendiri. Immanuel Kant
mengatakan: “Noch Suchen Die Juristen eine Definition zu Ihrem Begriffe von Recht” (tidak
ada seorang ahli hukum pun yang mampu membuat definisi tentang hukum).
Hukum sendiri sulit untuk didefinisikan karena beberapa faktor, beberapa faktornya
adalah hukum mempunyai banyak bidang pembahasan, hukum dapat di lihat dari berbagai
sudut pandang, dan hukum memiliki objek yang dinamis yaitu masyarakat.
Fungsi hukum secara umum adalah untuk memberikan kepastian hak dan kewajiban di
masyarakat. Secara garis besar hukum mempunyai 5 fungsi yaitu, sebagai alat ketertiban dan
keteraturan masyarakat, sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin, alat
pengerak pembangunan, alat untuk mengkritik, dan sarana menyelesaikan pertikaian.
Tujuan hukum secara umum adalah untuk menciptakan keadalian dan kemanfaatan untuk
masyarakat. Secara garis besar tujuan hukum mempunyai 3 pandangan berbeda yaitu:
1. Teori etis, hukum bertujuan menghasilkan keadilan di masyarakat.
2. Teori Utilitas, hukum bertujuan mencipakan kebahagiaan kepada kelompok yang
terbesar.
3. Teori Campuran, hukum tidak hanya untuk menciptakan keadilan namun juga
kebahagian dan kemanfaatan.

Hukum adalah kumpulan kaidah-kaidah dalam masyarakat yang mengatur dan menjaga
keadilan, serta menjamin hak dan kewajiban dari warga negara. Hukum bersifat mengikat dan
dijamin oleh pemerintah/penguasa.
Menurut KBBI Hukum adalah peraturan dan kebiasaan yang dengan legal diakui oleh
negara dan mengikat seluruh warga negara, juga disahkan oleh pemerintah untuk mengatur
kehidupan masyarakat.
Definisi hukum menurut para ahli selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman dan situasi tempat tinggal pada zaman ahli tersebut hidup. Berikut beberapa
pandangan ahli mengenai hukum:
 Menurut E.M. Mayers, Hukum adalah segala aturan yang mengandung kesusilaan
untuk masyarakat dan menjadi pedoman penguasa mencapai tujuan.
 Menurut Plato, Hukum adalah peraturan-peraturan yang disusun secara sistematis dan
mengikat masyarakat.
 Menurut Immanuel Kant, hukum adalah seluruh aturan dimana satu individu dapat
memiliki kehendak bebas dan dapat disesuaikan dengan kehendak bebas orang lain.
Menurut peraturan hukum kemerdekaan.
 Menurut Austin, Hukum adalah aturan-aturan yang dibuat untuk membimbing
manusia, oleh manusia yang berkuasa atasnya.

 Dr. Rr. Dijan Widijowati, S.H., M.H., Pengantar Ilmu Hukum (Bandung : Penerbit Andi, 2018), hlm 57-66, 247-266,
 https://kbbi.web.id/hukum. Diakses pada 17 oktober 2018 15:24 WIB
 https://temukanpengertian.com/2013/08/pengertian-hukum-adat.html?m=1 . Diakses pada 17 oktober 2018 15:24 WIB
Berdasarkan penjelasan di atas maka definisi dari hukum adalah aturan-aturan yang
disusun secara sistematis dan mengikat, berisikan tentang pedoman cara hidup setiap individu
yang sesuai dengan masyarakat yang dibuat oleh penguasa untuk tujuan bersama.

Hukum Produk penguasa

Sesusai dengan tujuan dan fungsi hukum yaitu mengatur masyarakat supaya tercipta
keteraturan dalam bermasyarakat, serta menjamin hak dan kewajiban di masyarakat. Maka
diperlukannya institusi yang dapat membuat dan menerapkan hukum untuk mengatur
masyarakat.
Dalam konsep Negara dimana warga negara tersebut tunduk atas hukum yang telah
dibuat dan diterapkan oleh pemerintah, pemerintah disini yang merupakan penguasa yang
membuat serta pengawasi hukum. Austin mengatakan dalam teorinya bahwa Hukum adalah
aturan-aturan yang dibuat untuk membimbing manusia, oleh manusia yang berkuasa atasnya.
Di Indonesia sendiri yang menggunakan system civil law kekuasaan pemerintah dibagi
menjadi 3 atau sering disebut Trias Politika, dimana kekuasaan eksekutif, legislative dan
yudikatif tidak dapat saling mempengaruhi. Untuk hukum di indonesia didominasi oleh badan
eksekutif dan legislatif, contohnya hukum dibuat dan disahkan oleh DPR dengan persetujuan
Presiden. Sedangkan untuk negara-negara dengan sistem common law, hukum didominasi
oleh badan yudikatif dimana keputusan hakim menjadi keputusan hukum.
Namum perlu diperhatikan juga, hukum yang dibuat oleh pemerintahan adalah
berdasarkan kepentingan masyarakat, dimana badan legislatif selalu membuat dan
memperbaharui hukum. Hal ini bertujuan untuk menjamin hak dan kewajiban warga negara
sesuai fungsi hukum itu sendiri.
Maka hukum bukanlah produk penguasa, melainkan produk masyarakat yang selalu
berkembang dan perlu diperbaharui sesuai dengan perkembangan zaman. Peranan penguasa
yaitu pemerintah adalah hanyalah sebagai badan yang membuat hukum sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan mengawasi serta menjamin hukum tersebut terlaksana dengan
baik dan adil.
Selain hukum yang dibuat oleh pemerintah, ada juga hukum-hukum yang dibuat oleh
masyarakat, salah satu hukum yang dibuat oleh masyarakat adalah hukum adat, adalah
hukum yang tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat tertentu.
Hukum adat adalah hasil dari kebiasaan masyarakat yang sudah lama menjadi tradisi di
masyarakat daerah tertentu. Ini juga menunjukan bukti bahwa hukum bukan saja dari
pemerintah namun ada juga hukum yang dibuat dan di terapkan oleh masyarakat. Hukum
adat sudah berlaku di Indonesia bahkan sebelum zaman penjajahan di Indonesia, hukum adat
sudah berlaku di masyarakat. Banyak dari hukum adat ini kemudian di adopsi kedalam
yurispudensi dan perundang-undangan negara.
Hukum Agama juga termasuk ke hukum yang dibuat di luar pemerintahan dan secara
tidak langsung berlaku di Indonesia, hukum Islam sudah berlaku di Indonesia ketika
kerajaan-kerajaan islam berkembang, hingga sekarang hukum Islam sudah di terapkan di
Aceh bahkan menjadi hukum legal di Aceh. Selain hukum Islam terdapat hukum agama lain
yang berlaku sampai sekarang di dunia, yaitu hukum Kanonik yang hukumnya diambil

 http://www.academia.edu/19675916/Hukum_Adat_makalah. Diakses pada 18 oktober 2018 20:00 WIB


 http://bem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/diktat/pengantar-ilmu-hukum-(ver-1.1).pdf Diakses pada 21-10- 2018 13:59 WIB
 https://www.dictio.id/t/hubungan-hukum-dan-kekuasaan/80202/2 Diakses pada 21 oktober 2018 14:00 WIB
berdasarkan alkitab da keputusan paus. Hukum ini sampai sekarang masih berlaku di
Vatikan.
Hukum dan penguasa adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan karena saling
membutuhkan satu dengan yang lain. Hukum adalah produk yang disusun dan disahkan oleh
penguasa yang dibuat untuk menjamin hak dan kewajiban masyarakat itu sendiri. Penguasa
itu sendiri berasal dari masyarakat yang ditunjuk sebagai wakil rakyat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yaitu pemerintahan negara.

Hukum bergantung pada pihak penguasa

Dalam Konsep Negara terdapat 4 unsur penting terbentuknya negara yaitu wilayah,
penduduk, pemerintahan dan deklaratif negara lain. Tugas pemerintah secara garis besar
adalah untuk melayani dan mengatur masyarakat, pemerintah disini berperan sebagai
penguasa yang bertugas untuk mengatur dan menjalankan hukum.
Maka pemerintah sangat dibutuhkan dalam bagian meregulasi, menjalankan, dan
mengawasi hukum tersebut. Di Indonesia pemerintah yang menjalankan hukum adalah badan
eksekutif dimana pemerintah berperan melaksanakan hukum tersebut. Terdapat juga bagian
pemerintah yang membuat hukum tersebut, yaitu badan legislatif yang bertugas membuat
hukum dan memperbaharui hukum. Sedangkan bagian yudikatif bertugas untuk mengawasi
hukum yang sudah dibuat tersebut. Dari penejelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa
penguasa yaitu pemerintah mempunyai peranan sangat penting untuk menjalankan hukum itu
sendiri.
Hukum hadir bukan hanya untuk mengatur dan menertibkan masyarakat saja, namun
juga membatasi kekuasaan pemerintah itu sendiri. Dalam negara hukum seperti Indonesia
kekuasaan penguasa akan selalu ada dalam setiap aspek hukum, karena hukum itu sendiri
yang memberikan kekuasaan kepada pihak-pihak penguasa yaitu pemerintah. Tujuan utama
dari hukum memberikan kekuasaan kepada penguasa adalah untuk mewujudkan keadilan di
masyarakat.
Perlu diperhatikan perbedaan antara kekuasaan (power) dan kekuatan (force). Tanpa
adanya kekuatan maka kekuasaan penguasa cenderung menjadi lemah. Kekuatan disini bukan
hanya dalam bentuk fisik namun juga ekonomi, budaya, social, politik, hukum dan lainya.
Jadi kekuatan (force) akan mempengaruhi kemampuan kekuasaan penguasa untuk melakukan
sesuai dengan keinginannya. Contoh, Beberapa ajudan berkekuatan fisik bekerja dibawah
kekuasaan majikan. Majikan tersebut mempunyai kekuatan fisik yang jauh lebih lemah dari
ajudan-ajudannya, tetapi majikan tersebut mempunyai kekuatan ekonomi, intelektual dan
hukum. Maka majikan teresebut mempunyai dasar kekuatan yang jauh lebih besar untuk
menjalankan kekuasaan.
Kekuasaan yang berasalkan dari izin dan ketentuan hukum disebut sebagai kewenang.
Kewenangan ini yang kemudian menjadi kekuatan (force) bagi penguasa yaitu pemerintah
supaya dapat menjalankan pemerintahan negara dengan kuat atau berkuasa. Namun
kekuasaan tanpa kewenang tetap dapat terjadi, tetapi kekuasaan tersebut akan mudah
dihapuskan dan dibubarkan tanpa adanya kewenangan (force) yang melandasinya. Contoh
serupa dapat kita ambil dari kasus pasar tradisional, dipasar tradisional terdapat pereman

 https://bismarnasution.com/moralitas-dan-etika-sebagai-landasan-penegakan-hukum. Diakses pada 23-10- 2018 01:00 WIB


 http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU-12-Tahun-2011.pdf . Diakses pada 23-10- 2018 01:30
WIB
 https://news.detik.com/berita/1775253/10-kasus-yang-mengguncang-hukum-indonesia . Diakses pada 23-10- 2018 01:40 WIB
yang tanpa landasan hukum menjaga keamanan pasar. Sedangkan ada juga satpam pasar yang
secara sah bertugas menjaga keamanan pasar, dengan demikian satpam tersebut dapat
mengusir pereman tersebut dengan mudah.
Hal yang sama berlaku bagi kekuatan (force), tanpa adanya kekuasaan (power)
kekuatan hukum hanyalah menjadi ketentuan-ketentuan yang ditulis di kitab. Dalam
penegakan hukum di butuhkan aparatur negara yaitu polisi, jaksa, dan hakim, hal ini adalah
bentuk konkrit dibutuhkannya penguasa untuk menegakan hukum.
Maka dari itu hukum membutuhkan penguasa dan pengusa membutuhkan hukum.
Hukum membutuhkan instansi untuk di berikan kewenangan dan pemerintah membutuhkan
hukum sebagai sumber dari kewenangan. (Justice without might is helpless; might without
justice is tyrannical). “Hukum tanpa kekuasaan = mandul, Kekuasaan tanpa hukum =
sewenang-wenang”.

Hukum selalu memuat keadilan dan prinsip moral

Sebelum membahas mengenai hukum yang adil dan bermoral, maka pengertian akan
ketiga aspek tersebut haruslah jelas. Hukum seperti yang sudah dibahas diartikan sebagai,
aturan-aturan yang disusun secara sistematis dan mengikat, berisikan tentang pedoman cara
hidup setiap individu yang sesuai dengan masyarakat yang dibuat oleh penguasa untuk tujuan
bersama. Keadilan adalah ketika subjek hukum mendapatkan hak dan kewajiban yang sesuai
dengan yang di perbuatannya. Moral adalah ajaran tentang baik dan buruk dari perbuatan
kelakuan.
Pandangan moral setiap individu selalu berbeda-beda menurut nilai-nilai yang di
tanamkan dalam diri individu. Pandangan moral menjadi kunci utama untuk menentukan
apakah perbuatan seseorang dapat di katakan memenuhi unsur keadilan atau tidak. Terdapat
banyak kasus yang terjadi dengan sudut pandang yang berbeda, bisa saja suatu perbuatan
secara teknis adalah adil, namun secara moral itu salah. Contohya ketika seorang pengemis
mencuri makanan, karena belum makan dan tidak mempunyai uang. Dia kemudian dipenjara
karena tindak pidana pencurian. Hukuman ini secara teknis adalah perbuatan adil karena
sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, namun hukuman tersebut tidak bermoral karena
tanpa mencuri makanan maka pengemis tersebut akan kelaparan.
Terciptanya keadilan adalah tujuan utama hukum itu dibuat dan dilaksanakan. Hukum
dibuat bertujuaan menciptakan kesamaan kedudukan di antara subjek hukum di hadapan
hukum. Namun apakah keadilan yang di hasilkan oleh hukum sudah sesuai dengan prinsip-
prinsip moral. Hukum dibuat harus mengandung moral, agar hukum tersebut ketika
digunakan dapat bermakna sesuai dengan rasa keadilan. Seperti dalam pepatah kekaisaran
Roma, “Quid leges sine moribus” (Apa artinya undang-undang, tanpa disertai moralitas).
H.L.A Hart dalam bukunya “The concept of Law”, menyebutkan bahwa hukum harus
mengandung aspek internal yang terdiri dari moral dan ketentuan sosial. Maka dalam
pembuatan dan pembentukan hukum harus mengandung serta menanamkan unsur keadilan
yang berdasarkan dari moral, supaya hukum tersebut dapat sesuai dengan keadilan.
Di Indonesia sendiri menurut Pasal 6 Ayat 1 UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan. Salah satu asas yang harus terkandung dalam

 http://www.academia.edu/19675916/Hukum_Adat_makalah. Diakses pada 18 oktober 2018 20:00 WIB


 http://bem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/diktat/pengantar-ilmu-hukum-(ver-1.1).pdf Diakses pada 21-10- 2018 13:59 WIB
 https://www.dictio.id/t/hubungan-hukum-dan-kekuasaan/80202/2 Diakses pada 21 oktober 2018 14:00 WIB
suatu undang-undang adalah keadilan dan moral, maka hukum yang berlaku di Indonesia
yang di buat berdasarkan peraturan UU Nomor 12 Tahun 2011 sudah berlandaskan keadilan
moral. Namun banyak dari kasus-kasus hukum yang terjadi di Indonesia yang tekesan tajam
kebawah dan tumpul ke atas. Salah satu contoh kasusnya adalah Kasusu nenek Minah yang di
penjara 1 bulan 15 hari, karena memetic 3 buah kakao yang dimiliki oleh PT Rumpun Sari
Antan. Secara moral nenek Minah yang sudah lanjut usia sebenarnya tidak perlu sampai di
penjara karena kesalahannya itu.
Kesimpulan bahwa setiap hukum yang dibuat oleh pemerintah haruslah memepunyai
moral di dalamnya, sehingga hukum tersebut dapat menjadi benar-benar adil dan tidak akan
menyalahi nilai moral itu sendiri. Indonesia dalam aturannya sudah mensyaratkan nilai-nilai
moral dan keadilan di setiap aturan. Namun karena sisten hukum Indonesia yang menganut
Civil Law system, karena sistem inilah maka hukum di Indonesia bersifat kaku. Dimana
hukum tidak dapat secara dinamis berkembang sesuai dengan masyarakat. Maka akan
ditemukan banyak hukum yang diterapkan di Indonesia, terlihat seperti tidak mengandung
moral padahal penyebabnya adalah terlalu terikat kepada hukum itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

a) Dr. Rr. Dijan Widijowati, S.H., M.H., Pengantar Ilmu Hukum (Bandung : Penerbit
Andi, 2018), hlm 57-66, 247-266,
b) https://kbbi.web.id/hukum. Diakses pada 17 oktober 2018 15:24 WIB
c) https://temukanpengertian.com/2013/08/pengertian-hukum-adat.html?m=1.
Diakses pada 17 oktober 2018 15:24 WIB
d) http://www.academia.edu/19675916/Hukum_Adat_makalah. Diakses pada 18
oktober 2018 20:00 WIB
e) http://bem.law.ui.ac.id/fhuiguide/uploads/diktat/pengantar-ilmu-hukum-(ver-
1.1).pdf. Diakses pada 21-10- 2018 13:59 WIB
f) https://www.dictio.id/t/hubungan-hukum-dan-kekuasaan/80202/2. Diakses pada
21 oktober 2018 14:00 WIB
g) https://bismarnasution.com/moralitas-dan-etika-sebagai-landasan-penegakan-
hukum. Diakses pada 23-10- 2018 01:00 WIB
h) http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU-12-Tahun-
2011.pdf. Diakses pada 23-10- 2018 01:30 WIB
i) https://news.detik.com/berita/1775253/10-kasus-yang-mengguncang-hukum-
indonesia. Diakses pada 23-10- 2018 01:40 WIB

 https://bismarnasution.com/moralitas-dan-etika-sebagai-landasan-penegakan-hukum. Diakses pada 23-10- 2018 01:00 WIB


 http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU-12-Tahun-2011.pdf . Diakses pada 23-10- 2018 01:30
WIB
 https://news.detik.com/berita/1775253/10-kasus-yang-mengguncang-hukum-indonesia . Diakses pada 23-10- 2018 01:40 WIB

Anda mungkin juga menyukai