Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI MANAJEMEN

RINGKASAN MATA KULIAH


PRODUCT COSTING AND SUPPORT COST ALLOCATION

Oleh
Kelompok 6:

I Gusti Putu Ngurah Eka Putra Wijaya (1981611020)


Ni Putu Reni Arisanthi (1981611022)
Ni Wayan Sukma Kartika Dewi (1981611024)
Kadek Fitri Andriani (1981611029)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB 5
PRODUCT AND SERVICE COSTING : JOB-ORDER SYSTEM

A. Karakteristik Proses Produksi


Sistem manajemen biaya perusahaan dibentuk berdasarkan proses produksi yang
dilakukan perusahaan sehingga memungkinkan manajemen khususnya manajer untuk
melakukan pengawasan terhadap kinerja ekonomi perusahaan. Proses produksi tidak
hanya menghasilkan barang terlihat namun juga dapat menghasilkan jasa. Dengan
mengetahui karakteristik proses produksi maka perusahaan akan dapat membuat sistem
manajemen biaya yang lebih baik.
1. Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Jasa
Proses produksi perusahaan manufaktur akan menghasilkan barang berwujud
dengan melibatkan beberapa biaya seperti bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik (BOP) untuk memproduksi produk baru.
Barang inilah yang dihasilkan dari proses produksi yang akan dijual kepada
pelanggan. Berbeda dengan perusahaan manufaktur yang menghasilkan barang
berwujud, perusahaan jasa memiliki karakteristik menghasilkan barang yang tidak
berwujud yang tidak bisa dipisahkan dari pelanggan dan tidak memiliki persediaan
serta bahan baku.
Akuntansi biaya tradisional menekankan kepada proses produksi perusahaan
manufaktur dan mengabaikan proses produksi perusahaan jasa, namun akuntansi
biaya terbaru tidak lagi menggunakan pendekatan akuntansi biaya tradisional yang
seakan mengabaikan perusahaan jasa. Hal ini dikarenakan, saat ini perkembangan
perusahaan jasa semakin pesat sehingga manajer dituntut untuk dapat menghitung
dengan tepat biaya dari servis yang diberikan, seperti halnya menghitung biaya
untuk perusahaan manufaktur.
2. Unique versus Standarisasi Produk dan Service
Cara kedua mengetahui karakteristik produk dan jasa adalah tingkat
keunikannya. Jika perusahaan memproduksi produk yang unik dalam jumlah kecil
dan menggunakan biaya yang berbeda, maka perusahaan harus tetap menjaga dan
mengetahui track dari biaya produk per unit ataupun batch. Adapun cara
menghitung biaya untuk jenis produk ini adalah job order costing system namun
apabila produk yang dibuat karakteristiknya sejenis dan dapat diproduksi masal
maka menghitung biaya per unit ataupun batch produk menggunakan process
costing system. Kedua pendekatan diatas dapat dilakukan pada perusahaan jasa
ataupun manufaktur.

B. Mengatur Sistem Akuntansi Biaya


Sistem akuntansi biaya digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan beberapa
biaya berikut :
1. Cost Accumulation
Biaya akumulasi merujuk pada pengakuan dan pencatatan biaya. Akuntan biaya
membutuhkan dokumen sumber untuk mengetahui biaya-biaya yang telah terjadi
dan dokumen sumber yang dimaksud adalah transaksi. Data dari dokumen sumber
akan direkam dalam database yang memungkinkan akuntan dan manajer untuk
menganalisis data untuk tujuan pengambilan keputusan. Selain itu data dari
database juga dapat digunakan oleh akuntan untuk membuat laporan keuangan.
2. Cost Measurement
Pengukuran biaya merujuk pada pengklasifikasian biaya yang mana termasuk juga
melakukan penentuan jumlah biaya bahan baku, tenaga kerja, dan BOP dalam
produksi. Biaya-biaya tersebut dapat berupa nilai aktual ataupun nilai estimasi biaya
yang akan dikeluarkan. Terdapat dua cara yang umumnya digunakan untuk
mengukur biaya produksi yaitu actual costing dan normal costing. Actual costing
memerlukan biaya sesungguhnya dari bahan baku, tenaga kerja langsung dan BOP
untuk menentukan nilai per unit produk namun cara ini jarang dilakukan
dikarenakan nilai BOP umumnya tidak dapat disediakan tepat waktu. Untuk
mengatasi hal tersebut maka digunakanlah normal costing. Normal costing
menghitung BOP dengan dasar estimasi sedangkan biaya bahan baku dan tenaga
kerja langsung menggunakan biaya sesungguhnya. Perbedaan antara BOP
sesungguhnya dan estimasi akan memunculkan selisih BOP.
3. Cost Assignment
Setelah melakukan pencatatan dan pengukuran, maka biaya selanjutnya
dialokasikan ke produk yang diproduksi. Biaya per unit produk merupakan hal yang
vital untuk diketahui karena menentukan keputusan yang akan diambil untuk
membeli, menerima atau tidak untuk produk pesanan, tetap memproduksi atau tidak
produk bersangkutan, dan lainnya.
C. Sistem Biaya Pesanan
1. Pengertian Sistem Biaya Pesanan
Perusahaan yang menggunakan sistem pemesanan untuk memproduksi
produknya umumnya memproduksi variasi produk yang sangat luas dan
pekerjaannya berbeda antara produk satu dengan lainnya. Sistem produksi pesanan
mengakumulasikan biayanya pada pekerjaannya. Saat produksi diselesaikan biaya
per unit produk dapat dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah
unit produksi.
Dalam sistem akuntansi manual, kertas kerja produksi pesanan termasuk
dalam kategori dokumen yang umumnya dibuat manual tulis tangan, namun saat ini
semua sistem akuntansi telah terautomatisasi. Sistem biaya pesanan harus dapat
memberikan informasi mengenai biaya bahan baku, tenaga kerja, dan BOP untuk
setiap unit produksi.
2. Material Requisition
Biaya bahan baku langsung dalam produksi pesanan ini ditemtukan berdasarkan
sumber dokumen yang dikenal dengan material requisition form. Dengan
menggunakan dokumen tersebut departemen akuntansi biaya bisa menentukan total
bahan baku yang dihabiskan oleh proses produksi pesanan produk tertentu.
Dokumen tersebut juga dapat digunakan sebagai kontrol atas persediaan bahan
baku.
3. Job Time Ticket
Biaya tenaga kerja langsung harus dimasukkan kedalam sistem biaya pesanan
sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan untuk memproduksi setiap jenis
pesanan. Adapun dokumen yang digunakan untuk mengetahui biaya untuk setiap
jenis pekerjaan tersebut adalah time ticket document. Dokumen ini hanya untuk
tenaga kerja langsung, untuk tenaga kerja tidak langsung dicatat dengan
menggunakan estimasi dalam hal normal costing karena biaya itu termasuk
kedalam BOP.
4. Overhead Application
BOP dalam sistem biaya pesanan ini ditentukan dengan nilai estimasi. Umumnya
jumlah jam kerja tenaga kerja langsung digunakan untuk mengitung biaya overhead
pabrik per unit.
5. Perhitungan Biaya Per Unit
Untuk menghitung biaya per unit dilakukan dengan menotalkan biaya bahan baku,
tenaga kerja langsung dan BOP sehingga menghasilkan total total biaya produksi
dan dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi.

D. Sistem Biaya Pesanan : Spesific Cost Flow


1. Akuntansi untuk Bahan Baku
Berikut merupakan cara pencatatan dalam akuntansi yang terkait dengan bahan
baku :
a. Pembelian Bahan Baku
Pembelian ini dicatat pada akun persediaan yang mana akun ini juga sebagai
kontrol atas nilai persediaan bahan baku secara fisik.
Persediaan Bahan Baku xxx
Hutang Dagang/Kas xxx

b. Pencatatan bahan baku yang mulai diproses


Cara menjurnal bahan baku yang mulai dimasukkan dalam proses produksi,
adalah :
Persediaan Barang Dalam Proses xxx
Persediaan Bahan Baku xxx

2. Akuntansi untuk Tenaga Kerja Langsung


Apabila jenis pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja langsung lebih dari satu, maka
setiap jenis pekerjaan dihitung nilai masing-masing dan dijumlahkan. Setiap
pekerjaan dicatat dalam time ticket yang berbeda.

Persediaan Barang Dalam Proses xxx


Hutang Gaji xxx

3. Akuntansi untuk BOP


Umumnya perusahaan dengan sistem biaya pesanan menggunakan estimasi BOP
untuk menentukan BOP yang dibebankan kedalam produk, namun tetap harus
menghitung nilai BOP sesungguhnya.
a. Akuntansi untuk BOP dibebakan
Perhitungan BOP dengan estimasi dilakukan dengan menentukan tarif BOP
yang biasanya menggunakan jumlah jam kerja langsung.

Persediaan Barang Dalam Proses xxx


BOP Control xxx

b. Akuntansi untuk BOP sesungguhnya


BOP sesungguhnya tidak masuk ke dalam akun Persediaan Barang Dalam
Proses, namun untuk mencatat BOP sesunggunya dilakukan dengan jurnal
berikut :
BOP Control xxx
Biaya-Biaya BOP xxx
Biaya-Biaya BOP xxx

Apabila terdapat selisih pada BOP Control, maka selisih tersebut disebut
selisih BOP

4. Akuntansi untuk Barang Jadi


Setelah produksi selesai dilaksanakan dan menjadi produk jadi, maka pencatatan
produk jadi pun akan dilakukan :
Persediaan Barang Jadi xxx
Persediaan Barang Dalam Proses xxx

5. Akuntansi untuk Cost of Good Sold


Untuk mencatat penjualan dan harga pokok produk yang dijual dapat dilakukan
dengan :
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan Barang Jadi xxx

Piutang Dagang xxx


Penjualan xxx
Jurnal untuk menutup selisih BOP dibebankan dengan sesungguhnya ke harga
pokok penjualan dijurnal sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan xxx
BOP Control xxx

6. Akuntansi untuk Biaya Non Manufaktur


Biaya Non Manufaktur adalah biaya-biaya yang tidak menjadi bagian dari arus
manufaktur seperti penelitian, penjualan, dan biaya umum lainnya. Cara
menjurnalnya :
Biaya Penelitian xxx
Biaya Penjualan xxx
Biaya Administrasi & Umum xxx
Kas xxx
Hutang Usaha xxx
BAB 6
BIAYA PRODUK DAN JASA: SEBUAH PROSES PENDEKATAN SISTEM

A. Process-costing System : Dasar Operasional dan Konsep Biaya


Biaya job order costing tepat diterapkan pada perusahaan yang memproduksi
banyak jenis produk yang mana karakteristik masing – masing produk berbeda (Produk
yang hiterogen). Untuk perusahaan yang menghasilkan produk yang hampir sama atau
sejenis dalam jumlah yang besar, maka lebih tepat mengadopsi sistem process costing-
system. Untuk lebih memahami process costing-system, maka perlu untuk memahami
sistem operasional yang mendasari. Sistem proses operasional ditandai dengan
sejumlah besar produk homogen melewati serangkaian proses, di mana setiap proses
bertanggung jawab untuk satu atau lebih operasi yang membawa produk satu langkah
lebih dekat pada tahap penyelesaian. Dalam setiap proses input, bahan, tenaga kerja,
dan biaya overhead mungkin diperlukan (biasanya dalam jumlah yang sama untuk
setiap unit produk).
1. Arus Biaya
Arus biaya untuk process costing-system sama dengan arus biaya dalam
job-order costing. Perbedaan utamanya adalah job-order costing mengakumulasi
biaya produksi berdasarkan pekerjaan sedangkan process costing-system
mengakumulasi biaya produksi berdasarkan proses. Job-order costing
memberikan biaya produksi untuk pekerjaan dan mentransfer biaya ini langsung
ke barang jadi saat pekerjaan selesai. Sedangkan, dalam process costing-system,
ketika unit selesai untuk suatu proses, biaya produksi akan ditransfer ke
departemen yang berikutnya. Selanjutnya departemen pada proses terakhir yang
akan mentranfer biaya ke barang jadi. Process costing system adalah sistem
sederhana dan lebih murah untuk beroperasi dari job order costing. Hal ini
karena pada process costing system pekerja dapat mengkhususkan diri dalam
proses tertentu.
2. Laporan Produksi
Laporan produksi adalah dokumen yang merangkum aktivitas manufaktur
yang terjadi di departemen proses selama periode waktu tertentu. Laporan
produksi juga berfungsi sebagai dokumen sumber untuk mentransfer biaya dari
akun barang dalam proses satu departemen ke akun pekerjaan dalam proses
departemen berikutnya. Pada departemen yang menangani tahap akhir
pemrosesan, laporan produksi berfungsi sebagai dokumen sumber untuk
mentransfer biaya dari akun barang dalam proses ke akun barang jadi. Laporan
produksi memberikan informasi tentang unit fisik yang di proses di departemen
serta biaya produksi yang terkait.
3. Biaya Unit
Kunci input ke bagian informasi biaya dari laporan produksi adalah biaya
unit. Biaya unit dihitung dengan membagi biaya periode dengan output dari
periode. Tahapan menghitung unit cost dalam process-costing system sebagai
berikut :
a. Mengukur biaya produksi untuk departemen proses untuk periode waktu
tertentu
b. Mengukur output dari departemen proses untuk periode waktu yang sama
c. Biaya unit untuk suatu proses dihitung dengan membagi biaya periode
dengan output periode. Biaya unit untuk proses akhir adalah biaya untuk
produk yang sudah selesai, tidak termasuk dalam biaya unit untuk unit yang
diselesaikan sebagaian (dalam proses/ partially completed unit)

Basic Features of a Process-Costing System :


a. Unit yang sejenis atau homogen melalui serangkaian proses yang sama;
b. Setiap unit dalam setiap proses menerima alokasi yang sama dari biaya
produksi;
c. Biaya produksi diakumulasikan oleh suatu proses untuk periode waktu
tertentu;
d. Akun work in process untuk mencatat setiap proses;
e. Arus biaya produksi dan entri jurnal terkait umumnya mirip dengan job-
order-costing;
f. Laporan dari departemen produksi adalah dokumen kunci untuk menelusuri
kegiatan dan biaya produksi;
g. Biaya unit untuk suatu proses dihitung dengan membagi biaya periode
dengan output periode.
B. Proses Costing dengan Tidak ada Persediaan Barang dalam Proses Awal atau
Akhir
1. Service Organizations/ Perusahaan Jasa
Jasa pada dasarnya bersifat homogen dan menghasilkan aktivitas secara berulang-
ulang dapat mengunakan pendekatan process costing-system. Meskipun Jasa
tidak dapat disimpan, namun sangat mungkin bagi perusahaan jasa yang terlibat
dalam jasa produksi memiliki persediaan awal dan akhir. Sebagai contoh , proses
pembuatan laporan pajak dapat diselesaikan sebagian pada akhir periode. Namun,
banyak juga perusahaan jasa yang tidak ada persediaan dalam proses awal atau
akhir. Penghitungan biaya padaperusahaan jasa yang tidak ada persediaan dalam
proses awal dan persediaan akhir dalam proses menggunakan pendekatan process
costing-system.
2. JIT Pada Perusahaan Manufaktur
Banyak perusahaan telah mengadopsi pendekatan manufaktur just-in-time (JIT).
Secara keseluruhan dorongan perusahaan mengadposi pendekatan manufaktur JIT
adalah menyediakan produk yang diperlukan, ketika dibutuhkan, dan dalam
jumlah yang dibutuhkan. Pendekatan JIT berusaha untuk meminimalkan
persediaan. Implementasi kebijakan JIT yang berhasil cenderung mengurangi
persediaan dalam proses ke tingkat yang tidak signifikan. Perusahaan manufaktur
dalam sebuah pendekatan JIT biasanya terstruktur sehingga proses penetapan
biaya dapat digunakan untuk menentukan biaya produk.
3. Peran Activity Based Costing
Biaya berbasis aktivitas (Activity Based Costing / ABC) dapat memiliki peran
dalam pengaturan proses yang tersedia dari beberapa produk yang sedang
diproduksi. Dalam pendekatan ABC setiap aktivitas didedikasikan untuk produksi
satu produk. Hal ini menyebabkan biaya overhead yang terletak di dalam suatu
aktivitas eksklusif untuk produk.

C. Proses Costing dengan Persediaan dalam Proses Akhir


Biaya unit diperlukan untuk menghitung biaya barang yang ditransfer dari suatu
proses departemen dan untuk menilai persediaan akhir barang dalam proses. Barang
dalam proses mempengaruhi perhitungan biaya unit dengan mempengaruhi cara
pengukuran output periode.
1. Unit Ekuivalen Sebagai Pengukuran Output
Untuk dapat mengukur output agar mencerminkan usaha yang dikeluarkan pada
unit yang sudah selesai dan unit yang masih dalam proses pengerjaan adalah
dengan menghitung unit ekuivalen output. Unit ekuivalen output adalah unit
lengkap yang bisa saja dihasilkan dengan mengingat jumlah total usaha produktif
yang dikeluarkan untuk periode yang dipertimbangkan. Menentukan unit
ekuivalen output untuk unit yang ditransfer keluar adalah dengan menggunakan
prinsip di mana unit tidak akan ditransfer keluar kecuali yang sudah selesai.
Dengan demikian, setiap unit yang ditransfer keluar dihitung sebagai unit yang
sudah selesai.
2. Ilustrasi Laporan Biaya Produksi
Laporan biaya produksi memiliki bagian informasi unit dan bagian informasi
biaya. Bagian informasi unit berkaitan dengan pengukuran output, dan bagian
informasi biaya berkaitan dengan perhitungan biaya per unit, penetapan biaya,
dan rekonsiliasi. Lima langkah yang harus diikuti dalam menyiapkan laporan
biaya produksi, yaitu:
a) Analisis aliran unit fisik,
b) Perhitungan unit ekuivalen,
c) Perhitungan biaya unit,
d) Penilaian persediaan (barang ditransfer keluar dan pekerjaan dalam proses
akhir),
e) Rekonsiliasi biaya.
3. Aplikasi Tidak Berwujud dari Input Produktif
Dengan asumsi aplikasi yang seragam dengan biaya konversi (tenaga kerja
langsung dan overhead) yang wajar. Masukan tenaga kerja langsung biasanya
diperlukan selama proses, dan overhead biasanya diterapkan atas dasar jam kerja
langsung. Dalam banyak contoh, bahan langsung tidak mungkin diterapkan
secara seragam. Bahan langsung biasanya ditambahkan pada awal atau akhir
proses. Angka persentase penyelesaian yang berbeda untuk input produktif pada
penyelesaian tahap yang sama maka akan menimbulkan masalah untuk
perhitungan unit ekuivalen. Untuk mengatasi hal tersebut, perhitungan unit
ekuivalen dilakukan untuk setiap kategori input. Dengan demikian, ada unit
ekuivalen yang dihitung untuk setiap kategori bahan langsung dan untuk biaya
konversi. Kategori yang terpisah dari unit ekuivalen menyebabkan biaya setiap
kategori diukur secara terpisah.
4. Persediaan Pekerjaan dalam Proses Awal
Kehadiran persediaan barang dalam proses awal juga mempersulit
pengukuran output. Banyak perusahaan menyelesaikan sebagian unit barang
dalam proses pada awal suatu periode. Permasalahan yang timbul dalam hal ini
adalah barang yang diselesaikan sebagian ini merupakan barang pada periode
sebelumnya, dan biaya yang digunakan adalah biaya periode sebelumnya.
Dalam menghitung biaya unit periode berjalan untuk satu departemen,
terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk mengatasi permasalahan output
dan biaya pada periode sebelumnya yang ditemukan di barang dalam proses awal,
antara lain: metode First In First Out (FIFO) dan metode penetapan biaya rata-
rata tertimbang. Kedua metode tersebut sama-sama mengikuti lima langkah yang
dilakukan untuk menyiapkan laporan biaya produksi. Namun, kedua metode
tersebut biasanya menghasilkan hasil yang sama hanya untuk langkah1.

D. Metode FIFO
Prinsip proses biaya mensyaratkan bahwa biaya periode dibagi dengan output
periode. Dengan demikian, secara teoritis, hanya biaya periode saat ini dan output
periode saat ini yang harus digunakan untuk menghitung biaya unit periode saat ini.
Metode biaya First In First Out (FIFO) mencoba untuk mengikuti pedoman teoritis ini.
Dalam metode FIFO unit ekuivalen dan biaya produksi untuk barang dalam proses awal
dikeluarkan dari perhitungan biaya unit periode saat ini. Metode FIFO mengakui bahwa
pekerjaan dan biaya yang terbawa dari periode sebelumnya secara sah menjadi milik
periode sebelumnya. Metode FIFO terdiri dari lima langkah, yaitu:
1. Analisis aliran fisik,
2. Perhitungan unit ekuivalen,
3. Perhitungan biaya unit,
4. Penilaian persediaan,
5. Rekonsiliasi biaya.

E. Metode Biaya Rata-Rata Tertimbang


Metode perhitungan biaya rata-rata tertimbang memperlakukan biaya awal
persediaan dan output ekuivalen yang mengikutinya, sebagai milik periode waktu
berjalan. Hal ini dilakukan dengan menambahkan biaya produksi pada awal barang
dalam proses ke biaya produksi yang muncul selama periode berjalan. Total biaya
diperlakukan sebagai total biaya produksi periode berjalan. Begitu juga persediaan awal
output dan output periode berjalan, digabungkan dalam perhitungan unit ekuivalen.
Dengan metode rata-rata tertimbang, output unit ekuivalen dihitung dengan
menambahkan unit-unit yang telah selesai ke unit unit ekuivalen pada akhir barang
dalam proses. Laporan metode biaya rata-rata tertimbang terdiri dari lima langkah,
yaitu:
1. Analisis aliran fisik,
2. Perhitungan unit ekuivalen,
3. Perhitungan biaya unit,
4. Penilaian persediaan,
5. Rekonsiliasi biaya.

Perbandingan Metode FIFO dan dengan Rata-rata Tertimbang


FIFO dan metode rata-rata tertimbang berbeda pada dua dimensi kunci, yaitu: (1)
bagaimana output dihitung dan (2) apa biaya yang digunakan untuk menghitung biaya
unit periode ini. Kedua metode menggunakan biaya total yang berbeda dan ukuran yang
berbeda dari output. Metode FIFO secara teoritis lebih menarik karena membagi biaya
periode dengan output dari periode. Metode rata-rata tertimbang, di sisi lain,
menggabungkan biaya dalam pekerjaan dalam proses dengan biaya periode-saat awal
dan menyatu output ditemukan di mulai bekerja dalam proses dengan output periode-
saat ini. Hal ini menciptakan kemungkinan untuk kesalahan-terutama jika metode rata-
rata tertimbang digunakan untuk pengaturan di mana biaya input berubah secara
signifikan dari satu periode ke periode berikutnya.
Kelemahan kedua, metode biaya rata-rata tertimbang adalah bahwa hal itu
menggabungkan kinerja periode berjalan dengan periode sebelumnya. Seringkali, hal
ini diinginkan untuk melakukan kontrol dengan membandingkan biaya yang
sebenarnya dari periode saat ini dengan biaya yang dianggarkan atau standar untuk
periode tersebut. Metode rata-rata tertimbang membuat perbandingan ini mencurigakan
karena kinerja periode saat ini tidak terlepas dari periode sebelumnya.
Manfaat utama dari metode rata-rata tertimbang adalah kesederhanaan. Dengan
memperlakukan unit dalam pekerjaan dimulai dalam proses sebagai milik periode
berjalan, semua unit setara milik periode waktu yang sama ketika menghitung biaya
unit. Akibatnya, persyaratan untuk menghitung unit biaya yang sangat sederhana.
Namun, seperti yang telah dibahas, akurasi dan pengukuran kinerja terganggu. Metode
FIFO mengatasi kedua kelemahan tersebut.

G. Perlakuan terhadap Barang yang Ditransfer


Dalam proses manufaktur, beberapa departemen selalu menerima barang
sebagian selesai dari departemen sebelumnya. Barang-barang dipindahkan adalah jenis
bahan langsung untuk proses-bahan berikutnya yang ditambahkan pada awal proses
selanjutnya. Pendekatan yang umum adalah untuk perbaikan barang ditransfer sebagai
kategori bahan yang terpisah ketika menghitung unit ekuivalen. Dalam urusan dengan
barang yang dipindahkan, tiga poin penting yang harus diingat. Pertama, biaya bahan
ini adalah biaya barang yang ditransfer keluar dihitung di departemen sebelumnya.
Kedua, unit mulai di departemen berikutnya sesuai dengan unit ditransfer keluar dari
departemen sebelumnya, dengan asumsi bahwa ada hubungan antara langkah-langkah
output kedua departemen. Ketiga, unit departemen mentransfer dapat diukur berbeda
dari unit departemen penerima. Jika hal ini terjadi, maka barang ditransfer dalam harus
dikonversi ke satuan ukuran yang digunakan oleh departemen kedua.

H. Biaya Operasi
Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan maupun dalam perhitungan biaya
berdasarakan proses, perhatian yang cukup besar diberikan terhadap perhitungan
terperinci atas biaya barang dalam proses. Terdapat solusi yang dapat digunakan untuk
menggabungkan dua metode kalkulasi tersebut yaitu penggunaan metode Hybrid
Costing. Hybrid costing menggunakan akumulasi biaya berdasarkan pesanan untuk
menelusuri bahan baku langsung ke batch dan menggunakan akumulasi biaya
berdasarkan proses untuk menelusuri biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead.
Kalkulasi biaya hybrid (operasi) sangat tepat bagi perusahaan makanan, pakaian,
furniture, otomotif dan perusahaan sejenis. Sebagai contoh perusahaan pakaian pria
yang membuat pakaian yang berbeda dengan bahan baku kain yang berbeda namun
dengan proses penjahitan dengan mesin yang sama. Sebagaimana dalam kalkulasi biaya
pesanan, akuntan secara spesifik mengalokasikan bahan baku langsung ke batch dengan
menggunakan kalkulasi biaya operasi (hybrid). Walaupun demikian, tenaga kerja
langsung dan overhead diabsorpsi dengan cara yang sama seperti dalam kalkulasi biaya
berdasarkan proses (process costing), serta membebankan biaya konversi ke seluruh
unit fisik yang melewati operasi dengan menggunakan rata-rata biaya konversi per unit
untuk operasi tersebut.
BAB 7
ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PENDUKUNG DAN PRODUK GABUNGAN

A. GAMBARAN ALOKASI BIAYA


1. Jenis Departemen
Dalam model fungsi di peruahaan objek biaya adalah departemen. Ada dua
kategori departemen yaitu: departemen produksi yang bertanggung jawab pada
pembuatan produk atau jasa yang dijual kepada pelanggan dan departemen
pendukung yang menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan
departemen produksi. Setelah pengidentifikasian departemen produksi dan
pemeliharaan, biaya overhead yang dikeluarkan oleh masing-masing departemen
dapat ditentukan.
2. Jenis Dasar Alokasi
Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung. Biaya departemen
pendukung ditimbulkan oleh aktivitas departemen produki. Faktor penyebab
adalah variabel atau aktivitas dalam departemen produksi yang menyebabkan
munculnya biaya jasa pendukung. Dalam memilih dasar pengalokasian biaya
departemen pendukung, berbagai usaha harus dilakukan untuk mengidentifikasi
faktor penyebab yang sesuai (penggerak biaya) agar biaya produk yang dihasilkan
lebih akurat dan digunakan untuk mengontrol konsumsi jasa pendukung secara
baik namun sering tidak dapat ditemukan sehingga diperlukannya proxy yang
baik sebagai dasar alokasi.

B. MENGALOKASIKAN BIAYA SUATU DEPARTEMEN KE DEPARTEMEN


LAIN
1. Tarif Pembebanan Tunggal
Penggunaan tarif tunggal mengakibatkan biaya tetap diperlakukan seakan-akan
biaya terebut merupakan biaya variabel. Tarif pembebanan tunggal terkadang
menyamarkan berbagai faktor penyebab yang menimbulkan biaya total
departemen pendukung
2. Tarif Pembebanan Ganda
Dengan dua tarif pembebanan, setiap tarif pembebanan didasarkan pada faktor
penyebab yang kuat, alokasi biaya pada departemen yang menggunakan tarif
pembebanan didasarkan pada jumlah biaya sebenarnyayang ditimbkan
departemen pendukung.
3. Dianggarkan versus Penggunaan Aktual
Terdapat dua alasan dasar pengalokasian biaya departemen pendukung
yaitu untuk menghitung biaya prduk yang diproduksi dan mengevalasi kinerja.
Para manajer departemen pendukung dan produksi biasanya bertanggung jawab
atas kinerja unit mereka. Hal ini diukur dengan dengan cara membandingkan
biaya actual dengan biaya yang direncanakan atau dianggarkan. Jika biaya actual
melebihi biaya yang dianggarkan, departemen tersebut mungkin beroperasi secara
tidak efisien dengan perbedaan antara dua biaya tersebut sebegai ukuran
ketidakefisienan.Jika biaya actual lebih kecil dari biaya yang dianggarkan, unit
tersebut mungkin dioperasikan secara efisien.
Prinsip umum evaluasi kinerja adalah para manajer seharusnya tidak
bertanggung jawab atas biaya atau aktivitas yang tidak mereka kendalikan.
Evaluasi suatu departemen seharusnya tidak dipengaruhi oleh tingkat efisiensi
yang dicapai departemen lain. Dengan mengalokasikan biaya yang dianggarkan
(bukan biaya actual), tidak ada ketidakefisienan atau efisiensi yang ditransfer dari
suatu departemen ke departemen lainnya. Keputusan untuk memakai penggunaan
yang dianggarkan atau penggunaan actual bergantung pada tujuan alokasi.

C. MEMILIH METODE ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PENDUKUNG


1. Metode Langsung
Metode langsung adalah metode yang paling sederhana dan paling langsung
untuk mengalokasikan biaya departemen pendukung.Biaya jasa variabel
dialokasikan secara langsung ke Departemen produksi sesuai proporsi
penggunaan jasa departemen tersebut.Biaya tetap juga dialokasikan secara
langsung ke Departemen Produksi, tetapi sesuai proporsi kapasitas normal atau
praktis departemen produksi.
2. Matode Alokasi Berurutan
Metode alokasi berurutan (atau bertahap) mengakui adanya interaksi antar
Departemen Pendukung namun tidak secara sepenuhnya. Alokasi biaya dilakukan
secara menurun dengan mengikuti prosedur rangking yang telah ditetapkan
terlebih dahulu berdasarkan urut jumlah pelayanan yang diberikan dari terbanyak
hingga paling sedikit.Tingkat pelayanan biasanya diukur dengan biaya langsung
tiap departemen pendukung, departemen dengan biaya tertinggi dianggap sebagai
pemberi layanan terbanyak. Biaya yang dialokasikan dari departemen pendukung
adalah biaya langsung ditambah biaya yang diterima dari alokasi departemen
pendukung lainnya.Biaya langsung departemen adalah biaya yang dapat
ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan.
3. Metode Alokasi Timbal Balik
Metode alokasi timbale balik (reciprocal) mengakui semua interaksi antar-
Departemen Pendukung. Metode ini menjelaskan bahwa pemakaian suatu
departemen pendukung oleh departemen menentukan biaya total tiap departemen
pendukung yang biaya totalnya mencerminkan interaksi antar-departemen
pendukung dan biaya tersebut dialokasikan ke departemen produksi. Metode ini
memperhitungkan semua interaksi antar-Departemen pendukung.
 Biaya total departemen pendukung
Biaya total ini berbeda dari metode langsung atau berurutan dan
mencerminkan semua interaksi antara dua departemen pendukung.
Biaya total = biaya langsung + biaya yang dialokasikan
 Alokasi ke departemen produksi
Alokasi ini dilakukan setelah biaya total tiap departemen pendukung
diketahui dan berdasarkan pada proporsi output yang digunakan tiap
departemen produksi.
4. Perbandingan Ketiga Metode
Ketiga metode dapat memberikan hasil yang sangat berbeda, tergantung pada
tingkat interaksi antar departemen pendukung. Metode alokasi dapat
mempengaruhi tanggung jawab manajer atas biaya, akuntan harus memahami
berbagai konsekuensi yang ditimbulkan oleh pengguna metode yang berbeda dan
memiliki alasan tepat bagi pilihan yang dibuatnya. Selain itu, manajer yakin
bahwa adanya biaya tambahan yang dialokasikan ke departemen mereka namun
mereka tidak yakin betul bagaimana hal tersebut dilakukan. Faktor lainnya adalah
adanya perubahan teknologi secara cepat.Namun, perpindahan menuju
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas dan manufaktur Just-In-Time dapat
meniadakan kebutuhan atas alokasi biaya.
D. TARIF BIAYA OVERHEAD DEPARTEMEN DAN BIAYA PRODUK
Setelah mengalokasikan semua biaya pendukung ke departemen produksi, tariff
overhead dapat dihitung untuk tiap departemen. Tariff ini dihitung dengan
menambahkan biaya departemen pendukung yang dialokakasikan dengan biaya
overhead yang secara langsung dapat ditelusuri ke departemen produksi dan membagi
jumlah total dengan beberapa ukuran aktivitas seperti jam tenaga kerja langsung atau
jam mesin.

E. AKUNTANSI UNTUK BIAYA PRODUK GABUNGAN


Produk gabungan adalah dua atau lebih produk yang diproduksi secara simultan dengan
proses yang sama hingga pada titik “pemisahan”. Akuntansi untuk seluruh biaya
gabungan dari produksi tidak berbeda dengan akuntansi untuk biaya produk secara
umum. Alokasi harus dilakukan untuk tujuan pajak penghasilan dan pelaporan
keuangan. Berbagai metode digunakan untuk mengalokasi biaya gabungan.
1. Metode Unit Fisik
Biaya gabungan didistribusikan ke produk berdasarkan ukuran fisik. Misalnya :
pon, ton, gallon, suhu, dsb. Metode unit fisik menganggap setiap unit bahan baku
pada produk akhir memiliki biaya yang sama untuk diproduksi. Hal ini paling
tepat jika elemen yang dominan bisa ditelusuri hingga ke produk.
2. Metode Nilai Penjualan Saat Pemisahan
Metode ini mengalokasikan berdasarkan proporsi setiap produk pada nilai
penjualan pada titik pemisahan. Semakin tinggi nilai pasar, semakin besar bagian
dari biaya patungan yang dibebankan terhadap produk tersebut. Asalkan harga
saat pemisahan stabil atau fluktuasi harga dari berbagai produk disinkronisasi
(tidak harus pada jumlahnya tapi juga pada tingkat perubahan), biaya yang
dialokasikan akan tetap konstan.
3. Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan
Metode ini digunakan apabila harga pasar untuk produk tertentu tidak tersedia
pada saat titik pemisahan.Mula-mula tentukan nilai penjualan hipotesis
(hypothetical sales value) untuk setiap produk bersama dengan pengurangan
semua biaya pemrosesan yang bisa dipisahkan (atau lebih lanjut) dari nilai pasar
akhir. Hal ini akan memperkirakan nilai penjualan saat pemisahan. Kemudian
metode nilai bersih dapat direalisasikan bisa digunakan untuk memproratakan
biaya patungan berdasarkan bagian dari setiap produk atas nilai penjualan
hipotesis.Metode ini berguna ketika suatu atau beberapa produk tidak bisa dijual
saat titik pemisahan, tetapi harus diproses lebih lanjut.
4. Produk Sampingan
Proses produksi patungan menghasilkan output yang terdiri atas dua atau lebih
produk yang diproduksi secara simultan. Produk patungan atau utama memiliki
nilai penjualan yang relatif signifikan.Produk sampingan (by products) memiliki
nilai penjualan yang relatif kurang signifikan dan tidak dialokasikan ke biaya
produk patungan. Penjualan produk sampingan dimasukkan ke “Pendapatan Lain-
Lain” pada laporan laba rugi atau diperlakukan sebagai kredit untuk barang dalam
proses dari produk utama.

Anda mungkin juga menyukai