Anda di halaman 1dari 18

Pengertian Kertas Kerja

Kertas kerja (working paper) mendokumentasikan audit. Kertas kerja berisi catatan informasi
yang di peroleh dan analisis yang di lakukan selama proses audit. Kertas kerja di siapkan sejak
saat auditor pertama kali memulai penugasannya hingga mereka menelaah tindakan perbaikan
dan mengakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi dokumentasi atas langkah – langkah berikut ini
dalam proses audit :

 Rencana audit, termasuk program audit


 Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas system control internal
 Prosedur- prosedur audit yang di lakukan, informasi yang di peroleh, dan kesimpulan
yang di capai
 Penelaahan kertas kerja oleh penyelia
 Laporan audit
 Tindak lanjut dari tindakan perbaikan

Bab ini mencakup dan mengembangkan pedoman penyiapan kertas kerja audit yang di tetapkan
dalam practice advisory 2330-1 “Pencatatan Informasi” yang terdapat pada standar.

Fungsi kertas kerja

Auditor internal menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang berbeda :

 Untuk mendukung audit. Kertas kerja yang terstruktur dengan baik memudahkan
pengalihan dari materi yang di tulis selama audit menjadi halaman- halaman laporan
audit interim dan final. Di samping itu auditor yang berpengalaman senantiasa
memikirkan laporan akhir di sepanjang keseluruhan penugasan audit. Hal ini membuat
pekerjaan lapangan menjadi relevan dan mengikuti arah yang benar. Apa pun yang tidak
layak untuk di laporkan bisa jadi tidak relevan untuk di telaah.
 Untuk menyimpan informasi yang di peroleh melalui Tanya jawab, penelaah instruksi
dan arahan, analisis system dan proses, pengamatan kondisi, dan pemeriksaan transaksi
 Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan – temuan audit, mengumpulkan
bukti yang di perlukan untuk menentukan terjadi dan luasnya kondisi – kondisi yang
mengandung kelemahan.
 Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi. Operasi kadnag- kadang agak
rumit dan sulit untuk di ingat. Penjelasan dan bagan yang terdokumentasikan dengan baik
dalam kertas kerja, di beri indeks untuk mempermudah akses, bisa menempatkan auditor
pada posisi yang sama dengan karyawan operasional dan memahami operais dengan
mendalam. Jadi, kertas kerja yang baik bisa menjadi alat pertahanan yang baik jika
kesimpulan dan rekomendasi audit di pertanyakan.
 Untuk menjadi dasar bagi penyelia dalam menelaah kemajuan dan penyelesaian audit.
Penelaahan kerja yang terdokumentasi lebih produktif di bandingkan percakapan antara
penyelia audit dan auditor. Penelaahan oleh penyelia, yang juga di dokumentasikan di
kertas kerja, merupakan sarana control audit dan merupakan bagian yang integral.
 Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah – masalah yang melibatkan
kecurangan, tuntutan hokum, dan klaim asuransi.
 Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi pekerjaan audit internal
dan kemudian menggunakanya dalam penilaian mereka sendiri atas system control
internal organisasi
 Untuk menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan selanjutnya.
Penugasan audit sering kali di ulang atau di tindak lanjuti kertas kerja yang professional
membuat audit rutin lebih mudah dan lebih efisien.
 Untuk membantu memfasilitasi penelaahan rekan sejawat (peer review). Makan banyak
organisasi audit internal yang terlibat dalam program kontrol mutu dan evaluasi eksternal
atau konsultan perlu mengevaluasi aktivitas audit internal. Kertas untuk mengevaluasi
program jaminan mutu departemen audit internal. kepatuhan dengan Standar.

 Menjadi bagian dokumentasi yang disyaratkan oleh Undang-undang Praktik korupsi luar
negeri Amerika Serikat (U.S. Foreign Corrupt Practices Act). Undang-undang tersebut
mensyaratkan perusahaan untuk mengembangkan dan menjaga system control akuntansi
internal. Secara umum, auditor internal harus mengupayakan kertas kerja yang rapi,
seragam, dapat relevan, ekonomis, lengkap secara wajar, sederhana, dan disusun secara
logis.

Pendapat yang mendukung kertas kerja yang professional cukup banyak dan meyakinkan.
Auditor internal harus menyiapkan kertas kerja yang akurat , jelas, terorganisasi, dan
professional , dengan mempertimbangkan hal- hal berikut ini :

- Pendokumentasian , termasuk penyusunan kertas kerja


- Ringkasan , termasuk catatan temuan audit
- Pemberian indeks dan referensi silang
- Kertas kerja proforma
- Penelaahan kertas kerja oleh penyelia
- Kepemilikan dan control atas kertas kerja
- Kriteria kertas kerja yang ideal
- Penulisan kertas kerja sejalan dengan kemajuan audit
- Penyimpanan kertas kerja

Dokumentasi
Kertas kerja harus mengikuti bentuk dan susunan yang konsisten, tidak hanya dalam setiap
penugasan audit tetapi juga pada departemen audit internal. Jadi , kepala bagian audit harus
menetapkan kebijakan mengenai jenis – jenis kerta kerja audit yang harus di simpan, system
penempatan yang akan di gunakan, system pemberian indeks yang akan di ikuti, dan hal- hal
terkait lainnya.

Begitu mereka terbiasa suatu format, auditor internal tidak harus berpikir banyak mengenai
susunan kertas kerja, tetapi lebih kepada kebuthan apa yang akan di catat. Kertas kerja bisa
mencakup antara lain :

- Perencanaan dokumen dan program audit


- Kusioner induk, bagan alir, daftar pemeriksaan, dan hasil- hasil evaluasi control.
- Catatan wawancara
- Bagan organisasi , pernyataan kebijakan dan prosedur , serta deskripsi kerja
- Salinan kontrak – kontrak dan perjanjian penting
- Surat konfirmasi dan representasi
- Foto, diagram , tampilan grafis lainnya
- Uji dan analisis transaksi
- Hasil – hasil prosedur penelahaan analitis
- Laporan audit dan jawaban manajemen
- Korespondensi audit yang relevan

Secara umum, auditor internal harus mengupayakan kertas kerja yang rapi, sergama, dapat di
pahami, relevan, ekonomis, lengkap secara wajar, sederhana dan di susun secara logis. Berikut
ini penjelasannya masing – masing :

Menjaga kerapian kertas kerja

Kertas kerja yang rapi mencerminkan pemikiran yang rapi. Kertas kerja seperti ini memberikan
kesan langsung mengenai kecermatan dan profesionalisme.

Semua nama dan jabatan harus di cetak dengan jelas dan mudah di pahami. Hanya satu sisi
lembar kerja yang harus di gunakan karena materi pada halaman belakang bisa terlewatkan.
Kertas kerja telah lama di gunakan dalam sidang pengadilan. Kertas kerja yang berantakan tidak
layak menjadi bukti.

Menjaga keseragaman kertas kerja

Semua kertas kerja harus di siapkan pada kertas dengan ukuran dan tampilan yang sama. Kertas
dengan ukuran yang lebih kecil harus di rekatkan ke lembar kertas yang berukuran standar.
Kertas berukuran lebih besar seharusnya di lipat sehingga memudahkan penelahaan yang akan di
lakukan.
Map yang memiliki penjepit berbentuk lingkaran cukup baik di gunakan sebagai kertas kerja
audit. Map seperti ini mencegah tercecernya kertas dan kertas kerja juga bisa di sortir ulang, di
tambah, atau di hilangkan tanpa kesulitan.

Menyiapkan Kertas Kerja agar Dapat Dipahami

Kertas kerja haruslah jelas dan dapat dipahami, tanpa membutuhkan informasi tambahan. Setiap
orang yang membaca kertas kerja tersebut harus dapat memahami apa yang diputuskan dilakukan,
apa yang telah mereka lakukan, apa yang mereka temukan, apa kesimpulan yang diambil apa saja
yang tidak diputuskan untuk diambil. Tentu saja perlu menjaga kertas kerja seringkas mungkin
namun kejelasan jangan sampai dikorbankan hanya untuk menghemat waktu dan kertas.

Informasi yang diperoleh secara lisan jarang dicatat secara harfiah. Auditor yang memaparkan
tanggapan klien juga harus mencatat interpretasi mereka sendiri mengenai maksud kata-kata klien.
Untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahpahaman, klien sebaiknya diminta men interpretasi
auditor. Jika digunakan rekaman suara, sebaiknya tetap dibuat catatan tertulis.
Menjaga Kertas Kerja yang Relevan

Kertas kerja sebaiknya dibatasi hanya pada masalah masalah yang relevan dan material, yang
secara langsung terkait dengan tujuan tujuan audit. Catatan yang mungkin menarik tetap tidak
secara langsung relevan harus di hilangkan. Program audit yang terorganisasi dengan baik dan
instruksi penyelia yang efektif bisa membantu memastikan masuknya dokumen yang relevan
saja.

Kertas kerja sebaiknya dibatasi hanya pada masalah-masalah yang relevan dan material yang
secara langsung terkait dengan tujuan-tujuan audit. Catatan yang mungkin menarik

dan final. Di samping itu, auditor yang berpengalarnan senantiasa memikirkan laporan akhir di
sepanjang keseluruhan penugasan audit. Hal ini membuat pekerjaan lapangan menjadi relevan
dan mengikuti arah yang benar. Apa pun yang tidak layak untuk dilaporkan bisa jadi tidak
relevan untuk ditelaah.

 Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab, penelaahan instruksi dan
arahan, analisis sistem dan proses, pengamatan kondisi, dan pemeriksaan transaksi.

 Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan audit, mengumpulkan


bukti yang diperlukan untuk menentukan terjadi dan luasnya kondisi-kondisi yang
mengandung kelemahan.

 Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi. Operasi kadang-kadang agak


rumit dan sulit untuk diingat. Penjelasan dan bagan yang terdokumentasikan dengan baik
dalam kertas kerja, diberi indeks untuk mempermudah akses, bisa menempatkan auditor pada
posisi yang sama dengan karyawan operasional dan memahami operasi dengan mendalam. Jadi,
kertas kerja yang baik bisa menjadi alat pertahanan yang baik jika kesimpulan dan rekomendasi
audit dipertanyakan.

 Untuk menjadi dasar bagi penyelia dalam menelaah kemajuan dan penyelesaian audit.
Penelaahan kerja yang terdokumentasi lebih produktif dibandingkan percakapan antara penyelia
audit dan auditor. Penelaahan oleh penyelia, yang juga didokumentasikan di kertas kerja,
merupakan sarana kontrol audit dan merupakan bagian yang integral.

 Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang melibatkan


kecurangan. tuntutan hukum, dan Haim asuransi.

 Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi pekerjaan audit
internal dan kemudian menggunakannya dalam penilaian mereka sendiri atas sistem kontrol
intern organisasi.

 Untuk menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan selanjutnya.
Penugasan audit sering kali diulang atau ditindaklanjuti. Kertas kerja yang profesional membuat
audit rutin lebih mudah dan lebih efisien.

 Untuk membantu memfasilitasi penelaahan rekan sejawat (peer review). Makin banyak
organisas, audit internal yang terlibat dalam program kontrol mutu dan evaluasi mandiri. Baik
auditor eksternal atau konsultan perlu mengevaluasi aktivitas audit internal. Kertas kerja
menjadi dasar untuk mengevaluasi program jaminan mutu departemen audit internal, yang
menunjukkan kepatuhan dengan Standar.

 Menjadi bagian dokumentasi yang disyaratkan oleh Undang-undang Praktik Korupsi Luar
Nege Amerika Serikat (U.S. Foreign Corrupt Practices Act). Undang-undang tersebut
mensyaratkaz
Semua nama dan jabatan harus dicetak dengan jelas dan mudah dipahami. Hanya satu sisi lembar
kea yang harus digunakan; karena materi pada halaman belakang bisa terlewatkan. Kertas kerja telah
lama digunakan dalam sidang pengadilan. Kertas kerja yang berantakan tidak layak menjadi bukti.

Menjaga Kekonomisan Kertas Kerja

Auditor harus menghindari daftar dan skedul yang tidak perlu. Untuk itu, gunakan salinan
dokumen klien atau hasil cetak computer. Dokumen dokumen ini bisa menunjukan langkah
langkah audit yang dilakukan mengggunakan tanda tanda yang berbeda, juga mencatat
tanggapan audit pada pinggir kertas.

Masukkan sebanyak mungkin uji pada satu lembar kertas kerja. Sempel yang sama kemudian
bisa digunakan untuk sejumlah analisis.

Auditor internal sebaiknya tidak berusaha menjawab setiap pertanyaan yang mungkin muncul.
Hal ini terutama berlaku bila pengujian yang dilakukan menunjukan kondisi yang memuaskan.

Menjaga Kecukupan Kertas Kerja

Kertas kerja sebaiknya diusahakan tidak hal-hal yang tertinggal. Tidak ada pertanyaan yang
diajukan yang dibiarkan tak terjawab. Jika tersedia ruang untuk refrensi silang, maka harus di isi.
Jika timbul pertanyaan, maka harus dijawab- atau alasan untuk tidak menjawabnya harus
diberikan.

Auditor harus menyimpan daftar “yang dikerjakan” di kertas kerja mereka. Pada daftar ini
mereka bisa menuliskan hal hal yang masih dilakukan, pemikiran baru yang layak di
pertimbangkan, dan hal hal lain yang tidak secara khusus ditetapkan di program audit tapi
memerlukan tindakan audit. Kemudian, hal hal yang ada di daftar “masih harus di kerjakan”
harus dilakukan atau kalau tidak berikan komentar dan beri referensi. Daftar “yang dikerjakan”
yang menjadi bagian dokumen kertas kerja.

Menjaga Kesederhanaan Penulisan

Kertas kerja haruslah dengan mudah dipahami bagi yang menelaah. Penggunaan jargon harus
dihindari. Jika digunakan, harus dijelaskan pada bagian yang terpisah dari kertas kerja- pada
Daftar Istilah- bersama dengan istilah-istilah teknis dan kurang dikenal yang digunakan dalam
aktivitas dan dalam kertas kerja.

Kesederhanaan dan kejelasan dalam kertas kerja tidak berarti harus digunakan struktur bahasa
yang sempurna. Kalimat-kalimat ringkas tetap bisa digunakan dan menghemat waktu.
Uji terakhir dari seperangkat kertas kerja yang baik adalah apakah auditor internal yang lain,
yang tidak berhubungan dengan penugasan, bisa melangkah ke dalam penugasan audit yang
sedang dilakukan, memahami apa yang telah dilakukan dan melakukan pemeriksaan tanpa
menghabiskan banyak upaya.

Gunakan Susunan Kertas Kerja Yang Logis

Kertas kerja harus di susun secara pararel dengan program audit. Setiap subjek yang berbeda
harus dimasukan di dalam bagian terpisah dari kertas kerja. Hubungan yang sejajar antara
program dan kertas kerja akan memudahkan pengacuan selama dan setelah audit.

Untuk setiap sekmen audit, auditor harus memberikan informasi umum dalam bentuk narasi pada
awal bagian. Informasi tersebut menyangkut tujuan operasi yang diaudit dan informasi latar
belakang: organisasi, statistik volume, dan system control

Di belakang narasi akan ada catatan audit: bagan alir dari sistem control, jadwal pengujian audit,
dan ringkasan temuan. Setiap lembar kerja umumnya akan berisi :

Judul yang deskriptif. Judul harus membuat nama perusahaan, organisasi, atau fungsi yang
diaudit, yang menunjukan sifat data yang tercantum dalam kertas kerja, dan menunjukan tanggal
atau periode audit.

Refrensi kepenugasan audit. Hal ini mengidentifikasikan nomor referensi dari penugasan audit.

Tanda silang atau symbol lainnya. Tanda silang atau symbol-simbol lainnya harus seragam di
sepanjang audit. Tanda-tanda tersebut harus kecil dan di tempatkan dengan rapi, berguna tetapi
tidak terlalu mencolok. Tanda-tanda tersebut harus di jelaskan di catatan kaki.

Tanda pembuatan dan inisial auditor. tanggal harus menunjukkan kapan kertas kerja
diselesaikan inisial auditor harus muncul pada setiap lembar.lembar terpisah pada lembar kerja
harus berisi daftar semua auditor dan staf lainya pada penugasan audit serta inisial mereka.

Nomer refrensi kertas kerja. Kertas kerja harus diruju saat disiapkan dan dibuat dalam
pengelompok an. Tidak ada yang lebih mengganggu – bagi auditor maupun penelaan – selain
kertas kerja dibiarkan tak bernomer dan tak terkendali.kertas kerja bisa ditulis menggunakan
pensil,pena atau dengan perangkat lunak computer dan dicetak.pensil lebih disukai untuk skedul-
skedul berisi angka angka yang munkin dirubah.tulisan naratif lebih rapi bila ditulis
menggunakan tinta.beberapa auditor internal memberi nuansa profesioanalisme dikertas kerja
mereka ditulis dilembar dan induk kolom menggunakan tinta-maka tulisan ini sulit untuk
dirubah-dan sisa skedul menggunakan pensil.
Ringkasan kertas kerja meskipun kita telah menyinggung pembuatan ringkasan di bab
8,penemuan audi,namun layak untuk dijelaskan disini karena penting untuk penyajian kertas
kerja.auditor,dalam melakukan penulusuran audit,seringkali enggan mengalokasikan waktu audit
untuk membuat ringkasan.tidak membuat ringkasan sering kali merupakan kesalahan.apa yang
dipikir auditor sudah meereka kuasai sepenuhnya bisa terlupakan seiring berjalan nya
waktu.ingatan bisa menjadi pelayan yang tidak setia,kadang kala menyimpan apa yang
diinginkan saja.proses pembuatan peringatan menyediakan pandangan menyeluruh yang
objektif.ringkasan bisa mengembalikan ingatan kefakta-fakta yang ada.ringkasan membantu
menempatkan temuan dalam perspektif yang wajar.ringkasan memfokuskan pada hal yang
penting dan relefan serta membantu menempatkan hal hal yang tidak perlu dan tidak relefan
secara tepat.auditor yang secara periodi meringkas ketemuan mereka,yang buruk maupun yang
buruk,memegang kendali atas penugasan audit mereka.

Ringkasan juga bermanfaat dalam menghubungkan kelompok-kelompok kertas kerja yang


terkait dengan satu hal tertentu. Ringkasan dapat memberikan alur yang berurutan dan logis
untuk berbagai kertas kerja yang saling terkait dan dapat memfasilitasi penelaahan atas bagian-
bagian penugasan :ertentu. Berikut ini beberapa bentuk ringkasan yang dapat memberi manfaat:

Ringkasan segmen audit setiap segmen audit dapat diringkas dalam bentuk narasi untuk
menunjukkan subjek audit,tujuan,dan lingkup audit,temuan kesimpulan dan rekomindasi
auditor,serta tindakan perbaikan yang dilakukan klien.ringkasan harus memiliki refrensi
kedokumen pendukungnya.bentuk ringkasan ini dibahas lebih awal dalam susunan kertas kerja
yang logis.

Ringkasan statistik auditor seringkali menggunakan ringkasan statistic dari hasil hasil pengujian
audit.data yang tersebar dalam skedul pengajian bisa diringkas sehingga bisa dibaca,dipahami
dan ditangani.ringkasan ini harus diberlakukan sebagai pyramid,dan akhir secara perlahan
meluas kebebrapa skedul pengujian. ringkasan statistic yang baik memudahkan penelaah berali
dari ringkasan kemasing masing pengujian tanpa menggunakan pengsil.auditor yang melakukan
hal ini untuk mereka.

Ringkasan rapat pembahasab dengan klain-pengamatan,kesepakatan,ketidak kesepakatan dan


saran mereka harus diringkas dangan lengkap dan segera.tidak seperti apa yang terlihat,disarin
secara pengumpulan ulang.tanggal dan jam pembahasan bisa dinilai bila suatu saat terjadi
perselisihan.

Ringkasan program audit begitu auditor menyelesaikan suatu sekmen audit mereka harus
membuat komentar dalam program audit mengenai temuan mereka – komentar yang dengan
ringkas menyatakan kesimpulan mereka tentang aktivitas yang di audit.
Saat mereka kemudian membaca program audit, auditor akan menyadari mengenai cara audit
yang di lakukan. Proses ini akan memberitahu mereka apa yang telah di lakukan dan apa yang
masih ahrus di lakukan. Hal ini bisa memantu mereka memahami mutu control operasi dan
kinerja, juga membantu mengontrol audit. Ringkasan juga bisa menjadi semacam sketsa ringkas
kumulatif dari pendapat merak mengenai operasi yang sedang mereka telaah.

Ringkasan temuan

Mungkin ringkasan yang paling penting adalah ringkasan temuan audit. Masalah ini memerlukan
dokumen pendukung paling banyak karena biasanya paling sering di bahas. Ringksan ini harus
berisi fakta – fkata yang relevan dan signifikan tentang temuan auditor.

Pemberian Indeks dan Referensi Silang

Pemberian indeks hilang yang baik memiliki beberapa tujuan. Pertama, menyederhanakan
penelaahan kertas kerja oleh penyelia. Meskipun auditor internal memiliki semua fakta yang
relevan mengenai suatu masalah dengan jelas, hubungan antara fakta – fakta tersebut mungkin
tidak jelas bagi orang lain.l referensi harus dengan mudah menuntun penelaah ke fakta – fakta
pada bagian lain kertas kerja.

Kedua, referensi silang memudahkan jalan bagi audito berikutnya yang menggunakan kertas
kerja untuk penelaahan tindak lanjut.

Ketiga, referensi silang menyederhanakan penelaahan berikutnya atas kertas kerja. Dalam suasan
diskusi dengan klien, referensi silang yang baik membantu mencegah kesalahan dan
kecanggungan hal yang memalukan setelah klien menanyakan sesuatu dan auditor sibuk
mencarinya di kertas kerja sehingga yang lain menjadi tidak sabar.

Dan ke empat, referensi silang meningkatkan hasil akhir : laporan audit internal. Saat auditor
menyiapkan draf laporan, kertas kerja yang memiliki referensi yang baik akan menuntun pada
informasi pendukung dengan cepat dan mudah. Kertas kerja yang tidak di beri referensi yang
baik cenderung menyulitkan pencarian data sehingga ada rahasia yang tidak di temukan.

System pemberian indeks sebaiknya sederhana dan fleksibel. jenis penelaahan yang berbeda
akan membutuhkan pola pemberian indeks yang berbeda, tetapi prinsip – prinsip tertentu akan
tetap berlaku.

System yang akan di gunakan pada pemeriksaan tertentu harus di pertimbangkan dan di
renvanakan segera setelah program audit selesai di buat. Dengan cara ini kertas kerja bisa di beri
referensi saat audit berlangsung. Sehingga auditor terhindah dari banyaknya kertas kerja yang
tidak memiliki referensi di mana sulit untuk menemukan sesuatu.

Kertas kerja Pro forma


Anggaran dan skedul sering kali di gabungkan karena auditor ingin menghemat penyajian kertas
kerja.

Menyadari masalah ini , beberapa ogranisasi audit telah membuat aturan kertas kerja yang
mengandung informasi standar, yang mengingatkan auditor hal- hal penting yang akan di cakup
dalam audit. Sebuah organisasi audit membuat semacam kertas kerja pro forma yang bisa
membantu.

Selain itu di buat pola format untuk program audit. Setiap lembar program terdiri atas dua
bagian. Bagian prtama memberikan ruang untuk tujuan audit, bagian kedua memberikan ruang
untuk langkah – langkah yang di perlukan untuk mencapai tujuan. Dengan menggunaka n format
ini, auditor harus menyatakan apa yang ingin mereka capai dan langkah – langkah yang mereka
ambil.

Lembar kerja audit berisi tiga set komentar naratif. Ketiganya di beri judul : tujuan kerja,
pekerjaan yang telah di lakukan, dan apa yang di simpulkan auditor. Jadi sekali lagi auditor
dipaksa untuk menunjukan alasan mereka mengambil langkah – langkah tertentu, , apa saja
langkah – langkah yang telaj di lakukan dan apa opini auditor.

Lembar pro forma terpisah di gunakan untuk wawancara . judul setiap lembar berisi informasi
orang – orang yang di wawancarai: nama mereka, jabatan, dan fungsinya. Juga berisi lokasi
wawancara, tanggal dan waktu mulai / berakhir. Lembar tersebut memiliki judul catatan
wawancara dan hal-hal penting untuk di perhatikan. Lembar catatan untuk pertemuan audit final
berisi lokasi, tanggal dan waktu mulai / akhir ; orang – orang yang hadir ‘ dan catatan diskusi.

Setiap organisasi audit yang menggunakan kertas kerja pro forma harus membuat format yang
paling sesuai dengan kebutuhannya. Format tersebut haruslah membantu dan tidak membatasi,
format tersebut akan menuntun auditor dan meyakinkan bahwa semua hal – hal siginifikan telah
tercakup bahwa auditor tidak hanya melakukan hal – hal rutin karena lembar kerja pro forma
menuntutnya. Bila di gunakan dengan tepat, kertas kerja sepeerti ini akan bermanfaat,
memastikan cakupan yang layak, dan menghemat waktu

Otomatisasi kertas kerja – bank nasional

Sebuah laporan yang di terbitkan oleh Internal Auditor Internal mengenai praktik – praktik
inovasi dalam audit internal membahas otomatisasi dalam operasi audit internal. Laporan
tersebut menggambarkan prosedur tertentu pada bank nasional dan menemukan Lotus Notes
sebagai media pengoperasian proses. Laporan tersbeut mengidentifikasi 10 krakteristik aplikasi.
Karakteristik tersebut dan aplikasinya dalam kertas kerja sebagaimana yang di gambarkan oleh
penulisnya adalah sebagai berikut :
Refleksi Informasi : Memungkinkan auditor memiliki salinan basis data dan kertas kerja yang di
perbarui tanpa harus kembali ke kantor. Juga menghasilkan penelaahan kertas kerja yang tepat
waktu.

Standardisasi : Kertas kerja di format terlebih dahulu dan kertas kerja administrative di atur
terlebih dahulu ( untuk mencapai konsistensi dalam proses audit)

Kenyamanan : Menghilangkan kebutuhan mencari bagaian kertas kerja secara manual


menggunakan penyaring Lotus Notes

Ureferensi Dokumen : U Penghubung elektronik yang secara otomatis membawa auditor dari
satu kertas kerja ke dokumen lainnya dan kembali lagi. Jadi, kertas kerja tidak perlu di beri
nomor dan auditor bisa dengan mudah melihat kertas kerja dan dokumen – dokumen
pendukungnya.

Tampilan : Memungkinkan auditor dan penyelia melihat secara keseluruhan audit pada suatu
waktu dengan memberikan tampilan basis data dokumen, kertas kerja tahun ini, kertas kerja
tahun ini, kertas kerja permanen, dan format temuan.

Pencitraan : Memungkinkan di gunakannya media nonelektronik menjadi kertas kerja otormatis,


melalui alat pembaca optic.

Komunikasi : Surat elektronik Note bisa terhubung dengan PC, LAN dan system surat eletronik
( mainframe e mail system) lainnya.

Menjadi Alat Kontrol : Kertas kerja di simpak pada satu atau lebih wadah penyimpan (server).
Kertas kerja ini tidak bisa hilang dan auditor memiliki salinan kertas kerja pada basis local (yaitu
: pada komputernya). Hal ini menjadi rencana kontijensi melekat.

Integrasi aplikasi : Lingkungan kertas kerja otomatis tidak berarti menghilangkan atau
memodifikasi aplikasi yang sudah ada. Misalnya produk windows yang sesuai bisa di
integrasikan dengan lotus notes untuk menjadi kertas kerja auditor.

Pengamanan Hak Akses : Melalui hak akses, hanya orang – orang tertentu yang perlu
membaca, mengedit, atau menghapus kertas kerja yang bisa melakukannya.

Kertas kerja elektronik

Kertas kkerja audit bisa memiliki bentuk yang berbeda dengan media tradisional lainnya ; pita
kaset, cakram, disket, film atau media lainnya. Penggunaan kertas kerja elektronik membantu
mengurangi kompleksitas dan meningkatkan fleksibitas pendokumentasian. Kertas kerja yang
dihsailkan system memungkinkan kapasitas yang lebih besar untuk menelaah dan mengubah
rancangan, pengembangan yang lebih cepat saat di gunakan dengan perangkat teknik audit
berbantuan computer dan rekaysa system berbantuan computer dan membuat pendkumentasian
menajdi lebih rasional.
Penelaahan Kertas Kerja oleh Penyelia

Sebagaimana pada banyak aktivitas lainnya, kontrol terbaik adalah pengawasan oleh penyelia
memiliki pengetahuan lebih. Penelaahan ini harus dibuktikan pada setiap kertas kerja mengguna:
nama atau inisial penyelia dan tanggal penelaahan. Pertanyaan yang muncul harus tercakup den:
setiap kelompok kertas kerja yang berhubungan, dan kertas kerja tersebut tidak boleh dianggap sel
hingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan jawaban yang memuaskan penyelia.

Saat penyelia menelaah kertas kerja, mereka harus memastikan bahwa:


 Program audit diikuti dan instruksi-instruksi khusus bagi auditor telah diikuti.

 Kertas kerja tersebut akurat dan dapat diandalkan—yang membuktikan pekerjaan yang
mern2 telah dilakukan—dan memang mendukung temuan-temuan audit.

 Kesimpulan yang dicapai memang wajar, logis, dan valid.

 Tidak ada langkah-langkah yang belum diperiksa.

 Penelaahan dengan klien telah dilakukan dan dengan memadai telah dicatat dan bahwa
perselis] telah diselesaikan.

 Aturan-aturan departemen audit pada kertas kerja telah diikuti.

Penyelia harus menelaah kertas kerja sesegera mungkin setelah diselesaikan. Jadi,
kekacauan kerja bisa dikurangi dan masalah-masalah diselesaikan sebelum laporan ditulis
dan auditor ditugaskan ulang.

Sebuah organisasi audit menggunakan format khusus untuk melakukan penelaahan akhir
atas kertas kerja audit. Berikut ini beberapa standar yang tercatat pada format tersebut:

Laporan
 Temuan-temuan yang dilaporkan telah diberi referensi silang dengan memadai ke
dokumen pendukung.
 Bukti yang tersedia mendukung terlaksananya audit dengan lingkup penuh.

Rencana

 Program audit yang memadai telah dibuat.


 Rencana pra-audit telah didokumentasikan.

 Penghilangan langkah-langkah yang diperlukan dalam program audit telah dijelaskan


dengan memadai.

 Waktu audit yang diestimasi dan yang sebenarnya telah didokumentasikan dengan
memadai.

UMUM

 Bagan alir telah disiapkan, atau dibawa dari audit sebelumnya dan diperbarui.
 Rencana pengambilan sampel telah didokumentasikan dengan memadai dan informatif.

 Bahan referensi (kebijakan, prosedur, dan lain-lain) disimpan untuk tujuan konstruktif.
 Laporan audit sebelumnya dan jawabannya telah tercakup.
 Temuan audit sebelumnya telah diinvestigasi.

 Pertemuan setelah audit telah didokumentasikan.

 Data administratif telah diselesaikan.

Pekerjaan Lapangan
 Setiap bagian kertas kerja diringkas setelah pekerjaan dilakukan dan temuan-temuan
disusun.
 Ringkasan dirujuk silang ke bahan-bahan pendukung yang sesuai.

 Tujuan, lingkup, dan sifat pekerjaan ditentukan dengan tepat.


 Kesimpulan auditor diberikan.

Supervisi
 Semua pertanyaan penyelia telah dijawab.
 Mutu pekerjaan dinilai.
Kontrol atas Kertas Kerja

Kertas kerja merupakan milik auditor dan harus dijaga oleh auditor. Auditor harus mengetahui
dengan tepat letak kertas kerja saat melakukan audit. Jika terdapat risiko kehilangan, kertas kerja
harus disimpan dalam lemari atau meja terkunci saat jam makan siang dan sepanjang malam.
Jika kertas kerja dibawa ke ruangan hotel, maka harus disimpan dalam koper terkunci. Kertas
kerja tidak boleh diakses orangorang yang tidak memiliki otoritas untuk memilild atau
menggunakannya, karena bisa disalahgunakan; informasi bisa dipindahkan, diubah, atau dibaca
oleh orang yang tidak berhak membacanya.

Hal ini tidak berarti bahwa auditor tidak boleh memperlihatkan kertas kerja mereka kepada klien
pada keadaan-keadaan yang sesuai. Bila tidak ada komentar yang mengganggu atau indikasi
kecurangan, auditor mungkin merasa penyebaran hasil penelaahan akan bermanfaat sebelum
bertemu klien.

Akses ke kertas kerja dan laporan bisa diizinkan untuk auditor eksternal dan orang-orang
dalam organisasi selain klien. Tetapi hal ini harus disetujui oleh kepala bagian audit. Bila orang di
luar organisasi meminta akses ke kertas kerja, kepala bagian audit harus mendapatkan
persetujuan dari manajemen senior dan/atau penasihat hukum.

Manajemen audit harus mementingkan kontrol atas kertas kerja auditor. Bisa saja kertas kerja
hilang di tengah-tengah pelaksanaan audit. Manajemen audit juga harus memerhatikan apakah
seorang auditor pengganti bisa menggantikan pekerjaan yang ditinggalkan oleh auditor
sebelumnya. Aturannya adalah: Usahakan kertas kerja Anda mengikuti pedoman, terorganisasi
dengan baik, dan diberi indeks clan referensi silang dengan baik sehingga pekerjaan audit bisa
dilanjutkan oleh auditor selanjutnya dengan kesulitan yang minimal.

Kontrol yang baik atas kertas kerja elektronik mengharuskan perubahan hanya dilakukan oleh
auditor yang membuatnya.

Contoh-contoh Kertas Kerja

Tampilan 9-2 hingga 9-11 merupakan contoh-contoh bagian kertas kerja yang formatnya
bisa digunakan dalam setiap audit operasional dan kertas kerja terkomputerisasi memiliki sedikit
kesamaan. Tampilan tersebut mengilustrasikan audit atas fungsi produksi, tetapi bisa digunakan
dalam setiap audit operasional. Bagian tersebut berhubungan dengan pemberian gambar contoh
setelah disiapkan.

Kertas-kertas kerja tersebut diambil dari audit sebenarnya. Beberapa organisasi audit bisa merasa
bahwa penyiapan yang terlalu rinci akan terlalu sukar. Oleh karena itu, contoh-contoh tersebut
harus dipandang sebagai contoh-contoh yang ideal, bukan sebuah keharusan. Tetapi subjek
yang disebutkan harus diterapkan di setiap audit sebelum kertas kerja tersebut dianggap telah
disiapkan dengan profesional Kertas kerja aktual biasanya disiapkan menggunakan pensil,
tetapi ditunjukkan dalam bentuk cetakan agar lebih jelas dan mudah dibaca.
Pada bagian belakang, dan p auditor dalam memahami pen

Pernyataan "Ti berkepentingar sumber inform digunakan.

"Temuan" mer karena pentinl masalah-masa mengenai ten dalam audit yang membur

Skedul-skedul kekurangan-1; suatu format 9-10 dan 9-11

Dengan meni sebelum met ada yang tent bagian seban

Menulis di Kertas Kerja saat Audit Berlangsung

Auditor internal yang terus-menerus berada di bawah tekanan waktu mungkin meragukan
kernampuan mereka untuk membuat kertas kerja seperti yang diilustrasikan dalam
tampilan bab mi. Tetapi pengorganisasian pekerjaan lapangan yang baik akan
membantu. Rahasianya adalah tulislah saat melakukan pekerjaan lapangan.

Tulisan awal tentang tujuan, latar belakang, kontrol, sasaran, dan lingkup bisa dibuat
segera setelah auditor melakukan penelaahan awal atas operasi. Mereka tidak harus
menunggu hingga audit atas segmen tersebut selesai. Bila menunggu seperti ini maka
pekerjaan menjadi terlalu berat dan banyak fakta yang menjadi kabur dalam pikiran
mereka. Temuan bisa diringkas segera setelah pengujian dilakukan. Hasil-hasilnya
kemudian segera bisa digunakan dalam diskusi dengan klien. Dalam beberapa organisasi
bahan-bahan yang akan dipertimbangkan untuk laporan audit juga dikonstruksikan dan
mungldn perlu ditelaah dengan klien pada saat tersebut. Hal ini khususnya bermanfaat jika
Idien telah mulai mengimplementasikan rekomendasi auditor.

Banyak auditor internal, yang bekerja di bawah tekanan anggaran dan jadwal, keberatan
untuk menyiapkan kertas kerja seperti yang diilustrasikan pada bab mi. Memang benar
bahwa mencatat pada secarik kertas tidakmembutuhkan banyak waktu persiapan. Dalam
beberapa kasus, menyiapkan kertas kerja bisa lebih mudah dengan penggunaan kertas
kerja pro forma yang memilild judul dan beberapa segmen yang telah tersedia. Dalam
kasus-kasus lainnya, khususnya dalam audit operasional yang pemeriksaannya tidak
bersifat pengulangan, atau auditor mungkin membuat audit awal dari subjek yang baru,
kertas kerja pro forma mungkin tidak bisa digunakan.

Apa pun kondisinya, kertas kerja yang menienuhi standar profesional harus menunjukkan
apa yang ingin dilakukan auditor internal, apa yang telah mereka lakukan, dari mana
sumber bahan-bahan mereka, dan langkah-langkah audit apa yang diambil, apa yang
mereka temukan, dan apa yang mereka simpulkan dari temuan mereka.

Argumen lain yang menentang pencatatan pada secarik kertas adalah waktu tambahan yang
dibutuhkan untuk menulis laporan audit mungkin akan melebihi waktu yang dihemat
melalui penulisan catatan tersebut. Dan trauma karena memiliki temuan yang tidak
didukung pendokumentasian bisa dihindari dengan menggunakan kertas kerja yang
memenuhi uji profesionalisme dan bisa meyakinkan pengamat yang objektif.

Penyimpanan Kertas Kerja

Kertas kerja harus dibuang bila tidak lagi digunakan. Bila audit lanjutan atas sebuah
operasi telah diselesaikan, auditor harus membuat keputusan, disetujui oleh penyelia
mereka, mengenai apakah kertas kerja sebelumnya harus disimpan atau dimusnahkan.
Bila kertas kerja mengandung dokumentasi atau bahan-bahan lainnya yang akan terus
digunakan, maka bagian kertas kerja tersebut harus dibawa ke kertas kerja tahun ini.
Ketentuan kontraktual atau hokum harus di simpan. Oleh karena itu, prosedur dan jadwal
untuk departemen audit internal harus di siapkan oleh kepala bagian audit dan di setujui
oleh penasihat hokum

Beberapa kertas kerja mengandung informasi yang akan terus di gunakan, sering kali di
sebut dokumen permanent . auditor harus mengidentifikasikan dokumen seperti ini pada
saat kesimpulan audit. Penyelia harus menyetujui penyimpanannya dengan memberi
insisial dan tanggal di buatnya keputusan, dokumen permanen di bahas lebih rangkap
pada bab 23 mengendalikan proyek audit.

Kepemilikan kertas kerja

Jika pihak – pihak terbatas ingin melihat kertas kerja audit internal, auditor internal
merupakan korban dari kesuksesannya sendiri. Bil;a hasil kerja dan efektivitas kereja
mereka semkain di kenal dan di terima, permintaan untuk melihat kertas kerja mereka
akan meningkat. Sebuah pertanyaan tambahan yang muncul adalah men genai
kepemilikan dokumentasi audit internal. Apakah kertas kerja tersebut miliki manajemen,
pemegang saham atau departemen audit internal ? dalam banyak kasus tulisan yang
tertera di akta perusahaan , undang – undang dan akta audit bisa menentukan hal ini.

Sayangnya , hak pihak luar terhadap kertas kerja audit internal belum pernah di tetapkan
dengan jelas secara hokum. Pada umumnnya permintaan oleh badan pemerintahan di
izinkan oleh pengadilan atau di jelaskan dalam kontrak. Permintaan oleh orang atau
organisasi tertentu masih merupakan perdebatan di antara beberapa aturan yang ada. Juga
sifat bukti yang diminta akan memengaruhi bisa tidaknya kertas kerja di lihat oleh pihak
luar. Keseluruhan masalah ini diperparah dengan adanya fakta bahwa dalam beberapa
kasus hak akses di tentukan melalui pengadilan dan bukan pengadilan banding, sehingga
menyebabkan penerapan yang tidak konsisten,

Dalam kasus- kasus tertentu, kertas kerja audit internal harus di serahkan ke kantor pajak.
Dalam perkasa US vs Powell 85 S.Ct 248/, 379 US 48 (1964), pengadilan memutuskan
pengujian empat hal untuk menentukan kapan penyerahan ke IRS harus di lakukan.
Apa yang kemudian di lakukan auditor internal menghadapi kemungkinan permintaan
oleh penuntut yang ingin mengaskses laporan auditr internal dan kertas kerja ? saran –
saran untuk hal ini bisa di temukan di Laporan Subkomite mengani akses ke hasil – hasil
audit internal dari IIA

 Auditor internal harus memerhatikan bahwa sebelum mereka mengembangkan


kebijakan mengenai akses, dewan, manajemen , penasihat hokum dan kepala
bagian audit di libatkan

 Auditor internal harus mendidik diri mereka sendiri mengenai hak akses dalam
industry mereka. Mereka juga harus memberi pengetahuan kepada dewan dan
manajemen tentang risiko akses, dan mendidik staf audit mengenai risiko – risiko
akses dan kebijakan organisasi mengenai akses.

 Auditor internal harus mengembangkan kebijakan akses tertulis. Kebijakan


tersebut harus di dokumentasikan dan di setujui oleh penasihat hokum dan oleh
komite audit dari dewan komisaris atau badan pemerintah yang setara dalam
sector nonprivat.

Anda mungkin juga menyukai