Tahap 2
Atas dasar daftar gaji dan upah tersebut bagian keuangan membuat
bukti buku kas keluar dan cek untuk pengambilan uang dari bank.
Atas dasar bukti kas keluar tersebut, bagian akuntansi membuat jurnal
sebagai berikut :
Tahap 3
Kas xxx
Tahap 4
Kas xxx
Contoh :
Januari 2023
Jumlah upah bersih yang diterima
karyawan
Akuntansi biaya gaji dan upah atas dasar data tersebut dilakukan
pencatatan sebagai berikut :
Tahap 1
BDP-BTK Rp57.000
BOP Rp12.500
Tahap 3
Kas Rp59.500
Tahap 4
Kas Rp10.500
2. Insentif
Dalam hubungannya dengan gaji dan upah, perusahaan memberikan
insentif kepada karyawan agar dapat bekerja lebih baik. Insentif dapat
didasarkan atas waktu kerja, hasil yang diproduksi atau kombinasi di
antara keduanya.
Ada beberapa cara pemeberian insentif :
a. Insentif satuan dengan jam minimum (straight piecework with a
guaranted hourly minimum plan)
Karyawan dibayar atas dasar tarif per-jam untuk menghasilkan
jumlah satuan keluaran (output) standar. Untuk hasil produksi yang
melebihi jumlah standar tersebut, karyawan menerima jumlah upah
tambahan sebesar jumlah kelebihan satuan keluaran di atas standar
kali tarif upah per satuan. Tarif upah per satuan dihitung dengan
cara membagi upah standar per jam dengan satuan keluaran standar
per jam.
Contoh:
Jika menurut penyelidikan waktu (time study), dibuthkan waktu 5
menit untuk menghasilkan 1 satuan produk, maka jumlah keluaran
standar perjam adalah 12 satuan. Jika upah pokok sebesar Rp600
per jam, maka tarif upah persatuan adalah Rp50 (Rp600 : 12).
Karyawan yang tidak dapat menghasilkan jumlah standar per jam,
tetap dijamin mendapatkan upah Rp600 per jam. Tetapi bila ia
dapat menghasilkan 14 satuan per jam (ada kelebihan 2 satuan dari
jumlah satuan standar per jam) maka upahnya dihitung sebagai
berikut :
Upah dasar per jam Rp600
Insentif: 2 x Rp50 (Rp600 : 12) Rp100
Upah yang diterima pekerja per jam Rp700
b. Taylor differential piece rate plan
Cara pembagian intensif ini adalah semacam straight piece rate
plan yang menggunakan tarif tiap potong untuk jumlah keluaran
rendah per jam dan tarif tiap potong yang lain untuk jumlah
keluaran tinggi per jam.
Contoh:
Karyawan dapat menerima upah Rp4.200 per hari (untuk 7 jam
kerja). Misalkan rata-rata seorang karyawan dapat menghasilkan
12 satuan per jam, sehingga upahnya per satuan Rp50 {upah per
hari dibagi dengan jumlah yang dihasilakan per hari Rp4.200/(12 x
8)}. Dalam taylor plan ini, misalnya ditetapkan tarif upah Rp45 per
satuan untuk karyawan yang menghasilkan 14 satuan atau kurang
per jam dan Rp65 per satuan untuk karyawan yang menghasilkan
16 satuan per jam, maka upah per jam karyawan dihitung sebagai
berikut: Rp65 x 16 =Rp 1.040 per jam. Sedang bila karyawan
hanya menghasilkan 12 satuan per jam, maka upah per jam
dihitung sebagai berikut: Rp45 x 12 = Rp540
3. Premi Lembur
Dalam perusahaan , jika karyawan bekerja lebih dari 40 jam satu
minggu, maka mereka berhak menerima uang lembur dan premi
lembur. Misalnya dalam satu minggu seseorang karyawan bekerja
selama 44 jam dengan tarif upah (dalam kerja biasa maupun lembur)
Rp50 perjam. Premi lembur dihitung sebesar 50% dari tarif upah.
Upah karyawan tersebut dihitung sebagai berikut :
Jam biasa 40 x Rp600 = Rp24.000
Lembur 4 x Rp600 = 2.400
Premi lembur 4 x Rp300 = 1.200
Jumlah upah karyawan tersebut satu minggu = Rp 27.600
4. Honor Cuti
Honor cuti merupakan sejumlah uang yang dibayarkan oleh
perusahaan kepada karyawan yang diberikan cuti, namun karyawan
tersebut tetap bekerja walaupun mendapat jatah cuti. Untuk itu,
perusahaan membayar honr cuti tersebut. Honot cuti tersebut bukan
merupakan biaya tenaga kerja langsung, sehingga tidak dibebankan
pada akun barang dalam proses, melainkan dibebankan pada BOP.
(Sujarweni, 2015)
Contoh:
Seorang karyawan diberikan upah perminggu Rp180.000. karyawan
tersebut memperoleh pembayaran honor cuti Rp15.000, maka jurnal
yang dibuat oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
Barang Dalam Proses Rp180.000
BOP Rp15.000
Gaji dan Upah Rp180.000
Utang Honor Cuti Rp15.000