Anda di halaman 1dari 20

Pengertian Persediaan Barang

(Inventory)
 Persediaan merupakan elemen utama dari modal
kerja, merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan
berputar, dimana secara terus menerus mengalami
perubahan.
 Penentuan investasi dalam persediaan memberikan
efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan.
Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam
persediaan akan menekan keuntungan perusahaan.
Mengapa manajemen persediaan
penting?
 Jika persediaan terlalu tinggi, maka biaya
penyimpanan juga tinggi
Jika Investasi dibiayai Modal Asing  biaya bunga
Jika Investasi dibiayai Modal Sendiri  Opportunity
cost

 Jika persediaan terlalu kecil, maka proses produksi


akan terganggu  penjualan turun, akibatnya:
perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan
konsumen, turunnya market share, turunnya laba
Kebijakan Persediaan perlu dilakukan oleh
Manajer agar:
1. Dapat menjamin kelancaran proses produksi
2. Dapat dijangkau oleh dana yang tersedia
3. Dapat mencapai jumlah pembelian optimal
Jenis persediaan pada perusahaan
perdagangan
 Persediaan Barang Dagangan (Merchandise Inventory) yang
merupakan persediaan barang yang selalu dalam perputaran, yang
selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut di
dalam perusahaan.
 Tingkat perputaran barang dagangan (Merchandise Turnover)
Net Sales
Merchandise Turnover =
Averages Merchandise Inventory at Sales Price

Cost of Goods Sold


Merchandise Turnover =
Averages Merchandise Inventory at Cost

Merch. Inv. Permulaan Tahun + Merch. Inv. Akhir Tahun


Averages Merchandise Inventory =
2
Jenis persediaan pada
perusahaan produksi (pabrik)
1. Persediaan bahan mentah (raw material inventory)
2. Persediaan barang dalam proses/barang setengah jadi
(work in process/goods in process inventory)
3. Persediaan barang jadi (finished good inventory)
Raw Material Inventory
Costs of material used
Raw material turnover =
Averages raw material inventory

 Cost of material used dapat diketahui dengan cara: persediaan bahan


mentah permulaan tahun ditambah dengan jumlah bahan mentah
yang dibeli selama setahun dikurangi dengan “return & allowance”,
kemudian dikurangi dengan persediaan bahan mentah akhir tahun.
Persediaan barang dalam
proses/barang setengah jadi
Costs of goods manufactured
Work in process turnover =
Averages work in process inventory

 Cost of goods manufactured dapat diketahui dengan cara: persediaan


work in process (W. I. P.) pada permulaan tahun ditambah dengan
“cost of raw materials used”, “direct labor”, dan “manufacturing
overhead”, kemudian dikurangi dengan persediaan W. I. P. akhir tahun.
Persediaan barang jadi
Costs of goods sold
Finished goods turnover =
Averages finished goods inventory

 Cost of good sold (dalam perusahaan produksi) dapat diketahui


dengan cara: persediaan finished goods pada permulaan tahun
ditambah dengan cost of goods manufactured, kemudian dikurangi
dengan persediaan finished goods pada akhir tahun.
Pada perusahaan manufaktur, faktor-faktor yang menentukan
besarnya persediaan (terutama bahan baku) adalah:

1. Lead time, yaitu lamanya masa tunggu bahan yang


dipesan
2. Frekuensi penggunaan bahan selama satu periode
3. Jumlah dana yang tersedia
4. Daya tahan bahan
Economical Order Quantity (EOQ)
 Untuk menentukan kebijakan persediaan yang tepat dapat dilakukan dengan
analis EOQ
 EOQ merupakan jumlah kuantitas barang yang dapat dibeli dengan biaya
persediaan yang minimal (jumlah pembelian yang optimal)
 Dalam pengelolaan persediaan bahan ada 2 jenis biaya yang dipertimbangkan
yaitu biaya pesan (ordering cost) dan biaya simpan (carrying cost)
Biaya Pesan
 Biaya yang dikeluarkan dalam proses pemesanan suatu barang. Biaya pesan ini
meliputi:
1. Biaya selama proses pesanan
2. Biaya pengiriman permintaan
3. Biaya penerimaan bahan
4. Biaya penempatan bahan ke dalam gundang
5. Biaya proses pembayaran
Apabila dalam satu tahun suatu perusahaan membutuhkan bahan untuk dibeli
sebanyak R unit, dan setiap kali pembelian bahan sebanyak Q unit, serta biaya
pesanan setiap kali pesan sebesar O (ordering cost) rupiah atau S (Set-up cost)
rupiah, maka biaya pesan dapat dihitung dengan rumus:

R R
Biaya Pesan   O atau  S
Q Q
Biaya Simpan
 Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka proses penyimpanan suatu barang
yang dibeli. Biaya simpan ini meliputi:
1. Biaya sewa gudang
2. Biaya pemeliharaan bahan di gudang
3. Biaya modal (bunga) yang diperlukan untuk investasi barang yang disimpan
4. Biaya asuransi
5. Biaya keusangan barang (kadaluwarsa)

Apabila bahan yang dipesan setiap kali pesan Q unit, maka rata-rata persediaan adalah
Q/2. Apabila biaya simpan sebesar C rupiah dari rata-rata bahan yang disimpan, maka
biaya simpan dapat dihitung dengan rumus:
Q
Biaya Simpan   C
2
EOQ
 Jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EOQ)
dapat dicapai pada saat biaya pesan sama dengan biaya
simpan.
atau Dimana:
R Q
Q = Jumlah kuantitas pesanan yang paling ekonomis (EOQ)
O  C R = Jumlah kebutuhan barang yang dibeli selama setahun
Q 2
O = Biaya pesanan setiap kali pesan, kadang-kadang diberi simbol S
R.O Q.C
 C = Biaya simpan bahan (barang) per unit atau dihitung dari
Q 2 persentase rata-rata persediaan dikalikan dengan harga barang (P.I)
Q 2 .C  2 R.O
2 R.O
Q2 
C
2.R.O
Q  EOQ 
C
atau
2.R.O
Q  EOQ 
P.I
Contoh Soal
 PT. Sadar merencanakan untuk melakukan pembelian
bahan selama satu tahun sebanyak 160.000 unit. Biaya
pesan Rp 10.000 setiap kali pesan. Biaya simpan Rp 2
per unit. Harga beli Rp 1.000 per unit. Berapa jumlah
pembelian atau pesanan yang paling ekonomis
(EOQ)?
2.R.O
EOQ 
C
2  160.000  10.000
EOQ 
2
EOQ  40.000 unit
Tabel Jumlah Pembelian Paling Ekonomis

Keterangan Frekuensi Pembelian

1x 2x 3x 4x 5x 6x

Inventory 160.000 80.000 53.333 40.000 32.000 26.666

Average Inv. 80.000 40.000 26.667 20.000 16.000 13.333

Ordering Cost 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000

Carrying Cost 160.000 80.000 53.333 40.000 32.000 26.666

Total Cost 170.000 100.000 83.333 80.000 82.000 86.666


Syarat pembelian /Asumsi berlakunya EOQ
 Harga pembelian bahan per unit konstan
 Setiap saat kita membutuhkan bahan mentah selalu
tersedia di pasar
 Jumlah produksi yang menggunakan bahan mentah
tersebut stabil
Reorder Point
 Reorder point (titik pemesanan kembali), disingkat ROP adalah saat harus
diadakan pesanan kembali lagi sehingga permintaan bahan yang dipesan tepat
pada waktu persediaan di atas safety stock sama dengan nol.
 Ada 2 faktor yang menentukan Reorder Point, yaitu:
1. Penggunaan bahan selama lead time. Lead time adalah masa tunggu sejak
pesanan barang atau bahan dilakukan sampai bahan tersebut tiba di
perusahaan.
2. Safety Stock, adalah persediaan minimal (persediaan besi) yang ada dalam
perusahaan.
 Dari kedua faktor yang mempengaruhi waktu pemesanan kembali di atas,
maka pemesanan kembali ROP harus dilakukan ketika jumlah barang atau
bahan tepat sama dengan jumlah barang yang dijadikan safety stock ditambah
kebutuhan selama waktu tunggu.

Re order Po int  Kebutuhan Safety Stock  Kebutuhan Lead Time


Contoh Soal
 Dari contoh sebelumnya diketahui bahwa penggunaan
bahan selama satu tahun 160.000 unit. Apabila ditentukan
lead time (waktu tunggu) ½ bulan dan safety stock 10.000
unit dan 1 tahun dihitung 360 hari, hitunglah ROP?

 ROP = Kebutuhan Safety Stock + Kebutuhan Lead Time


 Kebutuhan bahan per hari = 160.000 unit : 360 hari = 444,44
 Kebutuhan bahan selama Lead Time = 15 hari x 444 =6.667
 ROP = 10.000 + 6.667 = 16.667
Just In Time (JIT)
 Pendekatan manajemen dan pengendalian persediaan
di mana persediaan diperoleh dan dimasukkan ke
bagian produksi tepat saat persediaan tersebut
dibutuhkan.
 Untuk mendukung JIT maka perusahaan
membutuhkan sistem informasi produksi dan
persediaan yang akurat, pembelian yang sangat
efisien, pemasok yang sangat dapat diandalkan, sistem
penanganan persediaan yang efisien

Anda mungkin juga menyukai