Anda di halaman 1dari 79

Anggaran Biaya Produksi: Bahan Baku dan

Tenaga Kerja Langsung


Kelompok 9:
Desy Christina Sianturi (18/425755/SV/14897)
01

Pamella Indya Gusta P (18/425777/SV/14919)


02

03 Rani Nursyifa (18/425779/SV/14921)

04 Hadad Ryan Adi W (18/4260001/SV/15143)


Perencanaan dan
Pengendalian Bahan Baku
Bahan Mentah

Bahan Mentah Bahan yang digunakan


merupakan bahan dalam proses produksi ini,
yang membentuk diklasifikasikan menjadi
bagian menyeluruh
Bahan mentah langsung
dari pokok jadi.

Bahan mentah tidak


langsung
Tujuan Penyusunan Rencana Bahan Mentah

Memperkirakan
jumlah Pengendalian
Memperkirakan pembelian bahan mentah
jumlah bahan mentah Memperkirakan
kebutuhan komponen Harga
bahan mentah Memperkirakan Pokok Produksi
kebutuhan dana dengan adanya
untuk pembelian pemakaian bahan
bahan mentah mentah untuk
proses produksi
(Product Costing)
Pencanaan bahan mentah membutuhkan keempat sub
anggaran

Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah

Anggaran Pembelian Bahan Mentah

Anggaran persediaan Bahan Mentah.

Anggaran Biaya Bahan Mentah yang


Digunakan untuk Produksi
Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Definisi:
• Merencanakan secara terperinci tentang jumlah unit bahan mentah dan suku cadang yang dibutuhkan untuk
berproduksi selama periode yang akan datang.
• Harus menentukan jumlah tiap bahan baku dan suku cadang menurut waktu, produk, dan pusat tanggung
jawab.
• Hanya mencakup jumlah (bukan biaya) atas bahan baku langsung.

Tujuan Penyusunan:
1. Memberi data kepada bagian pembelian
2. Memberi data untuk penyusunan anggaran biaya bahan baku setiap jenis produk
3. Menentukan tingkat persediaan yang optimal
4. Sebagai dasar perencanaan dan pengendalian pemakaian bahan baku

Komponen dalam Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah:


 Jenis barang jadi yang dihasilkan
 Jenis bahan mentah yang dipergunakan
 Departemen (bagian) yang dilalui dalam proses produksi
 Standar penggunaan bahan mentah (SUR)
 Waktu pemakaian bahan mentah (satuan waktu: minggu, bulan, triwulan, semester)
Formula :

Kebutuhan Bahan Mentah = Unit Produksi x SUR (Standar Pemakaian Bahan Baku
per Unit)

Standar Usage Rate / SUR (Standar Pemakaian Bahan Baku per Unit)
Contoh: untuk 1 unit barang A diperlukan SUR 2 kg bahan baku X, berarti untuk
membuat 1 unit barang A diperlukan 2 kg bahan baku X

Contoh Kasus Penyusunan Anggaran :


Berikut ini adalah data perusahaan "MITRA GARMENT" pada Tahun 2A11. Perusahaan
selama 2 tahun terakhir memproduksi 2 macam produk, yakni jas dan kemeja, dan
selama tahun tersebut perusahaan merencanakan akan memproduksi 600 unit jas dan
900 kemeja. Secara rinci produksi setiap triwulan adalah sebagai berikut:
Berdasar data tersebut diminta menyusun anggaran kebutuhan bahan mentah pada tahun 2A11 secara
terinci.
Penyelesaian Kasus
Anggaran Pembelian Bahan Mentah
Anggaran pembelian menspesifikasi:
jumlah setiap bahan baku dan suku cadang yang akan dibeli,
penentuan waktu pembelian, dan perkiraan besarnya biaya bahan baku dan suku cadang yang dibeli (tiap
pembelian dalam unit dan nilainya).

Dengan demikian perbedaan antara anggaran pembelian ini dengan anggaran kebutuhan bahan mentah adalah:
1. Anggaran pembelian ini menspesifikasi kuantitas (jumlah) yang berbeda dari tiap jenis bahan dan suku
cadang. Perbedaan dalam jumlah dihasilkan dari perubahan tingkat persediaan bahan dan suku cadang yang
direncanakan.
2. Anggaran kebutuhan bahan baku hanya menspesifikasi kuantitas bahan baku, sedangkan anggaran
pembelian mencakup kuantitas maupun nilainya

Untuk membuat anggaran pembelian, manajer pembelian harus bertanggung jawab atas hal-hal berikut:
1. Mematuhi kebijakan manajemen tentang tingkat persediaan bahan mentah.
2. Menentukan jumlah unit dan waktu pembelian untuk setiap jenis bahan dan suku cadang
3 Memperkirakan biaya per unit dari setiap bahan dan suku cadang yang akan dibeli
Formula:

Kebutuhan Bahan Baku xxx


Persediaan Akhir Bahan Baku xxx +
Jumlah Kebutuhan Sementara xxx
Persediaan Awal Bahan Baku xxx -
Unit Bahan Baku Yang dibeli xxx

Pembelian Bahan Baku = Unit Beli Bahan Baku x Harga beli per unit
Contoh Kasus Penyusunan Anggaran Pembelian Bahan Baku:

PT MITRA GARMENT adalah sebuah perusahaan yang memproduksi dan menjual jaket kulit
yang menggunakan dua macam bahan baku yakni kain satin dan kulit. Pada saat ini pimpinan
perusahaan mulai menyusun rencana pembelian bahan mentah untuk tahun 2A11. Sebagian dari
rencana yang telah disusun adalah:
1.Rencana Produksi
2. Standar pemakaian bahan mentah per unit, harga bahan mentah, dan
persediaan awal masing-masing bahan mentah
3.Perencaan persediaan akhir bahan mentah perusahaan untuk
setiap triwulan tahun 2A11

Berdasar data tersebut diminta menyusun Anggaran Pembelian untuk kedua bahan
mentah tersebut selama tahun 2A11secara terperinci
Penyelesaian Kasus
Pembelian Bahan Mentah
• Model Jumlah Pembelian yang Ekonomis (Economic Order Quantity/EOQ)
 Persediaan :
1. Sumber daya yang menganggur
2. Memiliki nilai ekonomis
3. Mencerminkan investasi
4. Memperlancar kegiatan produksi
5. Melayani pelanggan
Kata kunci : persediaan yang cukup, tidak berlebihan maupun kekurangan.
 Fungsi pengelolaan persediaan:
1. Penyangga proses produksi
2. Menetapkan besarnya bahan baku yang tepat untuk disimpan
3. Menangkal inflasi
4. Menghindari kekurangan dan kelebihan bahan
 Asumsi dalam model jumlah pesanan ekonomis:
1. Permintaan diketahui dan konstan
2. Waktu antara menempatkan pesanan dan menerima pesanan, atau waktu tenggang diketahui dan konstan.
3. Persediaan dari suatu pesanan yang datang sebagai satu kesatuan dan pada suatu waktu tertentu
4. Potongan jumlah tak dimungkinkan
5. Biaya variabel hanya biaya pesan dan biaya menyimpan persediaan
6. Pesanan yang ditempatkan pada waktu yang tepat akan meminimalisir kekurangan persediaan
• Jumlah Pembelian yang Paling Ekonomis (EOQ)

1. Biaya Pemesanan (Set Up Cost/Ordering Cost)


 Sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan mentah
 BerubahJumlah Pembelian yang Paling Ekonomis (EOQ) sesuai dengan frekuensi pemesanan. Semakin sering
melakukan pemesanan,
 Jumlahnya berbanding lurus dengan frekuensi pemesanan
Contoh :
Biaya Persiapan Pemesanan
Biaya Pengiriman pesanan
Biaya Administrasi, dll

2. Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carrying Cost)


 Sehubungan dengan penyimpanan bahan mentah yang dibeli.
 Besarnya biaya tergantung pada jumlah bahan mentah yang dibeli yang setiap kali pembelian
Contoh:
Biaya Pemeliharaan
Biaya Asuransi
Biaya Perbaikan Kerusakan
• Waktu Pembelian Bahan Mentah (Reorder Point)
Untuk menjaga kelancaran proses produksi, perusahaan tidak cukup hanya
menentukan jumlah bahan mentah yang dibeli. Harus ditentukan pula kapan (saat
yang tepat) pemesanan bahan mentah yang dilakukan agar
bahan mentah tersebut dapat datang pada saat dibutuhkan. Bahan mentah yang
datang terlambat akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses produksi,
sebaliknya bahan mentah yang datangnya terlalu awal (terlalu cepat) juga dapat
menimbulkan masalah. Perusahaan harus menyediakan tempat penyimpanan ekstra
dan menanggung pemeliharaan ekstra.

Oleh karena itu perlu dipelajari beberapa faktor berikut:


1. Stock Out Cost (Biaya kekurangan bahan mentah)
2 Extra Carrying Cost (Biaya penyimpanan tambahan)
3. Lead Time (Waktu tunggu)
Pendekatan yang dikenal untuk menghitung EOQ menggunakan formula:

2×𝑅×𝑆 2×𝑅×𝑆
EOQ = ATAU EOQ =
𝐶/𝑢 𝑃×𝐼

Di mana:
R = Jumlah permintaan (bahan mentah yang akan dibeli)
S = Biaya pemesanan
P = Harga per satuan bahan mentah
I = Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam % dari persediaan rata-rata
C/u = Biaya penyimpanan/satuan bahan mentah
Contoh Kasus EOQ
Suatu perusahaan menjual barang A dan ingin meminimumkan biaya bahan mentah.
Permintaan tahunan barang tersebut 10.000 satuan. Biaya pesan Rp200 setiap kali
pesan dan harga setiap satuan Rp50. biaya simpan Rp4 tiap unit barang setiap tahun
atau sebesar 8% dari persediaan rata-rata. Banyaknya hari dalam setahun untuk
melakukan analisis adalah 250.

Untuk mengilustrasikan aplikasi model EOQ, maka diketahui:


R =Jumlah permintaan (bahan mentah yang akan dibeli) : 10.000 unit
S =Biaya pemesanan : Rp.200,
C/u = Biaya simpan tahunan per unit : Rp.4,
Penyelesaian Kasus
2×𝑅×𝑆
EOQ =
𝐶/𝑢

2× 10.000 𝑢𝑛𝑖𝑡𝑠 ×𝑅𝑝200/𝑝𝑒𝑠𝑎𝑛


EOQ = = 1.000.000
𝑅𝑝4,−

EOQ = 1.000 unit

Atau :

2× 10.000 𝑢𝑛𝑖𝑡𝑠 ×𝑅𝑝200/𝑝𝑒𝑠𝑎𝑛


EOQ = = 1.000.000
𝑅𝑝50 × 8%

EOQ = 1.000 unit


1. Biaya Kekurangan Bahan Mentah (Stock Out Cost)
Adalah biaya yang terpaksa harus dikeluarkan
perusahaan karena bahan yang datangnya lebih lambat
dari waktu yang telah ditentukan.
Contoh: Bila perusahaan membeli dengan cara biasa,
harga per unit bahan mentah adalah Rp50 tetapi bila
membeli dengan cara mendadak harganya Rp53, maka
selisih biaya Rp3 dapat dimasukkan sebagai biaya
kekurangan bahan mentah.
2. Biaya Penyimpanan Tambahan (Extra Carrying Cost)
Biaya yang dikeluarkan perusahaan karena bahan yang
3. Waktu Tunggu (Lead Time) dipesan datang Iebih cepat dari waktu yang telah
ditentukan.
Selain dua faktor diatas, untuk menentukan waktu
pemesanan baha mentah diperhatikan lamanya
menunggu (lead time) bahan mentah yang dipesan dating
sejak pesanan dikirim sampai bahan mentah datang ke
perusahaan. Lead time adalah waktu sejak dilakukannya
pemesanan sampai datangnya bahan mentah yang
dipesan dan siap untuk digunakan dalam proses produksi.
Contoh Kasus Reorder Point (ROP)

Berdasar pada pengamatan data historis, dapat ditentukan probabilitas tentang waktu tunggu yakni:

Waktu Tunggu Frekuensi Probabilitas


2 hari 5 kali 11,11%
3 hari 10 kali 22,22%
4 hari 15 kali 33,33%
5 hari 10 kali 22,22%
6 hari 5 kali 11,11%
Total 45 kali 100%

Bila diketahui R = 10.000 unit, Biaya Pesan Rp200/kali pesan, Biaya simpan Rp4/unit/periode. Harga beli biasa
Rp50/unit dan bila membeli secara mendadak harga yang harus dibayarkan Rp53/unit dan 1 tahun = 250 hari,
maka:
Penyelesaian Kasus ROP
Diketahui:
1. Biaya Penyimpanan Tambahan
Lead Time Extra Carrying Cost (ECC)
Extra Carrying Cost (EEC) per order per hari = (1.000 unit
2 hari 0 xhari
Rp16= Rp16 = Rp0
EOQ, besarnya satuan ekonomis setiap kali x Rp4/unit/tahun) / 250
3 hari 1 x 11,11 % x Rp16 = Rp1,7776
pesan = 1.000 unit
2 x 11,11 % x Rp16 = Rp3,5552
Frekuensi pembelian selama 1 tahun = 10.000
4 hari 1 x 22,22 % x Rp16 = Rp3,5552
unit/1.000 unit = 10 kali
Rp7,1104
Kebutuhan (R) selama setahun = 10.000
3 x 11,11 % x Rp16 = Rp5,3328
unit 2 x 22,22 % x Rp16 = Rp7,1104
Carrying cost = 5 hari
1 x 33,33 % x Rp16 = Rp5,3328
Rp4/unit/tahun Rp17,7760
Procurrement cost = Rp200/kali 4 x 11,11 % x Rp16 = Rp7,1104
pesan 3 x 22,22 % x Rp16 = Rp10,6656
Stock out cost 6 hari 2 x 33,33 % x Rp16 = Rp10,6656
= Rp53/unit- Rp50/unit = Rp3/unit 1 x 22,22 % x Rp16 = Rp3,5552
Rp31,9968
1. Biaya Penyimpanan Tambahan
Extra Carrying Cost (EEC) per order per hari = (1.000 unit x Rp4/unit/tahun) / 250 hari = Rp16
Lead Time Extra Carrying Cost (ECC)
2 hari 0 x Rp16 = Rp0
3 hari 1 x 11,11 % x Rp16 = Rp1,7776
2 x 11,11 % x Rp16 = Rp3,5552
4 hari 1 x 22,22 % x Rp16 = Rp3,5552
Rp7,1104
3 x 11,11 % x Rp16 = Rp5,3328
2 x 22,22 % x Rp16 = Rp7,1104
5 hari
1 x 33,33 % x Rp16 = Rp5,3328
Rp17,7760
4 x 11,11 % x Rp16 = Rp7,1104
3 x 22,22 % x Rp16 = Rp10,6656
6 hari 2 x 33,33 % x Rp16 = Rp10,6656
1 x 22,22 % x Rp16 = Rp3,5552
Rp31,9968
2. Biaya Kekurangan Bahan Mentah
Kebutuhan Bahan Mentah/hari = 10.000 unit/250 hari = 40 unit per hari
Stock Out Cost per unit = Rp53 – Rp50 = Rp3/unit
Stock Out Cost per hari = Rp3/unit x 40 unit/hari = Rp20/unit

Lead Time Extra Carrying Cost (ECC)


2 hari 0 x Rp16 = Rp0
3 hari 1 x 11,11 % x Rp120 = Rp13,332
2 x 11,11 % x Rp120 = Rp26,664
4 hari 1 x 22,22 % x Rp120 = Rp26,664
Rp53,328
3 x 11,11 % x Rp120 = Rp39,996

5 hari 2 x 22,22 % x Rp120 = Rp53,328


1 x 33,33 % x Rp120 = Rp39,996
Rp133,32
4 x 11,11 % x Rp120 = Rp53,328
3 x 22,22 % x Rp120 = Rp79,992
6 hari 2 x 33,33 % x Rp120 = Rp79,992
1 x 22,22 % x Rp120 = Rp26,664
Rp239,976
Dari perhitungan EEC dan SOC diatas dapat dibuat perbandingan
sebagai berikut:

Lead ECC SOC Total


Per tahun Per tahun
Time Per Order Per order Per tahun
6 32,00 319,97 0 0 319,97
5 17,78 177,76 13,33 133,32 311,08
4 7,11 71,10 53,33 533,28 604,38
3 1,78 17,78 133,32 1.333,20 1.350,98
2 0 0 239,98 2.399,76 2.399,76
d. Persediaan Besi
Adalah persediaan minimal bahan mentah yang harus dipertahankan untuk
menjamin kelangsungan proses produksi. Besarnya persediaan besi ditentukan
oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Kebiasaan supplier menyerahkan bahan mentah yang dipesan
2. Jumlah bahan mentah yang dibeli setiap kali pesan
3. Dapat diperkirakan atau tidaknya kebutuhan bahan mentah secara tepat bagi
perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah
secara tepat, maka risiko kehabisan bahan mentah relatif kecil
4. Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan mentah dan biaya ekstra
karena kehabisan bahan mentah
Anggaran Persediaan Bahan Mentah

Anggaran ini menentukan tingkat persediaan bahan mentah dan suku cadang yang direncanakan dalam
bentuk biaya dan jumlahnya. Selisih jumlah unit antara kebutuhan bahan mentah dengan pembelian bahan
mentah ditunjukkan sebagai peningkatan atau penurunan dalam anggaran persediaan bahan dan suku
cadang.

Anggaran persediaan bahan mentah ini merupakan rencana tentang jumlah dan nilai bahan mentah yang
menjadi persediaan dari waktu ke waktu. Dalam anggaran ini perlu dirinci hal-hal sebagai berikut:
1) Jenis bahan mentah yang digunakan
2) Jumlah masing masing jenis bahan mentah yang tersisa sebagai persediaan
3) Harga per unit masing-masing jenis bahan mentah
4) Nilai bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan

Formula:

Nilai Bahan Mentah = Unit Persediaan Bahan Mentah x Harga Bahan Mentah/unit
Contoh Kasus Penyusunan Anggaran Persediaan Bahan Mentah

PT MITRA GARMENT pada awal tahun 2A11 memiliki persediaan 1.000 m dan harga bahan mentah stabil
selama tahun tersebut sebesar Rp60.000/m

Diketahui Persediaan akhir sebagai berikut:

Bulan Jumlah (m) Bulan Jumlah (m)


Januari 1.500 Juli 2.000
Februari 2.000 Agustus 2.000
Maret 2.000 September 2.000
April 1.800 Oktober 2.000
Mei 2.000 November 2.000
Juni 2.000 Desember 1.000

Berdasar data tersebut diminta untuk menyusun Anggaran Persediaan Bahan Mentah Kulit Super Tahun 2A11
Penyelesaian Kasus
Bulan Jumlah (m) Harga (Rp/m) Jumlah (Rp/m)
Januari 1.500 60.000 90.000.000
Februari 2.000 60.000 120.000.000
Maret 2.000 60.000 120.000.000
April 1.800 60.000 108.000.000
Mei 2.000 60.000 120.000.000
Juni 2.000 60.000 120.000.000
Juli 2.000 60.000 120.000.000
Agustus 2.000 60.000 120.000.000
September 2.000 60.000 120.000.000
Oktober 2.000 60.000 120.000.000
November 2.000 60.000 120.000.000
Desember 1.000 60.000 60.000.000
Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Habis untuk
produksi
Anggaran ini menentukan biaya yang direncanakan untuk bahan mentah dan suku cadang
yang akan dipakai dalam proses produksi. Jika dalam anggaran kebutuhan bahan mentah
merencanakan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan untuk produksi, maka dalam anggaran
biaya bahan mentah merencanakan jumlah biaya bahan mentah yang diperlukan untuk
produksi. Anggaran ini dapat diartikan sebagai rencana tentang besarnya biaya bahan mentah
yang diperlukan untuk
proses produksi di masa yang akan datang.

Formula:

Biaya Bahan Mentah = Unit Kebutuhan Bahan Mentah x Harga Bahan Mentah/unit
Contoh Kasus Penyusunan Anggaran Biaya Bahan Mentah
PT MITRA GARMENT memproduksi kemeja sutra, untuk keperluan pengolahan produk
diperlukan bahan mentah berupa kain sutra dengan SUR 2 m, dengan harga beli bahan mentah
(kain sutra) seharga Rp100.000/m

Diketahui Rencana produksi tahun 2A11 sebagai berikut:

Periode Jumlah (m)


Januari 250
Februari 250
Maret 400
Triwulan 2 900
Triwulan 3 1.100
Triwulan 4 1.100

Berdasarkan data tersebut, diminta menyusun anggaran biaya bahan mentah yang habis dipakai pada tahun 2A11
Penyelesaian Kasus
1. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
2. Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Habis Dipakai

Harga Bahan
Mentah/unit Biaya Bahan
Periode Jumlah (m) (Rp/m) Mentah (Rp)
Januari 500 100.000 50.000.000
Februari 500 100.000 50.000.000
Maret 800 100.000 80.000.000
Triwulan 2 1.800 100.000 180.000.000
Triwulan 3 2.200 100.000 220.000.000
Triwulan 4 2.000 100.000 200.000.000
Total 7.800 780.000.000
Penentuan Harga Bahan Mentah yang Dipakai dalam Produksi

Oleh karena dalam satu periode akuntansi seringkali terjadi


fluktuasi harga, maka harga beli bahan baku juga berbeda dari
pembelian yang satu dengan pembelian yang lain. Oleh karena
itu persediaan bahan mentah yang ada di gudang mempunyai
harga pokok per satuan yang berbeda-beda, meskipun jenisnya
sama. Hal ini menimbulkan masalah dalam penentuan harga
pokok bahan mentah yang dipakai dalam produksi, antara lain:
1. Metode identifikasi khusus
2. Metode masuk pertama keluar pertama
3. Metode masuk terakhir keluar pertama
4. Metode rata-rata bergerak
5. Metode biaya standar
6. Metode rata-rata harga pokok bahan baku akhir bulan
 Metode identifikasi khusus
Dalam metode ini, setiap jenis bahan mentah yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga pokok per
satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang harga satuannya berbeda dengan
harga per satuan bahan baku yang sudah ada digudang harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda
pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Dalam metode ini, tiap-tiap jenis bahan mentah yang ada di gudang
jelas identitas harga pokoknya
sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok persatuannya secara tepat.
 Metode masuk pertama keluar pertama (First-In, First-Out metbod/FIFO)
Metode masuk pertama keluar pertama, cara menentukan biaya bahan baku adalah dengan anggapan
bahwa harga pokok per satuan bahan mentah yang pertama masuk dalam gudang digunakan untuk
menentukan harga bahan mentah yang pertama kali dipakai. Perlu ditekankan bahwa untuk menetukan biaya
bahan baku, anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi.
 Metode masuk terakhir keluar pertama (Last-in, First Out method/LIFO)
Dalam metode ini, penentuan harga pokok bahan mentah yang dipakai dalam produksi dengan anggapan
bahwa harga pokok per satuan bahan mentah yang terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk
menentukan harga pokok bahan mentah yang pertama kali dipakai dalam produksi.
 Metode rata-rata bergerak (Moving Average Method)
Dalam metode ini, persediaan bahan mentah yang ada digudang dihitung harga pokok rata ratanya,
dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya Setiap kali terjadi pembelian yang harga
pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan
perhitungan harga pokok rata-rata persatuan yang baru. Bahan mentah yang dipakai dalam proses produksi
dihitung harga pokok rata-rata per satuan bahan mentah yang dipakai dengan harga pokok rata-rata per satuan
bahan mentah yang ada di gudang. Metode ini juga dikenal sebagai metode rata-rata tertimbang,
 Metode biaya standar (standard price method)
Dalam metode ini, bahan mentah yang dibeli dalam kartu persediaan adalah sebesar harga standar (standard
price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada
saat dipakai, bahan mentah dibebankan kepada produk pada harga standar tersebut.
 Metode rata-rata harga pokok bahan baku akhir bulan
Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan penghitungan harga pokok rata-rata atau per satuan tiap jenis
persediaan bahan mentah yang ada di gudang. Harga pokok rata-rata per satuan ini kemudian digunakan untuk
menghitung harga bahan mentah yang dipakai dalam produksi pada bulan berikutnya.
Pengendalian Bahan Mentah
Anggaran bahan mentah dalam arti luas dapat berfungsi sebagai alat pengendali (controlling), untuk
itu diperlukan laporan pelaksanaan yang terdiri dari :

1. Laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah,dengan Analisis Varians sebagai berikut


:

• Varians Karena Jumlah Pembelian = (Jumlah Rencana - Jumlah Riil) x Harga Rencana
• Varians Karena Harga Bahan Mentah = (Harga Rencana - Harga Riil) X Jumlah Riil
• Total Varians = Varians Karena Jumlah + Varians Karena Harga

2. Laporan Pelaksanaan Pemakaian Bahan Mentah, dengan Analisis


Varians sebagai berikut :

• Varians Efisiensi = (Jumlah Rencana - Jumlah Riil) x Harga Rencana


• Varians Harga = (Harga Rencana - Harga Riil) X Jumlah Riil
• Total Varians = Varians Efisiensi + Varians Harga
.
Contoh Kasus Pengendalian Bahan Mentah
Data pembelian dan pemakaian bahan mentah bulan Juli tahun 2A11 :
Pembelian Bahan Mentah :
Rencana membeli bahan mentah = 10.000 m, taksiran harga Rp20.000/m
Realisasi pembelian bulan Juli = 10.400 m, harga beli = Rp22.500/m
Pemakaian Bahan Mentah untuk Keperluan Produksi :
Rencana Produksi bulan Juli = 2.000 unit barang jadi, SUR = 3 M, dan harga standar = Rp20.000/m
Realisasi produksi = 1.050 unit @unit barang jadi 2,9 M barang mentah, dan harga beli = Rp22.500

Penyelesaian Kasus :

a. Laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah Juli 2A11

Penyimpangan
Keterangan Rencana Realisasi
Jumlah %
Jumlah yang dibeli 10.000 10.400 400 4
Harga/unit Rp20.000,00 Rp22.500,00 Rp2.500,00 12,5

Jumlah (Rp) Rp200.000.000,00 Rp234.000.000,00 Rp34.000.000,00 17


Analisis Varians:
•Varians Karena Jumlah Pembelian
= (Jumlah Rencana - Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (10.000m - 10.400 m) x Rp20.000/m = Rp8.000.000 (merugikan)
•Varians Karena Harga Bahan Mentah
= (Harga Rencana - Harga Riil) X Jumlah Riil
= (Rp20.000/m - Rp22.500/m x 10.400 = Rp26.000.000 (merugikan)
•Total Varians
= Varians Karena Jumlah + Varians Karena Harga
= Rp8.000.000 + Rp26.000.000 =Rp34.000.000 (merugikan)
b. Laporan Pelaksanaan Pemakaian Bahan Mentah Juli 2A11

Rencana yang Penyimpangan


Keterangan Rencana Realisasi
disesuaikan Jumlah %
Produksi (unit) 2.000 2.050 2.050 0 0

S U R (m/unit) 3 3 2,9 0,1 3,33

Bahan Mentah
6.000 6.150 5.945 205 3,33
yang dipakai (m)
Harga/unit
Rp20.000,00 Rp20.000,00 Rp22.500,00 Rp2.500,00 12,5
(Rp/unit)

Jumlah (Rp) Rp120.000.000,00 Rp123.000.000,00 Rp133.762.500,00 Rp10.762.500,00 8,75


Analisis Varians
•Varians Efisiensi
= (Jumlah Rencana - Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (6.150m - 5.945 m) x Rp20.000/m = Rp4.100.000 (menguntungkan)
•Varians Karena Harga Bahan Mentah
= (Harga Rencana - Harga Riil) X Jumlah Riil
= (Rp20.000/m - Rp22.500/m x 5.945 = Rp14.862.500 (merugikan)
•Total Varians
= Varians Karena Jumlah + Varians Karena Harga
= Rp4.100.000 + Rp14.862.500 =Rp10.762.500 (merugikan)
Contoh Kasus Perencanaan dan Pengendalian Bahan
Mentah
Berikut data-data yang tersedia :
1. Rencana Produksi tahun 2A11

Periode Produksi (unit) Periode Produksi (unit)


Triwulan 1 3.400 Triwulan 3 3.500
Triwulan 2 3.400 Triwulan 4 3.700

2. Standar pemakaian bahan mentah per unit, harga bahan mentah, dan persediaan
awal tahun 200X masing-masing bahan mentah.
Jenis Bahan SUR (kg) Harga/unit Persediaan Awal
Mentah (Rp/kg) (kg)
Bahan Mentah A 0,35 400 100
Bahan Mentah B 0,50 300 200
3. Rencana persediaan akhir bahan mentah perusahaan untuk setiap triwulan
tahun 2A11
Periode Bahan Mentah A (kg) Bahan Mentah B (kg)
Triwulan 1 110 150
Triwulan 2 120 300
Triwulan 3 125 200
Triwulan 4 135 250

4. Realisasi Pembelian dan Pemakaian Bahan Mentah:


a. Pada triwulan 1 terjadi Pembelian bahan mentah A sejumlah 1.000 unit
dengan harga beli per kg Rp500,-, sedangkan unit pembelian untuk bahan
mentah B adalah 1.750 u dengan harga per kg Rp350,-
b. Pemakaian bahan mentah untuk triwulan 2 khusus bahan mentah B adalah :
Jumlah unit produk yang dihasilkan adalah 3.600 unit
Jumlah kebutuhan bahn mentah yang sesungguhnya terjadi adalah 1.620 kg
Biaya bahan mentah langsung Rp461.700,-
Penyelesaian Kasus Perencanaan dan Pengendalian Bahan
Mentah

1. Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah secara terperinci tahun 2A11


PT.ANGGAJAYA
Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Tahun 2A11
Bahan Mentah A Bahan Mentah B
Keterangan SUR Kebutuhan
Produksi (unit) SUR (kg/unit) Kebutuhan (kg) Produksi (unit)
(kg/unit) (kg)

Triwulan 1 3.400 0,35 1.190 3.400 0,5 1.700


Triwulan 2 3.400 0,35 1.190 3.400 0,5 1.700
Triwulan 3 3.500 0,35 1.225 3.500 0,5 1.750
Triwulan 4 3.700 0,35 1.295 3.700 0,5 1.850
Total 14.000 4.900 14.000 7.000
2. Menyusun Anggaran Pembelian Bahan Mentah “A” secara terperinci tahun
2A11
PT.ANGGAJAYA
Anggaran Pembelian Bahan Mentah "A"
Tahun 2A11
Kebutuhan Pembelian
Persediaan Akhir Kebutuhan Persediaan
Periode Bahan Harga
(kg) Sementara (kg) Awal (kg) Unit (kg) Jumlah (Rp)
Mentah(kg) (unit/Rp)

Triwulan 1 1.190 110 1.300 100 1200 400 480000

Triwulan 2 1.190 120 1.310 110 1200 400 480000

Triwulan 3 1.225 125 1.350 120 1230 400 492000

Triwulan 4 1.295 135 1.430 125 1305 400 522000

Total 4900 5.390 1974000


3. Menyusun Anggaran Biaya Bahan Mentah secara terperinci tahun 2A11

PT.ANGGAJAYA
Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Dipakai
Tahun 2A11
Bahan Mentah A Bahan Mentah B
Periode Harga Jumlah
Kebutuhan (kg) Harga (Rp/kg) jumlah biaya (Rp) kebutuhan (kg)
(Rp/kg) Biaya (Rp)
Triwulan 1 1.190 400 476.000 1.700 300 510.000
Triwulan 2 1.190 400 476.000 1.700 300 510.000
Triwulan 3 1.225 400 490.000 1.750 300 525.000
Triwulan 4 1.295 400 518.000 1.850 300 555.000
Total 4.900 1.960.000 7.000 2.100.000
4. Menyusun Laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah A khusus Triwulan I
Tahun 2A11 serta analisis varians

PT.ANGGAJAYA
Laporan Pelaksanaan Pembelian Triwulan I 2A11 Bahan Mentah A
Tahun 2A11
Penyimpanan
Keterangan Rencana Realisasi
Jumlah %

Jumlah yang dibeli (kg) 1.200 1.000 200 16,67

harga/unit (Rp/kg) 400 500 100 25,00


Jumlah (Rp) 480.000 500.000 20.000 (Rugi) 4,17
Analisis Varians

•Varians Karena Jumlah Pembelian


= (Jumlah Rencana - Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (1.200kg - 1.000kg) x Rp400/kg = Rp80.000 (menguntungkan)
•Varians Karena Harga Bahan Mentah
= (Harga Rencana - Harga Riil) X Jumlah Riil
= (Rp400/kg - Rp500/kg x 1.000 = Rp100.000 (merugikan)
•Total Varians
= Varians Karena Jumlah + Varians Karena Harga
= Rp80.000 + Rp100.000 =Rp20.000 (merugikan)
5. Menyusun Laporan Pelaksanaan Pemakaian Bahan Mentah B khusus Triwulan
II Tahun 2A11 serta analisis varians

PT.ANGGAJAYA
Laporan Pelaksanaan Pemakaian Triwulan II 2A11 Bahan Mentah B
Tahun 2A11
Rencana yang Penyimpangan
Keterangan Rencana Realisasi
disesuaikan Total %
Produksi (unit) 3.400 3.600 3.600 0 0
SUR (kg/unit) 0,5 0,5 0,45 0,05 10
Bhn Mentah yg
1.700 1.800 1.620 180 10
dipakai (kg)
Harga/unit (Rp/Kg) 300 300 285 15 5
Jumlah (Rp) 510.000 540.000 461.700 78.300 14,5
Analisis Varians

•Varians Efisiensi
= (Jumlah Rencana - Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (1.800kg - 1.620kg) x Rp300/kg = Rp54.000 (menguntungkan)
•Varians Karena Harga Bahan Mentah
= (Harga Rencana - Harga Riil) X Jumlah Riil
= (Rp300/kg - Rp285/kg) x 1.620/kg = Rp24.300 (menguntungkan)
Total Varians
= Varians Karena Jumlah + Varians Karena Harga
= Rp54.000/kg + Rp24.300/kg =Rp78.300/kg (merugikan)
Kasus Perencanaan dan Pengendalian Bahan Mentah
Dalam rangka penyusunan anggaran bahan mentah, perusahaan “MITRA LESTARI” mengumpulkan data-data
pada tahun 2A11 sebagai berikut:

1. Secara rinci produksi setiap triwulan adalah sebagai berikut

Periode Unit Produksi (unit)


Triwulan 1 20.000
Triwulan 2 24.000
Triwulan 3 25.000
Triwulan 4 26.000

2. Standar pemakaian bahan mentah per unit, Harga bahan mentah dan persediaan awal tahun 2A11 masing-
masing bahan mentah.

Jenis Bahan SUR (Kg) Harga/unit(Rp/Kg) Persediaan Awal (Kg)


Bahan Mentah A 5 2.500 5.000
Bahan Mentah B 4 3.500 2.000
3. Rencana persediaan akhir bahan mentah perusahaan untuk setiap triwulan
tahun 2A11
Periode Bahan Mentah A (Kg) Bahan Mentah B (Kg)

Triwulan 1 2.000 5.000


Triwulan 2 3.000 6.000
Triwulan 3 4.000 7.000
Triwulan 4 5.000 4.000

d. Data pembelian dan pemakaian bahan mentah sebagai berikut:


i. Pembelian Bahan Mentah
• Realisasi pembelian pada triwulan 1 adalah sebanyak 100.000 kg dengan harga beli Rp2.250,-/kg
ii. Pemakaian Bahan Mentah untuk keperluan produksi:
• Pada triwulan II direncanakan berproduksi sebanyak 22.500 unit barang jadi dengan SUR 3 kg
dan harga standar Rp20,-/kg
• Ternyata realisasi produksi sebanyak 2.050 unit dan setiap unit dengan standar pemakaian bahan
mentah A sebesar 5,5 kg per unit, dan untuk bahan mentah B sebesar 4,5 kg per unit. Harga beli
bahan mentah A per kg adalah Rp2.250,-/kg sedangkan harga beli bahan mentah B per kg adalah
Rp3.000,-/kg
Penyelesaian Kasus
1. Menyusun anggaran kebutuhan bahan mentah pada tahun 2A11 secara terinci
Unit Produksi Bahan Mentah A Bahan Mentah B
Periode
(unit) SUR (Kg/unit) Kebut. BM (Kg) SUR (Kg/unit) Kebut.BM (Kg)
Triwulan 1 20.000 5 100.000 4 80.000
Triwulan 2 24.000 5 120.000 4 96.000
Triwulan 3 25.000 5 125.000 4 100.000
Triwulan 4 26.000 5 130.000 4 104.000
Jumlah 95.000 475.000 380.000

2. Menyusun anggaran pembelian untuk kedua bahan mentah tersebut selama tahun 2A11 secara
terperinci
Anggaran pembelian Bahan Mentah A
Kebutuhan Pembelian
Persed. Kebutuhan Persed.
Periode Bahan Mentah Harga
Akhir (kg) Sementara (kg) Awal (kg) Unit beli (kg) Jml Rp
(kg) (Rp/kg)
Triwulan 1 100.000 2.000 102.000 5.000 97.000 2.500 242.500.000
Triwulan 2 120.000 3.000 123.000 2.000 121.000 2.500 302.500.000
Triwulan 3 125.000 4.000 129.000 3.000 126.000 2.500 315.000.000
Triwulan 4 130.000 5.000 135.000 4.000 131.000 2.500 327.500.000
1.187.500.00
Total 475.000 489.000 475.000
0
Anggaran pembelian Bahan Mentah B

Kebutuhan Pembelian
Persed. Kebutuhan Persed.
Periode Bahan Mentah Harga
Akhir (kg) Sementara (kg) Awal (kg) Unit beli (kg) Jml Rp
(kg) (Rp/kg)
Triwulan 1 80.000 5.000 85.000 2.000 83.000 3.500 290.500.000
Triwulan 2 96.000 6.000 102.000 5.000 97.000 3.500 339.500.000
Triwulan 3 100.000 7.000 107.000 6.000 101.000 3.500 353.500.000
Triwulan 4 104.000 4.000 108.000 7.000 101.000 3.500 353.500.000
Total 380.000 402.000 382.000 1.337.000.000

3. Menyusun Anggaran Persediaan Bahan Mentah selama tahun 2A11 secara terperinci
Bahan Mentah A Bahan Mentah B
Periode Kebutuhan Juml Biaya
Kebutuhan (Kg) Harga (Rp/Kg) Juml Biaya (Rp) Harga (Rp/Kg)
(Kg) (Rp)
Persediaan Awal
Triwulan 1 5.000 2.500 12.500.000 2.000 3.500 7.000.000
Triwulan 2 2.000 2.500 5.000.000 5.000 3.500 17.500.000
Triwulan 3 3.000 2.500 7.500.000 6.000 3.500 21.000.000
Triwulan 4 4.000 2.500 10.000.000 7.000 3.500 24.500.000
Persediaan
Akhir 5.000 2.500 12.500.000 4.000 3.500 14.000.000
4. Menyusun Anggaran Biaya Bahan Mentah untuk produksi selama tahun 2A11
secara terperinci

Bahan Mentah A Bahan Mentah B


Periode Kebutuhan Juml Biaya
Kebutuhan (Kg) Harga (Rp/Kg) Juml Biaya (Rp) Harga (Rp/Kg)
(Kg) (Rp)
Triwulan 1 100.000 2.500 250.000.000 80.000 3.500 280.000.000
Triwulan 2 120.000 2.500 300.000.000 96.000 3.500 336.000.000
Triwulan 3 125.000 2.500 312.500.000 100.000 3.500 350.000.000
Triwulan 4 130.000 2.500 325.000.000 104.000 3.500 364.000.000
Total 475.000 1.187.500.000 380.000 1.330.000.000

Penyimpangan
Keterangan Rencana Realisasi
Total %
Unit Beli (Rp) 97.000 100.000 3.000 3,09
Harga/unit
(Rp/kg) 2.500 2.250 -250 -10,00
Biaya Pembelian
(Rp) 242.500.000 225.000.000 -750.000 -7,22
5. Membuat Laporan Pelaksanaan Pembelian dan Pemakaian Bahan Mentah dan Analisa
Varians untuk setiap laporan
Penyimpangan
Keterangan Rencana Realisasi
Total %
Unit Beli (Rp) 97.000 100.000 3.000 3,09
Harga/unit (Rp/kg) 2.500 2.250 -250 -10,00
Biaya Pembelian (Rp) 242.500.000 225.000.000 -750.000 -7,22

Analisis Varians

1. Varians Karena Jumlah Pembelian


= (Jumlah Rencana – Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (97.000 kg – 100.000 kg) x Rp2.500/kg = Rp7.500.000 (merugikan)
2. Varians Karena Harga Bahan Mentah
= (Harga Rencana – Harga Riil) x Jumlah Riil
= (Rp2.500/kg – Rp2.250/kg) x 100.000 kg = Rp25.000.000 (menguntungkan)
3. Total Varians
= Varians Karena Jumlah + Varians Karena Harga
= Rp7.500.000 + Rp25.000.000 = Rp17.500.000 (menguntuntungkan)
Rencana yang Penyimpangan
Keterangan Rencana Realisasi
Disesuaikan Total %
Unit Produksi (unit) 24.000 22.500 22.500 0 0
SUR (kg/unit) 4 4 5 1 13
Kebutuhan Bahan (kg) 96.000 90.000 101.250 11.250 13

Harga Bahan (Rp/kg/unit) 3.500 3.500 3.000 -500 -14


Jumlah Rp (Rp/kg/unit) 336.000.000 315.000.000 303.750.000 -11.250.000 -4

Analisa Varians

1. Varians Efisiensi
= (Jumlah Rencana – Jumlah Riil) x Harga Rencana
= (90.000 kg – 101.250 kg) x Rp3.500/kg = Rp39.375.000 (merugikan)
2. Varians Harga
= (Harga Rencana – Harga Riil) x Jumlah Riil
= (Rp3.500/kg – Rp3.000/kg) x 101.250 kg = Rp50.625.000 (menguntungkan)
3. Total Varians
= Varians Karena Jumlah + Varians Karena Harga
= Rp39.375.000 + Rp50.625.000 = Rp11.250.000 (menguntuntungkan)
Perencanaan dan Pengendalian
Tenaga Kerja Langsung
PENGGOLONGAN TENAGA KERJA DAN BIAYA TENAGA KERJA

Tenaga kerja merupakan usaha fisik mental yang


dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk.
Sedangkan biaya tenaga kerja merupakan harga
yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja
manusia tersebut.
Sifat-sifat Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung
Tenaga kerja langsung:
1. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini berhubungan secara langsung dengan tingkat
kegiatan produksi.
2. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan biaya variabel.
3. Secara umum tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja yang kegiatannya langsung dapat
dihubungkan dengan produk akhir (terutama dalam penentuan harga pokok).
Tenaga kerja tidak langsung:
1. Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja jenis ini tidak berhubungan secara langsung dengan
tingkat kegiatan produksi.
2. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja jenis ini merupakan biaya semi variabel. Artinya
biaya-biaya yang mengalami perubahan tetapi tidak sebanding dengan perubahan tingkat
kegiatan produksi.
3. Tempat berkerja untuk tenaga kerja jenis ini tidak selalu di pabrik, tetapi bisa di luar pabrik.
Perencanaan Tenaga kerja

Yang harus dipertimbangkan :


a. Kebutuhan tenaga kerja
b. Pencarian atau penarikan tenaga kerja
c. Latihan bagi tenaga kerja baru
d. Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi para tenaga
kerja
e. Gaji dan Upah yang harus diterima tenaga kerja
f. Pengawasan tenaga kerja
Persiapan dalam Penyusunan Anggaran Tenaga Kerja

Sebelum penyusunan Anggaran Tenaga Kerja,


yang perlu ditentukan terlebih dahulu adalah
satuan dasar kegiatan, misal satuan hitung atas
dasar Jam Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour
Hours) atau Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct
Labour Cost)
Maning Table
Merupakan daftar kebutuhan tenaga kerja
yang menjelaskan tentang :
Jenis tenaga kerja yang dibutuhkan,
Jumlah masing-masing jenis tenaga kerja tsb. pada berbagai tingkat
kegiatan, dan
Bagian-bagian/Unit kerja yang membutuh- kan tenaga kerja
Standar Tenaga Kerja

1. Analisa gerak

2. Analisa waktu

3. Sampling Kerja
Catatan:
Perlu diperhatikan bahwa tingkat upah rata-rata dapat berubah apabila terjadi
perubahan rasio dalam penggunaan tenaga kerja, seperti:
- Rasio kuantitas masing-masing golongan tenaga kerja
- Rasio tingkat upah masing-masing golongan tenaga kerja
Anggaran Tenaga Kerja Langsung

1. Anggaran Jam Tenaga Kerja Langsung


Jumlah Jam Kerja Langsung = Unit Produksi x Standar Jama Tenaga Kerja
Langsung

2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung = Jumlah Jam Kerja Langsung x Tarif
Upah TKJ/Jam
Kasus 1: Anggaran Tenaga Kerja langsung

Data Produksi tahun 2A11 Penggunaaan SUR dan DLH

Berdasarkan data-data di atas, diminta:


1. Menyusun anggaran jam kerja langsung Tahun 2A11 secara terperinci!
2. Menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung Tahun 2A11 secara
terperinci!
Penyelesaian
1. Menyusun anggaran jam kerja langsung 2. Menyusun anggaran biaya tenaga kerja
langsung Tahun 2A11 secara terperinci
Tahun 2A11 secara terperinci
Pengendalian Jam dan Biaya Tenaga Kerja Langsung

Elemen Pengendalian biaya:


• Pengamatan sehari-hari pada biaya
• Laporan kinerja dan evaluasi hasil
Untuk itu diperlukan Performance Report.Laporan ini berisi:
• Jam kerja riil
• Jam standar untuk output riil
• Variasi waktu
Kasus 2
Data rencana bulan Juni 2A11,meliputi:
• Rencana Produksi : 22.000 unit
• Standar pemakaian jam kerja langsung per unit: 0.25 DLH
• DLH : Rp.10.000,-
Realisasi bulan Juni 2A11,meliputi:
• Unit Produksi :20.000 unit
• Jam TKL bulan Juni 2A11; 6.000 DLH
• Biaya TKL :Rp.57.000,-
Penyelesaian
Varians Efisiensi
=(jam kerja rencana-jam kerja riil)×Tarif upah
rencana
=(5000 DLH-6000 DLH) ×Rp10.000,-/DLH
=10.000(merugikan)
Varians Tarif Upah
=(Tarif upah rencana- tarif upah riil)×jam kerja rill
=(Rp10.000,- -Rp9.000,-) ×6.000 DLH
=Rp.3.000(menguntungkan
Total varians
=Varians Efisiensi+Varians Tarif Upah
=Rp10.000,- +Rp3.000,- =Rp7.000,-
=(merugikan) (menguntungkan) (Merugikan)
Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Tenaga Kerja

Manfaat penyusunan anggaran tenaga


kerja:
• Pemakaian tenaga kerja lebih efisien
• Biaya tenaga kerja lebih efisien
• Harga pokok barang dapat dihitung
secara tepat
Kasus 3
Data Produksi Perusahaan tahun 2A11 Penggunaan SUR dan DLH

Realisasi
• Unit produksi : 125.000 Unit
• Jam TKL bulan Juni 2A11 :650.000 DLH
• Biaya TKL : Rp.9.750.000,-
Penyelesaian
Anggaran Jam kerja Langsung tahun 2A11 Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung tahun 2A11
Varians Efisiensi
=(jam kerja rencana-jam kerja riil)×Tarif upah
rencana • Menyusun laporan pelaksanaan pemakaian jam dan biaya
=(625.000 DLH-650.000 DLH) ×Rp20,-/DLH tenaga kerja langsung untuk departemen proses I pada
=500.000(merugikan) bulan Februari 2A11 disertai Analisis Varians
Varians Tarif Upah
=(Tarif upah rencana- tarif upah riil)×jam kerja
rill
=(Rp20,- - Rp15,-) ×650.000 DLH
=Rp.3.250.000,-(menguntungkan
Total varians
=Varians Efisiensi+Varians Tarif Upah
=Rp500.000,- +Rp3.250.000,-
=Rp2.750.000,-
=(merugikan) (menguntungkan)
(Menguntungkan)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai