Anda di halaman 1dari 34

ANGGARAN BIAYA PRODUKSI

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI


BIAYA PRODUKSI

BAHAN BAKU

TENAGA KERJA

OVERHEAD PABRIK

2
ANGGARAN BIAYA PRODUKSI

ANGGARAN BAHAN BAKU

3
Anggaran Bahan Baku
Bahan Baku dalam Proses produksi
dikelompokkan dalam :
1. Bahan Baku Langsung (direct material),
Yaitu bahan yang yang membentuk
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan produk jadi dan merupakan
komponen utama dari suatu produk.
2. Bahan Baku Tidak Langsung (Inderect
Material), Yaitu bahan pelengkap yang
melekat pada suatu produk
Tujuan Penyusunan
1. Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku
langsung.
2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan Baku
langsung yang diperlukan.
3. Sebagai dasar memperkirakan kebutuhan dana yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pembelian bahan
baku langsung
4. Sebagai dasar penentuan harga pokok produksi yakni
memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena
penggunaan bahan baku langsung dalam proses
produksi.
5. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengendalian
bahan baku langsung.
Anggaran Bahan Baku :
1. Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
2. Anggaran Pembelian Bahan Baku
3. Anggaran Persediaan Bahan Baku
4. Anggaran Biaya bahan Baku habis
digunakan dalam produksi
(pemakaian bahan baku)
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
• Disusun untuk merencanakan jumlah fisik bhan baku
yang diperlukan.
• Anggaran ini mencantumkan :
a. Jenis barang jadi yang akan dihasilkan
b. Jenis bahan baku yang akan digunakan
c. Bagian-bagian yang akan dilalui dalam proses
produksi
d. Standar penggunaan bahan baku (standart usage
rate/SUR) adalah bilangan yang menunjukkan
berapa satuan bahan baku yang diperlukan untuk
menghasilkan satu satuan produk jadi.
e. Waktu penggunaan bahan baku
Anggaran Pembelian Bahan Baku
• Rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh
perusahaan dalam periode waktu mendatang.
• Jumlah Pembelian yang paling ekonomis (Economical Order
Quantity/EOQ), yaitu jumlah pembelian yang paling optimal.
Dengan syarat/asumsi :
a. Bahan tidak mudah rusak dan pengiriman bahan tidak
terlambat
b. Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per unit konstan
c. Kebutuhan bahan baku relatif stabil sepanjang tahun
(periode)
d. Harga beli bahn baku per uni konstan
e. Setiap bahan baku diperlukan selalu tersedia di pasar
f. Bahan baku yang dipesan tidak terikat dengan bahan baku
yang lain
Rumus EOQ EOQ =
2 .R.S
P.I
Keterangan :
R = Jumlah bahan baku yang akan dibeli
dalam suatu periode tertentu
S = Biaya Pemesanan
P = Harga per unit bahan baku
I = Biaya penyimpanan yang dinyatakan
dalam persentase dari persediaan rata-
rata dalam satuan mata uang (carrying
cost)
(P.I) = Besarnya biaya penyimpanan per unit
Biaya yang bersifat variabel :
1. Biaya Pemesanan, yaitu biaya yang dikeluatkan
sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan
baku. biaya ini berubah sesuai dengan frekuensi
pemesanan.biaya ini meliputi biaya persiapan
pemesanan, biaya administrasi, biaya
pengiriman pesanan biaya penerimaan pesanan
dan biaya proses pembayaran.
2. Biaya Penyimpanan, yaitu biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan penyimpanan
bahan baku yang telah dibeli.biaya ini meliputi
biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan bahan
baku, biaya asuransi, biaya pajak, dan lain-lain
Waktu Pembelian Bahan Baku
• Lead time : Jangka waktu sejak dilakukannya
pemesanan sampai saat datangnya bahan baku
yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam
proses produksi
• Reorder point : saat harus melakukan pemesanan
kembali bahan baku langsung yang dibutuhkan
• Extra carrying cost : biaya yang terpaksa harus
dikeluarkan akibat bahan baku langsung datang
terlalu awal
• Stock out cost ; biaya yang terpaksa harus
dikeluarkan akibat keterlambatan datangnya
bahan baku langsung.
Bentuk Dasar Anggaran Pembelian
Bahan Baku :
Kebutuhan Bahan Baku yyy
Persediaan akhir yyy +
Jumlah kebutuhan yyy
Persediaan awal yyy -
Pembelian Bahan Baku yyy
Harga per unit Rp yyy x
Nilai Rp yyyy
Anggaran Persediaan Bahan Baku
• Tujuan : pengawasan terhadap
penggunaan bahan baku.
• Kebijakan tentang penilaian
persediaan dikelompokkan menjadi :
1. Kebijaksanaan FIFO (Frist in Frist
out)
2. Kebijaksanaan LIFO (Last in Frist
Out)
Besarnya bahan baku yang tersedia untuk
kelancaran proses produksi tergantung pada
beberapa faktor :
1. Volume produksi selama satu periode tertentu
(anggaran produksi)
2. Volume bahan baku minimal, yang disebut safety
stock (persediaan besi/persediaan
pengaman/penyangga)
3. Besarnya pembelian yang ekonomis
4. Estimasi tentang naik turunya harga bahan
mentah pada waktu-waktu mendatang
5. Biaya-biaya penyimpanan dan pemeliharaan
6. Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak
Safety Stock/Iron Stock
• Persediaan minimal bahan baku yang harus
dipertahankan untuk menjamin kelasungan proses
produksi.
• Persediaan pengaman tidak boleh dipakai kecuali
dalam keadaan darurat.
• Persediaan engaman bersifat permanen dan
termasuk dalam kelompok aktiva tidak lancar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
safety stock :
1. Kebiasaan laveransir menyerahkan
bahan baku yang dipesan
2. Jumlah bahan baku yang dibeli setiap
kali pemesanan
3. Dapat diperkirakan atau tidaknya
kebutuhan bahan baku secara tepat.
4. Perbandingan antara biaya
penyimpanan (carrying cost) dan biaya
ekstra karena kehabisan bahan baku
(stockout cost)
Bentuk Anggaran Persediaan Bahan Baku
Bulan/ Bahan Baku A Bahan Baku B Nilai (Rp)
Kuartal Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
Persediaan
awal :
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Persediaan
Akhir
tahun
Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis
Digunakan
• 2 hal yang menyebabkan tidak semua bahan baku
habis digunakan dalam proses produksi :
1. Perlu adanya persediaan akhir
2. Perlu adanya safety stock/iron stock
• Manfaat anggaran ini ;
1. Untuk keperluan product costing yaitu
perhitungan harga pokok barang yang
dihasilkan perusahaan
2. Untuk keperluan pengawasan penggunaan
bahan baku.
Bentuk Dasar Anggaran
Anggaran bahan baku yang habis digunakan, memperinci hal-hal
:
a. Jenis bahan baku yang digunakan
b. Jumlah masing-masing bahan baku yang habis digunakan
untuk produksi
c. Harga per unit masing-masing jenis bahan baku
d. Nilai masing-masing bahan baku yang habis digunakan untuk
produksi
e. Jenis barang yang dmenggunakan bahan baku
f. Waktu penggunaan bahan baku
Barang A Barang B Nilai
Bahan baku &
Waktu Keb. BB Keb. BB
Harga Jumlah Harga Jumlah Unit Rp
(Unit) (Unit)
Bahan baku X

Januari
Februari
Maret
Kuartal II
Kuartal III
Kuartal IV
Bahan baku Y
Januari
Februari
Maret
Kuartal II
ANGGARAN BIAYA PRODUKSI

ANGGARAN BIAYA TENAGA KERJA

21
ANGGARAN TENAGA KERJA
• Rencana kebutuhan tenaga kerja langsung yang diperlukan
untuk memproduksi jenis dan kuantitas produk yang
direncanakan dalam anggaran produksi.dan penentuan harga
pokok produk per unit.
• Manfaat Anggaran Tenaga Kerja Langsung :
a. Penggunaan tenaga kerja lebih efisien
b. Biaya tenaga kerja dapat direncanakan dan diatur secara
lebih efisien
c. Harga pokok produk dapat dihitung secara tepat.
d. Sebagai alat pengawasan biaya tenaga kerja.
Proses Penyusunan Anggaran Tenaga Kerja :
• Meaning table : merupakan daftar kebutuhan tenaga kerja
yang menjelaskan :
a. Jenis atau kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan
b. Jumlah masing-masing jenis tenaga kerja tersebut pada
berbagai tingkat kegiatan.
c. Bagian-bagian yang membutuhkan.
• Menghitung jam tenaga kerja langsung (Direct Labor Hour)
untuk masing-masing jenis barang yang dihasilkan atau
masing-masing bagian tempat mereka bekerja.atau mencari
berdasarkan analisis gerak dan waktu. Waktu standar
• Tingkat upah rata-rata (Average Wage Rate) :
membagi jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk
membayar tenaga kerja langsung dengan jumlah jam
tenaga kerja langsung yang diperlukan.
contoh
• Dalam sebuah perusahaan, tenaga kerja langsung pada pabrik
digolongkan menjadi 3 tingkatan yakni golongan I, II dan III. Upah per
jam buruh langsung masing-masing golongan adalah :
Golongan I : Rp 150 per orang DLH
II : Rp 200 per orang DLH
III : Rp 250 per orang DLH
Jumlah masing-masing golongan adalah :
Golongan I = 50 orang
II = 20 orang
III = 5 orang
Jumlah 75 orang
Tingkat upah rata-rata tenaga kerja langsung perusahaan (per
orang per DLH) dapat dihitung sebagai berikut :

Golongan Tingat upah Jumlah Jumlah Jumlah


per jam (RP) (orang) DLH (Rp)
I 150 50 100 750.000
II 200 20 400.000
III 250 5 125.000
75 100 1.275.000

1.275.000
Tingkat upah rata − rata = = Rp 170 per DLH
7.500
Contoh 2
PT Mekar Sari mempunyai 3 bagian produksi, yakni bagian I, II dan III. Ada
dua macam barang yang diproduksi yakni Sabun cuci super soft dan sabun
cuci biasa. Saun cuci super soft melalui ketiga bagian, sedangkan sabun cuci
biasa hanya melalui bagian I dan III saja.
Rencana jam buruh per unit barang adalah :

DLH per unit barang


Bagian
Sabun cuci soft Sabun cuci biasa
I 0,4 0,2
II 0,2 -
III 0,4 0,2
Rencana tingkat Upah Rata-rata adalah :
Bagian Tingkat upah per DHL
I Rp 20,-
II Rp 15,-
III Rp 10,-
Rencana tingkat produksi tahun 1983 sbb :
Produk (000)
Bulan/Kuartal
Sabun Cuci Soft Sabun cuci biasa
Januari 70 34
Februari 80 36
Maret 80 38
Kuartal I 240 140
Kuartal II 230 127
Kuartal III 260 145
Jumlah 960 520
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Bulan / Sabun Cuci Soft Sabun Cuci Biasa


Produksi DHL per Total TK Jumlah Produksi DHL per Total TK Jum
Kuartal
unit DHL upah unit DHL upah lah
Januari
Bagian I 70 0,4 20 34 0,2 20
Bagian II 70 0,2 15 - - - -
Bagian III 70 0,4 10 34 0,2 10
Jumlah
Anggaran Jam buruh langsung
• Jenis barang yang dihasilkan oleh perusahan
• Bagian-bagian yang turut dalam proses produksi
• Jumlah DLH yang diperlukan untuk tiap jenis barang
• Waktu produksi
ANGGARAN BIAYA PRODUKSI

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

31
ANGGARAN OVERHEAD
• Seluruh biaya produksi selain biaya bahan
baku langsung dan tenaga kerja langsung,
yang direncanakan akan dibayarkan
salam satu periode tertentu.
• Penyusunan anggaran biaya overhead
ditetapkan berdasarkan jam kerja per
unit atau biaya per unit produk
berdasarkan persentase tertentu dari
biaya produksi.
Tarif biaya overhead
1. Jumlah jam Kerja :
a. Jumlah jam kerja langsung : besarnya biaya overhead total yang
dianggarkan dibagi dengan jam kerja total yang direncanakan.
Hasilnya adalah tarif biaya overhead per jam kerja langsung
b. Jumlah jam kerja mesin : besarnya biaya overhead total yang
dianggarkan dibagi dengan jam kerja mesin total yang direncanakan.
Hasilnya adalah tarif biaya overhead per jam kerja mesin
2. Volume produk yang dihasilkan : maka besarnya biaya overhead
total yang dianggarkan dibagi dengan volume produksi yang
dianggarkan. Hasilnya adalah tarif biaya overhead per unit produk.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai