Anda di halaman 1dari 18

2.

1 ANGGARAN PIUTANG DAN KAS

Kedudukan kas penting bagi perusahaan khususnya untuk menjaga kelancaran operasi
perusahaan. Jumlah kas yang memadai dapat menjaga kelancaran operasional sehari-hari dan
menunjang pelaksanaan keputusan-keputusan strategik jangka panjang, seperti usaha
penelitian dan pengembangan, usaha perluasan kapasitas dan sebagainya.

Jumlah kas yang berlebihan maupun yang kurang memadai mempunyai efek negatif
bagi perusahaan. Kekurangan kas dapat mengakibatkan tidak terbayarnya berbagai kewajiban
seperti hutang gaji dan bunga bank, hutang dagang pada supplier bahan mentah, dan
sebagainya. Hal ini akan berdampak pada menurunnya produktivitas kerja serta merugikan
nama baik perusahaan di mata rekanan bisnis. Sebaliknya kas yang berlebihan berarti terjadi
kelebihan beban tetap perusahaan, karena perusahaan menyerap dana modal kerja yang
langka dan mahal dalam jumlah besar. Dengan demikian dana kas yang ada pada perusahaan
atau bank merupakan salah satu bentuk atau pilihan investasi yang perlu dipertimbangkan
pembelanjaannya secara tepat.

Salah satu sumber arus kas masuk adalah piutang. Piutang merupakan bentuk
kekayaan yang tergolong dalam aktiva lancar, yakni aktiva yang tingkat perputarannya relatif
cepat kurang dari satu tahun. Meskipun demikian, begitu keputusan pimpinan untuk
melaksanakan penjualan dengan kredit telah ditentukan, maka kebutuhan dana untuk
membelanjai piutang akan berlaku terus-menerus, sehingga sumber pembelanjaan dana
piutang bisa bersifat jangka panjang dan juga perlu pertimbangan yang matang.

Bab ini diawali dengan pembahasan tentang piutang, manfaat piutang atau penjualan
kredit, anggaran piutang, manfaat disusunnya anggaran piutang, kebijaksanaan yang harus
diperhatikan dalam piutang, dan pengaruh piutang terhadap arus kas perusahaan.

Bab ini kemudian dilanjutkan dengan mempelajari tentang besarnya kas yang
diterima/aliran kas masuk (cash inflous) dan kas yang dikeluarkan/aliran kas keluar (cash
owflous). Perencanaan dan pengendalian cash inflows, cash oulflows, dan hal-hal yang
berkaitan dengan pembelanjaan ini merupakan hal penting bagi perusahaan. Pembahasan
berlanjut tentang penyusunan anggaran kas yang mempelajan tentang cara efektif untuk
merencanakan dan mengendalikan cash flows, taksiran kebutuhan kas, dan penggunaan
kelebihan kas secara efektif. Tujuan utamanya adalah merencanakan posisi likuiditas
perusahaan sebagai dasar penentuan pinjaman atau investasi.

Bab ini kemudian diakhiri dengan pembahasan tentang pengendalian posisi kas yang
sangat penting bagi perusahaan mengingat banyaknya akibat-akibat potensial yang mungkin
terjadi. Pada akhir pembahasan ini, juga dikupas tentang cara-cara efektif yang dapat
dilakukan manajemen apabila perusahaan menghadapi situasi yang bisa menyebabkan
kesulitan kas secara terperinci.

2.2 ANGGARAN PIUTANG


Piutang merupakan salah satu bentuk investasi, yang tidak berbeda dengan investasi
lain seperti investasi yang berujud kas/bank, persediaan (bahan baku, barang setengah jadi
dan barang jadi) dan sebagainya. Sebagai salah satu bentuk investasi maka piutang, (1)
menyerap sejumlah dana modal kerja, (2) mempunyai usia tertentu sesuai dengan waktu
keterikatannya, (3) mempengaruhi tingkat risiko perusahaan secara keseluruhan, dan (4) perlu
monitor tingkat efisiensi pengelolaannya dari waktu ke waktu.

Sebagai salah satu bentuk kekayaan perusahaan, piutang termasuk salah satu unsur
aktiva lancar, Hal ini karena piutang dianggap memiliki waktu perputaran yang cepat yang
kurang dari satu tahun. Piutang juga merupakan investasi yang akan memberikan manfaat
tertentu bagi perusahaan, sekaligus menimbulkan berbagai beban biaya. Sehingga manajemen
perdu mempertimbangkan secara tepat apakah nilai manfaat yang diperoleh melebihi beban
biaya yang ditimbulkan.

2.2.1 Manfaat Penjualan Kredit

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan melakukan penjualan kredit antara lain:

1. Merupakan upaya untuk meningkatkan ornzet penjualan. Pembeli yang tidak


memiliki likuiditas tinggi mungkin sekali akan terdorong untuk melakukan pembelian
jika ditawarkan kredit. Demikian pula pembelian biasa yang jumlahnya kecil akan
terdorong untuk membel lebih banyak dengan ditawarkannya kredit pada mereka.

2. Dengan meningkatnya volume penjualan maka keuntungan pun diharapkan akan


meningkat. Dengan demikian kredit akan mempunyai akibat yang positif dari segi
penilaian investasi secara keseluruhan.

3. Dengan adanya hubungan hutang piutang maka hubungan dagang antara


perusahaan dengan para pembelinya menjadi lebih erat, sehingga kredit menjamin
kontinuitas hubungan.

4. Keuntungan dari selisih bunga modal. Pada jenis usaha tertentu, seperti produsen
rumah murah dan perdagangan kendaraan bermotor, terjadi hubungan kredit berjangka
lama. Pada kondisi ini, kredit menciptakan keuntungan tambahan bagi penjual.
Keuntungan tersebut diperoleh bukan saja dari banyaknya omzet penjualan, melainkan
juga selisih bunga modal yang diperhitungkan terhadap pembeli dengan bunga modat
pinjaman yang sebenarnya

Meskipun kredit mempunyai akibat positif bagi pengusaha, tetapi juga beban ataupun risiko
yang harus ditanggung perusahaan.

2.2.2 Berbagai Beban yang Timbul Sebagai Akibat Pemberian Kredit


Berbagai jenis beban dan biaya yang timbul karena perusahaan menjual dengan kredit antara
lain berupa:

1. Beban biaya modal

Piutang sebagai salah satu bentuk investasi akan menyerap sebagian dari modal
perusahaan yang tersedia. Bila perusahaan menggunakan modal sendiri seluruhnya, maka
dengan adanya piutang modal yang tersedia untuk investasi bentuk lain (persediaan, aktiva
tetap dan sebagainya) akan berkurang. Dengan demikian biaya modal untuk piutang
besarnya sama dengan biaya modal sendiri. Sedangkan bila modal sendiri tidak
mencukupi, perusahaan dapat menggunakan pinjaman bank yang akan menimbulkan
beban biaya yang eksplisit yaitu bunga modal pinjaman.

2. Biaya administrasi piutang

Piutang juga menimbulkan biaya lain yaitu biaya administrasi piutang. Biaya ini terdiri
dari (a) biaya organisasi atau unit kerja yang diserahi tugas untuk mengelola piutang
seperti gaji dan jaminan sosial lain, dan (b) biaya penagihan piutang, mencakup biaya
telepon, surat menyurat, telegram atau biaya perjalanan para penagih piutang.

3. Piutang yang tak tertagih

Piutang mungkin tidak seluruhnya dapat ditagih, sehingga umumnya perusahaan


membentuk cadangan piutang ragu-ragu untuk mengantisipasi munculnya piutang yang
tak tertagih (bad debt). Pembentukan cadangan inilah yang merupakan salah satu bentuk
biaya piutang.

2.2.3 Kebijaksanaan Piutang (Penjualan Kredit)

Selain dapat memberikan tambahan keuntungan, piutang juga dapat mengakibatkan


timbulnya kerugian. Sehingga perusahaan perlu membuat suatu kebijaksanaan yang jelas
yang mengatur masalah tersebut.

Berbagai langkah yang perlu dipersiapkan antara lain meliputi:

1. Dibentuknya unit kerja yang khusus ditugaskan mengurusi piutang. Tugas pokok dari
unit kerja ini meliputi:

(a) Mencari langganan potensial yang dapat diberikan kredit

(b) Menyeleksi para calon debitur

(c) Membukukan transaksi kredit yang terjadi

(d) Melakukan penagihan piutang

(e) Membukukan mutasi kredit/piutang


(f) Menyusun dan mengklasifikasikan piutang outstanding menurut usianya masing-masing

(g) Membuat analisa dan evaluasi piutang sebagai salah satu bentuk invesiasi

(h) Menyusun dan memperkirakan arus kas masuk dari piutang

(i) Membuat laporan tentang pengelolaan piutang bagi para pengambil kebijakan tentang
piutang

2. Penentuan Kebijakan Piutang Yang Jelas, untuk dapat digunakan sebagai pedoman bagi
Unit kerja yang mengurusi piutang perlu:

(a) Penentuan plafon kredit untuk berbagai jenis atau tingkatan debitur/langganan

(b) Penentuan jangka waktu kredit

(c) Pedoman melakukan seleksi calon debitur (berdasarkan 5C atau 3R)

(d) Penentuan jumlah piutang ragu-ragu maksimal yang dapat dibenarkan sebagai dasar
penentuan besarnya cadangan piutang ragu-ragu

(e) Penentuan jumlah anggaran yang digunakan untuk mengadministrasikan piutang

3. Penentuan Kriteria untuk Mengukur Efisiensi Pengelolaan Piutang

Berbagai kriteria untuk mengukur efisiensi pengelolaan piutang, yang berguna sebagai
indikator efisiensi pengelolaan piutang, adalah:

(a) Tingkat perputaran piutang, yang rumusnya adalah:

Penjualan Kredit Neto (setahun)


Piutang rata-rata (awal dan akhir tahun)
(b) Persentase piutang tak tertagih yang sebenarnya

Tingkat persentase ini pedu dibandingkan dengan rata-rata piutang tak tertagih untuk
industri ataupun usaha lain yang sejenis. Selama tingkat persentase ini relatif sebanding,
maka efisiensi pengelolaan piutang oleh perusahaan masih dapat dianggap dalam batas
kewajaran.

(c) Usia piutang rata-rata

Dari daftar piutang yang ada dapat dikelompokkan persentase dari piutang yang masih
berada dalam batas waktu seharusnya (jatuh tempo), persentase yang terlambat satu
bulan/dua bulan tiga bulan dan sebagainya. Dengan cara ini, dapat diperkirakan piutang
oulstanding yang sebenarnya, yakni piutang yang masih memiliki nilai ekonomis sebagai
kekayaan dan piutang yang perlu diragukan (bad debts) atau bahkan perlu dihapuskan.

Berdasar pengelompokan ini kemudian dapat dipisahkan kelompok debitur yang masih
bonafid, kelompok yang perlu memperoleh perhatian secara lebih seksama, kelompok
yang memerlukan penanganan secara khusus, dan kelompok yang seharusnya dihapuskan
dari daftar debitur.

Dengan cara seperti ini perusahaan bisa memperoleh gambaran secara teliti tentang nilai
ekonomis yang nyata dari piutang-piutang yang dimiliki.

(d) Biaya pengelolaan setiap jumlah tertentu dari piutang

Sebagamana telah diuraikan sebelumnya, piutang merupakan salah satu bentuk investasi
Yang menimbulkan biaya seperti (1) biaya modal, (2) biaya administrasi piutang, dan (3)
biaya berupa piutang yang tak tertagih.

Jumlah biaya ini berubah-ubah dari waktu ke waktu, karena terdapat (1) perbedaan
jumlah nasabah yang harus dilayani, (2) perbedaan nilai piutang keseluruhan yang harus
dikelola, (3) perbedaan fungsi piutang atau kredit dari waktu ke waktu akibat perbedaan
kondisi persaingan dan situasi ekonomi secara umum, dan (4) perbedaan jangka waktu
kredit yang diberikan.

Oleh karena adanya perbedaan biaya dari waktu ke waktu, maka dapat dilakukan analisa
Irend tentang biaya pengelolaan piutang per jumlah tertentu dari piutang yang diberikan.
Dengaan demikian akan diperoleh gambaran tentang semakin efisien atau kurang
efisiensinya pengelolaan piutang.

Kasus 1 : Ilustrasi Keputusan Tentang Piutang

Perusahaan dagang "NIAGA PRIMA" selama ini telah melaksanakan transaksi tunai
seluruhnya. Pada saat terakhir perusahaan merasa terancam karena perusahaan pesaingnya
menawarkan fasilitas kredit pada para langganan mereka. Sehingga para langganan yang
biasa membayar tunai mulai menanyakan kemungkinan pembelian kredit seperti yang
dilakukan perusahaan pesaing.

a. Data Keuangan setahun terakhir menunjukan angka-angka berikut :

Struktur kekayaan Struktur Modal


Aktiva Lancar 32.000.000 Modal Asing 12.000.000
Aktiva Tetap 8.000.000 Modal Sendiri 28.000.000
Total Aktiva 40.000.000 Total Passiva 40.000.000
b. Modal bank berupa pinjaman jangka panjang dengan tingkat bunga sebesar 20%
setahun

c. Laporan Laba Rugi Usaha Tahun 20X7

Penjualan 100.000.000
Harga Pokok Penjualan 75.000.000
Laba Kotor 25.000.000
Biaya Usaha :
Biaya Penjualan 5.000.000
Biaya Umum & administrasi 4.000.000
9.000.000
Laba Usaha (EBIT) 16.000.000
Bunga (20% x Rp. 12.000.000) 2.400.000
Laba sebelum Pajak (EBIT) 13.600.000
Pajak 10% 1.360.000
Laba setelah Pajak 12.240.000

d. Ketentuan Khusus:

 Biaya Penjualan 50X Fixed

 Biaya Umum dan Administrasi 100x Fixed

e. Keputusan yang sedang dipertimbangkan perusahaan adalah :

1. Perusahaan akan menawarkan penjualan kredit dengan jangka 2 minggu atau 15


hari kerja kepada semua pembelinya. Akibat yang diperkirakan adalah :

a. Penjualan keseluruhan akan meningkat 25% yang akan diikuti dengan


kenaikan harga pokok secara proporsional

b. Kebutuhan dana modal kerja akan meningkat sesuai jangka waktu kredit yang
diberikan. Tambahan dana ini akan dibelanjai dengan kredit bank pada tingkat
bunga yang sama seperti sebelumnya.

c. Akan ada biaya administrasi kredit sebesar Rp1.000.000,yang seluruhnya


bersifat tetap (fixed)

d. Jumlah bad debis diperkirakan sebesar 14 dari penjualan kredit keseluruhan

2. Bilamana hal tersebut harus dilakukan dengan pemberian kredit 30 hari kerja

3. Seandainya seperti pada (no 1.a) harus dicapai pada bad debt 2%

Pertanyaan: Apakah keputusan pemberian piutang tersebut harus diterima?

Penyelesaian Kasus 1 : Ilustrasi Keputusan Tentang Piutang

Keterangan Semula Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Penjualan 100.000 125.000 125.000 125.000


Harga Pokok Penjualan (75%) 75.000 93.750 93.750 93.750
Laba Kotor 25.000 31.250 31.250 31.250

Biaya Usaha :
Biaya Penjualan 5.000 5.625 5.625 5.625
Biaya Administrasi Piutang - 1.000 1.000 1.000
Biaya Umum & Administrasi 4.000 4.000 4.000 4.000
Bad Debts - 1.250 1.250 2.500
9.000 11.875 11.875 13.125
Laba Usaha (EBIT) 16.000 19.375 19.375 18.125
Bunga 2.400 3.600 4.800 3.600
Laba Sebelum Pajak (EBIT) 13.600 15.775 14.575 14.525
Pajak 10% 1.360 1.578 1.458 1.453
Laba Bruto 12.240 14.198 13.118 13.073

Rentabilitas Ekonomis 40% 42% 37% 39%


Rentabilitas Modal sendiri 43% 50% 46.8% 46.7%
Tambahan pinjaman/modal yang dibutuhkan :

Alternatif 1 : ( 120.000.000 : 300 Hk ) x 15 Hk = Rp. 6.000.000

Bunga = 20% x (12.000.000 + 6.000.000 ) = Rp. 3.600.000

Alternatif 2 : (120.000.000 : 300 Hk) x 30 Hk = Rp. 12.000.000

Bunga = 20% x (12.000.000 + 12.000.000) = Rp. 4.800.000

Dengan memperbandingkan akibat yang terjadi atas ketiga alternatif keputusan


tersebut dapat disimpulkan, bahwa:

1. Keputusan yang tepat adalah alternatif 1, yaitu dengan memberikan kredit selama 2
minggu dan terjadi peningkatan penjualan keseluruhan sebanyak 25%. Hal ini
didukung dengan peningkatan rentabilitas ekonomis sebesar 2% (dari 40% menjadi
42%), dan rentabilitas modal sendiri sebesar 7% (dari 439 menjadi 50%).

2. Alternatif lain (2 dan 3) ditolak karena kedua alternatif ini memberikan laba bersih
dan rentabilitas modal sendiri yang lebih rendah daripada alternatif 1. Hal ini
didukung oleh adanya penurunan rentabilitas ekonomi.

2.3 PENGARUH PENJUALAN KREDIT TERHADAP ARUS KAS

Penjualan tunai berakibat arus kas masuk terjadi bersamaan dengan terjadinya transaksi
penjualan. Tidak demikian halnya dengan penjualan kredit.

Arus kas masuk dari penjualan kredit akan sangat tergantung kepada:

1. Jangka waktu kredit. Semakin panjang jangka kredit yang diberikan, semakin panjang
jarak antara terjadinya transaksi penjualan dengan penerimaan uang kas dari penjualan
tersebut.

2. Keaktifan para petugas penagih piutang, dalam arti semakin aktif petugas melakukan
penagihan piutang pada waktunya, semakin tepat arus kas yang masuk kedalam kas
perusahaan.
3. Mutu/bonafiditas para kreditur yang dipercaya perusahaan untuk membeli barang
secara kredit. Semakin tepat perusahaan dalam memilih calon-calon debiturnya, yang
berarti semakin bonafid para debitur tersebut, maka semakin kecil kemungkinan mereka
menunda pembayaran atas hutang-hutang dagangnya.

4. Situasi usaha pada umumnya. Hal ini berarti bila keadaan situasi usaha cenderung
normal dan likuiditas perusahaan secara umum baik, maka kemungkinan penundaan
pembayaran relatif kecil. Sebaliknya bila pasaran lesu, sulit untuk memperoleh uang tunai,
maka kemungkinan terjadinya penundaan menjadi semakin besar.

Dengan banyaknya pertimbangan-pertimbangan tersebut, perusahaan perlu membuat


perkiraan tentang pola pembayaran piutang dari para debitur perusahaan. Perkiraan ini
dikenal sebagai anggaran piutang (skedul pengumpulan piutang).

2.3.1 Manfaat Anggaran Piutang

Manfaat yang diperoleh perusahaan dengan melakukan penyusunan anggaran piutang antara
lain: 1. Dapat diperkirakannya posisi piutang pada berbagai waktu

2. Dapat diketahui jumlah piutang yang sudah jatuh tempo

3. Dapat diperkurakan arus kas masuk yang berasal dari penjualan kredit

Kasus 2: Pengaruh Penjualan Kredit terhadap Arus Kas

Perusahaan “NIAGA MAJU" merencanakan akan menyusun skedul pengumpulan


piutang dan anggaran penerimaan kas untuk Tahun 20X7. Data yang berhasil
dikumpulkan meliputi:

1. Rencana penjualan Tahun 20X7 adalah triwulan 1 sebesar Rp600.000, triwulan 2


sebesar Rp800.000,-, triwulan 3 sebesar Rp1.000.000,dan triwulan 4 sebesar
Rp1.400.000,-

Asumsi penjualan kredit dan tunai adalah bahwa penjualan terjadi di awal periode
(awal triwulan)

` 2. Ketentuan penjualannya adalah:

(a) Sebesar 40% dari total penjualan adalah penjualan tunai dan sisanya adalah
penjualan kredit. Untuk penjualan tunai manajemen menctapkan akan
memberikan potongan harga sebesar 20%.

(b) Untuk penjualan kredit, manajemen memberlakukan term of payment 6/10,


n/90.
 Sebesar 60% dari penjualan kredit, pembeli akan memanfaatkan periode
potongan, sedangkan sisanya tidak memanfaatkan periode potongan.

 Dari pembeli yang tidak memanfaatkan potongan, 50%-nya akan


membayar pada triwulan transaksi dan sisanya akan membayar pada
triwulan berikutnya.

(c) Diperkirakan besarnya piutang tak tertagih (bad debts) adalah 4% dari
penjualan kredit.

Berdasar data tersebut, diminta:

1. Menyusun Skedul Pengumpulan Piutang Tahun 20X7

2. Menyusun Anggaran Penerimaan kas Tahun 20X7.

Penyelesaian Kasus 2 : Pengaruh Penjualan Kredit terhadap Arus Kas

a. Penjualan Menurut Bentuk Pembayaran & Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan
Tunai

Keterangan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Total Penjualan 600.000 800.000 1.000.000 1.400.000

Penjualan Tunai (40%) 240.000 320.000 400.000 560.000


Pot. Penjualan Tunai (20%) 48.000 64.000 80.000 112.000
Penjualan Tunai Neto 192.000 256.000 320.000 448.000

Penjualan Kredit (60%) 360.000 480.000 600.000 840.000


Bad. Debt (4%) 14.400 19.200 24.000 33.600
Piutang Neto 345.600 460.800 576.000 806.400
b. Skedul pengumpulan Piutang/Penerimaan kas dari penjualan Kredit

Keterangan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Piutang Neto 345.000 460.080 576.000 806.400

Piutang yang mendapat hak 207.360 276.480 345.600 483.840


discount (60%)
Discount (10%) 20.736 27.648 34.560 48.384
Piutang neto (setelah 186.624 248.832 311.040 435.456
dikurangi discount)

Piutang tidak mendapat 138.240 184.320 230.400 322.560


discount (40%)
Piutang tidak mendapat
discount dilunasi :
- Pelunasan 50% 69.120 92.160 115.200 161.280
- Pelunasan 50% 69.120 92.160 115.200
Total pengumpulan Piutang 255.744 410.112 518.400 711.936
c. Skedul/Anggaran Penerimaan Kas

Keterangan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV


(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Penjualan tunai neto 192.000 256.000 320.000 448.000
Piutang 255.744 410.112 518.400 711.936
Jumlah 447.744 666.112 838.400 1.159.936

2.4 ANGGARAN KAS

Anggaran Kas menunjukkan rencana aliran kas masuk (cash inflows), aliran kas keluar (cash
oulflows), dan posisi akhir pada setiap periode. Penyusunan anggaran kas merupakan cara
yang efektif untuk merencanakan dan mengendalikan arus kas (cash flows), taksiran
kebutuhan kas, dan penggunaan kelebihan kas secara efektif.

Tujuan utama dilakukannya penyusunan anggaran/rencana kas adalah untuk


merencanakan posisi likuiditas perusahaan sebagai dasar penentuan pinjaman atau investasi.
Rencana aliran kas masuk dan keluar menunjukkan perlunya kemungkinan pembelanjaan jika
terjadi defisit kas dan perlunya perencanaan investasi jika terjadi kelebihan kas. Di sini
anggaran kas memiliki | hubungan erat secara langsung dengan anggaran-anggaran lain,
seperti anggaran penjualan, anggaran piutang dan biaya, serta anggaran pengeluaran modal.

Formula Anggaran Kas

Saldo kas awal xx


Penerimaan Kas xx +
Kas Tersedia xx
Pengeluaran Kas xx -
Saldo Kas Akhir xx

2.4.1 Tujuan Penyusunan Anggaran Kas

1. Menentukan posisi kas pada berbagai waktu

Yaitu dengan memperbandingkan aliran kas masuk dengan aliran kas keluar Sehingga saldo
kas pada akhir suatu periode akan sama dengan saldo kas awal ditambah penerimaan-
penerimaan kas pada suatu periode dan dikurangi pengeluaran-pengeluaran kas pada waktu
yang sama.

2. Memperkirakan kemungkinan defisit/surplus


Defisit terjadi bilamana pemasukan ditambah saldo awal ternyata lebih kecil dari kebutuhan
pengeluaran yang harus dibayar Sebaliknya surplus akan terjadi bilamana pemasukan
melebihi pengeluaran, sehingga jumlah saldo kas akhir periode mengalami peningkatan.
Terhadap kemungkinan defisit inilah perusahaan perlu lebih waspada.

3. Mempersiapkan keputusan pembelanjaan jangka pendek/panjang ,

Dengan adanya kemungkinan terjadinya defisit kas, perusahaan perlu mencari dana tambahan
dari sumber yang paling menguntungkan. Sebaliknya dengan adanya surplus yang diketahui
lama sebelumnya, dapat dipersiapkan pemilihan alternatif penggunaan yang paling
menguntungkan.

4. Sebagai dasar kebijakan pemberian kredit

Besar kecilnya kas yang tersedia mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membelanjai
modal kerjanya. Kemampuan pembelanjaan modal kerja ini pada gilirannya juga merupakan
dasar bagi perusahaan untuk menggunakan kebijakan kredit sebagai upaya meningkatkan
volume penjualan.

5. Sebagai dasar otorisasi dana anggaran yang disediakan

Sesuatu jenis biaya yang sudah dianggarkan perlu diatur penggunaannya lewat mekanisme
otorisasi pengeluaran kas. Dengan demikian plafon anggaran tidak akan terlampaui dan
sekaligus disesuaikan dengan keadaan likuiditas perusahaan.

6. Dasar Penilaian terhadap realisasi pengeluaran anggaran

Anggaran kas yang sudah ada berfungsi sebagai dasar penilaian terhadap realisasi
pengeluaran kas yang sebenarnya. Dengan demikian varian dalam arus kas masuk maupun
kas keluar dapat diketahui yang menjadi penyebabnya.

2.4.2 Pendekatan Dalam Menyusun Anggaran Kas

Terdapat dua pendekatan penyusunan anggaran kas yakni anggaran kas jangka pendek dan
jangka panjang.

a. ANGGARAN KAS JANGKA PENDEK

Anggaran kas ini merupakan alat operasional pengendalian kas sehari-hari. Jangka waktunya
disesuaikan dengan anggaran tahunan. Anggaran kas jangka pendek sesuai dengan rencana
laba taktis jangka pendek dan memerlukan rencana atau estimasi aliran kas masuk dan keluar
yang rinci, yang secara langsung berkaitan dengan rencana laba tahunan. Sebagai contoh
estimasi penerimaan kas dari penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk pembelian mesin-
mesin dan peralatan baru. Anggaran kas seperti ini terutama berfungsi sebagai alat pemberian
otorisasi Kas keluar yang secara terus-menerus disesuaikan dengan arus kas masuk dan
situasi keuangan pada umumnya.
Anggaran kas jangka pendek umumnya disusun dengan cara menelusuri jejak
berbaga? kegiatan perusahaan yang mengakibatkan terjadinya arus fisik masuk dan arus fisik
keluar. Arus balik dari jejak arus fisik yang masuk akan mengakibatkan terjadinya arus kas
keluar. Demikian pula sebaliknya arus balik dari jejak berbagai arus fisik keluar akan
mengakibatkan terjadinya arus kas masuk.

Skema berikut ini akan memberikan gambaran yang jelas adanya berbagai keluar dan
masuknya arus kas dan arus fisik.

Dari skema tersebut terlihat adanya empat pihak yang sekaligus menjadi penyalur dana dan
penerima dana. Mereka itu adalah:

1. Perusahaan yang melaksanakan proses produksi barang/jasa sebagai pihak pertama dan
pengambil inisiatif atas terjadinya keseluruhan arus kas dan arus fisik dalam keseluruhan
sistem itu.

2. Para rekanan/pemilik faktor produksi: yang bergerak dalam pasaran faktor produksi dan
pengambil insiatif atas terjadinya keseluruhan arus kas dan arus fisik dalam keseluruhan :
Sistem itu

3. Konsumen/pembeli produk perusahaan merupakan pihak yang membutuhkan produk


perusahaan untuk dikonsumsikan sendiri atau dijual kembali

4. Pemilik dana/pemerintah adalah sebagai pihak yang mempercayakan modalnya untuk


digunakan oleh perusahaan.

Di antara keempat pihak yang membentuk sistem itu terjadilah arus fisik maupun arus kas
yang merupakan arus masuk maupun arus keluar di antara mereka satu sama lain.

Arus fisik masuk terjadi pada saat perusahaan membeli berbagai faktor produksi yang
dibutuhkannya, dan sebagai gantinya terjadi arus kas keluar pada saat perusahaan membayar
faktor produksi yang digunakannya dalam proses produksi. Arus fisik keluar terjadi pada saat
perusahaan berhasil menjual produknya pada pembeli/konsumen, sebagai gantinya terjadi
arus kas masuk pada saat pembeli membayar harga pokok yang dibelinya. Arus kas masuk
dan arus kas keluar yang terjadi diantara rekanan, perusahaan, dan konsumen membentuk
transaksi ruun atau transaksi operasional yang sifatnya kontinu.

Di antara Perusahaan, Pemilik Modal dan Pemerintah hanya terjadi arus kas masuk
dan arus kas keluar. Arus kas masuk terjadi pada saat pemilik dan kreditur menyerahkan
modalnya pada perusahaan sebagai penyertaan atau sebagai kredit, sedangkan arus kas keluar
terjadi pada saat perusahaan membayar kewajiban dalam bentuk pajak, restitusi, bea meterai
dan sebagainya pada Pemerintah. Transaksi ini disebut transaksi keuangan yang sifatnya
terputus-putus (intermittent).

Dengan memahami berbagai kegiatan yang terjadi diantara empat pihak inilah
perusahaan akan mampu memperkirakan baik jumlah maupun waktu terjadinya arus kas
masuk dan arus kas keluar, baik yang bersifat operasional maupun yang berupa transaksi
keuangan. Hasil perekaman arus kas masuk dan keluar ini kita sebut Anggaran Kas.

2.4.3 Sumber kas dan penggunaan kas

Sumber kas masuk yang utama adalah:


1. Hasil penjualan produk secara tunai

2. Hasil menagih piutang dagang

3. Pendapatan lain seperti bunga dari bank, jasa giro, dividen

4. Adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti menjual aktiva yang tidak terpakai

5. Adanya penerimaan yang bukan penghasilan, seperti kredit dari bank, penjualan obligasi,
dan lain-lain hutang jangka pendek

6. Penambahan modal sendiri. oleh pemilik

Penggunaan kas keluar yang utama adalah:

1. Berbagai pembayaran untuk keperluan operasional perusahaan sehari-hari seperti membeli


material/bahan baku, membayar gaji, dan upah tenaga kerja, berbagai biaya yang termasuk
sebagai biaya overhead pabrik (kecuali depresiasi/amortisasi yang tidak membutuhkan kas)
biaya-biaya penjualan dan biaya administratif

2. Pembayaran pada para kreditur, baik berupa bunga maupun angsurannya

3, Penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap

4. Pembayaran pada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau pengembalian modal

5. Pembayaran pada pemerintah seperti membayar pajak, cukai, meterai, restitusi, Ipeda dan
lain-lain.
Saldo kas pada akhir suatu periode (bulanan/triwulanan/tahunan) akan sama dengan saldo kas
awal ditambah seluruh penerimaan dikurangi seluruh pengeluaran yang terjadi pada periode
bersangkutan.

Bilamana penerimaan melebihi pengeluarannya, maka saldo kas akhir akan


meningkat. Sebaliknya, bila pengeluarannya melebihi penerimaan, maka saldo kas akhir
menurun, bahkan mungkin terjadi defisit kas.

Karena anggaran kas seperti yang diuraikan di atas disusun dengan memperkirakan
seluruh penerimaan dan seluruh pengeluaran yang terjadi pada sesuatu periode, maka metode
anggaran kas seperti ini disebut Metode Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Receipts
and Disbursements Method).

Kasus 3 : Anggaran Kas Tahunan (Jangka Pendek)

Berikut ini adalah data yang dimiliki PT NIAGA KARYA yang dikumpulkan untuk
melakukan penyusunan Anggaran Kas Tahunan, pada semester 1 Tahun 20X7:

a. Rencana Penjualan selama semester 1 Tahun 20X7

Periode Unit Penjualan Harga/unit Volume Penjualan


(unit) (Rp/unit) (Rp)
Januari 5.000 3.000 15.000.000
Februari 5.500 3.000 16.500.000
Maret 6.000 3.000 18.000.000
April 7.000 3.000 21.000.000
Mei 8.000 3.000 24.000.000
Juni 7.000 3.000 21.000.000
b. Sejak beroperasi, perusahaan selain menjual secara tunai, juga menjual secara kredit.
Adapun komposisi penjualannya adalah:

 Sebesar 60% dari total penjualan adalah penjualan tunai dan sisanya adalah penjualan
kredit. Untuk penjualan tunai manajemen menetapkan akan memberikan potongan
harga sebesar 10%.

 Untuk penjualan kredit, manajemen memberlakukan term of payment 5/10, n/60. Dari
penjualan kredit diperkirakan sebesar 60% akan memanfaatkan periode potongan,
sedangkan sisanya tidak memanfaatkan periode potongan. Dari pembeli yang tidak
memanfaatkan potongan, 50X-nya akan membayar pada bulan transaksi dan sisanya
akan membayar pada bulan berikutnya. # Diperkirakan besarnya piutang tak tertagih
(bad debt) adalah 596 dari penjualan kredit.

c. Besarnya Cash Opname awal Tahun 20X7 adalah Rp10.000.000,-

d. Perusahaan melakukan pembelian bahan baku yang merencanakan akan dibayar 30%
secara tunai dan 70% dibayar bulan berikutnya. Adapun pembelian yang dilakukan
adalah:
Periode Pembelian Bahan Baku
Januari Rp5.000.000,-
Februari Rp6.000.000,-
Maret Rp8.000.000,-
April Rp7.500.000,-
Mei Rp9.000.000,-
Juni Rp11.000.000,-
e. Hutang jatuh tempo yang harus dibayarkan adalah januari Rp2.500.000,- Maret
Rp1.000.000,- dan Juni Rp3.000.000,-

Dari data tersebut, diminta :

1. Menyusun Skedul pengumpulan Piutang untuk triwulan 1 Tahun 20X7. Sertakan


persiapan perhitungannya.

2. Menyusun Skedul Penerimaan Kas untuk triwulan 1 Tahun 20X7.

3. Menyusun Skedul Pengeluaran Kas untuk triwluan 1 Tahun 20X7.

4. Menyusun Skedul Kas Sementara untuk triwulan 1 Tahun 20X7.

Penyelesaian Kasus 3 : Anggaram Kas Tahunan (Jangka Pendek)

a. Penjualan Menurut Bentuk Pembayaran & Skedul Penerimaan Kas dari Penjualan
Tunai

Keterangan Januari Februari Maret


(Rp) (Rp) (Rp)
Total Penjualan 15.000.000 16.500.000 18.000.000

Penjualan Tunai (60%) 9.000.000 9.900.000 10.800.000


Pot. Penjualan Tunai (10%) 900.000 990.000 1.080.000
Penjualan Tunai Neto 8.100.000 8.910.000 9.720.000

Penjualan Kredit (40%) 6.000.000 6.600.000 7.200.000


Bad. Debt (5%) 300.000 330.000 360.000
Piutang Neto 5.700.000 6.270.000 6.840.000
b. Skedul Pengumpulan piutang/Penerimaan Kas dari Penjualan Kredit

Keterangan Januari Februari Maret


(Rp) (Rp) (Rp)
Piutang Neto 5.700.000 6.270.000 6.840.000
Piutang yang mendapat hak discount (60%) 3.420.000 3.762.000 4.140.000
Discount (10%) 171.000 188.100 205.200
Piutang neto (setelah dikurangi discount) 3.249.000 3.573.900 3.898.800
Piutang tidak mendapat discount (40%) 2.280.000 2.508.000 2.736.000
Piutang tidak mendapat discount dilunasi :
- Pelunasan 50% 1.140.000 1.254.000 1.368.000
- Pelunasan 50% 1.140.000 1.254.000
Total pengumpulan Piutang 4.389.000 5.967.900 6.520.800
c. Anggaran Penerimaan Kas

Keterangan Januari Februari Maret


(Rp) (Rp) (Rp)
Penjualan tunai neto 192.000 256.000 320.000
Piutang 255.744 410.112 518.400
Jumlah 447.744 666.112 838.400
d. Anggaran Pengeluaran Kas

Sumber Pengeluaran Kas Januari Februari Maret


(Rp) (Rp) (Rp)
Pembelian Bahan Baku Tunai 1.500.000 1.800.000 2.400.000
Pembelian Bahan Baku Kredit 0 3.500.000 4.200.000
Pembayaran Hutang 2.500.000 0 1.000.000
Jumlah 4.000.000 5.300.000 7.600.000
e. Anggaran Kas Sementara

Keterangan Januari Februari Maret


(Rp) (Rp) (Rp)
Saldo Kas Awal 10.000.000 18.489.000 28.066.900
Penerimaan Kas 12.489.000 14.877.900 16.240.800
Kas Tersedia 22.489.000 33.366.900 44.307.700
Pengeluaran Kas 4.000.000 5.300.000 7.600.000
Saldo Kas Akhir 18.489.000 28.066.900 36.707.700
2.4.4 Anggaran Kas Jangka Panjang

Bila Anggaran kas tahunan disusun dengan cara menelusuri jejak arus fisik masuk dan arus
fisik keluar, maka anggaran kas jangka panjang disusun dengan cara membandingkan neraca
yang disusun antara dua periode anggaran dan perhitungan rugi laba perusahaan yang terjadi
selama periode antara kedua neraca tersebut.

Untuk anggaran kas jangka panjang ini sesuai dengan dimensi wakttu dari
pengeluaran modal dan neraca laba strategik jangka panjang. Estimasi penerimaan kas
(terutama dari penjualan barang atau jasa dan pinjaman), sedangkan estimasi pengeluaran kas
adalah terutama untuk biaya-biaya, pengeluaran modal dan pembayaran hutang, yang
merupakan dasar yang tepat untuk keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keuangan.

Secara hipotesis neraca suatu perusahaan adalah sebagai berikut :


Sesuai konsep neraca yang paling awal yang menyatakan bahwa neraca selalu seimbang,
jumlah kekayaan perusahaan (1) sama dengan jumlah modal yang dimiliki ditambah
hutang-hutangnya (2).

Selama satu tahun usaha terjadi transaksi berikut ini :

1. Perusahaan memperoleh laba dan memakai sebagian dari laba ini

2. Peusahaan memperoleh hutang lancar baru

3. Perusahaan menambah hutang jangka panjang

4. Perusahaan menambah setoran modalnya

5. Perusahaan mengurangi sebagian dari aktiva lancar non kas (seperti piutang dan
persediaan)

6. Perusahaan menjual sebagian dari aktiva tetapnya

Dengan transaksi-transaksi diatas maka akibat terjadi adalah :

1. Meningkatnya jumlah modal dan hutang-hutang perusahaan

2. Menurunnya jumlah aktiva non kas dan aktiva tetap yang dimiliki

3. Meningkatnya seluruh kekayaan perusahaan yang tercermin dalam meningkatnya


jumlah uang kas

Sehingga neraca pada akhir periode akan berujud sebagai berikut :

Tanda + menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan dan tanda menunjukan adanya


penurunan-penurunan.

Pendekatan seperti diatas berdasarkan suatu anggapan bahwa seluruh transaksi yang terjadi
adalah transaksi kas.
Berbagai transaksi yang menyebabkan meningkatnya/menurunnya jumlah kas dapat
dipolakan sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai