Anda di halaman 1dari 21

MODUL manajemen keuangan

ANALISA PENGARUH DAN PENGGUNAAN HUTANG

(LEVERAGE ANALYSIS)

Tatap Kode
Fakultas Program Studi Disusun Oleh
Muka MK

06
Ekonomi dan Akuntansi MK Tetty Lasniroha Sarumpaet., SE., M.Ak.,Ak.,CA
Bisnis 0111304

Abstract Kompetensi
Analisa Leverage Mahasiswa diharapkan mampu
mengaplikasikan di dalam dunia
menjelaskan tentang resiko
kerja atau dikehidupan sehari hari
finansial dan resiko bisnis.
Dampak yang terjadi jika
asset perusahaan didanai
dengan modal sendiri atas
keseluruhan operasionalnya
dan bagaimana dampaknya
jika perusahaan didanai
dengan sebagian utang
dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya.
ANALISA PENGARUH DAN PENGGUNAAN HUTANG

Tujuan pembelajaran:
1. Mahasiswa memahami bagaimana operating leverage berpengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan (EBIT)
2. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan jika perusahaan memiliki DOL yang
tinggi maupun DOL yang rendah terkait dengan tingkat resiko yang dihadapi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara leverage operasi dengan leverage
keuangan jika ditunjukkan dalam laporan rugi laba
4. Mahasiswa dapat menjeaskan pengertian indifference point.

1. Risiko bisnis dan finansial


 Dalam mempelajari teknik penggunaan modal kita mendefinisikan risiko sebagai
variabilitas dari keuntungan atau pendapatan yang diharapkan terjadi. Karena perhatian
kita saat ini difokuskan pada keputusan pendanaan investasi, kita lebih baik membagi
variasi arus pendapatan yang disebabkan oleh: (1) keterbukaan perusahaan terhadap
risiko bisnis, dan (2) keputusan perusahaan yang menimbulkan risiko finansial.
a) Risiko Bisnis
 Risiko bisnis adalah ketidakpastian pada perkiraan pendapatan operasi
perusahaan dimasa mendatang. Risiko bisnis mewakili tingkat risiko dari operasi-
operasi perusahaan yang tidak mengunakan hutang. Risiko bisnis ini diukur dengan
deviasi standar dari ROE (Return On Equity).

ROE =

EAT
Modal Sendiri
Deviasi standar ROE (σROE) mengukur variabilitas ROE-ROE perusahaan dari nilai
ROE yang diproyeksi perusahaan. Jika perusahaan A dan B sama-sama tidak
menggunakan hutang dan σROE perusahaan A lebih besar dari σROE perusahaan B, maka
distribusi probabilita ke-2 perusahaan adalah (asumsi expected ROE A dan B sama):
Probabilita

A
B

ROE (%)
Expected ROE

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 2 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
 Risiko bisnis dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a. Variabilitas permintaan. Semakin pasti permintaan untuk produk perusahaan, ceteris
paribus, semakin rendah risiko bisnis.
b. Variabilitas harga. Semakin mudah harga berubah, semakin besar risiko bisnis.
c. Variabilitas biaya input. Semakin tidak menentukan biaya input, semakin besar risiko
bisnis.
d. Kemampuan menyesuaikan harga jika ada perubahan biaya. Semakin besar
kemampuan ini, semakin kecil risiko bisnis.
e. Tingkat penggunaan biaya tetap (operating leverage). Semakin tinggi operating
leverage, semakin besar risiko bisnis. Pada umumnya, semakin besar biaya tetap,
biaya variabel cenderung mengecil (misalnya, investasi pada mesin mahal akan
mengurangi jam kerja karyawan). Sebaliknya, biaya tetap yang kecil pada umumnya
membawa konsekuensi biaya variabel yang besar. Andaikan perusahaan A memiliki
biaya tetap besar, biaya variabel relatif kecil dan perusahaan B memiliki biaya tetap
kecil, biaya variabel relatif besar.

Perusahaan A

Perusahaan B

Pada ke 2 grafik dapat dilihat bahwa sedikit perubahan pada penjualan akan berakibat
perubahan keuntungan (EBIT) yang relatif lebih besar pada perusahaan B dari pada
perusahaan A. Dengan kata lain, variabilitas keuntungan (risiko bisnis) perusahaan B
lebih besar.

b) Risiko Finansial
 Risiko finansial adalah risiko tambahan pada perusahaan akibat keputusan meng-
gunakan hutang atau risiko yang ditimbulkan dari penggunaan hutang (financial
leverage).

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 3 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
Risiko finansial = σ ROE (L) – σ ROE (U)

dimana:
σ ROE (L) = Risiko perusahaan yang menggunakan hutang (Levered firm).
σ ROE (U) = Risiko perusahaan yang tidak menggunakan hutang (Unlevered
firm) atau risiko bisnis.

σ ROE (L) adalah lebih besar dari σ ROE (U). Perhatikan ilustrasi berikut:

Modal perusahaan 1 juta rupiah. Perusahaan tidak menggunakan hutang. EBIT Rp


400.000,- dan pajak = 20%.

EBIT 400.000,-
Bunga 0,-
EBT 400.000,-
Pajak (20%) 80.000,-
EAT 320.000,-
EAT 320 .000
ROE = MS = 1.000. 000 = 32%

Jika perusahaan menggunakan hutang sehingga struktur modal menjadi 50% modal
sendiri, 50% hutang. Biaya hutang (Kd) = 24%.

EBIT 400.000,- (tidak berubah


Bunga (24%) 120.000,-
EBT 280.000,-
Pajak (20%) 56.000,-
EAT 224.000,-

EAT 224 . 000


ROE = MS = 500 .000 = 48%

Penggunaan hutang meningkatkan ROE perusahaan sebesar 12,8%. Namun demikian


hutang juga meningkatkan risiko pada pemegang saham (equity investor). Seandainya
EBIT tidak Rp 400.000,- tapi hanya Rp 200.000,- (ini mungkin saja terjadi karena

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 4 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
ketidakpastian dalam bisnis), maka pengaruh pada perusahaan jika menggunakan
hutang dan tidak adalah:

Tanpa hutang Hutang 0,5 juta

EBIT 200.000,- 200.000,-


Bunga (24%) 0,- 120.000,-
EBT 200.000,- 80.000,-
Pajak (20%) 40.000,- 16.000,-
EAT 160.000,- 64.000,-
ROE 16% 12,8%

EAT 224 . 000


ROE = MS = 500 .000 = 44,8%

Nampak jika realisasi EBIT hanya 50% dari yang diharapkan, ROE tanpa hutang hanya
turun 16%(32%-16%), sedangkan ROE dengan hutang turun 32%(44,8%-12,8%).

Jika perusahaan menggunakan hutang maka pengaruh perubahan EBIT pada perubahan
ROE menjadi lebih besar dari pada jika perusahaan tidak menggunakan hutang.
Perhatikan 2 grafik dibawah ini:

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 5 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
Probabilitas

Tanpa Hutang

Dengan Hutang

ROE
0 E(ROE) E(ROE)

 Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hutang adalah:
penggunaan hutang akan meningkatkan ROE hanya jika tingkat keuntungan pada aktiva
(diukur dengan EBIT /total Aktiva) lebih besar dari biaya modal (biaya hutang).

2. Risiko bisnis dan finansial: dari perspektif beta

 Robert Hamada menggabungkan teori CAPM dengan model MM - Dengan pajak


untuk mendapatkan suatu model biaya modal untuk perusahaan yang menggunakan
hutang sebagai berikut:

KSL = Suku bunga bebas risiko + Premi untuk risiko bisnis + premi untuk
risiko finansial

atau dinyatakan sebagai:

KSL = krf + (KM – krf)bu + (KM – krf)bu . (1-T) (D/S)

dimana:
KSL = Biaya modal sendiri perusahaan yang menggunakan hutang
krf = Suku bunga bebas risiko
KM = Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portfolio pasar
bu = beta untuk perusahaan yang tidak menggunakan hutang (Unlevered
firm)
T = Pajak (tax rate)
D = Hutang perusahaan
S = Modal sendiri perusahaan

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 6 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
Contoh:
Suatu perusahaan yang tidak menggunakan hutang memiliki beta = 2. Diketahui
KM = 20%, krf= 10% dan modal sendiri 100 juta. Tingkat pajak 20%.
Biaya modal sendiri adalah:
KSU = krf + (KM-krf)bu [persamaan CAPM]
= 10% + (20% - 10%) 2
= 30%

Jika perusahaan mengganti 20 juta modal sendiri dengan hutang, maka biaya modal
sendiri adalah:
KSL = krf + (KM-krf)bu + (KM-Krf)bu (1-T) (D/S)
= 10% + (20-10%) 2 + (20%-10%) 2. (1-0,2) (20/84)
= 10% + 20% + 3,8%
= 33,8%

Perhitungan untuk S (modal sendiri) setelah adanya D (hutang):


Penggunaan hutang akan menaikkan nilai perusahaan sebagai berikut:
VL = Vu + TD [Model MM-Dengan pajak]
= 100 + 0,2 (20)
= 104 juta
V =S+D
S =V-D
= 104 - 20 = 84

Dari perhitungan diatas terlihat jika perusahaan menggunakan hutang, investor pada
saham perusahaan akan mensyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi karena
mereka menyadari adanya tambahan risiko akibat penggunaan hutang.
 Selanjutnya Hamada mengembangkan perhitungannya untuk menentukan hubungan
antara beta untuk Levered firm (bL) dan beta untuk Unlevered firm (b,).

Menurut Security Market Line pada CAPM:


KSL = Krf + (KM-Krf) bL.

Menurut Hamada:

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 7 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
KSL = Krf + (KM-Krf) bu + (KM-Krf) bu . (1-T) (D/S)

Maka:
Krf + (KM-Krr) bL = Krf + (KM-Krf) bu + (KM-Krf) bu . (1-T) (D/S)

(KM-Krf) bL = (KM-Krf) bu + (KM-Krf) bu . (1-T) (D/S)


bL = bu + bu (1-T) (D/S)

bu = bu [1+ (1-T) (D/S)]

dimana:
bL = Beta untuk perusahaan yang menggunakan hutang
bu = Beta untuk perusahaan yang tidak menggunakan hutang
T = Tingkat pajak
D = Hutang
S = Modal sendiri

Contoh:
Melanjutkan contoh sebelumnya.
bL = bu [1+(1-T) (D/S)]
= 2 [1 + (1-0,2) (20/84)]
= 2,38
KSL = krf + (KM-krf).bL
= 10% + (20%-10%). 2,38
= 33,8% (sama dengan hasil perhitungan pada contoh sebelumnya).

 Jadi, berdasarkan asumsi-asumsi MM dan CAPM, beta untuk Levered firm adalah
sama dengan beta untuk Unlevered firm yang telah disesuaikan dengan suatu faktor
yang tergantung pada 1) pajak perusahaan, dan 2) jumlah hutang perusahaan. Semakin
besar tingkat pajak, semakin kecil faktor penyesuaian tersebut. Sebaliknya, semakin
besar hutang, semakin besar faktor penyesuai.
 Dalam konteks suatu risiko pasar, risiko bisnis suatu perusahaan diukur dengan
unlevered beta (bu), risiko total perusahaan diukur dengan Levered beta (bL), dan
risiko finansial diukur dengan perbedaan bu dan bL.

Risiko Total = Risiko Bisnis + Risiko Finansial

dimana:
Risiko total = bL

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 8 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
Risiko bisnis = bu
Risiko finansial = bL-bu

3. Analisis break even


 Analisis Breakeven digunakan untuk menentukan jumlah penjualan (dalam Rp atau
unit) yang menghasilkan EBIT (Earnings Before Interest and Tax atau laba bersih,
sebelum bunga dan pajak) sebesar 0. Dengan laba lain breakeven point (BEP) adalah
suatu titik yang menunjukkan tingkat penjualan yang menyebabkan perusahaan tidak
untung juga tidak rugi.
 Rumus untuk menghitung Breakeven point:

BEP dalam Unit =

F
dimana: P-V
F = total Fixed Cost (biaya tetap)
P = Harga jual per unit
V = Variable Cost (biaya variable) per unit
Rumus ini diperoleh dari perhitungan berikut ini:
EBIT = Penjualan - (Total biaya variabel + Total biaya tetap) = 0
= (P.Q) - (V.Q + F) = 0
= (P.Q) -(V.Q) - F =0
Q (P-V) = F
F
QBEP = P - V

BEP dalam Rp =

F
V
dimana: 1-
P
F = Fixed cost per unit
V = Variable Cost per unit
P = Harga jual per unit
Rumus ini diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:
EBIT = Penjualan dalam Rp - Total biaya variable - total biaya tetap
EBIT= S - TVC - F= 0

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 9 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
S- ([ TVCS ). S] - F= 0
TVC
S . (1−
S )
-F

TVC
S . (1−
S )
-F

F
S BEP=
TVC
( 1−
S )
Karena:
TVC (Variable Cost/unit ) x Unit Penjualan
S = (Harga Jual/unit ) x Unit Penjualan

V
P
maka:
F
S BEP=
V
( ) 1−
P

Contoh:
Variable Cost = Rp 6,- Unit
Total Fixed Cost = Rp 100.000,
Harga Jual = Rp 10,- unit
F

BEP dalam unit =


(1− VP )
100.000
= 10−6 = 25.000 unit
F

BEP dalam Rp =
(1− VP )
100 .000
6
=
1− ( )
10

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 10 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
= Rp 250.000
Pembuktian:
EBIT = Penjualan - Total biaya variabel - Total biaya Tetap
= (25.000 x 10) - (25.000 x 6) - 100.000 = 0

 Beberapa penerapan analisis breakeven:


a. Analisis penggunaan modal
Analisis Breakeven digunakan dalam analisis penggunaan atau penggunaan modal
sebagai metoda pelengkap untuk metoda-metoda lain yang menggunakan
pendekatan “discounted cashflows” seperti NPV dan IRR.
b. Kebijakan harga
Harga jual dari suatu produk baru dapat ditentukan guna mencapai tingkat EBIT
yang diinginkan. Selain itu analisis breakeven memberikan gambaran sejauh mana
harga jual dapat diturunkan tanpa menyebabkan kerugian (EBIT yang negatif).
c. Negosiasi kontrak karyawan
Efek dari kenaikan biaya variabel akibat kenaikan upah karyawan terhadap jumlah
breakeven (BEP) dapat dianalisis.
d. Struktur biaya
Alternatif mengurangi biaya variabel dengan konsekuensi kenaikan biaya tetap
dapat dievaluasi. Misalnya, suatu perusahaan yang ingin memilih padat karya
(biaya variabel tinggi, biaya tetap rendah) atau padat modal (biaya variabel rendah,
biaya tetap tinggi) dapat menggunakan analisis breakeven untuk melihat efek dari
ke 2 alternatif tersebut terhadap EBIT atau BEP.
e. Keputusan pendanaan
f. Analisis terhadap struktur biaya perusahaan memberikan informasi tentang
proporsi biaya operasi tetap yang ditanggungkan pada penjualan. Jika proporsi ini
terlalu tinggi, perusahaan dapat memutuskan untuk tidak menambah biaya tetap.

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 11 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
4. Operating Leverage
 Operating leverage adalah kepekaan EBIT terhadap perubahan penjualan perusahaan.
Operating leverage timbul karena perusahaan menggunakan biaya operasi tetap.
Dengan adanya biaya operasi tetap, perubahan pada penjualan akan mengakibatkan
perubahan yang lebih besar pada EBIT perusahaan. Misalnya suatu perusahaan
meramalkan penjualan sebesar Rp 300.000,- (atau 30.000 unit), VC/unit = Rp 6,-, FC =
Rp 100.000,-. Apa yang terjadi dengan EBIT jika ternyata penjualan yang terjadi adalah
20% dari yang diperkirakan ?
Prediksi Realisasi

Penjualan Rp 300.000,- Rp 360.000,-


Total Variable Cost Rp 180.000,- Rp 216.000,-
Fixed Cost Rp 100.000,- Rp 100.000,-

EBIT Rp 20.000,- Rp 44.000,-

EBIT naik sebesar Rp 24.000,- yang berasal dari kenaikan penjualan sebesar Rp
360.000,- dikurangi kenaikan biaya variabel total sebesar Rp 36.000,-.

44 . 000−20.000
Persentase perubahan EBIT = 20 .000
= 120 %
Pada penjualan Rp 300.000,-, persentase perubahan EBIT adalah 6x persentase
perubahan penjualan.

 Degree of Operating Leverage (DOL) mengukur berapa persen EBIT berubah jika
penjualan berubah 1%.

Persentase perubahan pada EBIT


DOL Rp = persentase perubahan pada penjualan

dimana DOL Rp = DOL pada rupiah penjualan tertentu

Δ EBIT
EBIT
ΔQ
DOL = Q

karena EBIT = Q (P - V) - F
maka ΔEBIT = ΔQ ( P - V) karena F tetap.

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 12 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
ΔQ ( P-V ) Q
x
DOL = Q ( P-V )−F ΔQ

ΔQ ( P-V )
DOL Rp = Q ( P-V )−F

Dimana:
Q = unit penjualan
P = harga jual per unit
v = biaya variabel per unit
F = total biaya tetap

Contoh:
Diketahui P = Rp 10,0 / unit, V = Rp 6,- / unit, F = Rp 100.000,- Berapa DOL pada
ΔQ ( P-V ) 30 .000 ( 10-6 )
DOL Rp 300.000 = Q ( P-V )−F = 30 . 000 ( 10-6 ) −100. 000
120.000
= 20.000 = 6x
Artinya:
Pada saat Penjualan sebesar Rp 300.000 atau 30.000 unit (karena harga jual R p
10,- (unit), jika penjualan naik 1%, EBIT akan naik 6x atau 6%,. Jika penjualan
turun 1%, EBIT akan turun 6x atau 6%.
Rumus DOL = Q (P-V) / Q (P-V)-F dapat dirubah menjadi:

DOL Rp =

S-TVC
S-TVC-F
dimana:
S = Jumlah penjualan total dalam rupiah
TVC = Total variable cost atau biaya variabel total
F = Total Fixed cost atau biaya tetap total.

 Semakin tinggi tingkat penjualan perusahaan, semakin rendah DOL. Contoh berikut
memperlihatkan gejala ini:

Diketahui:
Harga jual per unit = P = Rp 10,

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 13 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
Biaya variabel per unit = V = RP 6
Biaya tetap total = F = Rp 100.000,

F 100.000
BEP = P-V = 10-6 = 25.000 unit atau Rp 250.000,-

Hubungan antara unit atau rupiah penjualan dengan DOL diperlihatkan pada tabel
berikut ini:

Unit penjualan Rupiah penjualan DOL Rp


25.000 Rp 250.000 Tidak terdefinisi
30.000 Rp 300.000 6
35.000 Rp 350.000 3,5
40.000 Rp 400.000 2,67
45.000 Rp 450.000 2,25
50.000 Rp 500.000 2
75.000 Rp 750.000 1,5
100.000 Rp 1.000.000 1,33

Q ( P V)
 Dari rumus DOL = Q ( P V)-F dapat disimpulkan bahwa selama
perusahaanmasih menggunakan biaya tetap (F), Q (P-V) akan lebih besar dari Q
Q(P-V )
(P-V)-F. Artinya DOL lebih besar dari 1. Jika F = 0, DOL = Q( P-V)-0=1
Semakin besar DOL perusahaan, semakin peka atau semakin besar variasi keuntungan
akibat perubahan pada penjualan perusahaan. Maka DOL jelas merupakan suatu atribut
dari risiko bisnis perusahaan. Semakin tinggi DOL, semakin besar pula risiko bisnis
perusahaan.

5. Financial Leverage
 Suatu perusahaan dikatakan menggunakan “financial-leverage” jika ia membelanjai
sebagian dari aktivanya dengan sekuritas yang membayar bunga yang tetap (misalnya,
hutang pada bank, menerbitkan obligasi atau saham preferen). Jika perusahaan
menggunakan “financial leverage” atau hutang, perubahan pada EBIT perusahaan akan
mengakibatkan perubahan yang lebih besar pada EPS (Earnings per share) atau
penghasilan per lembar saham perusahaan.
 Degree of Financial Leverage (DFL) mengukur kepekaan EPS terhadap perubahan
EBIT perusahaan.

DFLEBIT =

Persentase perubahan pada EPS


Persentase perubahan pada EBIT
‘2 ANALISA PENGARUH DAN
0 14 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
dimana DFL adalah Degree of financial Leverage pada EBIT tertentu.

EBIT
DFL = EBIT - biaya bunga
atau

DFL =

Q ( P-V)-F
Q( P - V ) - F - C
dimana :

Q = unit penjualan
P = Harga jual per unit
V = Biaya variabel per unit
F = Biaya tetap total

Contoh:
P = Rp 100,
V = Rp 5O,
F = Rp 100.000,
C = Rp 20.000,
T = Pajak = 50%

a) EBIT pada Q = 4000 unit adalah:


Q (P-V)-F = 4000 (100-50)-100.000 = Rp 100.000,

b) Perhitungan EPS:
EBIT Rp 100.000,-
biaya bunga RP 20.000,-

EBT RP 80.000,-
Pajak (50%) RP 40.000,-

EAT RP 40.000,-
Saham beredar RP 10.000,-

EPS Rp 4,-

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 15 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
c) DFL pada EBIT Rp 100.000,- adalah:
Q ( P-V)-F
DFL100.000 = Q( P - V ) - F - C
4 . 000 (100-50 )-100.000
= 4 . 000(100-50) - 100. 000 - 2. 000
= 1,25 x
Artinya: Jika EBIT berubah 1%, EPS akan berubah 1,25%. Ini berlaku pada saat
EBIT sebesar Rp 100.000,
d) Pembuktian:
MisaInya EBIT naik 20% menjadi Rp 120.000,-, maka EPS menjadi:

EBIT Rp 100.000,-
biaya bunga RP 20.000,-

EBT RP 80.000,-
Pajak (50%) RP 40.000,-

EAT RP 40.000,-
Saham beredar RP 10.000,-

EPS Rp 4,-

5−4
EPS naik sebesar : 4 = 25%
Hasil ini sesuai dengan DFL, yang artinya jika EBIT naik 20%, EPS naik (1,25 x
20%) = 25%.

 Semakin besar DFL, semakin besar pula fluktuasi EPS akibat perubahan pada
EBIT perusahaan. Besar-kecilnya DFL tergantung pada besar-kecilnya hutang yang
digunakan perusahaan. Semakin besar hutang yang digunakan, semakin besar pula DFL
sehingga semakin besar risiko finansial perusahaan. Contoh berikut memperlihatkan
hubungan positif jumlah hutang dengan DFL perusahaan.

Contoh:
 Suatu perusahaan merencanakan 3 alternatif pendanaan untuk modal Rp 200.000,-.
Alternatif A : tidak menggunakan hutang, alternatif B : menggunakan 20% hutang, dan
alternatif C: menggunakan 40% hutang. Asumsikan bunga adalah 8% untuk jumlah
hutang berapapun dan EBIT perusahaan sebesar Rp 20.000,-.

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 16 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
Pada EBIT = Rp 20.000,-, DFL untuk masing-masing alternatif pendanaan adalah
sebagai berikut:
EBIT 20 .000
Alternatif A: DFL = EBIT - C = 20 .000−0 = 1x
20 .000
Alternatif B: DFL = 20 .000−3 .200 = 1,19x
20 .000
Alternatif C: DFL = 20 .000−6 . 400 = 1,47x

6. Kombinasi operating dan financial leverage


DOL mengukur kepekaan EBIT terhadap perubahan penjualan, sedangkan DFL mengukur
kepekaan EPS terhadap perubahan EBIT. Jika DOL dikalikan DFL, kita akan mendapatkan
Degree of Combined Leverage (DCL) yang menunjukkan kepekaan EPS terhadap perubahan
penjualan.
DOL x DFL = DCL
ΔEBIT ΔEBIT
EBIT EBIT
ΔQ ΔQ
Q x EBIT = DCL

ΔEPS
EPS
ΔQ
Q =
DCL

Rumus lain untuk menghitung DCL adalah:


DCL = DOL x DFL
Q (P-V ) Q(P-V )-F
x
Q( P-V)-F Q(P-V )-F-C

maka:

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 17 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
DCLRP =

Q ( P-V )−F
 Q ( P-V
dimana DLCRp adalah Degree of Combined Leverage pada rupiah penjualan tertentu.
)−F-C

Contoh:
P = Rp 100,-
V = Rp 50,-
C = biaya bunga = Rp 20.000,-
Pajak = 50% F = Rp 100.000,-

a) DOL pada Q = 4000 unit:


Q ( P-V ) 4 . 000 ( 100-50 )
DOL = Q ( P-V ) -F = 4 . 000 ( 100-50 ) -100. 000
= 2x

b) DFL pada Q = 4000 unit:


Q ( P-V ) -F 4 . 000 ( 100-50 ) -100 . 000
DFL = Q ( P-V ) -F-C = 4 . 000 ( 100-50 ) -100 . 000-20 .000
= 1,25x

c) DCL pada q = 4000 unit:


Q ( P-V ) 4 . 000 ( 100-50 )
DCL = Q ( P-V ) -F-C = 4 . 000 ( 100-50 ) -100 . 000-20 .000
= 2,5x
atau: DCL = DOL x DFL
= 2 x 1,25 = 2,5 x
Artinya: Pada penjualan sebesar 4000 unit atau Rp 400.000,-, jika penjualan naik
1%, EPS akan naik 2,5%.

d) Pembuktian

Naik 10%
4.000 unit 4.400 unit

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 18 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
Penjualan Rp Rp → + 10%
biaya 400.000.- 400.000.-
variabel Rp Rp DOL = 2
biaya tetap 200.000.- 220.000.-
Rp Rp
100.000.- 100.000.-
EBIT Rp Rp → + 20%
Bunga 100.000.- 120.000.- DCL = 2,5
Rp Rp ↓
20.000.- 20.000.-
EBT Rp Rp
Pajak(50%) 80.000.- 100.000.-
DFL = 1,25
Rp Rp
40.000.- 50.000.-
EAT Rp Rp
40.000.- 50.000.- ↑
Saham 10.000.- 10.000.-
beredar
EPS Rp Rp → + 25%
4.- 5.-
Naik 25%

RINGKASAN

 Leverage merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam hal
menginvestasikan dana atau memperoleh sumber dana yang disertai dengan adanya
beban tetap/biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan.

 Manfaat dari penggunaan leverage dalam perusahaan adalah memungkinkan untuk


menspesifikasikan pengaruh suatu leverage dalam jumlah penjualan atas laba bagi
pemegang saham biasa dan memungkinkan perusahaan untuk menunjukkan hubungan
satu sama lain antara pengaruh operasi dan pengaruh keuangan.

 Ada tiga jenis leverage yang didefinisikan dalam daftar laba rugi, yaitu operating
leverge, financial leverage dan combination leverage.

 Leverage operasi (operating leverage) merupakan penggunaan aktiva dengan biaya


tetap yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup
biaya tetap dan variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas.

 Leverage keuangan (financial leverage) merupakan penggunaan dana yang


menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap dengan tujuan untuk
meningkatkan atau mengoptimalkan pendapatan per lembar saham.

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 19 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
 Leverage total atau leverage gabungan (combination leverage) merupakan pengaruh
perubahan penjualan terhadap perubahan laba setelah pajak atau pendapatan per
lembar saham (EPS)

 Leverage gabungan mencerminkan pengaruh kombinasi dari leverage operasi dan


keuangan dari suatu perusahaan. Leverage keuangan dan operasi yang tinggi akan
menyebabkan leverage kombinasi yang tinggi, demikian juga sebaliknya.

 Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dihadapkan pada dua
keadaan, yaitu favourable financial dan unfavourable financial.

PERTANYAAN DAN SOAL

Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan leverage .
2. Jelaskan jenis-jenis dari leverage.
3. Bagaimana hubungan antara leverage operasi dengan leverage keuangan, jika
ditunjukkan dalam laporan rugi laba?
4. Jelaskan manfaat dari penggunaan leverage bagi perusahaan.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan indifference point.

Soal
1. PT. MDC Bandung saat ini beroperasi dengan total aktiva sebesar Rp 600 juta dengan
komposisi modal saham Rp 400 juta@Rp 40.000,00 per lembar, dan hutang Rp 800 juta
dengan bunga 20% per tahun. Tahun depan perusahaan akan menambah modalnya
sebesar Rp 400 juta dengan harapan akan meningkatkan keuntungan sebelum bunga dan
pajak sebesar Rp 250 juta. Tambahan modal dapat dipenuhi dengan dua alternatif sebagai
berikut:
a. Modal saham dengan mengeluarkan 15.000 lembar saham
b. Obligasi dengan 24%
Diminta:
Mana alternatif pendanaan yang seharusnya dipilih oleh perusahaan?

2. PT. NANETTE 2000 memerlukan dana Rp 1M untuk memperluas bisnis. Penjualan saat
ini 16 juta unit, harga jual sebesar Rp 125,00/ unit, biaya variabel sebesar Rp 20,00/unit.
Biaya tetap Rp 880 juta, biaya bunga sebesar Rp 470.000,00. Nn. Nanette merencanakan
untuk menjual obligasi senilai Rp 400 juta dengan membayar bunga 10% (obligasi laku
dijual seharga nilai nominalnya) serta menerbitkan saham baru senilai Rp 600 juta (harga

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 20 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA
jual Rp 2.000,00 per lembar) Ekspansi bisnis ini dihatrapkan tidak mempengaruhi
penjualan ataupun biaya varaiabel untuk beberapa tahun mendatang, tetapi operasi tetap
akan meningkat sebesar Rp 50 juta per tahun. Tarif pajak 40%, dan jumlah saham beredar
saat ini 1.250.000 lembar.
a. Hitung DOL, DFL dan DCL sebelum ekapansi
b. Hitung DOL, DFL sesudah ekspansi
c. Berapa EPS setelah ekspansi
d. Berapa BEP baru?

Daftar Pustaka

Brigham, F. Euigne and Housten, F.Joel. 2018. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi
Empat Belas. Salemba Empat ((B&H)

Van Horne, James.C and Wachowicz. Jr, Jhon.M. 2012. Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan. Edisi Tiga Belas. Ssalemba Empat (V&W)

Sartono, R.Agus. 2010. Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi. Edisi Ke

Kodrat, David Sukardi. 2009. Manajemen Keuangan based on Empirical Research. Penerbit
Graha Ilmu. (KD)

Atmaja, Lukas Setia. 1999. Manajemen Keuangan. Penerbit Andi Yogyakarta. (AL).

Sarumpaet, Tetty Lasniroha. Modul Manajemen Keuangan, 2018

Dan berbagai sumber lainnya

‘2 ANALISA PENGARUH DAN


0 21 PENGGUNAAN HUTANG Biro Akademik dan Pembelajaran
tp://www.widyatama.ac.id
Tettty lasniroha., SE., M.Ak., Ak., CA

Anda mungkin juga menyukai