Anda di halaman 1dari 19

4.

1 PERSEDIAAN BARANG DALAM PROSES AWAL PERIODE


Dalam berproduksi suatu pabrik secara berkelanjutan dari suatu
periode ke periode berikutnya melalui departemen produksi, biasanya terdapat
unit-unit barang atau produk yang belum selesai atau yang masih dalam
proses pada akhir periode. Unit yang masih belum selesai pada periode ini
otomatis akan menjadi unit dalam proses pada awal periode yang berikutnya.
Sebagai contoh, yaitu persediaan barang dalam proses pada akhir bulan
januari merupakan unit barang dalam proses pada awal februari, dalam arti
bawa unit yang masih dalam proses pada suatu departemen produksi pada
akhir bulan januari akan memerlukan proses penyelesaian lebih lanjut pada
bulan februari. Oleh karena itu biaya dari unit dalam proses periode dan biaya
yang dibebankan selama periode berjalan, keseluruhannya merupakan biaya
yang harus dipertanggungjawabkan oleh setiap departemen produksi. Sehubun
gan dengan penentuan harga pokok per unit dari produk yang selesai dalam
suatu departemen akan menimbulkan masalah akuntansi dengan adanya
persediaan barang dalam proses awal periode, yaitu apakah nilai persediaan
awal tersebut akan digabung dengan biaya produksi periode berjalan atau akan
dihitung secara terpisah sebagai produk yang selesai yang berasal dari biaya
periode yang lalu.
Dalam metode harga pokok proses, ada dua metode akuntansi untuk
penentuan harga pokok yang biasanya dipergunakan terhadap biaya dari
persediaan barang
1) Metode harga pokok rata-rata tertimbang
2) Metode harga pokok masuk pertama keluar pertama ( first in-first out atau
FIFO), untuk selanjutnya, dalam uraian pada buku ini kita gunakan istilah
Metode FIFO untuk metode yang kedua.
4.1.1 METODE RATA-RATA TERTIMBANG
Dalam metode ini, harga pokok per unit dari produk selesai merupakan
biaya per unit rata-rata tertimbang,yaitu jumlah biaya dari barang dalam
proses awal ditambah biaya periode yang berjalan dibagi dengan produksi
ekuivalen. Cara perhitungkan biaya per unit seperti di atas berlaku untuk
setiap elemen biaya produksi, baik untuk barang yang berasal dari departemen
sebelumnya maupun untuk biaya yang ditambahkan oleh departemen yang
bersangkutan.
Untuk melanjutkan contoh laporan biaya produksi dari PT Ratih untuk
kedua departemen produksi sebagaimana yang telah dibahas dalam bab 4,
akan diilustrasikan perlakuan atas persediaan barang dalam proses awal
periode yang disajikan dalam laporan biaya produksi untuk departemen
pemotongan dan departemen perakitan untuk bulan berikutnya, yakni bulan
Februari

Data tersebut di atas selanjutnya akan digunakan dalam penyusunan


laporan biaya produksi bulan Februari untuk kedua departemen produksi yaitu
departemen pemotongan dan departemen perakitan. Data ini juga seterusnya
digunakan dalam ilustrasi laporan biaya produksi dengan metode yang kedua,
yaitu metode FIFO. Berikut ini akan diuraikan mengenai laporan biaya
produksi dari departemen pemotongan dan departemen perakitan dengan
menggunakan metode harga pokok rata-rata tertimbang. Dalam ilustrasi
mengenai laporan biaya produksi ini, diasumsikan bahwa unit yang hilang
berada dalam batas toleransi yang normal dan biaya dari unit yang hilang
tersebut dibebankan kepada semua unit produksi yang selesai pada
departemen tersebut

A. Laporan Biaya Produksi Departemen Pemotongan

Ilustrasi mengenai laporan biaya produksi bulan Februari untuk


departemen pemotongan dengan metode rata-rata tertimbang. Bagian produksi
dalam unit butir A, yaitu mengenai unit produksi yang harus
dipertanggungjawabkan, tidak hanya menunjukan unit yang dimasukkan
dalam proses sebanyak sebanyak 30.000 unit, tetapi juga menyatakan unsur
mengenai unit dalam proses awal periode atau awal bulan februari sebanyak
8.000 unit. Unit yang harus dipertanggungjawabkan adalah 38.000
(8.000+30.000). keseluruhan jumlah unit yang diproses ini
dipertanggungjawabkan pada butir B dengan rincian yang terdiri atas unit
selesai dan ditransfer ke departemen perakitan adalah 31.000 , unit yang
masih dalam proses akhir bulan Februari 7.000, dengan tingkat penyelesaian :
bahan baku 100%, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik 60%.
Biaya yang harus dipertanggjawabkan bagian biaya produksi butir A
terdiri atas persediaan barang dalam proses awal bulan Februari sebesar Rp
16.040.000.00 dan biaya yang ditambahkan dan dibebankan selama bulan
Februari, yaitu bahan baku sebesar Rp 32.300.000.00 tenaga kerja langsung
sebesar Rp 35.240.000.00 dan overhead pabrik sebesar Rp 33.232.000.
Departemen pemotongan adalah departemen pertama, karena itu tidak biaya
dari departemen sebelumnya muncul dalam laporan biaya produksi sebagai
unsur dari yang harus dipertanggjawabkan.Data mengenai persediaan barang
dalam proses awal periode yang telah disajikan di muka bagian, maka biaya
persediaan barang dalam proses laporan biaya produksi terdiri atas bahan baku
sebesar Rp 7.600.000.00 tenaga kerja langsung sebesar Rp 4.360.000.00 dan
overhead pabrik sebesar Rp 4.080.000.00. Data biaya seperti ini akan
memudahkan perhitungan biaya per unit rata-rata tertimbang untuk masing-
masing elemen biaya produksi. Contoh biaya bahan baku per unit diperoleh
dari biaya bahan baku dalam persediaan barang dalam proses awal periode
ditambah dengan biaya bahan baku selama periode berjalan dibagi dengan
jumlah angka produksi ekuivalen. Menentukan harga pokok dari produk biaya
dari persediaan barang dalam proses awal periode digabungkan dengan biaya
produksi untuk periode berjalan.
Dalam menetukan angka produksi ekuivelen tidak mempertimbangkan
tingkat penyelesaian dari persediaan barang dalam proses awal periode.
Perhiyungan biaya per unit yang ditunjukkan oleh laporan biaya departemen
pemotongan, angka produksi ekuivalen bahan baku 38.000 unit dan untuk
tenaga kerja langsung dan overhed pabrik 35.200 unit. Biaya bahan baku per
unit sebesar Rp 1.050 diperoleh dangan menambah biaya bahan baku dari
persediaan barang dalam proses pada awal bulan Februari dengan biaya bahan
baku untuk bulan yang bersangkutan dibagi dengan angka produksi ekuivalen
untuk bahan baku (Rp 7.600.000+ Rp 32.300.000: 38.000). Biaya per unit
untuk tenaga kerja langsung langsung dan overhead pabrik masing-masing
adalah sebesar Rp 1.125 {(Rp 4.360.000 + Rp 35.240.000) : 35.200} dan Rp
1.060 {(Rp 4.080.000 + Rp 33.232.000) : 35.200}.
B. Laporan Biaya Produksi Departemen Perakitan
Laporan biaya produksi dari departemen perakitan yang mempunyai
perbedaan dalam beberapa hal dengan laporan biaya produksi dari departemen
pemotongan. Perbedaan ini sebenarnya sudah merupakan hal yang biasa
dalam penyusunan laporan biaya produksi pada departemen pertama,
bandingkan pada departemen berikutnya atau departemen pertama, perbedaan
terdapat pada perlakuan persediaan barang dalam proses awal periode,
khususnya dalam perhitungan biaya per unit dengan menggunakan metode
rata-rata tertimbang.

Bagian data produksi A, yaitu mengenai biaya yang harus


dipertanggungjawabkan menunjukkan unit proses awal periode 4.000 unit
tingkat penyelesaikan biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik
sebesar 60% unit yang diterima dari departemen pemotongan sebanyak 31.000
unit. Dipertanggungjawabkan seluruhnya seluruhnya berjumlah 35.000 unit.
Jumlah ini dipertanggungjawabkan bagian data produksi yaitu : unit yang
selesai ditransfer ke gudang barang jadi 30.000 unit, masih dalam pada akhir
periode sebanyak 5.000 unit, tingkat penyelesaian 50% biaya tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik. Bagian data biaya produksi butir A , mengenai
biaya yang harus dipertanggungjawabkan oleh departemenkan perakitan
menunjukkan biaya terdiri biaya yang diterima dari departemen sebelumnya,
yaitu departemen pemotongan biaya yang ditambahkan sendiri departemen
perakitan.
Unsur biaya dari persediaan barang dalam proses awal periode yang
berasal dari departemen pemotongan dimasukkan dalam bagian biaya pada
kelompok “biaya dari departemen sebelumnya”, bersama dengan biaya yang
diterima dari departemen pemotongan selama bulan Februari. Sedangkan
unsur biaya persediaan awal periode yang berasal dari biaya tambahan oleh
departemen perakitan sendiri, dimaksudkan sebagai kelompok “biaya yang
ditambahkan” bersama dengan biaya-biaya yang ditambahkan oleh
departemen ini selama bulan Februari.Untuk masing-masing kelompok
biayanya dihitung per unit. Sesuai data yang disajikan, unit dalam proses pada
awal periode adalah 4.000 unit dengan biaya Rp 18.792.000 yang terdiri atas
biaya departemen sebelumnya sebesar Rp 12.240.000, biaya tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik masing-masing sebesar Rp 3.408.000 dan Rp
3.144.000. Selama bulan Februari biaya yang dibebankan oleh departemen
perakitan terdiri atas biaya yang diperoleh dari departemen pemotongan
sebesar Rp 100.285.000 dan biaya yang ditambahkan oleh departemen
perakitan yaitu biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik masing-
masing sebesar Rp 43.717.000 dan Rp 40.081.000. Diproduksi diterima dari
departemen pemotongan selama bulan februari adalah 31.000 unit.
Biaya dari departemen sebelumnya per unit rata-rata tertimbang
dihitung dengan cara menjumlahkan biaya persediaan barang dalam proses
awal periode dan biaya yang diterima dari departemen pemotongan selama
bulan Februari,dan dibagi dengan unit barang dalam proses awal periode
ditambahkan dengan unit yang diterima dari departemen pemotongan selama
bulan Februari. Biaya per unit dari departemen sebelumnya adalah Rp 3.215
{(Rp 12.240.000 + Rp 100.285.000): (4.000 unit + 31.000 unit)}. Elemen
biaya produksi yang berasal dari persediaan barang dalam proses awal periode
ditambahkan dengan biaya produksi yang terjadi selama periode berjalan dan
dibagi dengan produksi ekuivalen, maka diperoleh biaya per unit rata-rata
tertimbang untuk elemen biaya tersebut.

4.1.2 METODE FIFO

Dalam menentukan biaya pokok atau biaya per unit dari produk yang
selesai, metode ini mengadakan pemisahan perhitungan antara biaya per unit
yang berasal dari persediaan dari proses awal periode,sesuai dengan nama dan
prinsip metode harga pokok ini yaitu pertama masuk dan pertama
keluar,metode rata-rata tertimbang tidak mempertimbangkan tingant
penyelesaian dari unit dalam proses pada awal periode,karena dalam
menghitung biaya perunit dari produk yang selesai.hal ini berbeda dengan
metode FIFO yang melakukan pemisahan antara persediaan barang dalam
proses awal periode dan produksi selama periode berjalan.

A. Laporan Biaya Produksi Departemen Pemotongan


Melanjutkan contoh PT Ratih dan juga menggunakan data yang sama dengan
metode rata-rata tertimbang,laporan biaya produksi dari depertemen
pemotongan dengan menggunakan metode FIFO.tabel laporan biaya produksi
departemen pemotongan metode FIFO disajikan seperti table berikut.
Berbeda dengan laporan biaya produksi yang menggunakan metode
rata-rata tertimbang,pada bagian biaya butir A yaitu mengenai biaya yang
harus dipertanggungjawabkan kelompok barang dalam proses pada awal
periode sejumlah Rp 16.040.000,tidak lagi dirinci menurut elemen biaya
produksi tetapi disajikan sendiri dalam jumlah keseluruhan seperti angka yang
tersebut diatas.hal ini disebabkan karena penentuan harga pokok atau iaya dari
produk yang selesai dari suatu periode tersebaut.
Dalam metode FIFO,dimana prisipnya adalah yang pertema masuk adalah
yang pertama kelar,maka biaya untuk menyelesaikan barang dalam proses
pada awal perode yaitu sebanyak 8.000 unit,yaitu bahan baku 100%,tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik 50%. Penentuan angka produksi unit
ekuivalen merupakan faktor yang dominan dalam menghitung biaya per
unit,dimana dalam metode FIFO langkahnya agak lebih rumit dibandingkan
dengan metode rata-rata tertimbang .
Angka produksi ekuivalen untuk bahan baku adalah 30.000 unit,yang
terdiri atas 23.000 unit yang selesai dari produksi periode berjalan,dan 7.000
unit (100 % x 7.000) barang pada proses akhir periode dianggap selesai. Biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dalam ilustrasi ini
mempunyai angka produksi ekuivalen yang sama yaitu 31.200 unit.hal ini
adalah karena tingkat penyelesaian dari kedua elemen biaya ini baik pada
barang dalam proses awal periode maupun pada akhir periode adalah
sama,barang dlam proses awal dan akhir periode yang dianggap selesai
masing-masing sejumlah 4.000 unit (50% x 8.000) dan 4.200 unit (60% x
7.000).Biaya bahan yang ditambahkan dalam departemen pemotongan selama
bulan februari sebesar 32.300.000.00,biaya tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik masing-masing sebesar Rp 35.240.000 dan Rp 33.232.000.
Biaya perunit untuk bahan baku adalah Rp.1.077 99( Rp.32.300.000 :
30.000 ),untuk tenaga kerja langsung adalah Rp.1.129 (Rp.35.240 :31,200 )
dan untuk overhead pabrik sebesar Rp.1.065 (Rp.33.233 :31.2000). Dalam
metode FIFO,yang diselesaikan adalah unit dalam proses awal periode dan
kemudia diteruskan dengan unit yang dimasukkan dalam proses selama
periode berjalan.
Jumlah biaya dari barang dalam proses awal periode yang selesai dan
dipindahkan ke departemen berikutnya sebesar Rp.24.816.000,jumlah ini
berasal dari periode yang lalu sebesar Rp.16.040.000 ditambah dengan biaya
tenaga kerja lansung dan overhead pabrik yaitu masing masing sebesar
Rp.4.516.000 (8.000 x 50% x Rp.1.129) dan Rp.24.260.000 (8.000 x 50% x
Rp.1.065).Biaya untuk unit yag dimasukkan dalam proses dan selesai selama
periode berjalan adalah Rp.75.242.200 (23.0000)x Rp.3.271) termasuk selisih
pembulatan angka sebesar RP. 9.200, dengan demikian biaya dari produk
yang selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya sebesar Rp 100.058.200
(Rp 24.816.000= Rp 75.242.200). jumlah ini merupakan bagian dari biaya
yang dipertanggungjawabkan oleh kepala departemen pemotongan, dari biaya
sebesar Rp 116.81200, yang telah dibebankan kepada departemen ini,sisanya
sebesar Rp 16.753.800 dipertanggungjawabkan sebagai biaya dari barang
dalam proses pada akhir periode yang teridri atas bahan baku sejumlah Rp
7.539.000 (7000x100%)x Rp 1077) tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik masing masing sebesar Rp 4.741.800 (7000x60%x Rp 1129) dan Rp
4.473.000 (7000x60%x1065).
B. Laporan Biaya Perakitan
Departemen perakitan merupakan departemen produksi terakhir yang
melakukan proses produksi dalam PT. Ratih. Biaya yang diterima dari
departemen pemotongan adalah sebesar Rp100.058.200 yang merupakan
gabungan antara biaya dari produk yang selesai dan berasal dari persediaan
barang dalam proses pada awal periode dan biaya yang berasal dari produksi
peroide yang berjalan, dalam laporang biaya produksi departemen
pemotongan, biaya per unit untuk produk yang diterima dari departemen
pemotongan adalah sebesar Rp 3.228 biaya yang diterima sebesar Rp
100.058.200 dengan jumlah unit yang diterima sebesar 31.000 unit. Jumlah
biaya dari barang dalam proses awal periode sebesar Rp 18.792.000. Angka
ini disajikan secara terpisah untuk menyelesaikan unit yang masih dalam
proses tersebut.
Angka produksi ekuivalen dari departemen perakitan adalah 30.100
unit terdiri atas jumlah unit yang berasal dari unit yang dimasukkan dalam
proses dan selesai pada periode berjalan sebanyak 26.000 unit, dan barang
dalam proses pada awal periode sebanyalk 1.600 unit (4000x40%) dan barang
dalam proses pada akhir periode sebanyak 2500 unit (5000x50%). Biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang ditambhakan dalam
departemen perakitan selama bulan februari masing masing sebesar Rp
43.717.000 dan Rp 40.081.000, dengan membagi masing masing jumlah
biaya ini dengan angka produksi ekuivalen di atas, maka diperoleh biaya
perunit untuk tenaga kerja langsung sebesar Rp 1.452 dan biaya per unit untuk
overhead pabrik sebesar Rp 1.332. jumlah biaya per unit yang ditambahkan
adalah Rp 2.784 (Rp 1.452+ Rp 1.332) dan jumlah biaya per unit keseluruhan
untuk produk yang selesai dari produksi periode berjalan adalah Rp 6.012 (Rp
3.228+ Rp2.784)
C. Laporan Biaya Produksi Departemen Pemotongan-Metode FIFO
Jumlah biaya yang diterima dari departemen pemotongan adalah
sebesar Rp 105.010.000 yang merupakan biaya dari produk yang selesai yang
berasal dari persediaan barang dalam proses pada awal periode dan yang
berasal dari produksi yang selesai pada periode yang berjalan dan
pembebanan biaya unit yang rusak normal yang terjadi pada departemen
pemotongan adalah sebesar Rp 3.387, yang diperoleh dengan cara membagi
biaya yang diterima dari departemen pemotongan sebesar Rp 105.010.000
dengan jumlah unit yang diterima sebanyak 31.000 unit. Jumlah biaya dari
barang dalam proses pada awal periode adalah sebesar Rp 18.792. jumlah
produksi ekuivalen dari departemen perakitan adalah sebanyak 30.400 unit,
terdiri atas jumlah unit yang dimasukkan dalam proses dan selesai dalam
periode berjalan sebanyak 26.000 unit,barang dalam proses awal sebanyak
1600 unit (4000x40%), unit yang hilang 800 unit (1000x80%), dan barang
dalam proses pada akhir periode sebanyak 2000 unit (4000x50%). Biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik adalah sebesar Rp
43.717.000 dan Rp 40.081.000, biaya tenaga kerja langsung per unit adalah
sebesar Rp 1.438 (Rp 43.717.000 : 30.400), biaya overhead pabrik sebesar
(Rp 40.081.000 : 30.400).

4.1.3 UNIT YANG HILANG ATAU RUSAK DALAM PROSES

Bagian data produksi dalam laporan biaya produksi menunjukan


bahwa jumlah unit yang dimaksud dalam proses sama dengan jumlah dari unit
yang ditransfer ke departemen berikutnya ditambah dengan unit dalam proses
akihir periode dan semu yang hilang dalam proses kemungkinan adanya unit
yang hilang merupakan hal yang lazim dalam proses produksi yang bersifat
masal dan dilakukan secara terus menerus. Pengertian hilang disni adalah
dalam arti yang laus dimana dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperi:
menguap, menyusut,cacat, pemborosan,dibawah stardar peralatan yang tidak
efisien dan faktor lainnya yang dapat menimbulkan kerugian tau kerusakan
atas unit yang hilang. Dalam contoh laporan biaya produksi dari departemen
pemotongan dan departemen perakiotan unit yang hilang terjadi pada akhir
proses atau tahap penyelesaian dimana pemeriksaan dilakukan dan dalam
batas toleransi yang normal dan nilai jualnya nol. Oleh karena itu unit, yang
hilang atau rusak dianggap adalah 100% selesai berkaitan dengan bahan
langsung akibat dari adanya unit yang hilang atau rusak sebnyak 2000 unit,
produksi ekuivalen untuk bahan baku langsungpada laporan biaya produksi
departemen pemotongan 30.000 unit yaitu tidak dikurangi dengan jumlah unit
yang hilang.
Apabila unit yang hilang terjadi pada akhir proses atau tahap
penyelesaian, maka seluruh biaya dari unit yang hilang atau rusak hanya
dibebankan pada jumlah unit barang yang selsai dan ditransfer ke departemen
berikutnya sedangkan barang dalam proses akhir periode tidak di bebankan
atas biaya dari unityang hilang. Oleh karena itu dalam biaya dari unit yang
ditransfer ke departemen berikutnya pada laporan biaya produksi harus
ditambahkan biaya dari unit yang hilang tersebut. Dalam perhitungan biaya
per unit dari masing-masing elemen biaya produksi jumlah unit yang hilang
harus dimasukkan sebagai anggka penembah untuk produksi ekuivalen.
Dalam hal kehilangan ini dianggap bersifat tidak normal atau
sebenarnya dapat dihindari maka biaya atas unit yang hilang ini dibebankan
kea kun biaya overhead pebrik atau beban (expense) periode yang berjalan
dan disajikan sebagai unsur atau pos tersendiri dalam laporan laba rugi seperti
halnya dalam kasus unit yang hilang pada akhir proses maka, produksi
ekuivalen untuk perhitungan biaya per unit juga harus ditambahkan dengan
jumlah unit yang hilang
A. Laporan Biaya Produksi Departemen Pemotongan Metode Rata- Rata
Tertimbang (Unit Yang Hilang)

Bagian dari data produksi butir A yaitu mengenai unit produksi yang
harus di pertanggung jawabkan. Tidak hanya menunjukan unit yang
dimasukkan dalam proses sebanyak 30.000 unit tetapi juga menyatakan unsur
mengenai unit dalam proses awal periode atau awal bulan februari sebanyak
800 unit. Dengan demikian unit yang harus dipertanggung jawabkan adalah
38.000 unit (30.000+8.000). dari keseluruhan jumlah unit yang di proses ini
di pertanggung jawabkan ada butir B dengan rincian yang terdiri atas unit
yang selesai dan ditransfer ke Departemen perakitan adalah 31.000 unit dan
unit yang masih dalam proses pada akhir bulan februari 5.000 unit dengan
tingkat penyelesaian: bahan baku 100%, tenaga kerja dan over head pabrik
60%. Sisanya sebanyak 2.000 unit hilang atau rusak dalam proses dan titik
atau saat pemeriksaan adalah pada waktu akhir proses yaitu pada akhir bulan
februari pada tingkat yang dapat di toleransi atau normal. Tingkat
penyelesaian atas unit yang hilang atau rusak adalah: bahan baku 100%,
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik 80%.

Biaya yang harus di pertanggung jawabkan pada bagian biaya butir A


terdiri atas persediaan barang dalam proses pada awal bulan februari sebesar
Rp. 16.040.000 yang terdiri atas bahan baku sebesar Rp 7.600.000, tenaga
kerja lasung sebesar Rp. 4.360.000 dan overhead pabrik sebesar Rp.
4.080.000. disamping itu ada biaya yang ditmbahkan selama bulan februari
yaitu bahan baku sebesar Rp. 32.232.000 Depatemen Pemetongan adalah
depertemen pertama, sehingga tidak ada biaya dari departemen sebelumnya
yang disajikan dalam laporan produksi sebagai unsusr dari biaya yang harus
dipertanggung jawabkan.

Dalam perhitungan biaya per unit butir c pada laporan biaya produksi
Departemen pemotongan, angka produksi ekuivalen untuk bahan baku adalah
38.000 overhead pabrik sebanyak 35.600 unit. Biaya bahan baku per unit
sebesar Rp. 1.050 di peroleh dengan menjumlahkan biaya bahan baku dari
persediaan barang dalam proses pada awal bulan Februari dengan biaya bahan
baku untuk bulan yang bersangkutan dan dibagi dengan angka produksi
ekuivalen untuk bahan baku. Biaya per unit untuk biaya tenaga kerja kerja
langsung dan biaya overhead pabrik meliputi jumlah unit yang selesai dan
dipindahkan ke departemen berikutnya sebanyak 31.000 unit ditambah dengan
seluruh barang dalam proses pada akhir bulan februari sebanyak 5.000 unit
karena tingkat penyelesaian 100%, dan juga ditambah dengan jumlah unit
barang yang hilang atau rusak dalam proses sebagai bagian dari produksi
ekuivalen sebanyak 2.000 unit karena inspeksi dilakukan pada saat akhir
proses sebagai maka penyelesaiannya adalah 100%. Sedangkan untuk tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik angka produksi ekuivalen juga meliputi
jumlah unit yang di transfer ke departemen berikutnya sebanyak 31.000 unit
ditambah dengan unit barang dalam proses sebagai bagian dari produksi
ekuivalen sebanyak 3.000 unit, yang diperoleh dengan mengalikan tingkat
penyelesaian dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
dengan jumlah unit barang yang hilang atau rusak banyak 1.600 unit yang
diperoleh dengan mengalikan tingkat penyelesaian dari kedua komponen
biaya ini pada saat inspeksi dilakukan dengan jumlah unit barang yang hilang
atau rusak.

B. Laporan Biaya Produksi Depertemen Perakitan Metode Rata-Rata


Tertimbang

Laporan biaya produksi dari Departemen Perakitan yang terdapat pada


halaman mempunyai beberapa perbedaan dengan laporan biaya produksi dari
departemen pemotongan, sebagaimana yang telah diuraikan sebelum
mengenai penyusunan laporan biaya produksi untuk departemen pertama jika
dibandingkan dengan departemen yang berikutnya atau departemen selain dari
departemen pertama. Pada bagian ini perbedaan lainnya terdapat pada
perlakuan atas persediaan barang dalam proses awal, khususnya dalam
perhitungan biaya per unit dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang.

Bagian produksi dalam unit butir A dari laporan biaya produksi yaitu
mengenai produksi yang bharus dipertanggung jawabkan menunjukkan bahwa
jumlah unit dalam proses awal periode adalah 4.000 unit dengan tingkat
penyelesaian untuk biaya tengaga kerja langsung dan biaya over head pabrik
masing-masing sebesar sama besar 60% dan jumlah unit yang diterima dari
departemen perpotongn sebanyak 31.000 dengan demikian jumlah unit yang
harus dipertangung jawabkan seluruhnya berjumlah 35.000. jumlah ini
kemudian dipertanggung jawabkan pada bagian produksi dalam unit butir B
sebagai pertanggung jawaban produksi sebagai berikut: jumlah unit yang
selesai dan ditransfer ke gudang barang jadi adalah 30.000 unit jumlah unit
yang masih dalam proses pada akhir periode atau akhir bulan februari
banyaknya 4.000 unit dengan tingkat penyelesaian masing-masing 60% untuk
biaya tengga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Sisanya sebanyak
1.000 unit hilang biaya bahan baku adalah 100%, dan untuk biaya tenaga kerja
langsung dan baiaya overhead pabrik dalam contoh ini juga dianggap 100%

Bagian biaya produksi jumlah unit dalam proses pada awal periode
adalah sebanyak 4.000 unit dengan jumlah biaya sebesar Rp. 18.792.000,
yang terdiri atas biaya dari departemen sebelumnya yakni departemen
pemotongan sebesar Rp.12.240.000, dan biaya yang ditambahkan sendiri oleh
Departemen Perakitan yaitu biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik masing-masing sebesar Rp.3.408.000 dan 3.114.000. se;ama bulan
februari biaya yang dibebankan Departemen Perakitan terhadap terdiri atas
biaya yang diperoleh dari departemen pemotongan sebesar 100.285.000 dan
biaya yang ditambahkan oleh departemen perakitan yaitu biaya tenanga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik masing-masing sebesar Rp. 43.717.000
dan Rp 40.081.000. jumlah unit produksi yang diterima dari departemen
pemotongan selama bulan februari adalah sebanyak 31.000 unit. Perhitungan
biaya per unit rata-rata tertimbang untuk masing masing elemen dari
kelompok biaya yang ditambahkan langsung oleh epartemen perakitan
caranya adalah sama seperti yang dilakuakn oleh departemen pemotongan.
Jumlah elemen biaya produksi yang berasal dari persediaan barang dalam
proses pada awal periode ditambahkan dengan jumlah elemen biaya produksi
yang bersangkutan yang terjadi selama periode berjalan dan kemudian dibagi
dengan jumlah unit produksi ekuivalennya, maka diperoleh biaya per unit
rata-rata tertimbang untuk elemen biaya tersebut.selama periode berjalan dan
kemudian dibagi dengan jumlah unit produksi ekuivalennya, maka diperoleh
biaya per unit rata-rata tertimbang untuk elemen biaya tersebut

C. Laporan Biaya Produksi Departemen Pemotongan Metode FIFO

Pertanggungjawaban produksi terdapat jumlah unit yang selesai dan


ditransfer ke departemen berikutnya atau departemen perakitan sebanyak
31.000 unit, jumlah unit yang masih dalam preses sebanyak 5.000 unit, dan
jumlah unit yang hilang sebanyak 31.000 unit, jumlah unit yang masih dalam
proses sebanyak 5.000 unit, dan jumlah unit yang hilang sebayak 2.000 unit.
Angka ekuivalen untuk bahan baku adalah 30.000 unit yang terdiri atas
23.000 unit ang selesai dari produksi periode berjalan, yang rusak normal
2.000 unit dan barang dalam proses pada akhir periode yang dianggap selesai
sebanyak 5.000 unit. Semua unit yang hilang diperhitungkan dalam produksi
ekuivalen karena produk yang selesai pada periode berjalan, dan tidak
dibebenkan sama sekali ke barang dalam proses pada akhir periode.

Jumlah biaya dari barang dalam proses pada awal periode yang selesai
dan dipindahkan ke departemen berikutnya adalah sebesar Rp. 24.596.000.
jumlah ini berasal dari biaya periode yang lalu sebesar Rp. 16.040.000
ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang
terjadi untuk menyelesaikannya yaitu sebesar 404.000. biaya untuk unit yang
dimasukkan dalam proses dan selesai selama periode berjalan adalah Rp.
73.982.000 termasuk selisih pembulatan angka Rp. 14.000. oleh karena
terjadinya jumlah unit yang rusak normal pada akhir proses sebesar Rp
6.432.000 dengan demikian biaya yang di transfer ke departemen berikutnya
sebesar Rp. 105.010.000

D. Laporan Biaya Produksi Departemen Perakitan Metode Fifo

Pertanggung jawaban biaya atas biaya yang dibebankan ke departemen


perakitan terdiri atas pertama biaya produksi dari produksi selesai yang
berasal dari persediaan barang proses awal periode sebesar Rp 23.21.600.
jumlah ini diperoleh dengan menambahkan biaya periode yang lalu sebesar
Rp.18.792.000 demgan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik masing-masing sebesar Rp 2.300.800. kedua ditambah dengan selisih
akibat pembulatan angka sebesar Rp 28.600 adalah biaya unit yang rusak yang
terjadi pada akhir periode dan bersifat normal sebesar Rp. 5.591.800. angka
ini diperoleh dari biaya departemen sebelumnya sebesar Rp. 3.387.000
ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
sebesar Rp 1.150.400dan 1.054.400. dengan demikian jumlah yang ditransfer
ke persediaan barang jadi adalah sebesar Rp 188.540.000

4.1.4 LAPORAN BIAYA PRODUKSI UNTUK UNIT YANG RUSAK


NORMAL DAN ABNORMAL

Angka dari jumlah unit yang rusak abnormal ini diperoleh dengan
mengurangi jumlah yang rusak normal dari jumlah yang di temukan rusak
pada saat pemeriksaan pada akhir periode sebanyak 2.000 unit. Tingkat
penyelesaian dari barang hilang atau rusak adalah 100% untuk biaya bahan
baku, dan 80% untuk kedua elemen biaya produksi lainnya biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik oleh karena dalam hal ini barang yang
hiang atau rusak belum 100% selesai secara sempurna. Biaya dari jumlah unit
yang hilng atau rusak normal dibebankan seluruhnya kepada jumlah unit yang
selesai dan ditransfer ke departemen berikutnya atau departemen perakitan.
Sedangkan baiaya dari unit yang hilang atau rusak yang bersfat abnormal
dapat dibebankan kea kun biaya overhead pabrik, jika biaya ini elah
diperhitangkan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik pada awal
periode anggaran, dan juka tidak maka dapat dibebankan kea kun beban
(expense)

Anda mungkin juga menyukai