1
Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam
suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur).
Inventory Perusahaan Dagang, Persediaan merupakan barang-barang yang dibeli oleh
perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan kualitas
barang, atau dapat dikatakan tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual
kembali oleh perusahaan. Lanjutan 2. Lanjutan 3
Inventory Perusahaan Industri, Persediaan untuk perusahaan industri adalah barang-barang
atau bahan yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut menjadi
barang jadi atau setengah jadi atau mungkin menjadi bahan baku bagi perusahaan lain, hal ini
tergantung dari jenis dan proses usaha utama perusahaan. Lanjutan 4. Lanjutan 5.
Lanjutan 6
Biaya persediaan
Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang
timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Biaya penjualan
Biaya panbelian persediaan maliputi harga beli, bea inpor, pajak lainnya (keciali yang
kemudian dapat ditagihkan kembali kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya
penanganan, dan biaya lainnya yang secara lansung dapat distribusikan pada perolehan
barang jadi, bahan, dan jasa.diskon dagang, rabat, dan hal lain yang serupa dikurangkan
dalam menentukan biaya pembelian.
Biaya konversi
Biaya konversi merupakan biaya timbul untuk memproduksi bahan baku menjadi barang
jadi atau barang dalam produksi.biaya ini meliputi biaya yang secara langsung terkait
dengan unit yang diproduksi termasuk juga alokasi sistematis biaya overhead produksi
yang bersifat tetap dalam mengiperasi bahan menjadi barang jadi.
Biaya lainnya
Biaya lain yang dapat dibebankan sebagai biaya persediaan adalah biaya yang timbul
agar persediaan tersebut berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. yang termasuk biaya
lainnya misalnya biaya desain dan biaya pra produksi yang ditujukan untuk konsumen
yang spesifik. sedangkan biaya administrasi dan penjualan, biaya pemborosan, biaya
penyimpanan tidak dapat dibebankan sebagai biaya persediaan.
Lanjutan 7
Metode periodik
Karakteristik :
Menggunakan perkiraan “Pembelian” dan “Retur Pembelian” untuk mencatat
transaksi pembelian
Pada akhir periode dilakukan penyesuaian atas persediaan
Tidak menggunakan kartu persediaan dan persediaan akhir dilakukan dengan
perhitungan fisik
Harga Pokok Penjualan tidak dapat diketahui setiap saat
Metode perpetual
Karakteristik :
Menggunakan perkiraan “Persediaan Barang Dagang”
Setiap terjadi pembelian dan penjualan dilakukan pencatatan pada perkiraan
“Persediaan Barang Dagang”
Menggunakan kartu persediaan
Harga Pokok Penjualan dapat diketahui setiap terjadi penjualan
Perbedaan perhitungan atau pencatatn antara metode stock opname (metode fisik) dengan
metode perpetual dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
digunakan untuk menilai Persediaan pada waktu laporan keuangan akan disusun. Metode
ini digunakan apabila manfaat Persediaan menurun dibawah nilai/Biaya Persediaan.
Kondisi tersebut terjadi apabila nilai pasar Persediaan lebih rendah dari Biaya
Persediaan karena kerusakan Persediaan atau Persediaan merupakan barang usang.
Akibatnya, kerugian karena nilai pasar yang lebih rendah dari Biaya Persediaan harus
diakui/dicatat pada periode penilaian. Biaya Persediaan yang dinilai dengan salah satu
metode berbasis Biaya (FIFO, LIFO, AVERAGE atau Identifikasi Khusus) dibandingkan
dengan nilai pasarnya, yaitu harga beli barang apabila pada saat penilaian barang itu
dibeli kembali.
2. Metode Lower of Cost or Net Realizable Value (Terendah antara Biaya dan Nilai
Realisasi Neto)
Apabila nilai Persediaan lebih tinggi dari nilai realisasinya, maka Biaya dari Persediaan
tidak akan bisa lagi dipulihkan atau diperoleh. Penyebab nilai Persediaan melebihi nilai
realisasinya adalah barang yang rusak atau usang atau bila harga penjualan menurun
dibawah Biaya Persediaan. Metode ini membandingkan nilai Persediaan yang dinilai
berbasis Biaya histories dengan nilai realisasi neto dari Persediaan. Nilai realisasi Neto
merupakan nilai penjualan neto yang diharapkan mengalir dari Persediaan. Sama dengan
metode LCM, nilai realisai neto dihitung dengan mengurangkan nilai Persediaan menurut
harga jual dikurangi dengan taksiran-taksiran biaya penyelesaian dan penjualan. Nilai
terendah antara nilai Persediaan yang dinilai berbasis Biaya historis dengan nilai realisasi
neto diangkat sebagai nilai Persediaan akhir di laporan keuangan.
3. Metode Relative Sales Value (Nilai Penjualan Relatif)
Metode nilai penjualan relative digunakan untuk menilai Persediaan yang dibeli secara
borongan (lump-sum). Alokasi Biaya Persediaan didasarkan pada perbandingan total
harga jual masing-masing item Persediaan dengan keseluruhan harga jual. Rasio itu
kemudian dikalikan dengan total harga beli seluruh Persediaan.
Metode laba bruto digunakan untuk menaksir Persediaan dalam kondisi tidak
memungkinkan atau tidak efisien dari segi waktu untuk melakukan perhitungan fisik
terhadap saldo Persediaan. Biasanya metode ini digunakan apabila Persediaan terkena
bencana alam (banjir, kebakaran, dll), atau oleh auditor untuk menaksir nilai Persediaan
akhir, atau apabila laporan keuangan disusun untuk periode interim. Metode ini juga
digunakan oleh perusahaan asuransi untuk menaksir Persediaan yang terkena bencana
alam dan diasuransikan. Bila memungkinkan, perusahaan harus tetap melakukan
perhitungan fisik atas Persediaan minimal sekali setahun.
Metode ini digunakan untuk menaksir nilai Persediaan yang tersisa pada suatu tanggal.
Metode Persediaan eceran bisa digunakan dengan asumsi:
1. Perusahaan memiliki catatan tentang Biaya dan harga eceran dari setiap barang yang
dibeli
2. Perusahaan memiliki catatan tentang Biaya dan harga eceran setiap barang yang tersedian
untuk dijual.
3. Memiliki catatan penjualan pada periode itu.