Anda di halaman 1dari 18

Persediaan

Sistem Fisik/Periodik
Metode Periodic Inventory
System
Pada akhir periode akuntansi dengan
menggunakan sistem pencatatan periodik harus
melakukan pengecekan fisik terhadap
persediaan dengan cara mengukur dan
menghitung berapa jumlah barang yang ada di
gudang.
FIFO
Barang yang lebih dulu masuk dianggap
yang lebih dulu keluar.
Contoh
PT Sentosa selama bulan Februari 2019 memiliki catatan tentang persediaan barang
dagangan sebagai berikut:

Febuari 1 Persediaan 4000 unit Rp. 6.000/unit

Febuari 5 Pembelian 2500 unit Rp. 6.200/unit

Febuari 10 Pembelian 1500 unit Rp. 6.250/unit

Febuari 15 Pembelian 3000 unit Rp. 6.600/unit

Febuari 20 Pembelian 4000 unit Rp. 6.800/unit

Febuari 25 Pembelian 2000 unit Rp. 6.250/unit

Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan secara fisik,


persediaan barang pada tanggal 28 Februari sebanyak 7.000 unit.
Jumlah Persediaan Barang Dagangan 7.000 unit terdiri dari:

Pembelian 25 Februari 2019 2.000 unit x Rp. 6.250 Rp. 12.500.000

Pembelian 20 Februari 2019 4.000 unit x Rp. 6.800 Rp. 27.200.000

Pembelian 15 Februari 2019 1.000 unit x Rp. 6.600 Rp. 6.600.000

Jumlah 7.000 unit Rp. 46.300.000


LIFO
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan
terakhir masuk akan dijual terlebih dahulu.

Contoh
PT Sentosa selama bulan Februari 2019 memiliki catatan tentang persediaan barang
dagangan sebagai berikut:

Febuari 1 Persediaan 4000 unit Rp. 6.500/unit

Febuari 5 Pembelian 2500 unit Rp. 6.400/unit

Febuari 10 Pembelian 1500 unit Rp. 6.300/unit

Febuari 15 Pembelian 3000 unit Rp. 6.600/unit

Febuari 20 Pembelian 4000 unit Rp. 6.800/unit

Febuari 25 Pembelian 2000 unit Rp. 6.250/unit

Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan secara fisik,


persediaan barang pada tanggal 28 Februari sebanyak 7.000 unit.
Jawab
Jumlah Persediaan Barang Dagangan 7.000 unit terdiri dari:

Pembelian 1 Febuari 2019 4.000 unit x Rp. 6.500 Rp. 26.000.000

Pembelian 5 Febuari 2019 2.500 unit x Rp. 6.400 Rp. 16.000.000

Pembelian 10 Febuari 2019 500 unit x Rp. 6.300 Rp. 3.150.000

Jumlah 7.000 unit Rp. 45.150.000


Metode Rata-rata
Tertimbang
Metode ini persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan FIFO
method dan nilai persediaan LIFO method

Contoh
PT Sentosa selama bulan Febuari 2019 memiliki catatan tentang persediaan
barang dagangan sebagai berikut:
Febuari 1 Persediaan 4000 unit Rp. 6.500/unit

Febuari 5 Pembelian 2500 unit Rp. 6.400/unit

Febuari 10 Pembelian 1500 unit Rp. 6.300/unit

Febuari 15 Pembelian 3000 unit Rp. 6.600/unit

Febuari 20 Pembelian 4000 unit Rp. 6.800/unit

Febuari 25 Pembelian 2000 unit Rp. 6.250/unit


Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan secara fisik, persediaan barang pada tanggal
28 Februari sebanyak 7.000 unit.

((4000 x Rp. 6.500) + (2500 x Rp. 6.400) + (1500 x Rp. 6.300) +


(3000 x Rp. 6.600) + (4000 x Rp. 6.800) + (2000 x Rp. 6.250)) :
(4000 + 2500 + 1500 + 3000 + 4000 + 2000)

(Rp. 26.000.000 + Rp. 16.000.000 + Rp. 9.450.000 + Rp.


19.800.000 + Rp. 27.200.000 + Rp. 12.500.000) : 17.000

Rp. 110.950.000 : 17.000 = Rp. 6.526,47

Nilai persediaan pada 28 Feb 2019 adalah 7.000 unit x Rp. 6.526,47 = Rp. 45.685.290
Rata-rata Sederhana

Harga Rata-rata per satuan barang dihitung dengan cara


membagi total harga per satuan setiap transaksi pembelian
dengan jumlah transaksi pembelian termasuk persediaan awal
periode.
Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan secara fisik, persediaan barang
pada tanggal 28 Februari sebanyak 7.000 unit.
PT Sentosa selama bulan Febuari 1 Persediaan 4000 unit Rp. 6.500/unit
Febuari 2019 memiliki
catatan tentang persediaan Febuari 5 Pembelian 2500 unit Rp. 6.400/unit
barang dagangan sebagai
Febuari 10 Pembelian 1500 unit Rp. 6.300/unit
berikut:
Febuari 15 Pembelian 3000 unit Rp. 6.600/unit

Febuari 20 Pembelian 4000 unit Rp. 6.800/unit

Febuari 25 Pembelian 2000 unit Rp. 6.250/unit

Harga Rata-rata per kg:

Rp(6.500+6.400+6.300+6.600+6.800+6.250)
6
=38.850= Rp6.475
6
Nilai Persediaan barang pada tanggal 28 Feb 2019

7.000 x Rp 6.475 = Rp 45.325.000


Metode Identifikasi Khusus
Setiap Barang yang Masuk diberi tanda pengenal yang
menunjukkan harga satuan sesuai faktur yang diterima.
Contoh
Febuari 1 Persediaan 4000 unit Rp. 6.500/unit 26.000.000

PT Sentosa selama bulan Febuari 5 Pembelian 2500 unit Rp. 6.400/unit 16.000.000
Febuari 2019 memiliki
catatan tentang persediaan Febuari 10 Pembelian 1500 unit Rp. 6.300/unit 9.450.000
barang dagangan sebagai
Febuari 15 Pembelian 3000 unit Rp. 6.600/unit 19.800.000
berikut:
Febuari 20 Pembelian 4000 unit Rp. 6.800/unit 27.200.000

Febuari 25 Pembelian 2000 unit Rp. 6.250/unit 12.500.000

Setelah dihitung secara fisik, sisa barang tersebut diidentifikasi dari tanda pengenal
khususnya. ternyata sisa barang “X” 7.000 berasal dari kelompok
1. Pembelian 15 Februari 2019 : 3000
2. Pembelian 20 Februari 2019 : 4000

Dari data diatas, nilai persediaan barang “X” pada tanggal 28 Februari 2019 adalah
3000 Unit @ Rp 6.600 = 19.800.000
4000 Unit @ Rp 6.800 = 27.200.000 +
47.000.000
Harga Pokok Penjualan:
Kuantitas Jumlah
Tersedia Dijual 17.000 Unit Rp 110.950.000
Persediaan Akhir 7.000 Unit Rp 47.000.000

Harga Pokok Penjualan 10.000 Unit Rp 63.950.000


Metode Persediaan dasar
Persediaan yang secara minimal harus ada untuk mempertahankan
kestabilan jumlah persediaan barang dagang suatu perusahaan.

1. Apabila kuantitasnya lebih banyak daripada kuantitas


persediaan dasar, nilai persediaan adalah nilai
persediaan dasar ditambah dengan harga pasar
kelebihannya.

2. Apabila kuantitasnya lebih sedikit dari pada kuantitas


persediaan dasar, nilai persediaan adalah nilai
persediaan dasar dikurangi dengan harga pasar
kekurangannya
Contoh
Persediaan dasar barang “X” ditentukan sebanyak 20.000 Unit @ 2.400.

1. Persediaan barang X pada 30 agustus 2017 sebanyak 35.000 Unit.


Nilai persediaan barang X adalah sebagai berikut.
Nilai Persediaan Dasar:
20.000 Unit x Rp 2.400 =Rp48.000.000
Harga dasar kelebihannya:
15.000 Unit x Rp 3.400 =Rp51.000.000 +
Harga Pasar tanggal 30 Agustus 2017 =Rp99.000.000

2. Misalkan persediaan barang X pada 30 agustus 2017 sebanyak 15.000 Unit.


Nilai persediaan barang X adalah sebagai berikut.
Nilai Persediaan Dasar:
20.000 Unit x Rp 2.400 =Rp48.000.000
Harga dasar kelebihannya:
5.000 Unit x Rp 3.400 =Rp17.000.000 +
Harga Pasar tanggal 30 Agustus 2017 =Rp31.000.000
Metode Taksiran Laba Kotor
Informasi yang diperlukan untuk menemukan nilai persediaan akhir adalah barang tersedia untuk di
jual, nilai penjualan bersih (neto), dan persentase laba kotor dari penjualan neto

Diperoleh data kegiatan usaha suatu perusahaan selama bulan Agustus 2017, sebagai berikut.
1. Penjualan bersih Rp 135.000.000
2. Barang tersedia untuk dijual Rp 180.000.000
3. Laba Kotor Tahun-tahun yang lalu rata-rata 25% dari penjualan bersih.
Berdasarkan informasi diatas, dapat dihitung nilai persediaan akhir persediaan barang dagang bulan
agustus 2017, sebagai berikut

Barang tersedia untuk dijual Rp 180.000.000


Hasil penjualan bersih Rp 135.000.000
Laba kotor
25% x Rp 135.000.000 Rp (33.750.000)
Harga pokok barang yang dijual Rp(101.250.000)
Nilai persediaan barang pada 31 Agustus 2017 Rp 78.750.000
Metode Harga eceran
Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan
yang langsung melayani konsumen, seperti toko atau
supermarket.
Data yang diperlukan untuk menentukan nilai persediaan akhir
adalah harga jual seluruh barang menurut harga eceran dan
hasil penjualan yang telah terjadi.

Berikut adalah data kegiatan pada PT multi jaya pada bulan Agustus 2017
Harga Pokok Taksiran harga jual
Persediaan awal agustus 2017 Rp. 2.000.000 Rp 3.000.000
Pembelian bersih Rp10.000.000 Rp12.000.000 + +
Persediaan barang untuk dijual Rp12.000.000 Rp15.000.000
Hasil Penjualan yang terjadi Rp11.000.000 -
Nilai Persediaan barang pada akhir Agustus 2017 Rp 4.000.000
Harga pokok persediaan barang pada tanggal 31 Agustus 2017:
Harga Eceran persediaan akhir periode Rp4.000.000
Rasio harga pokok persediaan barang untuk dijual dan taksiran harga jual:

Seluruh Barang menurut eceran =Rp12.000.000 x100%


Rp15.000.000
=80%

Harga Pokok persediaan barang akhir periode = 80% x Rp 4.000.000


=Rp 3.200.000

Harga Pokok Penjualan = Rp 12.000.000 – Rp3.200.000


= Rp 8.000.000

Anda mungkin juga menyukai