Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI PERSEDIAAN

1. SISTEM PENCATATAN

a. Sistem Periodik (periodical System/Phisical system)


Dalam cara ini pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi (saat menyusun laporan keuangan). Perhitungan
persediaan dilakukan secara fisik . Sedang saat pembelian atau penjualan tidak dicatat dalam rekening pesediaan, tetapi dicatat dalam
rekening pembelian dan penjualan.
b. Sistem permanen/terus menerus (perpetual system)
Pencatatan pesediaan dilakukan secara kontinue/terus menerus yaitu setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan dicatat pula dalam
rekening pesdiaan.

a. Phisical System/Periodik b. Perpetual Syestem/Permanen


Transaksi Rekening Debit Kredit Rekening Debit Kredit
1 Pembelian Kredit Rp 7.500 Pembelian Rp 7.500 Persediaan Brg dagang Rp 7.500
Utang dagang Rp 7.500 Utang dagang Rp 7.500
2 Retur Pembelian Rp 500 Utang dagang Rp 500 Utang dagang Rp 500
Retur Pembelian& PH Rp 500 Persd. Barang dagang Rp 500
3. Penjualan Kredit : Piutang Dagang Rp 4.000 Piutang Dagang Rp 4.000
Harga Jual Rp 4.000 Penjualan Rp 4.000 Penjualan Rp 4.000
Harga perolehan Rp 3.200 Harga Pokok Penjualan Rp 3.200
Persd. Barang dagang Rp 3.200
4 Retur (Penjualan Kredit) Retur Penjualan & PH Rp 300 Retur Penjualan & PH Rp 300
Harga Jual Rp 300 Piutang Dagang Rp 300 Piutang Dagang Rp 300
Harga perolehan Rp 240 Persediaan barang Rp 240
Harga pokok penjualan Rp 240

2. METODE PENILAIAN

I. Metode penilaian berdasarkan Harga Perolehan


Dalam Metode ini nilai persediaan sama dengan harga perolehannya. Untuk menetapkan nilai persediaan akhir, dapat dilakukan dalam sistem
pencatatan secara periodik/fisik maupun sistem permanen/perpetual.

1.1. Menurut sistem periodik terdapat beberapa cara, sperti berikut ini :
a. Metode tanda pengenal khusus ( Specific identification method ).
Yaitu memberi tanda-tanda khusus yang sama untuk setiap barang yang harga perolehannya sama, sehingga pada waktu mengadakan
inventarisasi dikelompokkan menurut tandanya kemudian dihitung jumlahnya
Contoh : D1
PT Angkasapura selama bulan Januari 1995 m3mpunyai data tentang persediaan sebagai berikut :
Jan 1 Persediaan 1.750 unit @ Rp 6.000 / unit
Jan 5 Pembelian 1000 unit @ Rp 6.200 / unit Berdasarkan inventarisasi secara fisik , ternyata jumlah persediaan pada
Jan 10 Pembelian 2000 unit @ Rp 6.250 / unit tanggal 31 Januari sebanyak 3.000 unit, terdiri dari :
Jan 15 Pembelian 1.500 unit @ Rp 6.400 / unit Pembelian tgl. 30 Jan. 50 %
Jan 20 Pembelian 3000 unit @ Rp 6.250 / unit Pembelian tgl. 25 Jan. 25 %
Jan 25 Pembelian 2.500 unit @ Rp 6.500 / unit Dan selebihnya pembelian tanggal 5 Januari 1995
Jan 30 Pembelian 2000 unit @ Rp 6.400 / unit Diminta :
Tentukan Nilai Persediaan tgl. 31 Januari 1995 dengan metode Tanda
Jawab : Pengenal Khusus
Nilai persediaan pada tgl. 31 Januari 1995 adalah :
1.500 x Rp 6.400 = Rp 9.600.000
750 x Rp 6.500 = Rp 4.875.000
750 x Rp 6.200 = Rp 4.650.000
3.000 unit = Rp 19.125.000

b. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama/ MPKP/ FIFO


Yaitu adanya anggapan bahwa persediaan / pembelian pertama di jual lebih dulu, sehingga saldo (persediaan akhir) dinilai menurut
pembelian yang terakhir

c. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama /MTKP / LIFO


Yaitu adanya anggapan bahwa setiap penjualan dinilai menurut harga beli yang terakhir, sehingga saldo (persediaan akhir) dinilai menurut
pembelian yang pertama / persediaan awal

d. Metode Rata-rata tertimbang / wreighted Average Method


Yaitu persediaan dinilai menurut harga rata-rata dari jumlah barang yang diperoleh / dibeli
Contoh : D2
PD Nusantara selama bulan Pebruari 1995 mempunyai catatan mengenai barang dagang sbb :
Feb. 1 Persediaan 3.000 unit @ Rp 6.400 / unit
Feb. 6 Pembelian 2.000 unit @ Rp 6.500 / unit Berdasarkan inventarisasi secara fisik, persediaan barang dagang pada
Feb. 11 Pembelian 4.000 unit @ Rp 6.300 / unit tgl. 28 Feb. 1995 sebanyak 7.000 unit.
Feb. 16 Pembelian 5.000 unit @ Rp 6.600 / unit Hitunglah nilai persediaan barang dagang pd tgl. 28 Feb. 1995 jika
Feb. 21 Pembelian 2.500 unit @ Rp 6.800 / unit menggunakan : a. Metode MPKP
Feb. 26 Pembelian 4.000 unit @ Rp 6.250 / unit b. Metode MTKP
c. Metode Rata-rata tertimbang
Jawab :
a. Metode MPKP/FIFO
Jumlah persediaan 7.000 unit terdiri dari :
- Pembelian tgl 26 Feb. = 4.000 x Rp 6.250 = Rp 25.000.000
- Pembelian tgl 21 Feb. = 2.500 x Rp 6.800 = Rp 17.000.000
- Pembelian tgl 16 Feb. = 500 x Rp 6.600 = Rp 3.300.000
7.000 unit = Rp 45.300.000

b. Metode MPTP/LIFO
Jumlah Persediaan 7.000 unit terdiri dari :
- Pesediaan tgl. 1 Feb. = 3.000 x Rp 6.400 = Rp 19.200.000
- Pembelian tg. 6 Feb = 2.000 x Rp 6.500 = Rp 13.000.000
- Pembelian tgl. 11 Feb = 2.000 x Rp 6.300 = Rp 12.600.000
7.000 unit = Rp 44.800.000

c. Metode Rata-rata tertimbang/ wreighted Average Method


Jumlah Persediaan 7.000 unit
Harga rata-rata per unit :
= 3.000 x Rp 6.400 + 2.000 x Rp 6.500 + 4.000 x Rp 6.300 + 5.000 x Rp 6.600 + 2.500 x Rp 6.800 + 4.000 x Rp 6.250
3.000 + 2.000 + 4.000 + 5.000 + 2.500 + 4.000

= Rp 19.000.000 + Rp 13.000.000 + Rp 25.200.000 + Rp 33.000.000 + Rp 17.000.000 + Rp 25.000.000


20.500
= Rp 132.400.000
20.500
= Rp 6.458,54 Jadi Nilai persediaan 7.000 x Rp 6.458,54 = Rp 45.209.780

1.2 Menurut sistem Perpetual (terus menerus), nilai persediaan dapat dihitung berdasarkan :

a. Metode MPKP / FIFO


b. Metode MTKP / LIFO
c. Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average Method)

Contoh : D.3
PT Permata yang menggunakan Sistem Balans Permanen/perpetual dalam pencatatan persediaan barang, pada bulan Maret 1995 mempunyai data
yang berhubungan dengan persediaan barang dagang sebagai berikut :
- Maret 1 Persediaan 4.000 unit @ Rp 800
- Maret 4 Pembelian 3.000 unit @ Rp 850
- Maret 7 Penjualan 5.000 unit -
- Maret 13 Pembelian 4.000 unit @ Rp 875
- Maret 19 Penjualan 5.000 unit -
- Maret 22 Pembelian 2.000 unit @ Rp 900
- Maret 26 Penjualan 2.500 unit -
- Maret 30 Pembelian 5.000 unit @ Rp 850
Diminta : Tentukan besarnya nilai persediaan barang dagang pada tgl 31Maret berdasarkan metoda :
a. Metode MPKP / FIFO
b. Metode MTKP / LIFO
c. Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average Method)

Jawab : a. Metode MPKP / FIFO Kartu Sediaan


MASUK KELUAR PERSEDIAAN
TGL Unit Harga/unit Jumlah Unit Harga/unit Jumlah Unit Harga/unit Jumlah
Mrt 1 4.000 Rp 800 Rp 3.200.000
Mrt 4 3.000 Rp 850 Rp 2.550.000 4.000 Rp 800 Rp 3.200.000
3.000 Rp 850 Rp 2.550.000
7.000 Rp 5.750.000
Mrt 7 4.000 Rp 800 Rp 3.200.000 2.000 Rp 850 Rp 1.700.000
1.000 Rp 850 Rp 850.000
Mrt 13 4.000 Rp 875 Rp 3.500.000 2.000 Rp 850 Rp 1.700.000
4.000 Rp 875 Rp 3.500.000
6.000 Rp 5.200.000
Mrt 19 2.000 Rp 850 Rp 1.700.000 1.000 Rp 875 Rp 875.000
3.000 Rp 875 Rp 2.625.000
Mrt 22 2.000 Rp 900 Rp 1.800.000 1.000 Rp 875 Rp 875.000
2.000 Rp 900 Rp 1.800.000
3000 Rp 2.675.000
Mrt 26 1.000 Rp 875 Rp 875.000 500 Rp 900 Rp 450.000
1.500 Rp 900 Rp 1.350.000
Mrt 30 5.000 Rp 850 Rp 4.250.000 500 Rp 900 Rp 450.000
5.000 Rp 850 Rp 4.250.000
5.500 Rp 4.700.000
Jawab : b. Metode MTKP / LIFO Kartu Sediaan
MASUK KELUAR PERSEDIAAN
TGL Unit Harga/unit Jumlah Unit Harga/unit Jumlah Unit Harga/unit Jumlah
Mrt 1 4.000 Rp 800 Rp 3.200.000
Mrt 4 3.000 Rp 850 Rp 2.550.000 4.000 Rp 800 Rp 3.200.000
3.000 Rp 850 Rp 2.550.000
7.000 Rp 5.750.000
Mrt 7 3.000 Rp 850 Rp 2.550.000 2.000 Rp 800 Rp 1.600.000
2.000 Rp 800 Rp 1.600.000
Mrt 13 4.000 Rp 875 Rp 3.500.000 2.000 Rp 800 Rp 1.600.000
4.000 Rp 875 Rp 3.500.000
6.000 Rp 5.100.000
Mrt 19 4.000 Rp 875 Rp 3.500.000 1.000 Rp 800 Rp 800.000
1.000 Rp 800 Rp 800.000
Mrt 22 2.000 Rp 900 Rp 1.800.000 1.000 Rp 800 Rp 800.000
2.000 Rp 900 Rp 1.800.000
3000 Rp 2.600.000
Mrt 26 2.000 Rp 900 Rp 1.800.000 500 Rp 800 Rp 400.000
500 Rp 800 Rp 400.000
Mrt 30 5.000 Rp 850 Rp 4.250.000 500 Rp 800 Rp 400.000
5.000 Rp 850 Rp 4.250.000
5.500 Rp 4.650.000

Jawab : c. Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average Method Kartu Sediaan


MASUK KELUAR PERSEDIAAN
TGL Unit Harga/unit Jumlah Unit Harga/unit Jumlah Unit Harga/unit Jumlah
Mrt 1 4.000 Rp 800 Rp 3.200.000
Mrt 4 3.000 Rp 850 Rp 2.550.000 7.000 Rp 821,43 Rp 5.750.000
Mrt 7 5.000 Rp 821,43 Rp 4.107.150 2.000 Rp 821,43 Rp 1.642.850
Mrt 13 4.000 Rp 875 Rp 3.500.000 6.000 Rp 857,14 Rp 5.162.850
Mrt 19 5.000 Rp 857,14 Rp 4.285.700 1.000 Rp 857,15 Rp 857.150
Mrt 22 2.000 Rp 900 Rp 1.800.000 3.000 Rp 885,72 Rp 2.657.150
Mrt 26 2.500 Rp 885,72 500 Rp 885,70 Rp 442.850
Mrt 30 5.000 Rp 850 Rp 4.250.000 5.500 Rp 853,26 Rp 4.692.850
 Penerapan Meoda HARGA TERENDAH di antara HARGA PEROLEHAN dan HARGA PASAR

Dapat diterapkan untuk : - Tiap Jenis Barang


- Tiap Kelompok
- Keseluruhan
Contoh :
Toko barang elektronik memiliki persediaan yang digolongkan kelompok Televisi dan kolompok Radio. Bila perusahaan menggunakan metode HARGA
TERENDAH antara harga Perolehan dg harga Pasar maka penerapannya sbb : ( Dalam Ribuan Rupiah )

Harga terendah di antara harga Perolehan dan Harga Pasar


AKTIVA TETAP
Harga Perolehan Harga Pasar Per Jenis Per Kelompok Keseluruhan
TELEVISI :
Salon Rp 60.000 Rp 55.000 Rp 55.000
Portabel Rp 45.000 Rp 52.000 Rp 45.000
Jumlah Rp 105.000 Rp 107.000 Rp 105.000
RADIO :
Listrik Rp 48.000 Rp 45.000 Rp 45.000
Transistor Rp 15.000 Rp 14.000 Rp 14.000
Jumlah Rp 63.000 Rp 59.000 Rp 59.000

JUMLAH PERSEDIAAN Rp 168.000 Rp 166.000 Rp 159.000 Rp 164.000 Rp 166.000


 PENAKSIRAN PERSEDIAAN

1. Metode Laba Kotor


Rumus :

LANGKAH 1 Penjualan _ Taksiran Laba = Taksiran Harga Pokok


Bersih Kotor Penjualan

LANGKAH 2 Haega Perolehan _ Taksiran = Taksiran Harga


Barang tersedia HPP Perolehan Persediaan
dijual Akhir

Contoh :
CV Kerinci bermaksud untuk menyusun laporan rugi-laba bulan Januari. Pada bulan tersebut :
Penjualan bersih sebesar Rp 200.000
Persediaan Awal Rp 40.000
Pembelian Rp 120.000
Pada tahun lalu , perusahaan memperoleh laba kotor sebesar 30% dan tahun ini diperkirakan akan diperoleh laba kotor dengan persentase
yang sama. Berdasarkan data tersebut kita dapat menaksir persediaan yang ada pada akhir bulan Januari dengan menggunakan Metoda Laba
Kotor sbb : Penjualan bersih Rp 200.000
(1) Kurangi : Taksiran Laba Kotor ( 30% x Rp 200.000 ) Rp 60.000
Taksiran Harga Pokok Penjualan Rp 140.000

Persediaan Awal Rp 40.000


Pembelian Rp 120.000
(2) Harga Perolehan barang tersedia dijual Rp 160.000
Kurangi : Taksiran Harga Pokok Penjualan Rp 140.000
Taksiran Harga Perolehan Persediaan Akhir Rp 20.000
2. Metode Harga Eceran
Rumus :

Barang tersedia Persediaan Akhir


TAHAP 1 _ =
Di jual berdasarkan Penjualan Bersih Berdasarkan
Harga eceran Harga eceran

Barang tersedia Barang tersedia Perbandingan


TAHAP 2 Di jual berdasarkan : Di jual berdasarkan = Harga perolehan
Harga eceran Harga eceran Terhadap
Harga eceran

Persediaan Akhir Perbandingan


TAHAP 3 x = Taksiran
Berdasarkan Harga perolehan
Harga perolehan
Harga eceran Terhadap
PERSEDIAAN AKHIR
Harga eceran

CONTOH :
Perusahaan membeli 10 unnit barang dagang dengan harga Rp 7,00 untuk dijual dengan harga Rp 10,00 per unit. Dengan demikian perbandingan
(ratio) antara harga perolehan dengan harga eceran adalah 70% ( Rp 7,00 : Rp 10,00 ). Seandainya tersisa 4 unit yang belum terjual , harga eceran
keempat unit tersebut adalah Rp 40,00 dan harga perolehannya adalah Rp 28,00 (70% x Rp 40,00), yang sama dengan total harga perolehannya
yaitu 4 x Rp 7,00 = Rp 28,00.

Penerapan metoda harga Eceran dapat dilukiskan sebagai berikut :


ATAS DASAR ATAS DASAR
HARGA PEROLEHAN ECERAN

Persediaan Awal Rp 14.000,00 Rp 21.500,00


Pembelian Rp 61.000,00 Rp 78.500,00
Barang Tersedia dijual Rp 75.000,00 Rp 100.000,00

Penjualan Bersih………………………………………………………………………………………………….. Rp 70.000,00


(1) Persediaan Akhir Berdasarkan Harga Eceran ........................................................ ................................... Rp 30.000,00

(2) Perbandingan harga perolehan terhadap harga eceran adalah ( Rp 75.000 : Rp 100.000 ) = 75%

(3) Taksiran harga perolehan Persediaan Akhir adalah ( 75 % x Rp 30.000,00 ) = Rp 22.500,00

KESALAHAN PENENTUAN PERSEDIAAN


1. Pengaruh kesalahan terhadap Laporan Laba-Rugi
HARGA POKOK
KESALAHAN PERSEDIAAN PENJUALAN LABA BERSIH
Persediaan Awal terlalu rendah Terlalu Rendah Terlalu Tinggi
Persediaan Awal terlalu tinggi Terlalu Tinggi Terlalu Rendah
Persediaan Akhir terlalu rendah Terlalu Tinggi Terlalu Rendah
Persediaan Akhir terlalu tinggi Terlalu Rendah Terlalu Tinggi

Analisis atas akibat yang timbul menunjukkan bahwa kesalahan pada persediaan awal adalah kebalikan kesalahan yang sama pada persediaan
akhir. Apabila terjadi kesalahan pada persediaan akhir dan kesalahan tersebut tidak diperbaiki hingga sebelum akhir periode akuntansi berikutnya
mk akan membawa akibat sebaliknya atas laba bersih utk kedua tahun tersebut, dan neraca pada akhir tahun kedua tidak akan keliru karena
kesalahan akan saling mengimbangi satu dengan lainnya. Pengaruh tersebut nampak di bawah ini ( dianggap terjadi kesalahan terlalu kecil Rp
3.000,00 pada persediaan akhir tahun 1990, dan tidak dikoreksi pada th 1991 )
Ringkasan Laporan Rugi- Laba

1990 1991

Salah Benar Salah Benar

Penjualan Rp 80.000 Rp 80.000 Rp 90.000 Rp 90.000


Persd. Awal Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 12.000 Rp 15.000
Pembelian Rp 40.000 Rp 40.000 Rp 68.000 Rp 68.000

Tersedia dijual Rp 60.000 Rp 60.000 Rp 80.000 Rp 83.000


Perrds. Akhir Rp 12.000 Rp 15.000 Rp 23.000 Rp 23.000

Harga Pokok Penjualan (Rp48.000) (Rp45.000) (Rp57.000) (Rp60.000)


Laba Kotor 32.000 35.000 33.000 30.000
Biaya Operasi 10.000 10.000 20.000 20.000
Laba Bersih………………………….. Rp 22.000 Rp 25.000 Rp 13.000 Rp 10.000

(Rp 3.000) (Rp 3.000)


Laba Bersih Laba bersih
Terlalu rendah Terlalu tinggi
Total Laba Bersih
Selama dua tahun
Menjadi benar

2. Pengaruh kesalahan terhadap Neraca


KESALAHAN PERSEDIAAN

AKHIR AKTIVA KEWAJIBAN MODAL

Terlalu Tinggi Terlalu Tinggi Tidak Ada Terlalu Tinggi


Terlalu Rendah Terlalu Rendah Tidak Ada Terlalu Rendah

Anda mungkin juga menyukai