Anda di halaman 1dari 44

AKUNTANSI KEUANGAN 1

Dosen : Maryati Rahayu, SE.,MM


Kelompok 10
Disusun oleh :
1. Aulia Hapsari 1914190035
2. Faradilla Chairullisa 1914190034
3. Intan Puteri Utami 1914190015
4. Luthfiani Azhari Zain 1914190016
5. Rindi Wahyu Sejati 1914190018

INVENTORIES : COST BASIC (PERSEDIAAN :


HARGA POKOK)
Harga pokok persediaan adalah harga untuk memperoleh persediaan tersebut.
Disamping harga beli, termasukdalam harga pokok persediaan adalah semua biaya
yang terjadi sampai dengan persediaan siap dijual.

PSAK No 14 Tahun 2009 mengatur bahwa “persediaan harus diukur


berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah”.

Inventory cost adalah biaya persediaan barang dimana persediaan barang tersebut
merupakan persediaan periode sebelumnya yang biayanya berupa biaya saat
proses pemesanan inventory, biaya pengiriman inventory yang dipesan, biaya
penerimaan inventory, dan biaya pembayaran inventory yang dipesan kepada pihak
supplier.

Biaya persediaan ditentukan melalui dua proses :

 Menentukan biaya pembelian/pembuatan barang (biaya persediaan atau


inventoriable cost); dan
 Mengalokasikan jumlah nilai persediaan awal dan biaya
pembelian/pembuatan barang ke biaya persediaan akhir dan harga pokok
penjualan, dengan mengunakan rumus biaya.
 Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya pembelian meliputi
harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang dapat ditagih
kembali kepada kantor pajak.
 Biaya konversi, meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang
diproduksi
 Biaya lain yang timbul hingga persediaan berada dalam kondisi dan tempat
yang siap dijual atau dipakai (present location and condition), meliputi jumlah
pemborosan yang tidak normal, biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut
diperlukan dalam proses produksi sebelum tahap produksi berikutnya, biaya
administrasi dan umum, biaya penjualan.

Setiap perusahaan mempunyai perbedaan dalam menilai biaya persediaan yang


harus dimasukkan kedalam sistem akuntansi mereka.

 Perusahaan dagang
Untuk perusahaan dagang, biaya persediaan hanya mencakup biaya
pembelian. Istilah “biaya pembelian” didefinisikan dalam PSAK No 14 Tahun
2009

“meliputi harga pembelian, bea impor, dan pajak lainnya (selain dari pajak
yang kemudian dapat dipulihkan kembali dari dinas pajak), biaya transportasi,
biaya penanganan, dan biaya lainnya yang dapat didistribusikan secara
langsung pada pembelian dikurangi diskonto, rabat, dan subsidi”.

METODE PENCATATAN PERSEDIAAN


Metode Periodik

Pencatatan persediaan metode periodik adalah cara sistem pencatatan


persediaan barang dagangan yang mengharuskan adanya perhitungan barang yang
masih ada pada tanggal penyusunan laporan keuangan.

Perhitungan persediaan (stock opname) ini diperlukan untuk mengetahui berapa


jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan sebagai harga pokok
penjualan (HPP).

Dengan menggunakan metode ini mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam
buku-buku. Setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian.

Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok penjualan
(HPP) juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru dapat
dihitung setelah persediaan akhir sudah dihitung. Umumnya, metode periodik
dilakukan oleh produk-produk yang harga jualnya relatif rendah namun mudah
terjual kepada pelanggan. Dengan kata lain, hal ini akan menghemat waktu dan juga
mengurangi tenaga sebab penghitungannya dilakukan hanya sesekali.

Cara untuk menentukan harga pokok dalam metode ini:

 Catat pembelian barang dagang


 Catat harga pokok barang yang dibeli
 Tentukan harga pokok persediaan barang di awal dan akhir periode

Kelemahan:

Kelemahan metode periodik/fisik dalam pencatatan persediaan akan timbul jika ingin
menyusun laporan keuangan jangka pendek.

Misalnya 3 bulanan, 6 bulanan, maka ada keharusan untuk mengadakan


perhitungan fisik atas persediaan barang.

Bila barang yang dimiliki jenis dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan
memakan waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga akan
terlambat.

Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku menjadikan metode ini sangat
sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan
pencatatan penjualan.

Jurnal penyesuaian sering dibuat untuk mengatasi kelemahan dari penerapan


metode periodik atau metode fisik ini. Dengan jurnal penyesuaian, data pencatatan
barang dagang disusun berdasarkan jumlah atau saldo persediaan akhir barang dan
data penyesuaian akhir periode.

Kelebihan:

Karena pencatatan dalam metode ini hanya dilakukan secara periodik, tidak setiap
saat terjadinya transaksi, hanya dilakukan di akhir periode, metode ini lebih
menghemat waktu dan tenaga.

Metode Perpetual

Metode pencatatan persediaan barang dagang dengan cara membuat setiap jenis
persediaan rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan.

Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol persediaan barang
dalam buku besar.

Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom
yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan.

Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening


persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan
melihat kolom saldo dalam rekening persediaan.

Masing-masing kolom dirinci lagi untuk kuantitas dan harga perolehannya.


Penggunaan metode buku (perpetual) akan memudahkan penyusunan neraca
jangka pendek, karena tidak perlu lagi mengadakan perhitungan fisik untuk
mengetahui jumlah persediaan akhir.

berikut pencatatan yang harus dilakukan jika menggunakan metode perpetual, yaitu:

 Dalam rekening persediaan barang dagang


Pembelian barang dagang, biaya angkut pembelian barang dagang, retur,
dan pengurangan harga pembelian yang dibeli oleh perusahaan barang
dagang akan dicatat dalam rekening ini.
 Harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan ditentukan dengan cara mendebit rekening harga
pokok penjualan dan mengkredit rekening persediaan barang dagang.
 Rekening pengendali
Buku pembantu yang juga merupakan rekening pengendali menyajikan data
tentang kualitas dan harga dari tiap-tiap persediaan barang.

Kelemahan:

Metode pencatatan persediaan barang dagang dengan metode perpetual yang


dilakukan setiap adanya kegiatan ataupun transaksi walaupun lebih akurat namun
metode ini lebih memakan banyak waktu dan tenaga.

Kelebihan:

Kegiatan dan transaksi yang selalu tercatat secara detail atau terperinci membuat
pencatatan persediaan barang dagang menjadi lebih akurat sehingga terjadinya
kehilangan barang persediaan dapat dengan mudah terlacak oleh perusahaan.

Metode pencatatan barang dengan metode ini biasa dilakukan oleh perusahaan
yang menawarkan atau menjual barang-barang yang memiliki harga yang relatif
mahal dan jarang.

Cara menghitung HPP (harga pokok penjualan) adalah dengan cara sebagai
berikut:
METODE PENILAIAN PERSEDIAAN AKHIR
Sistem Periodik

Dalam pencatatan sistem periodik, penilaian persediaan dilakukan pada akhir


periode setelah fisik persediaan dihitung. Kemudian, dinilai menurut metode
penilaian tertentu. Sehingga, berdasarkan harga pokok (biaya) historis, nilai
persediaan dalam pencatatan sistem fisik dapat ditentukan menggunakan metode
sebagai berikut :

Metode Identifikasi Khusus (specific identification)

Dalam metode tanda pengenal khusus (specific identification) setiap barang yang
dibeli diberi tanda pengenal yang menunjukkan kuantitas dan harga satuan dengan
faktur yang diterima.

Metode ini sulit digunakan dalam pencatatan sistem perpetual karena diperlukan
pemisahan tempat untuk barang berdasarkan jenis dan harga masing-masing.
Sehingga nilai persediaan akhir periode dihitung berdasarkan barang yang ada di
gudang, dengan harga yang tercantum pada tanda pengenalnya.

Metode Rata-rata (Average)

Metode rata-rata (average) dalam pencatatan sistem periodik bisa diterapkan


dengan metode sebagai berikut:

Metode Rata-Rata Sederhana

Penilaian persediaan dengan menggunakan metode rata-rata sederhana, maka


harga rata-rata per satuan barang dihitung dengan cara membagi total harga per
satuan dalam setiap transaksi pembelian dengan jumlah transaksi pembelian
termasuk persediaan awal periode. Nilai persediaan akhir periode adalah hasil kali
kuantitas persediaan dengan harga rata-rata per satuan.

Metode Rata-Rata Tertimbang

Ketika metode ini digunakan biaya dipadankan terhadap pendapatan sesuai dengan
rata-rata biaya unit yang terjual.

Biaya unit rata-rata tertimbang yang sama digunakan dalam menghitung biaya
persediaan pada akhir periode.

Untuk perusahaan yang memiliki barang penjualan yang terdiri dari berbagai
pembelian unit yang identik, penerapan metode biaya rata-rata hampir menyerupai
arus fisik barang.

Biaya unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya unit setiap
barang yang tersedia untuk dijual selama periode tertentu dengan jumlah unit
barang terkait.
Metode LIFO (last in first out)

metode penilaian persediaan barang dagang dimana barang dagang yang terakhir
masuk menjadi barang yang terlebih dahulu keluar. Untuk menghitung harga pokok
penjualan dengan menggunakan harga pokok barang yang masuk terakhir terlebih
dahulu. Sedangkan untuk menghitung nilai persediaan barang dagang dengan
mengalikan barang yang masih tersedia dengan harga persatuan.

Metode FIFO (first in first out)

metode penilaian persediaan barang dagang dimana barang dagang yang pertama
masuk menjadi barang yang pertama keluar. Untuk menghitung harga pokok
penjualan digunakan harga per unit barang yang masuk terlebih dahulu. Untuk
menghitung nilai persediaan barang dihitung dengan mengalikan barang yang masih
tersedia dengan harga per unit barang. Metode ini menjadi metode penilaian
persediaan barang yang cukup efektif untuk menjaga kualitas barang karena dengan
metode ini barang yang masuk pertama lebih dahulu dikeluarkan pasti jangka waktu
tersimpan digudang barang akan lebih lama sehingga sangat memungkinkan untuk
menjaga kualitas persediaan barang. Metode ini diterapkan dengan anggapan
bahwa biaya dibebankan menurut urutan terjadinya.

Sistem Perpetual

Dalam sistem pencatatan perpetual harga pokok persediaan dihitung setiap terjadi
transaksi penjualan, yaitu dengan menghitung harga pokok setiap jenis barang yang
dijual. Harga pokok penjualan setiap jenis barang dihitung dengan metode penilaian
tertentu, kemudian dicatat dalam kartu persediaan. Metode penialain perrsediaan
yang biasanya digunakan dalam pencatatan sistem perpetual yaitu :

Metode Rata-Rata Bergerak

Penerapan metode rata-rata dalam sistem pencatatan perpetual, disebut metode


Rata-Rata Bergerak. Disebut dengan metode rata-rata bergerak karena setiap
terjadi transaksi pembelian, harga rata-rata per satuan harus dihitung, sehingga rata-
rata per satuan akan bereubah-ubah. Harga pokok rata-rata per satuan barang yang
dijual adalah harga pokok rata-rata per satuan yang berlaku pada saat terjadi
transaksi penjualan.

Dalam pencatatan sistem perpetual, harga pokok barang (persediaan) yang dijual
harus dihitung setiap transaksi penjualan barang. Artinya, harga pokok barang yang
dijual harus dicatat dalam kartu persediaan sehingga nilai persediaan setiap jenis
barang dapat diketahui setiap saat.

Metode FIFO (first in first out)

Dalam penggunaan metode FIFO sistem pencatatan perpetual yaitu setiap terjadi
pembelian maka harga pokok barang yang dibeli dan kuantitas barang yang dibeli
akan langsung dicatat dalam kartu peersediaan serta dikelompokkan pada masing-
masing jenis kartu persediaan berdasarkan banyak nya jenis produk yang dibeli oleh
perusahaan.

Begitu sebaliknya setiap terjadi penjualan maka perusahaan akan langsung


mencatat sesuai dengan harga pokok barang yang dijual beserta kuantitas barang
yang dijual. Dengan memperhatikan metode yang digunakan yaitu metode FIFO,
maka setiap terjadi penjualan akan mengurangi harga pokok dan kuantitas barang
yang dibeli pertama kali.

Jika barang yang dijual melebihi dari harga pokok dan kuantitas pada pembelian
pertama, maka harga pokok dan kuantitas selebihnya akan diambilkan dari
pembelian kedua sehingga akan mengurangi harga pokok dan kuantitas barang
pada pembelian kedua dan seterusnya secara berurutan.

Metode LIFO (last in first out)

Dalam penggunaan metode LIFO sistem pencatatan perpetual yaitu setiap terjadi
pembelian maka harga pokok barang yang dibeli dan kuantitas barang yang dibeli
akan langsung dicatat dalam kartu persediaan serta dikelompokkan pada masing-
masing jenis kartu persediaan berdasarkan banyaknya jenis produk yang dibeli oleh
perusahaan.

Begitu sebaliknya setiap terjadi penjualan maka perusahaan akan langsung


mencatat sesuai dengan harga pokok barang yang dijual beserta kuantitas barang
yang dijual. Dengan memperhatikan metode yang digunakan yaitu metode
LIFO/Masuk Terakhir Keluar Pertama, maka setiap terjadi penjualan akan
mengurangi harga pokok dan kuantitas barang yang dibeli terakhir kali.

Jika barang yang dijual melebihi dari harga pokok dan kuantitas pada pembelian
terakhir, maka harga pokok dan kuantitas selebihnya akan diambilkan dari
pembelian pertama atau pembelian sebelumnya, sehingga akan mengurangi harga
pokok dan kuantitas barang pada pembelian pertama atau pembelian sebeumnya
dan seterusnya secara berurutan.
Soal
1) Perusahaan dagang Indofood melakukan trasaksi selama tahun 20xx sebagai
berikut :
6 Desember Dibeli 2200 kg barang dagangan Rp 350,- secara tunai
7 Desember Dikembalikan 110 kg barang dagangan yang dibeli
karena rusak
26 Desember Dijual 1650 kg barang dagangan dengan harga Rp 320,-
per kg
27 Desember Diterima kembali dari pihak pembeli 90 kg barang
dagangan yang dijual tgl 26 Desember
Diminta : buatlah jurnal pencatatan menggunakan metode periodik

Jawaban :

PT Dagang Indofood
Jurnal
Per Desember 20xx

Tg Keterangan Ref Debet Kredit


l
6 Pembelian Rp 770.000
Kas Rp 770.000
(pembelian secara tunai)
7 Kas Rp 38.500
Retur pembelian Rp. 38.500
(retur pembelian karena rusak)
26 Kas Rp 528.000
Penjualan Rp 528.000
(penjualan barang dagangan)
27 Retur pembelian Rp 28.800
Kas Rp 28.800
(retur penjualan barang dagangangan)
Jumlah Rp 1.365.300 Rp 1.365.300

2) Perusahaan dagang Garudafood melakukan transaksi selama tahun 20xx


sebagai berikut :

4 Maret Dibeli 2100 kg barang dagangan Rp 250,- secara tunai

5 Maret Dikembalikan 105 kg barang dagangan yang dibeli karena rusak

24 Maret Dijual 1620 kg barang dagangan dengan harga Rp 310,- per kg

25 Maret Diterima kembali dari pihak pembeli 80 kg barang dagangan


yang dijual tgl 24 Januari
Diminta : buatlah jurnal pencatatan menggunakan metode perpetual

Jawaban :

PT Garudafood

Jurnal

Per Maret 20xx

Tgl Keterangan Ref Debet Kredit


4 Persediaan barang dagang Rp 525.000
Kas Rp 525.000
(pembelian barang dagang secara
tunai)
5 Kas Rp 26.250
Retur pembelian Rp 26.250
(retur pembelian karena rusak)
24 Kas Rp 502.200
Penjualan Rp 502.200
Harga pokok penjualan Rp 405.00
Persediaan barang dagang Rp 405.000
(mecatat penjualan barang dagang)
25 Retur penjualan Rp 24.800
Kas Rp 24.800
Persediaan barang dagang Rp 20.000
Harga pokok penjualan Rp 20.000
(retur penjualan barang dagang)
Jumlah Rp 1.503.250 Rp 1.503.250

3) PT. Saburai melakukan pembelian penjualan persediaan pada tahun 2018


adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga


2 Januari Saldo 200 unit Rp 9.000
10 Maret Pembelian 300 unit Rp 10.000
5 April Penjualan 200 unit Rp 15.000
7 Mei Penjualan 100 unit Rp 15.000
21 September Pembelian 400 unit Rp 11.000
18 November Pembelian 100 unit Rp 12.000
20 November Penjualan 200 unit Rp 17.000
10 Desember Penjualan 200 unit Rp 18.000

Diminta : Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode

FIFO.
Jawaban :

Tanggal Pembelian Penjualan Saldo


Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
02/01 200 9.000 1.800.000
10/03 300 10.000 3.000.000 200 9.000 1.800.000
300 10.000 3.000.000
05/04 200 9.000 1.800.000 300 10.000 3.000.000
07/05 100 10.000 1.000.000 200 10.000 2.000.000
21/09 400 11.000 4.400.000 200 10.000 2.000.000
18/11 100 12.000 1.200.000 200 10.000 2.000.000
400 11.000 4.400.000
100 12.000 1.200.000
20/11 200 10.000 2.000.000 400 11.000 4.400.000
100 12.000 1.200.000
10/12 200 11.000 2.200.000 200 11.000 2.200.000
100 12.000 1.200.000
Total 800 8.600.000 700 7.000.000 300 3.400.000

4) PT. Saburai melakukan pembelian penjualan persediaan pada tahun 2017


adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga


1 Januari Saldo 100 100.000
5 Februari Pembelian 300 120.000
7 Maret Penjualan 100 150.000
10 April Penjualan 100 150.000
2 Mei Pembelian 100 130.000
5 Juni Penjualan 200 160.000
6 Juli Pembelian 300 125.000
7 Oktober Penjualan 100 160.000
10 November Penjualan 200 170.000
3 Desember Pembelian 100 130.000

Diminta : Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode


LIFO.

Jawaban :

Tanggal Pembelian penjualan Saldo


Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
01 Januari 100 100 10.000
05 Februari 300 120 36.000 100 100 10.000
300 120 36.000
07 Maret 100 120 12.000 100 100 10.000
200 120 24.000
10 April 100 120 12.000 100 100 10.000
100 120 12.000
02 Mei 100 130 12.000 100 100 10.000
100 120 12.000
100 130 13.000
05 Juni 100 130 13.000 100 100 10.000
100 120 12.000
06 Juli 300 125 37.500 100 100 10.000
300 125 37.500
07 Oktober 100 125 12.500 100 100 10.000
200 125 25.000
10 November 200 125 25.000 100 100 10.000
03 Desember 100 130 13.000 100 100 10.000
100 130 13.000
Total 800 98.500 700 86.500 200 23.000

5) PT Sido Maju menggunakan metode perpetual dalam mencatat persediaan


barang. Pada bulan Maret 2018 mempunyai data yang berhubungan dengan
persediaan barang dagang sebagai berikut:
1 Maret Persediaan 4.000 unit @ Rp 800,-
4 Maret Pembelian 3.000 unit @ Rp 850,-
7 Maret Penjualan 5.000 unit
13 Maret Pembelian 4.000 unit @ Rp 875,-
19 Maret Penjualan 5.000 unit
22 Maret Pembelian 2.000 unit @ Rp 900,-
26 Maret Penjualan 2.500 unit
30 Maret Pembelian 5.000 unit @ Rp 850,-

Diminta : Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode


Average

Jawaban :

Tgl Pembelian Penjualan Saldo


Unit Harg Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
a
01/0 4.000 800 3.200.000
3
04/0 3.000 850 2.550.000 7.00 821,43 5.750.000
3
07/0 5.000 821,43 4.107.150 2.00 821,43 1.642.850
3
13/0 4.000 875 3.500.000 6.000 857,14 5.142.850
3
19/0 5.000 857,14 4.285.700 1.000 857,14 857.150
3
22/0 2.000 900 1.800.00 3.000 885,72 2.657.150
3
26/0 2.500 885,72 2.214.300 500 885,72 442.850
3
30/0 5.000 850 4.250.000 5.500 853,26 4.692.850
3
Total 14.000 12.100.000 12.500 10.607.150 5.500 4.692.850

INVENTORIES : ADDITIONAL VALUATION


(PERSEDIAAN : DILUAR HARGA POKOK)
PENGERTIAN PERSEDIAAN
Istilah Inventory (persediaan) dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu jumlah
asset berwujud (tangible assets) yang memenuhi kriteria (PSAK:Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 14) yang menyatakan bahwa
persediaan adalah aset:
a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b) dalam proses produksi dan atau perjalanan atau
c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa

Biaya persediaan meliputi :


 Biaya pembelian
 Biaya konversi
 Biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yagn siap
untuk dijual atau dipakai (present location and condition)

Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang
dapat ditagih kembali kepada kantor pajak.
Biaya konversi meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi
dan biaya overhead produksi tetap dan variable yang dialokasikan secara sistematis.

Persediaan yang dibeli dengan pembayaran ditunda tidak boleh memasukkan unsur bunga.

Biaya yang dikeluarkan dari persediaan :


 Jumlah pemborosan yang tidak normal
 Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum
tahap produksi berikutnya
 Biaya administrasi dan umum
 Biaya penjualan
• Untuk perusahaan manufaktur berbagai biaya produksi dimasukkan sebagai bagian dari
biaya persediaan.
• Istilah bahan baku, barang dalam proses(Work in Process) dan persediaan barang jadi
berhubungan dengan sebuah perusahaan manufaktur.
Work in Process
Work in Process (WIP) berisi sebagian bahan diproses dan membutuhkan lebih banyak
pekerjaan sebelum dapat dijual
Work in Process terdiri dari tiga elements.
1. Direct materials mengacu pada biaya material langsung diidentifikasi dengan produksi
barang
2. Direct labor mengacu pada biaya tenaga kerja langsung teridentifikasi dengan
produksi barang
3. Manufacturing overhead mengacu pada porsi overhead pabrik yang dialihkan ke
produksi barang

Persediaan Barang Jadi (Finished goods) hasil dari proses produksi yang siap dijual.

Inventory Systems
Dua jenis sistem pencatatan persediaan untuk memasti kan pemantauan berapa banyak
persediaan telah dijual dan berapa harganya adalah:
• Periodic system— memerlukan perhitungan phisik dari inventarisasi secara berkala
dan titik penjualan hanya mendata harga jual.
• Perpetual system—at point of sale dicatat penjualan harga dan jenis barang yang
dijual. Contoh: analisis kode bar system

Perpetual Inventory system


 Untuk setiap transaksi yang terkait dengan inventory baik berasal dari
pembelian,penjualan,retur pembelian maupun retur penjualan selalu dijurnal pada
akun inventory
 Setiap terjadi transaksi penjualan harga pokok penjualan harus ditetapkan atau
dihitung ,nilai yang diperoleh tergantung dari penerapan metode penilaian
persediaan yang digunakan
 Pada metode perpetual biasanya menggunakan kartu persediaan dalam menghitung
nilai harga pokok penjualan dan nilai saldo persediaan setiap ada mutasi persediaan
sehingga nilai saldo persediaan dapat diketahui setiap saat
Periodic inventory system
 Untuk setiap transaksi yang terkait dengan inventory baik berasal dari pembelian,
penjualan,retur pembelian maupun retur penjualan tidak mempengaruhi akun
inventory
 Setiap terjadi transaksi penjualan harga pokok penjualan tidak dipersoalkan
 Nilai saldo persediaaan yang mencerminkan saldo setiap saat tidak dapat diketahui
 Nilai saldo persediaan dapat diketahui dengan melakukan perhitungan phisik dan
nilainya tergantung penerapan metode penilaian persediaan yang digunakan

Masalah dalam penilaian persediaan:


 Menentukan dan mengidentifikasi fisik (baik jenis maupun kuantitas)
 Menentukan cost yang akan dipakai sebagai dasar penilaian terhadap persediaan

Masalah fisik
Pada akhir periode tahun buku, ada kemungkinan
(a) perusahaan menguasai/memegang barang yang bukan miliknya dan
(b) Memiliki barang yang tidak berada di perusahaan. Oleh karena itu perlu adanya ketelitian
di dalam penentuan hak kepemilikan.
EXPENDITURES INCLUDED IN INVENTORY
Biaya produk
Biaya produk adalah semua biaya yang diperlukan untuk mendapatkan persediaan dan
termasuk dalam persediaan akhir dan / atau harga pokok penjualan. Mereka termasuk
• Biaya langsung produk
• Pengiriman barang
• perolehan Biaya langsung lainnya
• Biaya tenaga kerja dan overhead pabrik berlaku untuk bahan baku dalam menghasilkan
barang jadi

Period Costs
Biaya periode adalah biaya yang dialokasikan ke periode akuntansi dan tidak termasuk
dalam persediaan. Biaya termasuk
• Biaya-biaya untuk penjualan
• Beban umum dan administrasi
• Beban bunga

Manufacturing Costs
Biaya produksi mencakup semua biaya yang terlibat langsung dalam produksi produk jadi
barang jadi. Biaya termasuk
 Direct materials
• Direct labor
• Manufacturing overhead costs
 Indirect material
 Indirect labor
 Depreciation
 Taxes
 Insurance
 Heat
 Electricity

Freight-In
Biaya Pengiriman barang ke barang dagangan ditambahkan ke biaya persediaan barang
dagangan. Dengan metode perpetual jumlahnya ditambahkan ke persediaan bersamaan
dengan biaya barang dagangan. Dengan menggunakan metode periodik, perusahaan akan
membuat akun nominal, "Biaya Pengiriman" dan akan memasukkan semua biaya
pengiriman ke akun ini. Pada akhir tahun akun ini menjadi bagian dari analisis laporan laba
rugi multiple step yang menentukan harga pokok barang yang tersedia untuk dijual,
persediaan akhir, dan harga pokok penjualan.

Purchase Returns and Allowances


Purchase returns and allowances dengan metode perpetual menghapus jumlah dari
persediaan dan hutang usaha. Dengan menggunakan metode periodik, perusahaan akan
membuat akun nominal, "Retur Pembelian dan Tunjangan" dan akan menambahkan semua
pengembalian ke akun ini. Pada akhir tahun akun ini menjadi bagian dari analisis laporan
laba rugi multi step yang menentukan biaya pokok barang yang tersedia untuk dijual,
persediaan akhir, dan harga pokok penjualan.
Purchase Discounts
Ada dua metode untuk mencatat diskon pembelian
(1) Gross Method
Dengan gross methode , akun diskon pembelian digunakan. Pembelian dan hutang
terkait dicatat pada jumlah faktur penuh. Jika pembeli melakukan pembayaran pada
tanggal diskonto, kredit untuk diskon dicatat dalam akun "diskon pembelian".

(2) Net Method


dengan net method akun “purchase discounts lost” digunakan. Hutang pembelian dan
hutang terkait dicatat sebesar harga diskonto. Diasumsikan bahwa pembeli akan selalu
memanfaatkan diskon tunai. Jika pembeli gagal melakukan pembayaran pada tanggal
diskonto, debit dibebankan ke akun " purchase discounts lost”

Special Sale Agreements


Ada keadaan khusus dimana hak legal atas barang mungkin telah berpindah tangan, namun
ada tingkat ketidakpastian yang tinggi mengenai apakah penjualan telah selesai.
• Sales with Buyback Agreement
 Product Financing Agreement
Pembeli mengambil barang dagangan yang dibeli tetapi memiliki pilihan
untuk mengembalikan barang dagangan dengan pengembalian dana penuh
termasuk biaya yang ditahan. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus
melaporkan inventory dan kewajiban terkait pada pembukuannya
 Parking Transaction
Ada industri tertentu di mana sudah umum bagi penjual untuk mengirimkan
barang dagangan ke pembeli. Pembeli memegang barang dagangan untuk
waktu yang singkat (sampai akhir tahun) dan kemudian mengembalikan barang
dagangannya. Ini kadang disebut window dressing sehubungan dengan
penyusunan laporan keuangan akhir tahun. Tidak peduli apa namanya,
berdasarkan fakta sejarah atau kesepakatan antara para pihak, penjual harus
terus melaporkan inventaris pada laporan keuangan akhir tahun

• Sales with High Rates of Return


Di beberapa industri, pembeli diizinkan mengembalikan barang dagangan yang tidak
terjual untuk pengembalian sebagian atau pengembalian dana. Jika pengembalian
tersebut dapat diestimasi maka penyisihan (rekening penyisihan) harus dilakukan dan
barang tersebut harus diperlakukan seperti yang dijual kepada pembeli. Jika tidak
memungkinkan untuk menentukan taksiran jumlah barang yang dikembalikan, penjual
harus terus melaporkan inventaris di buku-bukunya.

• Sales on Installment

Inventory valuation method


1. Specific Identification
2. Average cost
3. First in First out (FIFO)
4. Last in First out (LIFO)

Specific Identification Method


• Menetapkan biaya yang sebenarnya dari aset persediaan dan harga pokok
penjualan.
• Metode ini sangat objektif karena biaya mencocokan sama persis biaya fisik dengan
aliran arus barang.
• hampir mustahil untuk menerapkan biaya secara efektif
Metode ini digunakan untuk persediaan yang dapat diidentifikasikan secara individu dan
dapat ditentukan asal pembeliannya serta harga pokoknya sesuai dengan harga beli yang
sesungguh nya. Metode ini seringkali digunakan oleh perusahaan yang menjual barang
dengan harga mahal dan setiap barang memiliki identitas, seperti mobil. Barang elektronik

Average Cost Method


• The average cost method memberikan biaya rata-rata untuk setiap unit yang terjual
dan setiap item dalam persediaan.
• For periodic inventory, the unit cost is the weighted average for the entire period.

Dalam metode rata-rata tertimbang, biaya rata-rata barang ditentukan dengan cara
membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual dengan total kuantitasnya

First-In, First-Out (FIFO) Method


• FIFO menetapkan biaya historis unit barang yang dijual di urutan biaya.
• Menyediakan korespondensi yang erat antara aliran produk fisik dan aliran biaya
produk
• Hasil dalam penilaian persediaan yang sama dan harga pokok penjualan terlepas
dari apakah Anda menggunakan persediaan periodik atau perpetual.

Di dalam metode ini biaya persediaan yang paling awal yang ada terlebih dahulu
dibebankan sebagai harga pokok penjualan. Dengan demikian barang yang ada dalam
persediaan dianggap berasal dari pembelianpembelian sebelumnya dianggap telah dijual
atau dikeluarkan

Last-In, First-Out (LIFO) Method


LIFO menetapkan biaya pembelian terakhir unit barang sebagai harga pokok penjualan di
urutan pertama

Comparative Financial Statement Summary

Cost Flow Neraca Rugi/Laba


FIFO Menggambarkan nilai yang Menggambarkan harga pokok
mendekati harga pasar penjualan yang tidak sebanding
(harga yang bisa direalisir) dengan harga pasar. Dalam hal
ini laba dinilai terlalu besar
Average Menggambarkan nilai Menggambarkan harga pokok
persediaan yang lebih kecil penjualan yang mendekati harga
Dari FIFO pasar, tetapi lebih kecil dari FIFO

Lower-of-Cost-or-Net Realizable Value

PSAK ETAP dan PSAK no 14 menyatakan:


 entitas harus mengukur nilai persediaan pada nilai mana yang lebih rendah antara
biaya perolehan dan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan
menjual (nilai realisasi neto)
 Biaya perolehan persediaan mencakup seluruh biaya pembelian,biaya konversi dan
biaya lain yang terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang
 Entitas harus mengungkapkan:
a. kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk mengukur persediaan,termasuk
rumus
biaya yang digunakan.
b. Total jumlah tercatat persediaan dan klasifikasinya yang tepat dengan entitas
c. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode
d. Jumlah penurunan nilai persediaan dan pemulihannya yang diakui dalam laporan
laba rugi sesuai dengan bab22;
e. Jumlah tercatat persediaan yang dianggunkan.

Net Realizable value (Estimasi nilai bersih)


 Replacement cost (biaya pengganti) mencakup harga pembelian barang atau bahan
baku ditambah semua biaya lainnya yang timbul dalam perolehan atau produksi
barang
 estimasi dari harga jual persediaan dikurangi dengan biaya penjualan normal

Net Realizable value


 konsisten dengan pendapat: aset seharusnya tidak dinyatakan melebihi jumlah yang
mungkin dapat direalisasi
 berdasarkan bukti yang paling andal yang tersedia
 Mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait
 Mempertimbangkan tujuan persediaan

Penurunan ke Nilai Realisasi Bersih


 Penurunan dapat dilakukan item per item atau group.
 Penurunan yang terjadi langsung dibebankan beban periode berjalan/ menambah
beban persedian.
 Pemulihan nilai akan diakui sebagai pengurang jumlah beban persediaan
 Nilai realisasi bersih yang telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap periode
berikutnya

Estimating Inventories
Karena pertimbangan praktis dan biaya, tidak semua perusahaan menghitung persediaan
akhirnya pada saat membuat laporan keuangan terutama untuk laporan keuangan interim.
Karena itu sering perusahaan harus memperkirakan nilai dari persediaan yang dimilikinya.
Jika mengalami kebanjirana atau kebakaran yang menghancurkan persediaan barang, dan
untuk mendapatkan ganti rugi dari perusahaan asuransi, perusahaan tersebut harus dapat
memperkirakan nilai persediaan tanpa harus menghitung persediaan akhir yang dimilikinya.
Metode yang biasa dipergunakan untuk memperkirakan persediaan akhir adalah
 Gross Profit Method
 Retail Methode

Gross Profit Method


Persentase Gross profit dapat dinyatakan sebagai percent dari penjualan, atau percent dari
Biaya (Cost)
Persentase Gross profit biaya didasarkan pada data historis.Metode gross profit biasanya
tidak diterima untuk pelaporan keuangan.

Retail Inventory Method


Perusahaan menerapkan persentase biaya pada harga penjualan ritel persediaan untuk
menentukan persediaan akhir berdasarkan biaya

Metode ini cocok untuk pertimbangan retail dengan volume penjualan tinggi dan jenis
barang yang berbeda-beda. metode ini berasumsi adanya pola yang dapat diobservasi
antara biaya dan harga.
langkah-langkahnya adalah:
1.tentukan persediaan akhir pada harga retail
2.Konversikan jumlah tersebut ke basis biaya dengan menggunakan rasio cost-to-retail

Pengukuran Aset Biologis


Secara umum ED PSAK 69 mengatur bahwa aset biologis atau produk agrikultur diakui saat
memenuhi beberapa kriteria yang sama dengan kriteria pengakuan aset. Aset tersebut
diukur pada saat pengakuan awal dan pada setiap akhir periode pelaporan keuangan pada
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari
perubahan nilai wajar aset diakui dalam laba rugi periode terjadinya. Pengecualian diberikan
apabila nilai wajar secara jelas tidak dapat diukur secara andal

Produk agrikultur yang dipanen dari aset biologis milik entitas diukur pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual pada titik panen. Pengukuran seperti ini merupakan
biaya pada tanggal tersebut ketika menerapkan PSAK 14: Persediaan atau Pernyataan
lain yang berlaku.

Soal
1 . apa yang dimaksud dengan Work in Process (WIP) ?
Jawaban :
Berisi sebagian bahan diproses dan membutuhkan lebih banyak pekerjaan sebelum
dapat dijual.

2 . Biaya persediaan meliputi apa saja ?


Jawaban :
 Biaya pembelian
 Biaya konversi
 Biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yagn siap
untuk dijual atau dipakai (present location and condition)

3 . Biaya konversi meliputi apa saja ?


Jawaban :
biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead
produksi tetap dan variable yang dialokasikan secara sistematis.

4 . Karuhasa Camera shop Inventory :

Item Unit Unit Cost Net Realizable


Value
Cameras
    Minolta 8 120,000 156,000
    Canon 6 150,000 152,000
Light Meters
    Vivitar 12 125,000 115,000
    Kodak 14 115,000 135,000

Diminta :
Berapa nilai akhir persediaan menggunakan metode LCNRV (Lower Cost of Net Realizable
Value)

Jawaban :
Persediaan Akhir
Item Unit
Dgn metode LCNRV
Cameras
    Minolta 8 120,000
    Canon 6 150,000
Light Meters
    Vivitar 12 115,000
    Kodak 14 115,000
Total 500,000

5 . Berikut ini laporan Eastland Company untuk bulan juni.

Tanggal Keterangan Jumlah Biaya Total Biaya


June    6 Inventory 200 $5 $1,000
          12 Purchase 300 6 1,800
          23 Purchase 500 7 3,500
          30 Inventory 160

Diminta :
(a)  Hitunglah biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan menggunakan (1) FIFO
dan (2) biaya rata-rata
(b) Dari kedua metode tersebut berikan persediaan akhir tertinggi, jelaskan ?
(c)  Dari kedua metode tersebut berikan harga pokok penjualan tertinggi ? jelaskan?

Jawab :
a. 1. Metode FIFO
Biaya Persediaan Akhir/ ending inventory : 160 x $7 = $1,120
HPP = (200 x $5) + (300 x $6) + (340 x $7)
            = 1,000 + 1,800 + 2,380
            = 5,180

2. Metode Average
Biaya persediaan akhir/ending inventory = 160 x $6.3 = $1,008
HPP     = 840 x $6.3 = 5,292
$ 6.3 berasal dari penjumlahan total biaya / jumlah persediaan atau 6,300 / 1,000.
b. Biaya persediaan tertinggi ada pada metode fifo yaitu $1,120 sedangkan metode
average $1,108, hal ini disebabkan biaya per unit averege lebih rendah dari fifo
walaupun jumlah unit yang tersisa sama yaitu 160.

c. Harga pokok penjualan tertinggi ada pada metode average yaitu $5,292 sedangkan
metode fifo $5,180, hal ini disebabkan biaya per unit pada average lebih besar dari fifo
yaitu sebesar $6.3 walaupun jumlah unit yang terjual sama sebanyak 840 unit.

6. Metode yang biasa dipergunakan untuk memperkirakan persediaan akhir adalah ?


Jawaban :
• Gross Profit Method
• Retail Methode

7. biaya produk adalah ?


Jawaban :
semua biaya yang diperlukan untuk mendapatkan persediaan dan termasuk dalam
persediaan akhir dan / atau harga pokok penjualan.

8. biaya pembelian meliputi apa saja ?


Jawaban :
meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang dapat ditagih kembali
kepada kantor pajak.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga


2 Januari Persediaan Awal 200 Unit Rp 9.000.00
10 Maret Pembelian 300 Unit Rp10.000.00
5 April Penjualan 200 Unit Rp15.000.00
7 Mei Penjualan 100 Unit Rp15.000.00
21 September Pembelian 400 Unit Rp11.000.00
18 November Pembelian 100 Unit Rp12.000.00
20 November Penjualan 200 Unit Rp17.000.00
10 Desember Penjualan 200 Unit Rp18.000.00
9.Hitunglah nilai persediaan akhir ( Per 31 Desember 2001 ) sistem periodic dan sistem
perpetual dengan metode FIFO,LIFO, dan Rata-rata ( Avarage )
Jawaban :
1. Sistem Periodik
Persedian Awal (2 Jan 2001) 200 Unit
Pembelian 800 Unit
Barang tersedia untuk dijual 1.000 Unit
Penjualan 700 Unit
Persediaan Akhir (31 Des 2001) 300 unit

Barang tersedia untuk dijual :

Tanggal Keterangan Unit Harga/Unit Total Harga

02 /01 Persediaan Awal 200 Rp 9.000.00 1.800.000


10/03 Pembelian 300 Rp10.000.00 3.000.000

21/09 Pembelian 400 Rp11.000.00 4.400.000

18/11 Pembelian 100 Rp12.000.00 1.200.000

1000 10.400.000

A. FIFO (Masuk Pertama Keluar Pertama)


Persediaan Akhir :
Tanggal Unit Harga/Unit Total Harga (Rp)

21/09 200 Rp 11.000.00 2.200.000

18/11 100 Rp 12.000.00 1.200.000

JUMLAH 300 3.400.000

B. LIFO (Masuk Terakhit Keluar Pertama)


Persediaan Akhir :
Tanggal Unit Harga/Unit Total Harga
01/02 200 Rp 9.000.00 1.800.000
10/03 100 Rp10.000.00 1.000.000
JUMLAH 300 2.800.000

C. Rata-rata ( Avarage )
Harga Rata-rata per-unit = 10.400.000.00 / 1.000 Unit
= 10.400.00
Persediaan Akhir = 300 Unit X 10.400.00
= Rp 3.120.000.00

10. 1 Januari persediaan awal  200 unit @ Rp 10 =Rp 2.000


12 Januari pembelian 400 unit @ Rp 12 = Rp 4.800
24 Januari pembelian 300 unit @ Rp 11 = Rp 3.300
30 Januari pembe;ian 100 unit @ Rp 12 = Rp 1.200

Pada akhir periode secara fisik dihitung persediaan barang masih ada 300 unit. Hitung Nilai
persediaan dengan metode FIFO, LIFO, AVERAGE?

Jawaban:

Metode fisik FIFO


100 x Rp 12 = Rp 1.200
300 x Rp 11 = Rp 2.200
                         Rp 3.400
 Metode fisik LIFO
200 x Rp 10 = Rp 2.000
100 x Rp 12 = Rp 1.200
                         Rp 3.200

Metode Fisik AVERAGE


= jumlah semua harga
   Jumlah unit
                
= Rp 11.300
       1.000
= Rp 11,3 x 300
= Rp 3.390

AKTIVA TETAP : AKUISISI DAN DISPOSISI


PROPERTI, PABRIK, dan PERLATAN
Properti, pabrik, dan peralatan meliputi tanah, struktur bangunan, dan peralatan.
Karakteristik utama dari properti, pabrik, dan peralatan adalah:

1. Aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan bukan


untuk dijual kembali.
2. Aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subjek
penyusutan.
3. Aktiva tersebut memiliki substansi fisik.

AKUISISI DAN PENILAIAN PROPERTI, PABRIK, DAN PERALATAN


Biaya historis (historical cost) diukur oleh kas atau harga ekuivalen kas untuk
memperoleh aktiva dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk
tujuan penggunaannya.

Ketidaksepakatan setelah akuisisi berkenaan dengan perbedaan antara biaya


historis dan metode penilaian lainnya akan selalu terjadi. Meskipun sedikit
pengecualian dapat dibenarkan, namun standar yang berlaku saat ini menunjukkan
bahwa penyimpangan dari biaya historis jarang terjadi. Alasan utama pernyataan ini
adalah :

1. Pada tanggal akuisisi, biaya merefleksikan nilai wajar


2. Biaya historis melibatkan biaya aktual, bukan transaksi hipotetis sehingga
merupakan hal yang paling dapat diandalkan
3. Keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak diantisipasi tetapi harus diakui
ketika aktiva dijual

BIAYA TANAH
Semua pengeluaran untuk mendapatkan tanah dan membuatnya siap digunakan
dianggap sebagai bagian dari biaya tanah. Maka ketika Home Depot membeli tanah
yang digunakan untuk membangun toko baru, biaya tanah biasanya mencakup :

 Harga beli
 Biaya penutupan
 Biaya yang dikeluarkan untuk mempersiapkan tanah hingga siap digunakan
 Asumsi mengenai hak gadai beban atau hipotik
 Setiap perbaikan tanah lainnya yang memiliki umur tidak terbatas

Secara umum tanah adalah bagian dari properti, pabrik, dan peralatan. Namun, jika
tujuan utama dari perolehan dan pemilikan tanah adalah spekulatif, maka tanah
lebih tepat diklasifikasikan sebagai Investasi. Jika tanah dimiliki oleh sebuah
perusahaan real estat untuk dijual kembali, maka harus diklasifikasikan sebagai
persediaan.

BIAYA BANGUNAN
Biaya bangunan harus melibatkan semua pengeluaran yang berhubungan langsung
dengan akuisisi atau konstruksi. Biaya – biaya ini meliputi :

 Biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead yang terjadi selama konstruksi
 Honor profesional serta ijin mendirikan bangunan. Biasanya perusahaan
melakukan kontrak dengan perusahaan lain untuk mendirikan bangunan.
Semua biaya yang dikeluarkan mulai dari penggalian hingga penyelesaian
dianggap sebagai bagian dari biaya bangunan.

BIAYA PERALATAN
Istilah “peralatan” dalam akuntansi meliputi peralatan pengiriman, peralatan kantor,
mesin – mesin, perabotan dan perkakas, perlengkapan tetap, peralatan pabrik, dan
aktiva tetap sejenis lainnya. Biaya aktiva semacam ini meliputi harga beli, biaya
pengangkutan dan penanganan, biaya pemasangan dan perakitan, serta biaya
untuk menjalankan uji coba. Oleh karena itu, biaya – biaya ini mencakup semua
pengeluaran yang terjadi dalam memperoleh peralatan dan mempersiapkannya
hingga siap pakai.

AKTIVA YANG DIBUAT SENDIRI


Penentuan biaya mesin dan aktiva tetap lainnya semacam itu dapat menimbulkan
masalah. Tanpa melibatkan harga beli atau harga kontrak, perusahaan harus
mengalokasikan biaya dan beban untuk mendapatkan biaya aktiva yang dibuat
sendiri. Bahan dan tenaga kerja langsung yang digunakan dalam konstruksi tidak
akan menimbulkan masalah. Perusahaan dapat menelusuri biaya – biaya ini secara
langsung ke pekerjaan dan pesanan bahan yang berhubungan dengan pembuatan
aktiva tetap.

Akan tetapi, pembebanan biaya produksi tidak langsung akan menimbulkan masalah
khusus. Biaya tidak langsung ini disebut Overhead.

Perusahaan dapat menangani biaya tidak langsung dengan salah satu dari 2 cara
berikut :

1. Tidak membebankan Overhead tetap ke biaya pembuatan aktiva. Overhead


tidak langsung biasanya bersifat tetap dan tidak meningkat akibat
pembangunan 1 pabrik atau peralatan.
2. Membebankan bagian dari total Overhead ke proses konstruksi. Pendekatan
ini disebut pendekatan biaya penuh, akan sesuai jika pengusaha percaya
bahwa biaya melekat pada semua produk dan aktiva yang dibuat.
Bagian pro rata dari Overhead tetap harus dibebankan ke aktiva untuk
memperoleh biaya aktiva.

AKTIVA YANG DIBUAT SENDIRI


3 pendekatan telah diusulkan untuk memperlakukan bunga yang muncul dalam
pembiayaan konstruksi properti, pabrik, dan peralatan :

1. Tidak mengkapitalisasi beban bunga selama periode konstruksi. Menurut


pendekatan ini, bunga dianggap sebagai biaya pembiayaan dan bukan
sebagai biaya konstruksi.
2. Membebankan ke konstruksi atas semua biaya dana yang digunakan baik
yang dapat diidentifikasi maupun yang tidak. Biaya konstruksi harus
menyertakan biaya pembiayaan, apakah berupa kas, hutang, atau saham.
3. Hanya mengkapitalisasi biaya bunga aktual yang terjadi selama konstruksi.
Menurut pendekatan ini, perusahaan yang menggunakan pembiayaan
dengan hutang akan memiliki aktiva berbiaya lebih tinggi daripada
perusahaan lainnya yang menggunakan pembiayaan dengan saham.

Untuk menerapkan pendekatan umum ini, 3 item harus dipertimbangkan :

1. Aktiva yang Memenuhi Kualifikasi


Aktiva yang memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi biaya bunga mencakup
aktiva yang dibuat untuk digunakan sendiri serta aktiva yang ditujukan untuk
dijual atau dilease yang dibuat aau diproduksi sebagai proyek diskrit.
Aktiva yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai kapitalisasi bunga mencakup
aktiva yang sedang digunakan atau siap digunakan dan aktiva yang idak
digunakan dalam aktivitas perusahaan untuk menghasilkan laba dan tidak
digunakan dalam aktivitas yang diperlukan untuk membuatnya siap
digunakan.
2. Periode Kapitalisasi
Periode kapitalisasi adalah periode waktu dimana bunga harus dikapitalisasi
yang dimulai apabila ke-3 kondisi berikut terjadi :
 Pengeluaran untuk aktiva telah dilakukan
 Aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar dapat
digunakan sedang berjalan
 Biaya bunga telah terjadi
3. Jumlah yang Harus Dikapitalisasi
Jumlah bunga yang akan dikapitalisasi dibatasi hingga biaya bunga aktual
terendah yang terjadi selama periode berjalan atau bunga yang dapat
dihindarkan. Bunga yang dapat dihindarkan adalah jumlah biaya bunga
selama periode berjalan yang secara teoritis dapat dihindari jika pengeluaran
untuk membeli aktiva tidak dilakukan.
 Untuk menerapkan konsep bunga yang dapat hindarkan, sebuah
perusahaan menentukan jumlah bunga potensial yang dapat
dikapitalisasi selama periode akuntansi dengan mengalikan suku
bunga dengan akumulasi pengeluaran rata – rata tertimbang dari
aktiva yang memenuhi kualifikasi selama periode berjalan.

Akumulasi Pengeluaran Rata – rata Tertimbang


Dalam menghitung akumulasi pengeluaran rata – rata tertimbang sebuah
perusahaan menimbang pengeluaran konstruksi dengan jumlah waktu dimana
terdapat biaya bunga akibat dari pengeluaran tersebut.

Sebuah proyek konstruksi jembatan berjangka waktu 17 bulan dengan pembayaran


tahun berjalan kepada pihak kontraktor sebesar $ 240.000 dilakukan pada tanggal 1
Maret untuk pengeluaran terdapat biaya bunga selama 10 bulan, sebesar $ 480.000
pada tanggal 1 Juli untuk pengeluaran terdapat biaya bunga selama 6 bulan dan
sebesar $ 360.000 pada tanggal 1 November untuk pengeluaran terdapat biaya
bunga selama 2 bulan. Akumulasi pengeluaran rata – rata tertimbang untuk tahun
yang berakhir 31 Desember dihitung sebagai berikut :

Pengeluaran Periode Akumulasi Pengeluaran


Tanggal Jumlah X Kapitalisasi = Rata - rata Tertimbang
1 Maret $ 240.000 10 / 12 $ 200.000
1 Juli $ 480.000 06 / 12 $ 240.000
1
$ 60.000
November $ 360.000 02 / 12
$1.080.000 $ 500.000

Suku Bunga
Prinsip yang digunakan dalam memilih suku bunga yang tepat untuk diaplikasikan
pada akumulasi pengeluaran rata – rata tertimbang adalah :

1) Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata – rata tertimbang yang kurang dari
atau sama dengan jumlah yang secara khusus dipinjam untuk membiayai
pembuatan aktiva, gunakan suku bunga yang terjadi atas pinjaman khusus
tersebut.
2) Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata – rata tertimbang yang lebih besar
dari setiap hutang yang dipinjam khusus untuk membiayai pembuatan aktiva,
gunakan suku bunga rata – rata tertimbang yang terjadi atas semua hutang
lainnya yang beredar selama periode berjalan.

MASALAH KHUSUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KAPITALISASI BUNGA

2 Masalah yang berhubungan dengan kapitalisasi bunga yang memerlukan


perhatian khusus adalah :

1) Pengeluaran untuk Tanah


Ketika sebuah perusahaan membeli tanah dengan tujuan
mengembangkannya untuk kegunaan tertentu maka biaya bunga yang
berhubungan dengan pengeluaran tersebut dapat dikualifikasi sebagai
kapitalisasi.
2) Pendapatan Bunga
Perusahaan sering kali meminjam uang untuk membiayai pembuatan aktiva.
Perusahaan secara temporer menginvestasikan kelebihan dana pinjaman
dalam sekuritas berbunga hingga dana tersebut dibutuhkan untuk membayar
konstruksi.
Pendapatan bunga tidak boleh dioffset dengan biaya bunga.

PENILAIAN

Perusahaan sebaiknya mencatat properti, pabrik, dan bangunan pada nilai wajar
yang diberikan pada saat akuisisi atau nilai wajar aktiva yang diterima bergantung
pada masa yang memiliki bukti lebih jelas.

DISKON TUNAI

Terdapat 2 sudut pandang dalam hal ini :

 Diskon baik diambil atau tidak dianggap sebagai pengurang biaya aktiva.
 Diskon tunai tidak selalu harus dianggap sebagai kerugian karena syaratnya
mungkin tidak menguntungkan atau mungkin tidak bijaksana bagi perusahaan
untuk mengambil diskon itu.

KONTRAK PEMBAYARAN yang DITANGGUHKAN

Aktiva tetap sering kali dibeli atas dasar kontrak kredit jangka panjang dengan
menggunakan wesel, pabrik, hipotik, obligasi, atau kewajian peralatan.

Jika tidak ada suku bunga yang ditetapkan atau jika suku bunga yang dinyatakan
tidak layak maka suku bunga yang tepat harus diperkirakan.

PEMBELIAN LUMP SUM

Permasalahan khusus dalam penentuan harga aktiva tetap muncul ketika


perusahaan membeli sekelompok aktiva tetap pada harga lump sum tunggal.
Perusahaan mengalokasikan total biaya di antara berbagai aktiva berdasarkan nilai
pasar wajar relatifnya.

PENERBITAN SAHAM

Apabila properti diperoleh perusahaan melalui penerbitan sekuritas seperti saham


biasa, maka biaya properti itu tidak dapat diukur secara tepat dengan nilai pari atau
nilai ditetapkan saham tersebut.

Upgrade Living Co. Memutuskan untuk membeli beberapa tanah yang berdekatan
untuk memperluas operasi karpet dan lemarinya. Sebagai pengganti pembayaran
tunai atas tanah tersebut, perusahaan menerbitkan 5.000 lembar saham biasa
kepada Deedland Company (nilai pari $ 10) yang memiliki nilai pasar wajar $ 12 per
saham. Upgrade Living Co. Akan membuat ayat jurnal berikut :

Tanah 60.000

Saham Biasa 50.000

Tambahan Modal disetor 10.000

PERTUKARAN AKTIVA NONMONETER


Akuntansi yang tepat untuk pertukaran aktiva nonmoneter seperti properti, pabrik,
dan peralatan masih diperdebatkan atau masih kontroversial. Sebagai akuntan
berpendapat bahwa akuntansi untuk jenis pertukaran ini harus didasarkan atas nilai
wajar aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima dengan mengakui
suatu keuntungan atau kerugian. Akuntansi harus didasarkan atas jumlah yang
tercatat (nilai buku) dari aktiva yang diberikan tanpa mengakui keuntungan atau
kerugian.

Akuntansi yang biasa untuk pertukaran aktiva nonmoneter harus didasarkan atas
nilai wajar aktiva yang diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima mana yang
memiliki bukti yang jelas. Jadi, setiap keuntungan atau kerugian dari pertukaran
harus segera diakui. Dasar pemikiran untuk pengakuan segera ini adalah bahwa
kebanyakan transaksi mempunyai substansi komersial dan karena itu suatu
keuntungan atau kerugian harus diakui.

ARTI DARI SUBSTANSI KOMERSIAL

Nilai wajar adalah dasar untuk mengukur sebuah aktiva yang diperoleh dalam
sebuah pertukaran nonmoneter jika transaksi tersebut mempunyai substansi
komersial. Sebuah pertukaran mempunyai substansi komersial jika arus kas masa
depan berubah sebagai akibat dari transaksi tersebut.

Pertukaran – situasi kerugian

Apabila aktiva nonmoneter yang sama dipertukarkan dan menghasilkan kerugian,


maka kerugian itu harus diakui dengan segera. Pemikiran yang mendasarinya :
perusahaan seharusnya tidak menilai aktiva lebih daripada harga kasnya yang
setara jika kerugian ditangguhkan, aktiva akan dinilai terlalu tinggi daripada yang
seharusnya (overstate). Oleh karena itu perusahaan mengakui kerugian dengan
segera terlepas apakah pertukaran itu mempunyai substansi komersial atau tidak.

Contoh, information processing, Inc, menukarkan mesin bekasnya dengan model


yang lebih baru dari jeerod business solution Inc. mesin bekas yang diberikan
memiliki nilai buku sebesar $ 8.000 (Biaya awal $ 12.000 dikurangi akumulasi
penyusutan $4.000) dan nilai wajar sebesar $6.000. mesin tersebut ditukarkan
dengan model yang baru yang memiliki harga katalog $16.000. Jerrod memberikan
information processing tombokan sebesar $9.000 untuk mesin bekas. Information
processing menghitung biaya untuk aktiva baru sebagai berikut:

Harga katog mesin baru $16.000

Dikurangi : tombokan untuk mesin bekas 9.000

Pembayaran tunai 7.000

Nilai wajar mesin bekas 6.000

Biaya mesin baru $13.000

Information processing mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut :

Peralatan 13.000

Akumulasi penyusutan- peralatan 4.000

Kerugian atas pelepasan peralatan 2.000

Peralatan 12.000

Kas 7.000

Kerugian atas pelepasan mesin bekas dapat diverifikasi sebagai berikut :

Nilai wajar mesin bekas $6.000

Nilai buku mesin bekas 8.000

Kerugian atas pelepasan mesin bekas $2.000

Tombokkan untuk mobil bekas sering kali dinaikkan oleh dealer seperti Jerrod
sehingga harga jual aktualnya berada dibawah harga katolg. Untuk mencatat mobil
itu pada harga katalog akan menyatakan suatu jumlah yang melebihi harga
ekuivalen kas karena harga katalog mobil baru biasanya lebih tinggi. Penggunaan
niai buku dalam situasi ini akan mendapatkan nilai mesin baru yang terlalu tinggi
sebesar $2.000

Pertukaran – situasi keuntungan


Mempunyai substansi komersial. Dalam hal ini, perusahaan biasanya mencatat
biaya aktiva nonmoneter yang dterima untuk ditukar dengan aktiva nonmoneter yang
lain pada nilai wajar dari aktiva yang diberikan, dan dengan segera mengakui
keuntungan. Perusahaan dapat memakai nilai wajar dari wajar aktiva yang diberikan.

Sebagai ilustrasi, interstate transportation company menukarkan sejumlah truk


bekas ditambah kas dengan semi-truk. Truk bekas tersebut memiliki nilai buku
gabungan sebesar $42.000 (biaya sebesar $64.000 dikurangi akumulasi penyusutan
sebesar $22.000). Agen pembelian interstate yang pernah melakukan transaksi di
pasar loak, menyatakan bahwa truk bekas itu memiliki nilai pasar wajar sebesar
$49.000. selain truk, interstate juga harus membayar $17.000 tunai untuk semi-truk
interstate menghitung biaya semi truk sebagai berikut :

Nilai wajar truk yang ditukar $49.000

Kas yang dibayarkan 17.000

Biaya tanah semi-truk $66.000

Interstate mencatat transaksi pertukaran ini adalah :

Semi – truk 66.000

Akumulasi penyusutan – truk 22.000

Truk 64.000

Keuntungan dari pelepasan truk 7.000

Kas 17.000

Keuntungan merupakan selisih antara nilai wajar truk bekas dan nilai bukunya.
Jumlah ini diverifikasikan sebagai berikut :

Nilai wajar truk bekas $49.000

Biaya truk bekas $64.000

Dikurangi : akumulasi penyusutan 22.000

Nilai buku truk bebas 42.000


Keuntungan dari pelepasan truk bekas $7.000

Dalam hal ini, interstate berada dalam posisi ekonomi yang berbeda, dan oleh
karena itu transaksi tersebut mempunyai substansi komersial. Oleh karena itu,
perusahaan mengakui keuntungan.

Tidak ada substansi komersial – tidak ad akas yang diterima. Kita sekarang
mengasumsikan bahwa pertukaran yang dilakukan oeh interstate transportation
company tidak mempunyai substansi komersial. Ini berarti, posisi ekonomi interstate
tidak berubah signifikan akibat pertukaran ini. Dalam hal ini, interstate

Nilai wajar semi-truk $66.000 nilai buku truk bekas $42.000

Dikurangi : keuntungan 7.000 atau Ditambah: kas 17.000

yang ditangguhkan yang dibayarkann

Dasar semi-truk $59.000 Dasar semi-truk $59.000

Menangguhkan keuntungan sebesar $7.000 dan mengurangi dasar dari semi-truk.


menunjukkan dua perhitungan yang berbeda tetapi dapat diterima untuk melukiskan
pengurangan ini

Interstate mencatat transaksi sebagai berikut:

Semi – truk 59.000

Akumulasi penyusutan- truk 22.000

Truk 64.000

Akuntansi untuk kontribusi

Perusahaan kadang – kadang dapat menjadi penerima atau pemberi kontribusi


(donasi atau hadiah). Kontribusi semacam itu disebut sebagai transfer tanpa timbal
balik karena mereka mentransfer aktiva pada satu arah. Kontribusi ini selain dapat
berupa berbagai jenis aktiva (seperti kas, sekuritas, tanah, bangunan, atau
penggunaan fasilitas), tetapi juga dapat berupa penghapusan hutang.

Dua pendekatan umum telah digunakan untuk mencatat kredit aktiva yang
diterima. Beberapa pihak berpendapat bahwa kredit itu harus ditempatkan ke modal
donasi (akun tambahan modal disetor). Kenaikan aktiva ini lebh tepat dipandang
sebagai modal disetor dari pada pendapatan yang dihasilkan.

Pihak lainnya berpendapat bahwa modal hanya disetorkan oleh pemilik bisnis
dan donasi merupakan manfaat bagi perusahaan yang harus dilaporkan sebagai
pendapatan dari kontribusi.

Dalam standar terbaru, FSAB telah menyatakan sikap bahwa, secara umum
kontribusi yang diterima harus diakui sebagai pendapatan dalam periode
penerimaannya. Kontribusi akan diukur pada nilai wajar aktiva yang diterima.

Sebagai ilustrasi Max Wayer Meat Packing Inc. baru – baru ini menerima donasi
tanah dengan nilai wajar sebesar $150.000 dari Memphis industrial development
corp. sebagai balasan atas janji untuk membangun pabrik pengepakan di Memphis.
Ayat jurnal yang dibuat oleh max wayer adalah sebagai berikut :

Tanah 150.000

Pendapatan kontribusi 150.000

Apabila aktiva nonmoneter dikontribusikan maka jumlah donasi itu harus dicatat
sebagai beban pada nilai wajar aktiva yang didonasikan. Jika terdapat selisih antara
nilai wajar aktiva dan nilai bukunya, maka keuntungan atau kerugian harus diakui.
Sebagai iustrasi, kline industries mendonasikan tanah yang berharga pokok $80.000
dan memiliki nilai pasar wajar sebesar $110.000 kepada kota Los Angeles untuk
lahan parker. Kline industries mencatat donasi ini adalah sebagai berikut :

Bahan kontribusi 110.000

Tanah 80.000

Keuntungan atas pelepasan tanah 30.000


Dalam beberapa kasus, perusahaan akan berjanji untuk memberikan beberapa jenis
aktiva di masa depan.

Metode penilaian aktiva lainnya

Pengecualian dari prisip biaya historis untuk akuisisi aktiva tetap melalui donasi
adalah didasarkan atas nilai wajar. Pengecualian lainnya adalah konsep biaya
penghematan. Konsep ini menyatakan bahwa jika beberapa alas an perusahaan
mengabaikan harga tertentu dan pada awalnya membayar terlalu banyak untuk
suatu aktiva, maka secara teoristis lebih baik segera membebankan suatu kerugian.

Biaya setelah akuisisi

Setelah aktiva tetap dipasang dan siap untuk digunakan dapat terjadi biaya
tambahan yang berkisar dari reparasi biasa hingga penambahan yang signifikan.
Masalah utamanya adalah mengalokasikan biaya – biaya ini ke periode waktu yang
tepat. Secara umum, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat masa
depan yang lebih besar harus diapitalisasi, sementara pengeluaran yang hanya
ditujukan untuk mempertahankan tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai
beban. Agar biaya – biaya ini dapat dikapitalisasi, tiga kondisi berikut harus dipenuhi
:

 Umur manfaat aktiva harus meningkat

 Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat

 Kuantitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan

Sebagai contoh, perusahaan seperti Boeing seharusnya menganggap sebagai


beban atas pengeluaran yang tidak meningkatkan manfaat aktiva dimasa depan.
Reparasi biasa adalah pengeluaran untuk mempertahankan kondisi aktiva atau
mengembalikannya pada efesiensi operasi yang normal dan harus dibebankan
dengan segera.

Perbaikan dan penggantian

Perusahaa menggantikan aktiva lainnya melalui perbaikan dan penggantian.


Perbaikan adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan dengan
aktiva lain yang lebih baik. Di pihak lain penggantian adalah substansi dari aktiva
yang sama.

Sering kali perbaikan dan penggantian timbul dari kebijakan umum untuk
memodernisasi atau merehabilitasi bangunan lama atau seperangkat peralatan.

Jika ditentukan bahwa pengeuluaran ini meningkatkan potensi pelayanan


masa depan dari aktiva pengeluaran tersebut harus dikapitalisasi. Maka
akuntansinya diperlakukan dengan salah satu dari tiga cara berikut, tergantung pada
situasinya

1. Menggunakan pendekatan substansi. Secara konseptual, pendekatan


substansi merupakan prosedur yang benar jika jumlah tercatat dari aktiva
lama tersedia. Jika nilai tercatat aktiva lama tidak dapat ditentukan, maka
cukup dengan menghapus biaya aktiva lama dan menggantikannya dengan
biaya aktiva baru.

2. Mengkapitalisasi biaya baru. Pendekatan lainnya mengkapitalisasi perbaikan


dan mencatat jumlah aktiva lama dalam nilai buku. Justifikasi untuk
mengkapitalisasi biaya perbaikan atau penggantian adalah bahwa walaupun
nilai tercatat aktiva lama tidak dikeluarkan dari akun, namun penyusutan yang
mencukupi telah memperhitung atas pos tersebut untuk mengurangi nilai
tercatat menjadi hampir nol.

3. Membebankan ke akumulasi penyusutan. Sewaktu – waktu kuantitas atau


kualitas aktiva itu sendiri tidak dapat ditingkatan, tetapi umur manfaatnya
dapat diperpanjang, dalam kasus ini perusahaan dapat mendebet
pengeluaran ke akumulasi penyusutan dan bukan kea kun aktiva. Teori yang
mendasari pendekatan ini adalah penggantian akan memperpanjang umur
manfaat aktiva dan oleh karena itu mengumpulkan kembali sejumlah atau
semua penyusutan di masa lalu.

Penyusunan kembali dan pemasangan kembali

Biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali merupakan pengeluaran yang


ditunjukan untuk memberikan manfaat di periode masa depan. Contohnya adalah
memudahkan produksi dimasa depan.
Reparasi

Reparasi biaya adalah pengeluaran yang dilakukan untuk memmpertahankan aktiva


tetap berada dalam kondisi siap operasi. Biaya ini dapat dibebankan kea kun beban
selama periode terjadinya,,atas dasar bahwa periode tersebut merupakan periode
yang paling banyak menerima manfaat.

Seringkali sulit untuk membedakan reparasi dari perbaikan atau penggantian


disini pertimbangannya adalah apakah pengeluaran tersebut memberi manfaat lebih
dari satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih lama. Jika reparasi besar
atau major repair terjadi, maka beberapa periode akan menerima manfaat dan biaya
itu harus diperlakukan sebagai penambahan perbaikan atau penggantian.

penjualan aktiva tetap

penyusutan harus dicatat selama periode waktu antara tanggal ayat jurnal
penyusutan terakhir dibuat dan tanggal penjualan. Untuk mengilustrasikannya,
asumsikan bahwa barret company mencatat penyusutan mesin yang berbiaya
$18.000 selama 9 tahun sebesar $1.200 per tahun. Jika mesin itu dijual pada
pertengahan tahun kesepuluh seharga $7.000 maka barret mencatat penyusutan
pada tanggal penjualan adalah sebagai berikut :

Beban penyusutan 600

Akumulasi penyusutan – mesin 600

Ayat jurnal untuk penjualan aktiva adalah sebagai berikut :

Kas 7.000

Akumulasi penyusutan – mesin 11.400

{($1.200 x 9) + $600}

Mesin 18.000

Keuntungan atas pelepasan mesin 400


Nilai buku mesin pada saat penjualan adalah $6.600 ($18.000 - $11.400)
karena mesin dijual seharga $7.000 maka jumlah keuntungan dari penjualan adalah
$400

Konversi terpaksa

Kadang – kadang pelayanan suatu aktiva berakhir karena konversi terpaksa seperti
kebakaran, banjir, pencurian, atau pembebasan. Selisih antara jumlah yang
dipulihkan dan nilai buku aktiva tersebut jika ada, dilaporkan sebagai keuntungan
atau kerugian.

Untuk mengilustrasikannya, asumsikan bahwa camel transport corp. terpaksa


jual pabriknya yang berlokasi di tanah perusahaan yang berdiri tepat pada jalur jalan
raya antarnegara bagian. Selama beberapa tahun Negara bagian bersangkutan
telah berusaha untuk membeli tanah tempat pabrik tersebut berdiri, tetapi
perusahaan menolak. Negara bagian itu akhirnya menggunakan haknya atas
wilayah dan menajukannya ke pengadilan. Dalam penyelesaian perkara ini camel
menerima $500.000 yang jauh lebih besar dari nilai buku pabrik dan tanah sebesar
$200.000 (biaya $400.000 dikurangi akumulasi penyusutan $200.000). camel
membuat jurnal berikut :

Kas 500.000

Akumulasi penyusutan – aktiva pabrik 200.000

Aktiva pabrik 400.000

Keuntungan atas pelepasan aktiva tetap 300.000

Jika kondisi yang melingkupi pembebasan ini dinilai tak lazim dan jarang terjadi,
keuntungan camel sebesar $300.000 dilaporkan sebagai pos luar biasa.

Soal
1) Sebuah proyek konstruksi jembatan berjangka waktu 15 bulan dengan
pembayaran tahun berjalan kepada pihak kontraktor sebesar $ 300.000
dilakukan pada tanggal 1 April untuk pengeluaran terdapat biaya bunga
selama 5 bulan, sebesar $ 600.000 pada tanggal 1 September untuk
pengeluaran terdapat biaya bunga selama 5 bulan dan sebesar $ 800.000
pada tanggal 1 November untuk pengeluaran terdapat biaya bunga selama 6
bulan. Akumulasi pengeluaran rata – rata tertimbang untuk tahun yang
berakhir 31 Desember dihitung sebagai berikut :
Jawaban :

Pengeluaran Periode Akumulasi Pengeluaran


Tanggal Jumlah x Kapitalisasi = Rata - rata Tertimbang
1 April $ 300.000 05 / 12 $ 125.000
1 September $ 600.000 05 / 12 $ 250.000
1 November $ 800.000 06 / 12 $ 400.000
$1.700.000 $ 775.000

2) 2 sudut pandang apa saja yang harus ada dalam diskon tunai......
Jawaban :
 Diskon baik diambil atau tidak dianggap sebagai pengurang biaya
aktiva.
 Diskon tunai tidak selalu harus dianggap sebagai kerugian karena
syaratnya mungkin tidak menguntungkan atau mungkin tidak bijaksana
bagi perusahaan untuk mengambil diskon itu.
3) Jelaskan apa yang dimaksud dengan nilai wajar.......
Jawaban :
Nilai wajar adalah dasar untuk mengukur sebuah aktiva yang diperoleh dalam
sebuah pertukaran nonmoneter jika transaksi tersebut mempunyai substansi
komersial.
4) 2 Masalah yang berhubungan dengan kapitalisasi bunga yang memerlukan
perhatian khusus adalah...........
Jawaban :
 Pengeluaran untuk tanah
 Pendapatan bunga
5) Periode kapitalisasi adalah periode waktu dimana bunga harus dikapitalisasi
yang dimulai apabila ke-3 kondisi berikut terjadi. Apa saja 3 kondisi
tersebut.........
Jawaban :
 Pengeluaran untuk aktiva telah dilakukan
 Aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aktiva agar dapat
digunakan sedang berjalan
 Biaya bunga telah terjadi
6) Apa perbedaan antara perbaikan dan penggantian aktiva?
Jawaban :
Perbaikan adalah penggantian aktiva yang sekarang sedang digunakan
dengan aktiva lain yang lebih baik sedangkan penggantian adalah substitusi
dari aktiva yang sama
7) Sebutkan 3 kondisi agar biaya – biaya dapat dikapitalisasi
Jawaban :
 Umur manfaat aktiva harus meningkat
 Kuantitas unit yang diproduksi oleh aktiva harus meningkat
 Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan
8) Apa yang dimaksud reparasi?
Jawaban :
Reparasi adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva
tetap berada dalam kondisi siap operasi
9) pada tanggal 5 Mei 2010 PT Purnama menukarkan beberapa truk nilai buku
Rp. 420.000.000,-. Pada tanggal ini truk tersebut mempunyai harga pokok
Rp. 640.000.000,- dan Akumulasi penyusutan Rp. 220.000.000,-. Harga
pasar wajar truk-truk tersebut sebesar Rp. 490.000.000,-. Untuk pertukaran
ini PT Trisna Purnama mengeluarkan uang kas sebagai tombokan sebesar
Rp. 170.000.000,- Harga pasar wajar truk baru Rp. 660.000.000,-.
Jawaban :
Perhitungan yang dapat dilakukan:
Perhitungan harga tanah
Nilai wajar truk-truk yang ditukar Rp. 490.000.000
Kas yang dibayarkan Rp. 170.000.000
Harga pasar wajar truk Rp. 660.000.000
Perhitungan keuntungan :
Harga pasar wajar dari truk Rp. 490.000.000
Nilai buku dari truk (Rp. 420.000.000)
Keuntungan dari pelepasan truk Rp. 70.000.000
10) PT. Teguh Jaya memiliki saham tanpa nilai nominal tetapi PT. Teguh Jaya
tidak memiliki nilai yang ditetapkan. Maka dengan itu seluruh uang yang
diterima akan dikreditkan ke akun Saham Biasa.
Jika PT. Teguh Jaya tidak menentukan nilai yang ditetapkan pada saham
tanpa nilai nominal, penerbitan saham 10.000 saham secara tunai seharga
$12 per lembar
Jawaban :
Kas $120.000
Saham Biasa $120.000
(Mencatat penerbitan 10.000 saham tanpa nilai nominal)
Tugas individu

Nama : Intan puteri utami

NIM : 1914190015

Tugas : Akuntansi keuangan 1

Anda mungkin juga menyukai