NAMA ANGGOTA :
1. AINUNDIAH NURHALIZA (2000012090)
2. CINDY MERNI MAULIDINA (2000012105)
3. MUHAMMAD NADHIF WALIYUDIN (2000012106)
4. REFKI NOVA SAPUTRA (2000012126)
Penggolongan Persediaan
1. Persediaan di Perusahaan Dagang atau Persediaan Barang Dagangan
Adalah persediaan barang yang nantinya akan dibeli atau didistribusikan kepada pengecer
untuk dijual kembali. Produk yang dibeli akan kembali dijual dalam bentuk yang sama seperti
yang diproduksi oleh pabrik.
2. Persediaan di Perusahaan Manufaktur
Ada 3 jenis persediaan dalam perusahaan manufaktur yaitu :
1. Persediaan Bahan Baku
Merupakan persediaan bahan yang akan diolah atau diubah bentuknya menjadi barang jadi.
2. Persediaan Barang dalam Proses
Merupakan barang setengah jadi (bahan baku yang sedang mengalami proses produksi).
3. Persediaan Barang Jadi
Adalah persediaan yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan menjadi
sumber utama pendapatan bagi perusahaan pemanufakturan.
Penilaian Persediaan
Salah satu elemen penting dalam manajemen persediaan adalah melakukan penilaian
persediaan barang. Dengan penilaian barang dagang yang tepat maka akan diketahui nilai
persediaan barang dagang dan harga pokok penjualannnya dalam suatu periode tertentu.
Penilaian persediaan barang dagangan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
1. FIFO (First in First Out)
Berdasarkan sistem periodik Metode FIFO merupakan metode penilaian barang
dagangan berdasarkan harga barang yang dibeli/ diterima pertama di gudang . Tanggal
barang diterima dan harga merupakan komponen yang penting dalam metode penilaian
ini. Perhitungan harga pokok penjualan (HPP) menggunakan perhitungan harga per unit dari
barang yang diterima pertama, diikuti harga per unit di terima berikutnya. Sedangkan untuk
menghitung persediaan akhir di laporan keuangan dengan cara menghitung jumlah barang yang
masih tersedia sesuai dengan harga per unit barang. (contoh hal 86)
Dalam penggunaan metode FIFO (First In First Out / Masuk pertama Keluar
pertama / MPKP) sistem pencatatan perpetual yaitu setiap terjadi pembelian maka harga
pokok barang yang dibeli dan kuantitas barang yang dibeli akan langsung dicatat dalam
kartu peersediaan serta dikelompokkan pada masing-masing jenis kartu persediaan
berdasarkan banyak nya jenis produk yang dibeli oleh perusahaan.Begitu sebaliknya setiap
terjadi penjualan maka perusahaan akan langsung mencatat sesuai dengan harga pokok barang
yang dijual beserta kuantitas barang yang dijual. Dengan memperhatikan metode yang digunakan
yaitu metode FIFO/Masuk Pertama Keluar Pertama, maka setiap terjadi penjualan akan
mengurangi harga pokok dan kuantitas barang yang dibeli pertama kali.Jika barang yang dijual
melebihi dari harga pokok dan kuantitas pada pembelian pertama, maka harga pokok dan
kuantitas selebihnya akan diambilkan dari pembelian kedua sehingga akan mengurangi harga
pokok dan kuantitas barang pada pembelian kedua dan seterusnya secara berurutan. (contoh hal
86)
2. LIFO (Last in First Out)
Berdasarkan sistem periodik Metode LIFO merupakan metode penilaian barang
dagangan berdasarkan harga barang yang dibeli/ diterima terakhir di gudang. Metode ini
adalah kebalikan dari metode FIFO. Perhitungan harga pokok penjualan (HPP) menggunakan
harga per unit dari barang yang diterima terakhir dan untuk menghitung persediaan yang masih
tersedia sesuai dengan harga per unit barang. (Contoh hal 87)
Dalam penggunaan metode LIFO (Last In First Out / Masuk Terakhir Keluar
pertama / MTKP) sistem pencatatan perpetual yaitu setiap terjadi pembelian maka harga
pokok barang yang dibeli dan kuantitas barang yang dibeli akan langsung dicatat dalam
kartu persediaan serta dikelompokkan pada masing-masing jenis kartu persediaan
berdasarkan banyak nya jenis produk yang dibeli oleh perusahaan.Begitu sebaliknya setiap
terjadi penjualan maka perusahaan akan langsung mencatat sesuai dengan harga pokok barang
yang dijual beserta kuantitas barang yang dijual. Dengan memperhatikan metode yang digunakan
yaitu metode LIFO/Masuk Terakhir Keluar Pertama, maka setiap terjadi penjualan akan
mengurangi harga pokok dan kuantitas barang yang dibeli terakhir kali. (contoh hal 87)
3. Weighted Avarage Method
Unuk sistem periodik digunakan dua jenis metode average atau rata-rata yaitu :
1. Metode Rata-Rata Sederhana
Penilaian persediaan dengan menggunakan metode rata-rata sederhana, maka
harga rata-rata per satuan barang dihitung dengan cara membagi total harga per satuan
dalam setiap transaksi pembelian dengan jumlah transaksi pembelian termasuk
persediaan awal periode. Nilai persediaan akhir periode adalah hasil kali kuantitas
persediaan dengan harga rata-rata per satuan.
2. Metode Rata-Rata Tertimbang
Berdasarkan sistem periodik Metode average atau metode rata-rata tertimbang,
harga pokok penjualan per unit barang dagangan dihitung dengan membagi total
pembelian barang dengan jumlah barang yang tersedia. Untuk menghitung nilai
persediaan akhir adalah jumlah barang yang tersedia dikalikan dengan harga rata-rata
barang. (Contoh hal 83)
Penerapan metode rata-rata dalam sistem pencatatan perpetual, disebut metode
Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method). Disebut dengan metode rata-rata
bergerak karena setiap terjadi transaksi pembelian, harga rata-rata per satuan harus
dihitung, sehingga rata-rata per satuan akan bereubah-ubah. Harga pokok rata-rata per
satuan barang yang dijual adalah harga pokok rata-rata per satuan yang berlaku pada saat terjadi
transaksi penjualan.Dalam pencatatan sistem perpetual, harga pokok barang (persediaan) yang
dijual harus dihitung setiap transaksi penjualan barang. Artinya, harga pokok barang yang dijual
harus dicatat dalam kartu persediaan sehiungga nialai persediaan setiap jenis barang dapat
diketahui setiap saat.(Contoh hal 85)
(baca materi dibuku hal 88)
Contoh...
Penyajian di Neraca
Nilai persediaan menurut metode-metode penilaian yang telah dibahas di atas,
merupakan harga pokok historis. Berarti, nilai peersediaan dihitung berdasarkan biaya
yang telah terjadi sehubugan dengan persediaan. Akan tetapi, nilai persediaan berdasarkan
harga pokok historis mengandung keuntungan yang belum direalisasi, yaitu apabila harga beli di
pasaran atau biaya produksi untuk persediaan yang bersangkutan lebih rendah.Sehingga,
penilaian persediaan dalam neraca berdasarkan harga pokok historis, berarti mengakui laba yang
belum direalisasi karena semakin besar nilai persediaan dalam neraca maka laba kotor semakin
besar.Hal ini sesuai dengan prinsip dalam akuntansi yaitu prinsip konservatisme atau prinsip
kehati-hatian, yaitu tidak memperbolehkan adanya pengakuan atas keuntungan yang belum
direalisasi atau sebelum terjadinya penjualan, namun kerugian yang sudah diperkirakan harus
diakui (dicatat). Persediaan dilaporkan di neraca dalam kelompok aset lancar. Jika perusahaan
mengklasifikasi aset dan kewajiban berdasarkan likuiditasnya,maka persediaan
dilaporkan dibawah piutang usaha dan piutang wesel. Contoh....