Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 1

NAMA ANGGOTA :
1. AINUNDIAH NURHALIZA (2000012090)
2. CINDY MERNI MAULIDINA (2000012105)
3. MUHAMMAD NADHIF WALIYUDIN (2000012106)
4. REFKI NOVA SAPUTRA (2000012126)

MATKUL : AKUNTANSI PENGANTAR II


MATERI : RESUME PERSEDIAAN

PERSEDIAAN : PENGENDALIAN DAN RUMUS BIAYA


Definisi Persediaan
Persediaaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal,
dalam proses produksi, dan atau dalam perjalanan atau dalam bentuk bahan atau
perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. (SAK ETAP
2009 par 11.1)

Penggolongan Persediaan
1. Persediaan di Perusahaan Dagang atau Persediaan Barang Dagangan
Adalah persediaan barang yang nantinya akan dibeli atau didistribusikan kepada pengecer
untuk dijual kembali. Produk yang dibeli akan kembali dijual dalam bentuk yang sama seperti
yang diproduksi oleh pabrik.
2. Persediaan di Perusahaan Manufaktur
Ada 3 jenis persediaan dalam perusahaan manufaktur yaitu :
1. Persediaan Bahan Baku
Merupakan persediaan bahan yang akan diolah atau diubah bentuknya menjadi barang jadi.
2. Persediaan Barang dalam Proses
Merupakan barang setengah jadi (bahan baku yang sedang mengalami proses produksi).
3. Persediaan Barang Jadi
Adalah persediaan yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan menjadi
sumber utama pendapatan bagi perusahaan pemanufakturan.

Biaya Perolehan Persediaan dan Pengendalian Akuntansi


Menurut SAK ETAP 2009 par 11.4 menyatakan bahwa biaya perolehan persediaan
barang dagangan meliputi harga beli bersih dan biaya lainnya yang terjadi untuk
membawa persediaan ke kondisi dan lokasi sekarang. Seacara terinci,biaya perolehan
persediaan terdiri atas harga beli neto,biaya pengangkutan, dan biaya lainnya yang dapat
ditelusur secara langsung ke proses pembelian persediaan. Biaya persediaan dalam hal ini
digunakan entitas (unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang) untuk mengukur
persediaan,dimana pengukuran dilakukan terhadap persediaan pada nilai mana yang lebih rendah
antara biaya perolehan dengan harga jual dikurangi biaya untuk menjual persediaan yang
bersangkutan.
Selain itu entitas juga telah melakukan perhitungan terhadap biaya perolehan atas
persediaan yang mencakup seluruh biaya pembelian termasuk biaya angkut dan tenaga kerja
serta biaya lainnya yang terjadi untuk membawa persediaan dari lokasi pembelian ke gudang
sendiri. Biaya pembelian atas persediaan yang dimaksud juga dalam harga beli
bersih,diskon,rabat (potongan harga yang diberikan atas pembelian dalam jumlah besar) dan
sejenisnya sebagai pengurang biaya pembelian dan ditambahkan dengan biaya pengangkutan
atau transportasi serta biaya penanganan lainnya terhadap barang dagangan yang dibeli dari
pemasok resmi.
Penanganan terhadap biaya pembelian ini adalah terhadap barang dagangan dengan
sifatnya dibeli,kemudian disimpan atau distock kemudian dijual kembali dengan harapan adanya
selisih antara harga jual yang maksimal daripada harga pembelian.
Terdapat dua alternatif sistem pengendalian akuntansi terhadap persediaan,yaitu sistem
periodik (sistem fisik) dan sistem perpetual (sistem permanen atau sistem buku).
1. Sistem Periodik
adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung secara periodik dengan
mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari
ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem pencatatan metode periodik
dilakukan dengan menghitung jumlah persediaan di akhir suatu periode untuk melakukan
pembukuannya. Dalam penjurnalan metode Periodik tidak mencatat HPP saat transaksi
penjualan. Untuk Periodik, pencatatan hanya dilakukan saat pembelian, pencatatan HPP
dilakukan nanti di akhir periode yang ditentukan perusahan, sehingga lebih cepat dan ringkas
dalam membukukan Penjualan.
Ciri-ciri sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :
1. Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam
suatu catatan tertentu.
2. Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
3. Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok
penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
2. Sistem Perpetual
Suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri
persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung
dalam kartu persediaan. Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis
persediaan. Sistem pencatatan metode perpetual disebut juga metode buku adalah sistem dimana
setiap persediaan yang masuk dan keluar dicatat di pembukuan. Dalam penjurnalan metode
Perpetual melakukan pencatatan aktivitas keluar masuk persediaan dan HPP ketika transaksi
penjualan. Dengan Perpetual kita bisa mengatahui posisi nilai persediaan kapan saja, karena
selalu di bukukan/dijurnal setiap ada aktivitas keluar masuk.
Ciri-ciri pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut :
1. Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
2. Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah
harga pokok penjualan.
3. Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan.
(contoh hal 80,baca penjelasan di hal 78 dan 79(5.2.1))

Penilaian Persediaan
Salah satu elemen penting dalam manajemen persediaan adalah melakukan penilaian
persediaan barang. Dengan penilaian barang dagang yang tepat maka akan diketahui nilai
persediaan barang dagang dan harga pokok penjualannnya dalam suatu periode tertentu.
Penilaian persediaan barang dagangan dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu :
1. FIFO (First in First Out)
Berdasarkan sistem periodik Metode FIFO merupakan metode penilaian barang
dagangan berdasarkan harga barang yang dibeli/ diterima pertama di gudang . Tanggal
barang diterima dan harga merupakan komponen yang penting dalam metode penilaian
ini. Perhitungan harga pokok penjualan (HPP) menggunakan perhitungan harga per unit dari
barang yang diterima pertama, diikuti harga per unit di terima berikutnya. Sedangkan untuk
menghitung persediaan akhir di laporan keuangan dengan cara menghitung jumlah barang yang
masih tersedia sesuai dengan harga per unit barang. (contoh hal 86)
Dalam penggunaan metode FIFO (First In First Out / Masuk pertama Keluar
pertama / MPKP) sistem pencatatan perpetual yaitu setiap terjadi pembelian maka harga
pokok barang yang dibeli dan kuantitas barang yang dibeli akan langsung dicatat dalam
kartu peersediaan serta dikelompokkan pada masing-masing jenis kartu persediaan
berdasarkan banyak nya jenis produk yang dibeli oleh perusahaan.Begitu sebaliknya setiap
terjadi penjualan maka perusahaan akan langsung mencatat sesuai dengan harga pokok barang
yang dijual beserta kuantitas barang yang dijual. Dengan memperhatikan metode yang digunakan
yaitu metode FIFO/Masuk Pertama Keluar Pertama, maka setiap terjadi penjualan akan
mengurangi harga pokok dan kuantitas barang yang dibeli pertama kali.Jika barang yang dijual
melebihi dari harga pokok dan kuantitas pada pembelian pertama, maka harga pokok dan
kuantitas selebihnya akan diambilkan dari pembelian kedua sehingga akan mengurangi harga
pokok dan kuantitas barang pada pembelian kedua dan seterusnya secara berurutan. (contoh hal
86)
2. LIFO (Last in First Out)
Berdasarkan sistem periodik Metode LIFO merupakan metode penilaian barang
dagangan berdasarkan harga barang yang dibeli/ diterima terakhir di gudang. Metode ini
adalah kebalikan dari metode FIFO. Perhitungan harga pokok penjualan (HPP) menggunakan
harga per unit dari barang yang diterima terakhir dan untuk menghitung persediaan yang masih
tersedia sesuai dengan harga per unit barang. (Contoh hal 87)
Dalam penggunaan metode LIFO (Last In First Out / Masuk Terakhir Keluar
pertama / MTKP) sistem pencatatan perpetual yaitu setiap terjadi pembelian maka harga
pokok barang yang dibeli dan kuantitas barang yang dibeli akan langsung dicatat dalam
kartu persediaan serta dikelompokkan pada masing-masing jenis kartu persediaan
berdasarkan banyak nya jenis produk yang dibeli oleh perusahaan.Begitu sebaliknya setiap
terjadi penjualan maka perusahaan akan langsung mencatat sesuai dengan harga pokok barang
yang dijual beserta kuantitas barang yang dijual. Dengan memperhatikan metode yang digunakan
yaitu metode LIFO/Masuk Terakhir Keluar Pertama, maka setiap terjadi penjualan akan
mengurangi harga pokok dan kuantitas barang yang dibeli terakhir kali. (contoh hal 87)
3. Weighted Avarage Method
Unuk sistem periodik digunakan dua jenis metode average atau rata-rata yaitu :
1. Metode Rata-Rata Sederhana
Penilaian persediaan dengan menggunakan metode rata-rata sederhana, maka
harga rata-rata per satuan barang dihitung dengan cara membagi total harga per satuan
dalam setiap transaksi pembelian dengan jumlah transaksi pembelian termasuk
persediaan awal periode. Nilai persediaan akhir periode adalah hasil kali kuantitas
persediaan dengan harga rata-rata per satuan.
2. Metode Rata-Rata Tertimbang
Berdasarkan sistem periodik Metode average atau metode rata-rata tertimbang,
harga pokok penjualan per unit barang dagangan dihitung dengan membagi total
pembelian barang dengan jumlah barang yang tersedia. Untuk menghitung nilai
persediaan akhir adalah jumlah barang yang tersedia dikalikan dengan harga rata-rata
barang. (Contoh hal 83)
Penerapan metode rata-rata dalam sistem pencatatan perpetual, disebut metode
Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method). Disebut dengan metode rata-rata
bergerak karena setiap terjadi transaksi pembelian, harga rata-rata per satuan harus
dihitung, sehingga rata-rata per satuan akan bereubah-ubah. Harga pokok rata-rata per
satuan barang yang dijual adalah harga pokok rata-rata per satuan yang berlaku pada saat terjadi
transaksi penjualan.Dalam pencatatan sistem perpetual, harga pokok barang (persediaan) yang
dijual harus dihitung setiap transaksi penjualan barang. Artinya, harga pokok barang yang dijual
harus dicatat dalam kartu persediaan sehiungga nialai persediaan setiap jenis barang dapat
diketahui setiap saat.(Contoh hal 85)
(baca materi dibuku hal 88)
Contoh...

Penyajian di Neraca
Nilai persediaan menurut metode-metode penilaian yang telah dibahas di atas,
merupakan harga pokok historis. Berarti, nilai peersediaan dihitung berdasarkan biaya
yang telah terjadi sehubugan dengan persediaan. Akan tetapi, nilai persediaan berdasarkan
harga pokok historis mengandung keuntungan yang belum direalisasi, yaitu apabila harga beli di
pasaran atau biaya produksi untuk persediaan yang bersangkutan lebih rendah.Sehingga,
penilaian persediaan dalam neraca berdasarkan harga pokok historis, berarti mengakui laba yang
belum direalisasi karena semakin besar nilai persediaan dalam neraca maka laba kotor semakin
besar.Hal ini sesuai dengan prinsip dalam akuntansi yaitu prinsip konservatisme atau prinsip
kehati-hatian, yaitu tidak memperbolehkan adanya pengakuan atas keuntungan yang belum
direalisasi atau sebelum terjadinya penjualan, namun kerugian yang sudah diperkirakan harus
diakui (dicatat). Persediaan dilaporkan di neraca dalam kelompok aset lancar. Jika perusahaan
mengklasifikasi aset dan kewajiban berdasarkan likuiditasnya,maka persediaan
dilaporkan dibawah piutang usaha dan piutang wesel. Contoh....

Anda mungkin juga menyukai