TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Persediaan
a. Ruang lingkup persediaan
Menurut SAK EMKM, persediaan adalah aset:
1) Untuk dijual dalam kegiatan normal;
2) Dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau
3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa (IAI, 2016: 21).
b. Pengakuan dan pengukuran
1) Entitas mengakui persediaan ketika diperoleh, sebesar biaya
perolehannya;
2) Biaya perolehan persediaan mencakup seluruh biaya pembelian,
biaya konversi, dan biaya lainnya yang terjadi untuk membawa
persediaan ke kondisi dan lokasi siap digunakan;
3) Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya
standar atau metode eceran, demi kemudahan, dapat digunakan
jika hasilnya mendekati biaya perolehan;
4) Entitas dapat memilih menggunakan rumus biaya masuk-pertama
keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang dalam
menentukan biaya perolehan persediaan (IAI, 2016: 21)
c. Penyajian
1) Persediaan disajikan dalam kelompok aset dalam laporan posisi
keuangan;
2) Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatatnya diakui sebagai
beban periode di mana pendapatan yang terkait diakui. (IAI,
2016: 21)
2. Klasifikasi Persediaan
Entitas mengklasifikasikan persediaan tergantung bentuk
entitasnya adalah pedagang (entitas dagang) atau pembuat (entitas
manufaktur). Untuk entitas dagang, persediaannya dinamakan
persediaan barang dagangan (hanya ada satu klasifikasi), barang
dagangan ini dimiliki oleh entitas dan sudah langsung dalam bentuk
siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal entitas sehari-hari.
Sedangkan untuk entitas manufaktur, mula-mula persediaan belum
siap dijual sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Persediaan entitas
manufaktur diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bahan mentah,
barang setengah jadi (barang dalam proses), dan barang jadi (produk
akhir). Entitas manufaktur terlebih dahulu akan mengubah (merakit)
5
6
input atau bahan mentah (raw material) menjadi output atau barang
jadi (finished goods/final goods), lalu dijual kepada pelanggan
(Warsono, 2013: 167-168).
Bagi entitas jasa, biaya jasa yang belum diakui pendapatannya
diklasifikasikan sebagai persediaan. Berdasarkan paragraf 18 PSAK
14 (revisi 2008), biaya persediaan pemberi jasa meliputi biaya
tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung
menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan
overhead yang dapat diatribusikan. Biaya tenaga kerja dan biaya
lainnya yang terkait dengan personalia penjualan dan administrasi
umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan tetapi diakui sebagai
beban pada periode terjadinya (Martani dkk, 2016: 246).
3. Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang
Ada 2 (dua) metode yang dapat digunakan dalam hubungannya
dengan pencatatan persediaan yaitu:
a. Metode fisik
Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan
barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan
keuangan. Perhitungan persediaan (Stock Opname) ini
diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih
ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam
metode ini mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam buku-
buku, setiap pembelian persediaan barang dicatat dalam
rekening pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi persediaan
barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui
sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru dapat dihitung
apabila persediaan akhir sudah dihitung (Baridwan, 2015:151).
Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
Persediaan barang awal Rp xxx
Pembelian (neto) Rp xxx +
Tersedia untuk dijual Rp xxx
Persediaan barang akhir Rp xxx –
Harga pokok penjualan Rp xxx
Ada masalah yang timbul jika digunakan metode fisik, yaitu jika
diinginkan menyusun laporan keuangan jangka pendek (interim)
misalnya bulanan, yaitu keharusan mengadakan perhitungan
fisik atas persediaan barang. Bila barang yang dimiliki jenisnya
dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan memakan
waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga
akan terlambat. Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku
menjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat
7
biaya-biaya yang melekat pada persediaan dan akan di catat dalam akun
persediaan (Hery, 2013: 54-55).
5. Sistem Pencatatan Transaksi Barang Dagangan
Secara garis besar terdapat dua sistem pencatatan terhadap
transaksi-transaksi barang dagang diperusahaan dagang yaitu :
a. Sistem perpetual
Dengan sistem perpetual maka informasi tentang persediaan
barang dagangan yang telah terjual dapat diketahui setiap saat.
Berikut ini menyajikan beberapa akun yang lazimnya dibentuk
dengan sistem pencatatan perpetual:
Lanjutan
3. Transaksi Utang Dagang xx Utang Dagang xx
Pengurangan Pengurangan Pembelian xx Persediaan barang Dagangan xx
Pembelian (Periodik : Pengakuan (Perpetual : Pengakuan
dari transaksi
Pengurangan harga Pengurangan harga pembelian dari
Kredit pembelian dari transaksi transaksi kredit)
kredit)
4. Transaksi Kas xx Kas xx
Retur Retur Pembelian xx Persediaan Barang Dagangan xx
Pembelian (Periodik: Retur Pembelian, (Perpetual: Retur Pembelian,
Tunai) Tunai)
5. Transaksi Utang Dagang xx Utang Dagang xx
Pelunasan Kas xx Kas xx
Utang (Periodik :Pelunasan utang (Perpetual :Pelunasan utang setelah
setelah tenggat waktu tenggat waktu potongan pembelian
potongan pembelian) terlewat )
6. Transaksi Kas xx Kas xx
Penjualan Penjualan xx Penjualan xx
Tunai (Periodik : pejualan BD) Kos barang terjual xx
Persedian barang dagangan xx
(Perpetual: Penjualan BD)
7. Transaksi Piutang dagang xx Piutang dagang xx
Penjualan Penjualan xx Penjualan xx
Kredit ( Periodik : Penjualan BD Kos barang terjual xx
Kredit) Persedian barang dagang xx
(Perpetual: Penjualan BD Kredit)
8. Transaksi Beban pengiriman penj. xx Beban pengiriman penj. xx
Pembayar Kas xx Kas xx
Ongkos kirim (Periodik : pembayaran (Pembayaran beban pengiriman
barang ongkos pengiriman penjualan penjualan FOB shipping point.)
Penjualan FOB shipping point.)
FOB Shipping
Point
9. Transaksi Kas xx Kas xx
Penjualan Penjualan xx Penjualan xx
Tunai (Periodik : penjualan BD) Kos barang terjual xx
Persediaan barang dagangan xx
(Perpetual: Penjualan BD)
10. Transaksi Kas xx Kas xx
Pelunasan Potongan penjualan xx Potongan Penjualan xx
Piutang Piutang dagang xx Piutang dagang xx
(Periodik : pelunasan piutang (Pelunasan piutang di periode
diperiode potongan potongan penjualan)
penjualan)
11. Transaksi Pengurangan penjualan xx Pengurangan penjualan xx
Pengurangan Kas xx Kas xx
Harga (Periodik : pengurangan harga (Pengurangan harga penjualan,
Penjualan penjualan,tunai) tunai)
Tunai
11
Lanjutan
12. Transaksi Retur penjualan xx Retur penjualan xx
Retur Utang dagang xx Utang dagang xx
Penjualan (Periodik : retur penjualan Persedian brg dagangan xx
HP,pengembalian kas diakui Kos barang terjual xx
sebagai utang) (Retur penjualan HP, pengambilan
kas diakui sebagai utang)
Sumber : Warsono (2013 : 194 – 218)
laba bruto. Laba bruto yang diperoleh dengan cara rata-rata tertimbang
akan memberikan hasil yang mendekati metode MPKP (Baridwan, 2015:
169).
9. Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan adalah harga beli dari sejumlah barang yang
telah laku terjual pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui harga
pokok penjualan pada suatu periode tertentu, harus diketahui volume dan
nilai persediaan akhir pada periode tersebut. Dan untuk mengetahui nilai
persediaan akhir, harus dilakukan perhitungan fisik (Stock-Opname) di
gudang. Berikut adalah cara untuk mencari harga pokok penjualan dapat
dilihat pada tabel di bawah:
Lanjutan
Metode Penelitian Menggunakan rumus Menggunakan Menggunakan
biaya Masuk Pertama penelitian kepustakaan penelitian
Keluar Pertama (MPKP)- dan penelitian lapangan kepustakawan dan
Perpetual Berdasarkan (observasi, wawancara, penelitian lapangan
SAK EMKM dan dokumentasi) serta (observasi, wawancara
menggunakan penelitian menggunakan rumus dan dokumentasi),
secara langsung yaitu biaya MPKP- serta menggunakan
dengan cara wawancara, Perpetual. rumus biaya MPKP-
dokumentasi dan studi Periodik.
kepustakaan.
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian Dari hasil perhitungan Dari hasil penelitian
menunjukkan nilai penulis, menunjukan yang dilakukan oleh
persediaan akhir barang nilai persediaan akhir penulis, menunjukkan
dagangan sebesar sebesar nilai persediaan akhir
Rp8.279.010,00. Ada Rp9.247.348,00, dan barang dagangan pada
perbedaaan di Laporan memperoleh laba Toko Fajar Komputer
Laba/Rugi menurut sebesar Tanjung sebesar
Apotek Azhar Farma Rp8.432.252,00. Rp34.026.000,00,
Banjarmasin sebesar harga pokok penjualan
Rp4.947.810,00, sebesar
sedangkan yang Rp109.273.500,00,
disarankan oleh penulis dan memperoleh laba
sebesar Rp4.831.140,00. sebesar
Jadi ada selisih di antara Rp6.761.500,00
perhitungan tersebut
sebesar Rp116.670,00.
Sumber : Hilda Amayni (2018), Tamim Rosadi (2018)