Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Persediaan
a. Ruang lingkup persediaan
Menurut SAK EMKM, persediaan adalah aset:
1) Untuk dijual dalam kegiatan normal;
2) Dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau
3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa (IAI, 2016: 21).
b. Pengakuan dan pengukuran
1) Entitas mengakui persediaan ketika diperoleh, sebesar biaya
perolehannya;
2) Biaya perolehan persediaan mencakup seluruh biaya pembelian,
biaya konversi, dan biaya lainnya yang terjadi untuk membawa
persediaan ke kondisi dan lokasi siap digunakan;
3) Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya
standar atau metode eceran, demi kemudahan, dapat digunakan
jika hasilnya mendekati biaya perolehan;
4) Entitas dapat memilih menggunakan rumus biaya masuk-pertama
keluar-pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang dalam
menentukan biaya perolehan persediaan (IAI, 2016: 21)
c. Penyajian
1) Persediaan disajikan dalam kelompok aset dalam laporan posisi
keuangan;
2) Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatatnya diakui sebagai
beban periode di mana pendapatan yang terkait diakui. (IAI,
2016: 21)
2. Klasifikasi Persediaan
Entitas mengklasifikasikan persediaan tergantung bentuk
entitasnya adalah pedagang (entitas dagang) atau pembuat (entitas
manufaktur). Untuk entitas dagang, persediaannya dinamakan
persediaan barang dagangan (hanya ada satu klasifikasi), barang
dagangan ini dimiliki oleh entitas dan sudah langsung dalam bentuk
siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal entitas sehari-hari.
Sedangkan untuk entitas manufaktur, mula-mula persediaan belum
siap dijual sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Persediaan entitas
manufaktur diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bahan mentah,
barang setengah jadi (barang dalam proses), dan barang jadi (produk
akhir). Entitas manufaktur terlebih dahulu akan mengubah (merakit)
5
6

input atau bahan mentah (raw material) menjadi output atau barang
jadi (finished goods/final goods), lalu dijual kepada pelanggan
(Warsono, 2013: 167-168).
Bagi entitas jasa, biaya jasa yang belum diakui pendapatannya
diklasifikasikan sebagai persediaan. Berdasarkan paragraf 18 PSAK
14 (revisi 2008), biaya persediaan pemberi jasa meliputi biaya
tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung
menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan
overhead yang dapat diatribusikan. Biaya tenaga kerja dan biaya
lainnya yang terkait dengan personalia penjualan dan administrasi
umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan tetapi diakui sebagai
beban pada periode terjadinya (Martani dkk, 2016: 246).
3. Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang
Ada 2 (dua) metode yang dapat digunakan dalam hubungannya
dengan pencatatan persediaan yaitu:
a. Metode fisik
Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan
barang yang masih ada pada tanggal penyusunan laporan
keuangan. Perhitungan persediaan (Stock Opname) ini
diperlukan untuk mengetahui berapa jumlah barang yang masih
ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Dalam
metode ini mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam buku-
buku, setiap pembelian persediaan barang dicatat dalam
rekening pembelian. Karena tidak ada catatan mutasi persediaan
barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui
sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru dapat dihitung
apabila persediaan akhir sudah dihitung (Baridwan, 2015:151).
Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
Persediaan barang awal Rp xxx
Pembelian (neto) Rp xxx +
Tersedia untuk dijual Rp xxx
Persediaan barang akhir Rp xxx –
Harga pokok penjualan Rp xxx
Ada masalah yang timbul jika digunakan metode fisik, yaitu jika
diinginkan menyusun laporan keuangan jangka pendek (interim)
misalnya bulanan, yaitu keharusan mengadakan perhitungan
fisik atas persediaan barang. Bila barang yang dimiliki jenisnya
dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan memakan
waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga
akan terlambat. Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku
menjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat
7

pencatatan pembelian maupun pencatatan penjualan (Baridwan,


2015: 151).
b. Metode buku (Perpetual)
Dalam metode ini buku setiap jenis persediaan dibuatkan
rekening-rekening sendiri yang merupakan buku pembantu
persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawali dari
rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Rekening
yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari
beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian,
penjualan dan saldo persediaan. Setiap perubahan dalam
persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening persediaan
sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui
dengan melihat kolom saldo dalam rekening persediaan.
Masing-masing kolom dirinci lagi untuk kuantitas dan harga
perolehannya. Penggunaan metode buku akan memudahkan
penyusunan neraca dan laporan laba rugi jangka pendek, karena
tidak lagi mengadakan perhitungan fisik untuk mengetahui
jumlah persediaan akhir. Walaupun neraca dan laporan laba rugi
dapat segera disusun tanpa mengadakan perhitungan fisik atas
barang, setidak-tidaknya setahun sekali perlu diadakan
pengecekan apakah jumlah barang dalam gudang sesuai dengan
jumlah dalam rekening persediaan (Baridwan, 2015: 151).
Pengecekan ini dilakukan dengan membandingkan hasil
perhitungan fisik dengan jumlah dalam rekening persediaan.
Bila terdapat selisih jumlah persediaan antara hasil perhitungan
fisik dengan saldo rekening persediaan. Bila terdapat selisih
jumlah persediaan antara hasil perhitungan fisik dengan saldo
rekening persediaan, maka dapat diadakan penelitian terhadap
sebab-sebab terjadinya perbedaan tersebut. Apakah selisih itu
normal dalam arti susut atau rusak, ataukah tidak normal
(Baridwan, 2015: 151).
4. Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan
Dalam harga pokok persediaan itu sendiri meliputi seluruh
pengeluaran, baik langsung maupun tidak langsung, yang terkait dengan
perolehan, penyiapan, sampai dengan penempatan barang untuk dijual.
Pada persediaan bahan mentah (barang yang diperoleh untuk diperoses
dan dijual kembali), harga pokoknya meliputi harga beli, ongkos angkut
masuk, biaya penyimpanan dan biaya produksi lainnya yang dikeluarkan
dalam proses barang sampai barang tersebut terjual. Pengeluaran-
pengeluaran yang di alokasikan ke setiap item persediaan akan diakui
sebagai biaya persediaan (product costs). Jadi, biaya produk di sini adalah
8

biaya-biaya yang melekat pada persediaan dan akan di catat dalam akun
persediaan (Hery, 2013: 54-55).
5. Sistem Pencatatan Transaksi Barang Dagangan
Secara garis besar terdapat dua sistem pencatatan terhadap
transaksi-transaksi barang dagang diperusahaan dagang yaitu :
a. Sistem perpetual
Dengan sistem perpetual maka informasi tentang persediaan
barang dagangan yang telah terjual dapat diketahui setiap saat.
Berikut ini menyajikan beberapa akun yang lazimnya dibentuk
dengan sistem pencatatan perpetual:

Tabel 2.1. Nama dan Karakteristik Akun di Sistem Perpetual


Nama Akun Deskripsi dan Karakteristik Utama
Persediaan Merupakan akun aset yang menyajikan besaran barang dagang (BD)
Barang yang terdapat di perusahaan. Akun PBD menyajikan informasi setip
Dagangan perubahan BD (meliputi pembelian, retur pembelian, pengurangan
pembelian, ongkos angkit pembelian, penjualan, dan retur penjualan.
Kos Barang Merupakan akun beban yang menyajikan kumpulan kos barang yang
Terjual terjual. Akun KBT mencerminkan kos atau harga perolehan BD yang
telah terjual.
Penjualan Merupakan akun penghasilan yang menyajikan informasi tentang
jumlah transaksi penjualan BD yang telah dilakukan.
Retur Merupakan akun kontra penghasilan, khususnya akun penjualan yang
Penjualan menyajikan besaran retur BD yang terjadi dalam penjualan BD.
Pengurangan Merupakan akun kontra penghasilan (khususnya akun penjualan)
Penjualan yang menyajikan besaran pengurangan harga yang diberikan kepada
pembeli.
Potongan Merupakan akun kontra penghasilan khususnya akun penjualan yang
Penjualan menyajikan besaran potongan yang diberikan kepada pembeli.
Sumber : Warsono (2013: 193-218)

b. Sistem periodik (fisik)


Penerapan sistem periodik digunakan karena pertimbangan
kepraktisan. Dengan sistem periodik maka informasi tentang kos
barang dagangan yang telah terjual diperbarui secara periodik yang
lazimnya pada saat pelaporan keuangan. Berikut disajikan beberapa
akun yang lazimnya dibentuk dalam sistem pencatatan periodik:
9

Tabel 2.2. Nama dan Karakteristik Akun di Sistem Periodik

Nama Akun Deskripsi dan Karakteristik Utama


Persediaan Akun ini dicatat secara periodik, lazimnya melalui pencatatan
Barang Dagangan penyesuaian dalam rangka penyusunan laporan keuagan.
Kos Barang Akun ini dibentuk secara periodik, lazimnya melalui pencatatan
Terjual penyesuaian.
Pembelian Merupakan akun untuk mencatat transaksi-transaksi pembelian
BD.
Retur Pembelian Merupakan akun untuk mencatat transaksi-transaksi retur
pembelian BD.
Pengurangan Merupakan akun untuk mencatat transaksi pengurangan harga
Pembelian pembelian BD.
Potongan Merupakan akun untuk mencatat transaksi penerimaan potongan
Pembelian pembelian.
Biaya Angkut Merupakan akun untuk mencatat pengeluaran berupa ongkos
Pembelian angkut pembelian BD jika ketentuannya adalah FOB shipping
point.
Penjualan Merupakan akun untuk mencatat transaksi-transaksi retur
penjualan BD.
Retur Penjualan Merupakan akun untuk mencatat transaksi-transaksi retur
penjualan BD.
Pengurangan Merupakan akun untuk mencatat transaksi pengurangan harga
Penjualan penjualan BD.
Potongan Merupakan akun untuk mencatat transaksi pemberian potongan
Penjualan penjualan.
Sumber : Warsono (2013: 193-218)
Sistem pencatatan persediaan ada dua sistem yaitu sistem periodik
dan sistem perpetual. Pencatatan transaksi menggunakan kedua sistem
tersebut dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.3. Pencatatan Transaksi Menggunakan


Sistem Periodik dan Sistem Perpetual

No Transaksi Sistem Periodik Sistem Perpetual


1. Transaksi Pembelian xx Persediaan barang dagang xx
Pembelian Kas xx Kas xx
Tunai (Periodik : Pembelian BD-HP, (Perpetual : Pembelian BD-HP, Tunai)
Tunai
2. Transaksi Pembelian xx Persediaan barang dagangan xx
Pembelian Utang Dagang xx Utang Dagang xx
Kredit (Periodik : Pembelian BD-HP, (Perpetual : Pembelian BD-HP, Kredit)
Kredit
10

Lanjutan
3. Transaksi Utang Dagang xx Utang Dagang xx
Pengurangan Pengurangan Pembelian xx Persediaan barang Dagangan xx
Pembelian (Periodik : Pengakuan (Perpetual : Pengakuan
dari transaksi
Pengurangan harga Pengurangan harga pembelian dari
Kredit pembelian dari transaksi transaksi kredit)
kredit)
4. Transaksi Kas xx Kas xx
Retur Retur Pembelian xx Persediaan Barang Dagangan xx
Pembelian (Periodik: Retur Pembelian, (Perpetual: Retur Pembelian,
Tunai) Tunai)
5. Transaksi Utang Dagang xx Utang Dagang xx
Pelunasan Kas xx Kas xx
Utang (Periodik :Pelunasan utang (Perpetual :Pelunasan utang setelah
setelah tenggat waktu tenggat waktu potongan pembelian
potongan pembelian) terlewat )
6. Transaksi Kas xx Kas xx
Penjualan Penjualan xx Penjualan xx
Tunai (Periodik : pejualan BD) Kos barang terjual xx
Persedian barang dagangan xx
(Perpetual: Penjualan BD)
7. Transaksi Piutang dagang xx Piutang dagang xx
Penjualan Penjualan xx Penjualan xx
Kredit ( Periodik : Penjualan BD Kos barang terjual xx
Kredit) Persedian barang dagang xx
(Perpetual: Penjualan BD Kredit)
8. Transaksi Beban pengiriman penj. xx Beban pengiriman penj. xx
Pembayar Kas xx Kas xx
Ongkos kirim (Periodik : pembayaran (Pembayaran beban pengiriman
barang ongkos pengiriman penjualan penjualan FOB shipping point.)
Penjualan FOB shipping point.)
FOB Shipping
Point
9. Transaksi Kas xx Kas xx
Penjualan Penjualan xx Penjualan xx
Tunai (Periodik : penjualan BD) Kos barang terjual xx
Persediaan barang dagangan xx
(Perpetual: Penjualan BD)
10. Transaksi Kas xx Kas xx
Pelunasan Potongan penjualan xx Potongan Penjualan xx
Piutang Piutang dagang xx Piutang dagang xx
(Periodik : pelunasan piutang (Pelunasan piutang di periode
diperiode potongan potongan penjualan)
penjualan)
11. Transaksi Pengurangan penjualan xx Pengurangan penjualan xx
Pengurangan Kas xx Kas xx
Harga (Periodik : pengurangan harga (Pengurangan harga penjualan,
Penjualan penjualan,tunai) tunai)
Tunai
11

Lanjutan
12. Transaksi Retur penjualan xx Retur penjualan xx
Retur Utang dagang xx Utang dagang xx
Penjualan (Periodik : retur penjualan Persedian brg dagangan xx
HP,pengembalian kas diakui Kos barang terjual xx
sebagai utang) (Retur penjualan HP, pengambilan
kas diakui sebagai utang)
Sumber : Warsono (2013 : 194 – 218)

6. Kepemilikan Persediaan Barang


Untuk menentukan apakah barang ini sudah bisa dicatat sebagai
persediaan, dasar yang digunakan adalah hak kepemilikan. Barang-barang
akan dicatat sebagai persediaan, pihak yang memiliki barang-barang
tersebut, sehingga perubahan catatan persediaan akan didasarkan pada
perpindahan hak kepemilikan barang. Kadang-kadang terdapat keadaan
dimana sulit untuk menentukan hak kepemilikan barang sehingga dalam
praktik akan ditemui adanya penyimpangan-penyimpangan. Kesulitan
menentukan perpindahan hak atas barang antara lain timbul dalam
keadaan berikut ini:
a. Barang-barang dalam perjalanan (Goods in Transit)
Barang-barang yang ada pada tanggal neraca masih dalam
perjalanan menimbulkan masalah apakah masih menjadi milik
penjual atau sudah berpindah haknya pada pembeli. Untuk
mengetahui barang-barang itu milik siapa, harus diketahui syarat
pengiriman barang-barang tersebut. Ada dua syarat pengiriman,
yaitu:
1) FOB (Free on Board) shipping point, apabila barang-barang
yang dikirim dengan syarat FOB shipping point maka hak atas
barang yang dikirim berpindah pada pembeli ketika barang-
barang tersebut diserahkan pada pihak pengangkut. Pada saat
tersebut penjual mencatat penjualan dan mengurangi persediaan
barangnya, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan
menambah persediaan barangnya. Prinsip pengakuan hak seperti
ini biasanya sulit dilakukan dalam praktek karena biasanya
pembeli tidak mengetahui kapan barangnya dikirim. Oleh karena
itu untuk memudahkan pencatatan persediaan,maka pembeli
akan mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya
pada waktu barang-barang tersebut diterima oleh pembeli,
12

sedangkan penjual akan mencatat penjual dan mengurangi


persediaan barangnya pada waktu mengirimkan barangbarang
tersebut. Penyimpangan ini baru menjadi masalah jika pada
tanggal penyusunan laporan keuangan ada barang-barang yang
masih dalam perjalanan. Agar laporan keuangan itu benar maka
barang-barang dalam perjalanan pada tanggal neraca harus
ditentukan milik siapa (Baridwan, 2015: 152-153).
2) Syarat pengiriman FOB destination, berarti bahwa hak atas
barang baru berpindah pada pembeli jika barang-barang yang
dikirim sudah diterima oleh pembeli. Jadi perpindahan hak atas
barang terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh pembeli.
Pada saat tersebut penjual mengurangi persediaan barangnya dan
mencatat penjualan, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan
menambah persediaan barangnya. Seperti halnya FOB shipping
point, ada kesulitan bagi penjual untuk menentukan kapan
barang-barang tersebut sampai ditangan pembeli. Oleh karena
itu dalam praktek terjadi penyimpangan-penyimpangan yaitu
penjual sudah mencatat penjualan dan mengurangi persediaan
barangnya pada saat mengirimkan barang-barang tersebut,
sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah
persediaan barangnya pada saat menerima barang-barang
tersebut. Pada tanggal neraca, perlu ditentukan dengan jelas
barang dalam perjalanan itu milik penjual atau pembeli agar
dapat ditentukan agar dapat ditentukan jumlah persediaan barang
dengan benar (Baridwan, 2015: 153).
b. Barang-barang yang dipisahkan (Segregated Goods)
Kadang-kadang terjadi kontrak penjualan barang dalam jumlah
besar sehingga pengirimannya tidak dapat dilakukan sekaligus.
Barang-barang yang dipisahkan tersendiri dengan maksud untuk
memenuhi kontrak-kontrak atau pesanan-pesanan walaupun
belum dikirim, haknya sudah berpindah pada pembeli. Oleh
karena itu pada tanggal penyusunan laporan keuangan jika ada
barang-barang yang dipisahkan, harus dikeluarkan dari jumlah
persediaan penjual dan dicatat sebagai penjualan. Begitu pula
pembeli dapat mencatat pembelian dan menambah persediaan
barangnya (Baridwan, 2015: 153).
c. Barang-barang konsinyasi (Consigment Goods)
Dalam cara penjualan titipan, barang-barang yang dititipkan
untuk dijualkan (dikonsinyasikan) haknya masih tetap pada
yang menitipkan sampai saat barang-barang tersebut dijual.
Sebelum barangbarang tersebut dijual masih tetap menjadi
persediaan pihak yang menitipkan (consignor). Pihak yang
menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang-
barang tersebut sehingga tidak mencatat barang-barang tersebut
13

sebagai persediaannya. Apabila barang-barang itu sudah dijual


maka yang menerima titipan membuat laporan pada yang
menitipkan. Pada waktu menerima laporan, pihak yang
menitipkan (consignor) mencatat penjualan dan mengurangi
persediaan barangnya (Baridwan, 2015: 154).
d. Penjualan angsuran (Installment Sales)
Dalam penjualan angsuran, hak atas barang tetap pada penjual
sampai seluruh harga jualnya dilunasi. Penjual akan melaporkan
barang-barang tersebut dalam persediaannya dikurangi dengan
jumlah yang sudah dibayar. Pembeli akan melaporkan barang-
barang tersebut dalam persediaannya sejumlah yang sudah
dibayarkannya (Baridwan, 2015: 154).
7. Rumus Biaya
Rumus biaya yang digunakan oleh suatu entitas ini dapat saja
berbeda dengan asumsi arus fisik dari barang persediaannya. Standar
akuntansi tidak mengatur bahwa suatu entitas harus memiliki rumus biaya
yang sesuai dengan arus fisik persediaan. Pada dasarnya suatu entitas akan
mempertimbangkan dampak pemilihan rumus biaya tersebut dalam
laporan laba rugi. Terdapat tiga alternatif yang dapat dipertimbangkan
oleh suatu entitas terkait dengan rumus biaya, yaitu: metode identifikasi
khusus, masuk pertama keluar pertama, rata-rata tertimbang (Martani dkk,
2017: 251).
a. Identifikasi khusus
Pada rumus biaya ini, suatu entitas harus mengidentifikasi atau
memberi tanda kode khusus pada barang yang akan dijualnya, setiap
jenis barang dalam persediaan harus diidentifikasikan secara spesifik.
Penggunaan rumus biaya ini hanya diterapkan pada suatu entitas
yang memiliki persediaan sedikit, namun nilainya tinggi dan dapat
dibedakan satu sama lain, entitas yang menggunakan rumus biaya ini
adalah suatu entitas yang menjual lukisan, permata atau perhiasan,
barang antik, mobil mewah (Martani dkk, 2016:252).
b. Rata-rata tertimbang
Dengan rumus ini maka barang-barang yang di jual akan di
bebani harga pokok rata-rata. Untuk menghitung biaya persediaan
14

menggunakan rumus biaya rata-rata tertimbang ini, terlebih dahulu


harus dihitung biaya rata-rata per unit yaitu dengan membagi biaya
barang yang tersedia untuk dijual dengan unit yang tersedia untuk
dijual, persediaan akhir dan harga pokok penjualan dihitung dengan
dasar harga rata-rata tersebut (Martani dkk, 2016: 255).
c. Masuk pertama keluar pertama (MPKP)
Dalam rumus ini mengasumsikan unit persediaan yang pertama
kali dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga unit
persediaan yang tertinggal di persediaan akhir adalah unit yang baru
dibeli atau unit yang terakhir masuk. Harga pokok persediaan akan
dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila penjualan atau
pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan
adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul yang masuk
berikutnya sedangkan persediaan akhir di laporkan menurut harga
barang yang terakhir di beli atau harga terbaru. Salah satu kelebihan
dari rumus biaya ini adalah dari sisi relevansi nilai persediaan yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan entitas. Hal ini dikarenakan
nilai persediaan yang di sajikan merupakan nilai yang didasarkan
pada harga terkini. Penggunaan rumus biaya ini menghasilkan
laporan posisi keuangan yang sesuai dengan nilai kini atau terbaru
dari entitas (Martani dkk, 2016:254).
Sedangkan menurut SAK EMKM “entitas dapat memilih
menggunakan rumus biaya Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau
rata-rata tertimbang dalam menentukan biaya perolehan persediaan” (IAI,
2016: 21).
8. Perbandingan antara MPKP dan Rata-rata Tertimbang
Metode MPKP akan mengakibatkan nilai persediaan dalam neraca
dicantumkan dengan harga sekarang, sedangkan metode rata-rata
tertimbang hasilnya mendekati metode MPKP. Penggunaan metode
MPKP dalam keadaan harga-harga naik akan menghasilkan kenaikan laba
bruto dan dalam keadaan harga-harga turun akan berakibat penurunan
15

laba bruto. Laba bruto yang diperoleh dengan cara rata-rata tertimbang
akan memberikan hasil yang mendekati metode MPKP (Baridwan, 2015:
169).
9. Harga Pokok Penjualan
Harga Pokok Penjualan adalah harga beli dari sejumlah barang yang
telah laku terjual pada suatu periode tertentu. Untuk mengetahui harga
pokok penjualan pada suatu periode tertentu, harus diketahui volume dan
nilai persediaan akhir pada periode tersebut. Dan untuk mengetahui nilai
persediaan akhir, harus dilakukan perhitungan fisik (Stock-Opname) di
gudang. Berikut adalah cara untuk mencari harga pokok penjualan dapat
dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 2.4. Harga Pokok Penjualan


Persediaan barang awal Rp. xxx
(+) Pembelian Rp. xxx
(-) Persediaan barang akhir (Rp. xxx)
(=) Harga pokok penjualan Rp. xxx
Sumber: I A I (2016: 48)

10. Pengertian Laba


Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari
transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan
usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi
badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan
(revenue) atau investasi oleh pemilik (Baridwan, 2015: 29).
11. Laporan Posisi Keuangan
“Laporan posisi keuangan adalah sebuah laporan yang
menggambarkan posisi keuangan yaitu aset, liabilitas dan ekuitas dari
suatu entitas pada akhir periode pelaporan” (IAI, 2016: 11).
Berikut adalah contoh laporan posisi keuangan:
16

Tabel 2.5. Laporan Posisi Keuangan


Aset:
Kas dan Setara kas
Kas Rp. xxx
Giro Rp. xxx
Deposito Rp. xxx
Jumlah kas dan Setara kas Rp. xxx
Piutang Usaha Rp. xxx
Persediaan Rp. xxx
Beban dibayar dimuka Rp. xxx
Aset tetap Rp. xxx
Akumulasi Penyusutan (Rp. xxx)
Jumlah Aset Rp. xxx
Liabilitas:
Utang Dagang Rp. xxx
Utang Bank Rp. xxx
Jumlah Liabilitas Rp. xxx
Ekuitas:
Modal Rp. xxx
Saldo laba (defisit) Rp. xxx
Jumlah Ekuitas Rp. xxx

Jumlah Liabilitas dan


Ekuitas Rp. xxx

Sumber: IAI (2016: 41)

12. Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu
periode tertentu. Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan
penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan yang
menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan dan juga merupakan tali
penghubung dua neraca yang berurutan (Baridwan, 2015: 29).
Berikut adalah cara perhitungan laba rugi:
17

Tabel 2.6. Laporan Laba Rugi


Pendapatan Penjualan :
Penjualan Rp. xxx
Penjualan Lain-lain Rp. xxx (+)
Jumlah Pendapatan Rp. xxx
Beban :
Harga Pokok Penjualan Rp. xxx
Beban Usaha Rp. xxx (+)
Jumlah Beban Rp. xxx (-)
Laba (Rugi) Sebelum
Pajak Penghasilan Rp. xxx
Beban Pajak Penghasilan Rp. xxx (-)
Laba Bersih Rp. xxx
Sumber : IAI (2016: 42)
18

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.7. Hasil Penelitian Terdahulu

Rizky Maulana Saputra


Aspek Hilda Amayni (2018) Tamim Rosadi (2018)
(2019)
Judul Penelitian Penilaian dan pencatatan Penilaian dan Pengakuan dan
persediaan barang Pencatatan Persediaan Pengukuran Serta
dagangan dengan Barang Dagang Penyajian Persediaan
menggunakan rumus dengan menggunakan Barang Dagangan
biaya Masuk Pertama Rumus Biaya Masuk dengan Menggunakan
Keluar Pertama (MPKP)- Pertama Keluar Rumus Biaya Masuk
Perpetual Berdasarkan Pertama (MPKP) Pertama Keluar
SAK EMKM. Perpetual Sesuai SAK Pertama (MPKP)
EMKM Tahun 2018. Berdasarkan SAK
EMKM Tahun 2018.
Institusi yang Apotek Azhar Farma Toko Obat Riyadh Toko Fajar Komputer
Diteliti Banjarmasin Banjarmasin Tanjung
Periode Analisis 1 Januari 2018 s.d 31 1 Januari 2018 s.d 31 1 Oktober 2018 s.d 31
Maret 2018 Maret 2018 Desember 2018
Permasalahan Apotek Azhar Farma Toko obat Riyadh Toko Fajar Komputer
Banjarmasin dalam Banjarmasin dalam Tanjung tidak
mencatat transaksi penjualan dan melakukan pengakuan
pembelian dan transaksi pembeliannya masih dan pengukuran serta
penjualan menggunakan menggunakan nota penyajian persediaan
catatan biasa. Misalnya catatan sederhana, barang dagangan, dan
pada transaksi penjualan tidak menggunakan hanya melakukan
yang dicatat nama obat, pencatatan dalam pencatatan akuntansi
harga, dan jumlah menilai persediaan nya, berupa transaksi
sedangkan transaksi sehingga nilai penjualan dengan
pembelian yang di catat persediaan baru akan menggunakan buku
nama obat, harga satuan, diketahui setelah catatan sederhana
jumlah barang, harga dilakukan perhitungan sedangkan untuk
keseluruhnya dengan persediaan barang transaksi pembelian
catatan yang berbeda. dagang. tidak sama sekali
melakukan
pembukuan.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Untuk mengetahui Untuk mengetahui
bagaimana penilaian dan penilaian harga pengakuan dan
pencatatan persediaan persediaan barang pengukuran serta
barang dagangan dengan dagang dengan penyajian persediaan
menggunakan rumus menggunakan rumus barang dagangan
biaya Masuk Pertama biaya Masuk Pertama dengan menggunakan
Keluar Pertama (MPKP)- Keluar Pertama rumus biaya Masuk
Perpetual Berdasarkan (MPKP)-Perpetual Pertama Keluar
SAK EMKM pada berdasarkan SAK Pertama (MPKP)
Apotek Azhar Farma EMKM Tahun 2018 berdasarkan SAK
Banjarmasin. pada toko obat Riyadh EMKM tahun 2018
Banjarmasin. pada Toko Fajar
Komputer Tanjung.
19

Lanjutan
Metode Penelitian Menggunakan rumus Menggunakan Menggunakan
biaya Masuk Pertama penelitian kepustakaan penelitian
Keluar Pertama (MPKP)- dan penelitian lapangan kepustakawan dan
Perpetual Berdasarkan (observasi, wawancara, penelitian lapangan
SAK EMKM dan dokumentasi) serta (observasi, wawancara
menggunakan penelitian menggunakan rumus dan dokumentasi),
secara langsung yaitu biaya MPKP- serta menggunakan
dengan cara wawancara, Perpetual. rumus biaya MPKP-
dokumentasi dan studi Periodik.
kepustakaan.
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian Dari hasil perhitungan Dari hasil penelitian
menunjukkan nilai penulis, menunjukan yang dilakukan oleh
persediaan akhir barang nilai persediaan akhir penulis, menunjukkan
dagangan sebesar sebesar nilai persediaan akhir
Rp8.279.010,00. Ada Rp9.247.348,00, dan barang dagangan pada
perbedaaan di Laporan memperoleh laba Toko Fajar Komputer
Laba/Rugi menurut sebesar Tanjung sebesar
Apotek Azhar Farma Rp8.432.252,00. Rp34.026.000,00,
Banjarmasin sebesar harga pokok penjualan
Rp4.947.810,00, sebesar
sedangkan yang Rp109.273.500,00,
disarankan oleh penulis dan memperoleh laba
sebesar Rp4.831.140,00. sebesar
Jadi ada selisih di antara Rp6.761.500,00
perhitungan tersebut
sebesar Rp116.670,00.
Sumber : Hilda Amayni (2018), Tamim Rosadi (2018)

Persamaan secara umum dari penelitian yang penulis lakukan dengan


penelitian-penelitian terdahulu yaitu dari metode penelitian, khususnya pada
metode pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selain
itu juga terdapat persamaan pada periode analisis yang digunakan yaitu selama 3
bulan.
Sedangkan perbedaan secara umum dari penelitian yang penulis lakukan
dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu dalam hal objek penelitian, judul
penelitian dan juga rumus biaya yang digunakan. Rumus biaya yang digunakan
pada penelitian-penelitian terdahulu adalah rumus biaya MPKP-Perpetual,
sedangkan rumus biaya yang digunakan penulis adalah MPKP-Periodik.

Anda mungkin juga menyukai