4. Persediaan Konsinyasi
Barang konsinyasi adalah persediaan yang ditempatkan atau dititipkan ditempat lain untuk dijual. Bisa
ditempatkan di tempat agen, cabang, atau mitra usaha.Dalam bahasa yang lebih singkat: Titip barang untuk
dijualkan. Konsinyasi adalah salah satu strategi penjualan yang banyak dilakukan dan tempat yang dititipi
barang akan mendapatkan komisi apabila barang tersebut laku terjual.
SISTEM PENCATATAN AKUNTANSI
a. Sistem Periodic
Ketika terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan persediaan, persediaan
tidak langsung dicatat/dijurnal.Hanya transaksinya yang dijurnal.Walaupun jumlah
persediaan digudang bertambah atau berkurang, pos persediaan tidak perlu dicatat.
Jurnal transaksi pembelian persediaan
Pembelian xxx
Kas xxx
Jurnal transaksi penjualan
Kas xxx
Penjualan xxx
Untuk mengetahui jumlah persediaan, pada akhir periode persediaan barang harus
dihitung secara fisik (stock opname).Salah satu kelemahan metode fisik adalah tidak
bisa mengetahui jumlah persediaan secara pasti sebelum dilakukan perhitungan
fisik persediaan.Dan karena jumlah persediaan tidak dicatat maka harga pokok
penjualan (hpp) juga tidak bisa diketahui.
HPP baru bisa dihitung ketika persediaan sudah dihitung secara fisik pada akhir
periode.Bisa dibayangkan apabila dibutuhkan pelaporan persediaan setiap bulan,
maka akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk menghitung persediaan
barang.
b. Sistem Perpetual
Metode pencatatan persediaan perpetual adalah metode yang mencatat/menjurnal
persediaan barang dagang apabila terdapat transaksi yang berhubungan dengan
persediaan.Jadi apabila terdapat transaksi yang menyebabkan jumlah persediaan
berubah, maka rekening persediaan juga akan turut dicatat.
Seperti yang terlihat pada contoh jurnal tersebut, bahwa persediaan turut dicatat
dalam transaksi pembelian dan penjualan barang dan juga semua transaksi yang
bisa mempengaruhi jumlah persediaan barang. Dan pada transaksi penjualan
langsung disandingkan dengan harga pokok penjualan (HPP).Jumlah persediaan
barang dan harga pokok penjualan langsung bisa diketahui sewaktu waktu tanpa
harus menunggu perhitungan fisik.
Metode Penilaian Persediaan
1. Metode Rata - Rata
Metode ratarata sederhana harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah
harga beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan
frekwensi pembelian dan persediaan awal periode. Pada metode rata-rata
tertimbang harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang
yang tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah
pembelian dengan kuantitas barang tersebut.
2. Metode FIFO
Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau
dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli
atau yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung
berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah
pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan pada
harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.
3. Metode LIFO
Dalam metode ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual
sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang
masuk lebih awal. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung berdasarkan
pada harga barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai
persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli pada awal, sesuai
dengan jumlah unitnya.
METODE FIFO (FIRST-IN, FIRST-OUT)
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang yang paling awal dibeli adalah barang
yang pertama dijual. Oleh karena itu, biaya dari barang yang paling awal dibeli adalah
yang pertama diakui saat menentukan beban pokok penjualan.
Hal ini juga bukan berarti bahwa unit terlama adalah yang terjual pertama, tetapi bahwa
biaya/nilai dari unit-unit terlama lah yang diakui terlebih dahulu. Sedangkan untuk
menghitung nilai persediaan akhir adalah dengan mengalikan barang yang tersedia
dengan harga per unit barang terakhir masuk. Pada metode ini ketika harga cenderung
naik seiring waktu maka menghasilkan nilai persediaan yang lebih besar dan nilai harga
pokok penjualan yang lebih kecil serta sebaliknya jika harga cenderung turun seiring
waktu maka nilai persediaan lebih kecil dan harga pokok penjualan lebih besar.
Pengaruh asumsi aliran kos terhadap laporan dengan menggunakan metode FIFO adalah
sebagai berikut :
• Neraca : menggambarkan nilai yang mendekati harga pasar (harga yang bisa direalisir)
• Rugi/Laba : Menggambarkan harga pokok penjualan yang tidak sebanding dengan
harga pasar. Dalam hal ini laba dinilai terlalu tinggi
SOAL
Berikut ini adalah data penjualan , pembelian dan persediaan barang dagangan PT
Gfostore.id, untuk periode Januari 2020.
Persediaan : 1 Januari 200 unit @Rp.300 Rp. 60.000
Pembelian : 10 Januari 500 unit @Rp.350 175.000
20 Januari 400 unit @Rp.375 150.000
30 Januari 300 unit @Rp.400 120.000
Penjualan: 15 Januari 500 unit
25 Januari 400 unit
Persediaan Akhir = Rp 195.000
Harga Pokok Penjualan = Rp 60.000+ Rp 105.000+ Rp 70.000+ Rp 75.000
= Rp 310.000
Berdasarkan system perpetual FIFO dapat diketahui bahwa jumlah persediaan
akhir adalah 195.000 dengan Beban Pokok Penjualan adalah Rp310.000 pada
bulan Januari 2020.
SISTEM PERIODIK FIFO
Beban barang yang tersedia untuk dijual adalah Rp 505.000 dengan rician
sebagai berikut :
Persediaan : 1 Januari 200 unit @Rp.300 Rp. 60.000
Pembelian :10 Januari500 unit @Rp 350 175.000
20 Januari 400 unit @Rp 375 150.000
30 Januari 300 unit + @Rp 400 120.000+
Total 1400 unit Rp 505.000
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa unit yang tersedia untuk
dijual adalah 1400 unit dan harga pokok barang tersedia untuk dijual adalah Rp
505.000 selama bulan tersebut.
Perhitungan fisik pada tanggal 31 Januari mengungkakan bahwa 900 dari 1400 unit
telah terjual. Berdasarkan sistem periodik , beban pokok penjualan berdasarkan
setiap metode arus biaya adalah sebagai berikut :
Persediaan Akhir :
Berikut ini adalah data penjualan , pembelian dan persediaan barang dagangan
PT Gfostore.id, untuk periode Januari 2020.
Persediaan : 1 Januari 200 unit @Rp.300 Rp. 60.000
Pembelian : 10 Januari 500 unit @Rp.350 175.000
20 Januari 400 unit @Rp.375 150.000
30 Januari 300 unit @Rp.400 120.000
Penjualan: 15 Januari 500 unit @ Rp 400 200.000
25 Januari 400 unit @ Rp 500 200.000
1. Berdasarkan sistem persediaan perpetual, tentukan besarnya biaya persediaan
yang ada pada tanggal 31 januari 2020 dan beban pokok penjualan untuk
bulan januari dengan metode LIFO!
2. Berdasarkan sistem persediaan periodik, tentukan besarnya biaya persediaan
yang ada pada tanggal 31 januari 2020 dan beban pokok penjualan untuk
bulan januari dengan metode LIFO
SISTEM PERPETUAL LIFO
Pembelian Harga Pokok Penjualan Saldo Persediaan
Biaya Total Biaya Total Biaya Total
Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
/Unit Biaya /Unit Biaya /Unit Biaya
1/1 200 300 60.000
10/1 500 350 175.000 200 300 60.000
500 350 175.000
15/1 500 350 175.000 200 300 60.000
20/1 400 375 150.000 200 300 60.000
400 375 150.000
25/1 400 375 150.000 200 300 60.000
30/1 300 400 120.000 200 300 60.000
300 400 120.000
Total 1200 445.000 900 325.000 500 180.000
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa unit yang tersedia untuk dijual
adalah 1400 unit dan harga pokok barang tersedia untuk dijual adalah Rp
505.000 selama bulan tersebut.
Diketahui bahwa 900 dari 1400 unit telah terjual. Berdasarkan sistem periodik ,
beban pokok penjualan berdasarkan setiap metode arus biaya adalah sebagai berikut :
Persediaan Akhir :
Tanggal Unit Biaya/Unit Total Biaya
1 Januari 200 unit @Rp.300 Rp 60.000
30 Januari 300 unit @Rp.400 120.000 +
Rp 180.000
Berdasarkan system periodik LIFO dapat diketahui bahwa :