Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PERSEDIAAN BARANG DAGANG DAN


PENCATATAN AKUNTANSI

NAMA : NIA PRATIWI LUBIS


NPM : 1915100163
KELAS : AKUNTANSI REG 1-2B
JAM : 09:40-11:00
DOSEN : FITRI YANI PANGGABEAN,SE.,M.Si
PERSEDIAN DAGANG
Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang menempati
posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan
dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang
bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam
dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan.

Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki


persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang
sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan
bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi
(siap untuk dijual).

Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir)


mempengaruhi besarnya Harga Pokok Penjualan (HPP).

HPP = Persediaan Awal+ Pembelian Bersih – Persediaan


Akhir
TUJUAN PENILAIAN PENENTUAN KUANTITAS
INVENTORY PERSEDIAAN

1. untuk mematch cost terhadap 1. Stock opname: perhitungan


revenue yang berkaitan, barang pada awal dan akhir
sehingga dihasilkan income, periode yang dihitung.
proses ini merupakan tujuan 2. Menggunakan metode
dasar akuntansi tradisional. pencatatan perpetual.
2. untuk menyajikan nilai barang- 3. Menggunakan metode gabungan
barang perusahaan didalam antara metode pencatatan
komponen neraca (laporan perpetual dengan stock opname.
keuangan). 4. Menggunakan metode penilaian
3. Untuk membantu investor berdasarkan hubungan agregatif,
memprediksi arus kas yaitu gross profit method dan
dikemudian hari,. realized inventory method.
KONSEP PERSEDIAAN
1. Historical cost
persediaan diukur berdasarkan pada pembayaran yang dilakukan dimasa lalu atau
harus dilakukan dimasa yang akan datang untuk memperoleh barang atau jasa.
Oleh karena itu kalau pembayarannya dilakukan dimasa yang akan datang harga
persediaan harus didiskontokan untuk mendapatkan present cost.

Keuntungan konsep ini:


• Inventory bahan baku dan barang dagangan mencerminkan harga yang
sebenarnya.
• Dalam kondisi harga tidak pasti konsep ini merupakan alternative yang layak
daripada net realizable values sebagai alat prediksi.
• Nilai persediaan tidak dipengaruhi oleh bias kebijakan manajemen.
• Penilaian dengan cost memungkinkan pertanggung jawaban mengenai kas dan
sumber lain untuk memperoleh persediaan (cross evidence).

Kelemahan konsep ini:


• Untuk persediaan barang yang cepat usang dan nilai tambah atas barang tidak
dapat disesuaikan harganya.
• Bila terdapat harga yang berbeda susah untuk diperbandingkan.
• Banyaknya unsur joint cost dan metode alokasi sehingga menyulitkan penilaian
persediaan.
• Matching antara revenue dengan cost masa lalu kurang tepat.
2. Current Replacement Cost
Konsep ini adalah untuk mengurangi kelemahan dari konsep historical cost,
banyak penulis dan komite prinsip akuntansi menyarankan menggunakan konsep
CRC untuk mengukur persediaan. Dengan pertimbangan:
• CRC memungkinkan untuk matching antara current input value dengan current
revenue atas hasil current operation.
• CRC memungkinkan identifikasi dari holding gains dan loss.
• CRC merupakan current value dari persediaan.
• CRC memungkinkan pelaporan current operation profit dapat digunakan
sebagai prediksi arus kas dikemudian hari.
3. Net Realizable Values Dikurangi Normal Markup
Dalam konsep ini persediaan dinilai dengan konsep realizable values dikurangi
dengan gross profit margin yang normal, sehingga nilai persediaan merupakan nilai
perolehannya menurut konsep realizable.
4. Standard cost
Current standard mencerminkan biaya produksi dibawah kondisi harga dan teknologi
yang sekarang dan formula ditetapkan setelah melalui perhitungan standard efisiensi
yang diinginkan sehingga menyerupai replacement cost. Menurut AICPA bulletin no.
43 : “Standard cost dapat diterima apabila di-adjust secara berkala agar
mencerminkan kondisi sekarang sehingga pada tanggal neraca standard cost secara
layak merupakan approximate costs berdasarkan salah satu cara penilaian yang
diakui.
STRATEGI PERSEDIAAN BARANG DAGANG

1. Lot Size Inventory (Bath Stock)


Lot size inventory adalah pengadaan persediaan barang dagang dalam jumlah besar melebihi perkiraan
kebutuhan yang ada pada saat ini.Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan potongan harga dan ongkos
pengiriman persediaan barang dagang.Biasanya supplier memberikan potongan harga dan ongkos
pengiriman per unit menjadi lebih murah apabila pembelian barang dilakukan dalam jumlah yang besar.

2. Fluctuation Stock (Stok Fluktuasi)


Fuctuation stock adalah pembelian persediaan barang untuk menghadapai kemungkinan terjadi fluktuasi
permintaan dari pelanggan yang sulit diperkirakan.Pengadaan ini lebih bersifat berjaga jaga terhadap
permintaan konsumen yang tiba tiba melonjak secara drastis yang tidak diprediksi sebelumnya.Ketika
permintaan meningkat namun stok persediaan tidak mencukupi, maka itu adalah kerugian bagi perusahaan.

3. Anticipation Stock (Persediaan Antisipasi)


Anticipation stock adalah pembelian persediaan barang untuk menghadapi lonjakan permintaan dari
konsumen yang bisa diramalkan atau telah diperkirakan.Biasanya pedagang menggunakan perkiraan dari
pola konsumsi masyarakat sepanjang tahun yang umum terjadi. Misalnya sebulan atau dua bulan sebelum
hari raya idul fitri, pedagang pakaian umumnya telah membeli persediaan dalam jumlah besar karena sudah
bisa diprediksi bahwa mendekati lebaran permintaan pakaian akan melonjak secara drastis. Maka pedagang
akan menyetok pakaian untuk berjaga jaga agar tidak kekurangan barang.

4. Persediaan Konsinyasi
Barang konsinyasi adalah persediaan yang ditempatkan atau dititipkan ditempat lain untuk dijual. Bisa
ditempatkan di tempat agen, cabang, atau mitra usaha.Dalam bahasa yang lebih singkat: Titip barang untuk
dijualkan. Konsinyasi adalah salah satu strategi penjualan yang banyak dilakukan dan tempat yang dititipi
barang akan mendapatkan komisi apabila barang tersebut laku terjual.
SISTEM PENCATATAN AKUNTANSI

1.Transaksi – Transaksi Pada Persediaan

a. Pembelian Barang Dagang


b. Biaya Angkut Pembelian
• FOB Shipping Point : biaya pengiriman adalah tanggung jawab
pembeli
• FOB Destination Point : biaya pengiriman adalah tanggung
jawab penjual (supplier)
c. Return Pembelian
d. Potongan Pembelian
e. Penjualan Barang Dagang
f. Biaya Angkut Penjualan
g. Return Penjualan
h. Potongan Penjualan
i. [Tambahan] Pajak (PPN atau PPnBM)
2. SISTEM PERSEDIAAN

a. Sistem Periodic
Ketika terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan persediaan, persediaan
tidak langsung dicatat/dijurnal.Hanya transaksinya yang dijurnal.Walaupun jumlah
persediaan digudang bertambah atau berkurang, pos persediaan tidak perlu dicatat.
Jurnal transaksi pembelian persediaan
Pembelian xxx
Kas xxx
Jurnal transaksi penjualan
Kas xxx
Penjualan xxx

Untuk mengetahui jumlah persediaan, pada akhir periode persediaan barang harus
dihitung secara fisik (stock opname).Salah satu kelemahan metode fisik adalah tidak
bisa mengetahui jumlah persediaan secara pasti sebelum dilakukan perhitungan
fisik persediaan.Dan karena jumlah persediaan tidak dicatat maka harga pokok
penjualan (hpp) juga tidak bisa diketahui.
HPP baru bisa dihitung ketika persediaan sudah dihitung secara fisik pada akhir
periode.Bisa dibayangkan apabila dibutuhkan pelaporan persediaan setiap bulan,
maka akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk menghitung persediaan
barang.
b. Sistem Perpetual
Metode pencatatan persediaan perpetual adalah metode yang mencatat/menjurnal
persediaan barang dagang apabila terdapat transaksi yang berhubungan dengan
persediaan.Jadi apabila terdapat transaksi yang menyebabkan jumlah persediaan
berubah, maka rekening persediaan juga akan turut dicatat.

Jurnal transaksi pembelian persediaan


Persediaan xxx
Kas xxx

Jurnal transaksi penjualan


Kas xxx
Penjualan xxx
HPP xxx
Persediaan xxx

Seperti yang terlihat pada contoh jurnal tersebut, bahwa persediaan turut dicatat
dalam transaksi pembelian dan penjualan barang dan juga semua transaksi yang
bisa mempengaruhi jumlah persediaan barang. Dan pada transaksi penjualan
langsung disandingkan dengan harga pokok penjualan (HPP).Jumlah persediaan
barang dan harga pokok penjualan langsung bisa diketahui sewaktu waktu tanpa
harus menunggu perhitungan fisik.
Metode Penilaian Persediaan
1. Metode Rata - Rata
Metode ratarata sederhana harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah
harga beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan
frekwensi pembelian dan persediaan awal periode. Pada metode rata-rata
tertimbang harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang
yang tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah
pembelian dengan kuantitas barang tersebut.

2. Metode FIFO
Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau
dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli
atau yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung
berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah
pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan pada
harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.

3. Metode LIFO
Dalam metode ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual
sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang
masuk lebih awal. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung berdasarkan
pada harga barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai
persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli pada awal, sesuai
dengan jumlah unitnya.
METODE FIFO (FIRST-IN, FIRST-OUT)
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang yang paling awal dibeli adalah barang
yang pertama dijual. Oleh karena itu, biaya dari barang yang paling awal dibeli adalah
yang pertama diakui saat menentukan beban pokok penjualan.

Hal ini juga bukan berarti bahwa unit terlama adalah yang terjual pertama, tetapi bahwa
biaya/nilai dari unit-unit terlama lah yang diakui terlebih dahulu. Sedangkan untuk
menghitung nilai persediaan akhir adalah dengan mengalikan barang yang tersedia
dengan harga per unit barang terakhir masuk. Pada metode ini ketika harga cenderung
naik seiring waktu maka menghasilkan nilai persediaan yang lebih besar dan nilai harga
pokok penjualan yang lebih kecil serta sebaliknya jika harga cenderung turun seiring
waktu maka nilai persediaan lebih kecil dan harga pokok penjualan lebih besar.

Pengaruh asumsi aliran kos terhadap laporan dengan menggunakan metode FIFO adalah
sebagai berikut :
• Neraca : menggambarkan nilai yang mendekati harga pasar (harga yang bisa direalisir)
• Rugi/Laba : Menggambarkan harga pokok penjualan yang tidak sebanding dengan
harga pasar. Dalam hal ini laba dinilai terlalu tinggi
SOAL

Berikut ini adalah data penjualan , pembelian dan persediaan barang dagangan PT
Gfostore.id, untuk periode Januari 2020.
Persediaan : 1 Januari 200 unit @Rp.300 Rp. 60.000
Pembelian : 10 Januari 500 unit @Rp.350 175.000
20 Januari 400 unit @Rp.375 150.000
30 Januari 300 unit @Rp.400 120.000
Penjualan: 15 Januari 500 unit
25 Januari 400 unit

1. Berdasarkan sistem persediaan perpetual, tentukan besarnya biaya persediaan


yang ada pada tanggal 31 januari 2020 dan beban pokok penjualan untuk bulan
januari dengan metode FIFO!
2. Berdasarkan sistem persediaan periodik, tentukan besarnya biaya persediaan
yang ada pada tanggal 31 januari 2020 dan beban pokok penjualan untuk bulan
januari dengan metode FIFO
SISTEM PERPETUAL FIFO
Beban barang yang tersedia untuk dijual adalah Rp 505.000 dengan rician sebagai
berikut:

Persediaan : 1 Januari 200 unit @Rp.300 Rp. 60.000


Pembelian : 10 Januari 500 unit @Rp 350 175.000
20 Januari 400 unit @Rp 375 150.000
30 Januari 300 unit + @Rp 400 120.000+
Total 1400 unit Rp 505.000
Pembelian Harga Pokok Penjualan Saldo Persediaan
Biaya Biaya Biaya
Tgl Jumlah Total Biaya Jumlah Total Biaya Jumlah Total Biaya
/Unit /Unit /Unit
1/1 200 300 60.000
10/1 500 350 175.000 200 300 60.000
500 350 175.000
15/1 200 300 60.000
300 350 105.000 200 350 70.000
20/1 400 375 150.000 200 350 70.000
400 375 150.000
25/1 200 350 70.000
200 375 75.000 200 375 75.000
30/1 300 400 120.000 200 375 75.000
300 400 120.000
Total 1200 445.000 900 310.000 500   195.000

 
Persediaan Akhir = Rp 195.000
Harga Pokok Penjualan = Rp 60.000+ Rp 105.000+ Rp 70.000+ Rp 75.000
= Rp 310.000
Berdasarkan system perpetual FIFO dapat diketahui bahwa jumlah persediaan
akhir adalah 195.000 dengan Beban Pokok Penjualan adalah Rp310.000 pada
bulan Januari 2020.
SISTEM PERIODIK FIFO
Beban barang yang tersedia untuk dijual adalah Rp 505.000 dengan rician
sebagai berikut :
Persediaan : 1 Januari 200 unit @Rp.300 Rp. 60.000
Pembelian :10 Januari500 unit @Rp 350 175.000
20 Januari 400 unit @Rp 375 150.000
30 Januari 300 unit + @Rp 400 120.000+
Total 1400 unit Rp 505.000

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa unit yang tersedia untuk
dijual adalah 1400 unit dan harga pokok barang tersedia untuk dijual adalah Rp
505.000 selama bulan tersebut.
Perhitungan fisik pada tanggal 31 Januari mengungkakan bahwa 900 dari 1400 unit
telah terjual. Berdasarkan sistem periodik , beban pokok penjualan berdasarkan
setiap metode arus biaya adalah sebagai berikut :

Persediaan Akhir :

Tanggal Unit Biaya/Unit Total Biaya


20 Januari 200 unit @Rp.375 Rp 75.000
30 Januari 300 unit @Rp.400 120.000 +
Rp 195.000
 
Harga Pokok Penjualan = Barang dagangan yang tersedia untuk dijual – Persediaan
Akhir
= Rp 505.000 – Rp 195.000
= Rp 310.000
 
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa persediaan akhir Rp 195.000 dan
harga pokok penjualannya ialah Rp 310.000.
METODE LIFO (LAST IN, FIRST OUT)

Metode LIFO menyatakan bahwa persediaan dengan


nilai dari barang terakhir yang masuk (dibeli) akan
pertama kali diakui (dijual). Sehingga persediaan akhir
dinilai terhadap barang yang pertama kali masuk (dibeli).
Metode ini menghasilkan nilai persediaan akhir yang
rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang
rendah. LIFO jarang sekali bertepatan dengan arus
persediaan sebenarnya.
SOAL

Berikut ini adalah data penjualan , pembelian dan persediaan barang dagangan
PT Gfostore.id, untuk periode Januari 2020.
Persediaan : 1 Januari 200 unit @Rp.300 Rp. 60.000
Pembelian : 10 Januari 500 unit @Rp.350 175.000
20 Januari 400 unit @Rp.375 150.000
30 Januari 300 unit @Rp.400 120.000
Penjualan: 15 Januari 500 unit @ Rp 400 200.000
25 Januari 400 unit @ Rp 500 200.000
1. Berdasarkan sistem persediaan perpetual, tentukan besarnya biaya persediaan
yang ada pada tanggal 31 januari 2020 dan beban pokok penjualan untuk
bulan januari dengan metode LIFO!
2. Berdasarkan sistem persediaan periodik, tentukan besarnya biaya persediaan
yang ada pada tanggal 31 januari 2020 dan beban pokok penjualan untuk
bulan januari dengan metode LIFO
SISTEM PERPETUAL LIFO
Pembelian Harga Pokok Penjualan Saldo Persediaan
Biaya Total Biaya Total Biaya Total
Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
/Unit Biaya /Unit Biaya /Unit Biaya
1/1             200 300 60.000
10/1 500 350 175.000       200 300 60.000
            500 350 175.000
15/1       500 350 175.000 200 300 60.000
20/1 400 375 150.000       200 300 60.000
            400 375 150.000
25/1       400 375 150.000 200 300 60.000
30/1 300 400 120.000       200 300 60.000
            300 400 120.000
Total 1200   445.000 900   325.000 500   180.000

Berdasarkan system perpetual LIFO dapat diketahui bahwa :

Persediaan akhir : Rp 60.000 + Rp 120.000 = Rp 180.000


Harga Pokok Penjualan : Rp 175.000 + Rp 150.000 = Rp 325.000
Laba Kotor : ((Rp 400 X 500 ) + (Rp 500 X 400)) - Rp325.000
= Rp 75.000
SISTEM PERIODIK LIFO

Persediaan : 1 Januari 200 unit @Rp.300 Rp. 60.000

Pembelian :10 Januari500 unit @Rp 350 175.000


20 Januari 400 unit @Rp 375 150.000
30 Januari 300 unit + @Rp 400 120.000+
Total 1400 unit Rp 505.000

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa unit yang tersedia untuk dijual
adalah 1400 unit dan harga pokok barang tersedia untuk dijual adalah Rp
505.000 selama bulan tersebut.
Diketahui bahwa 900 dari 1400 unit telah terjual. Berdasarkan sistem periodik ,
beban pokok penjualan berdasarkan setiap metode arus biaya adalah sebagai berikut :

Persediaan Akhir :
Tanggal Unit Biaya/Unit Total Biaya
1 Januari 200 unit @Rp.300 Rp 60.000
30 Januari 300 unit @Rp.400 120.000 +
Rp 180.000
 
 
Berdasarkan system periodik LIFO dapat diketahui bahwa :

Persediaan akhir : Rp 60.000 + Rp 120.000 = Rp 180.000


Harga Pokok Penjualan : Rp 505.000 - Rp 180.000 = Rp 325.000
Laba Kotor : ((Rp 400 X 500 ) + (Rp 500 X 400)) -Rp325.000
= Rp 75.000
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai