KELOMPOK 12
NUR AZIZAH
FATUR RAHMAN
DEFINISI PERSEDIAAN
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatanperusahaan dagang. Persediaan juga merupakan
aktiva lancar terbesar dari perusahaanmanufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat
ketikakegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenaipersediaan adalah seperti kutipan
berikut. Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3)mengemukakan bahwa: Persediaan adalah aset:
Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dijual dalam operasibisnis perusahaan, dan sesuai dengan
pendapat warren, reeve dan Fess maka perusahaanbisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang yang
seringberlaku untuk pedagang-pedagang besar seperti retail yang perputaran persediaannyacukup tinggi dan beragam untuk
mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekuranganpersediaan
Lanjutan
Dalam upaya memberikan pemahaman yang mendalam terhadap persediaan, makaperlu diberikan
batasan yang dapat dipedomani untuk dapat mengklasifikasikan suatu asetkedalam kelompok
persediaan. PSAP nomor 5 menyatakan bahwa suatu aset digolongkankedalam persediaan apabila:
1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatanoperasional
pemerintah;
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkankepada masyarakat.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalamrangka kegiatan
pemerintahan
Lanjutan
Pengelompokan Persediaan dalam Lingkungan Pabrikan (manufacturing)
1.Persediaan barang dalam perjalanan, meliputi pihak yang berhak menerima persediaan.
2.FOB (Free on Board ),shipping point . Kepemilikan barang menjadimilik pembeli pada saat
diserahkan penjual kepada penyelenggaratransportasi atau pihak perusahaan pengirim barang yang
independen.
3.FOB (Free on Board ) destination point . Kepemilikan barang masihberada di penjual sampai
barang tersebut diterima oleh pembeli.
Lanjutan
Untuk persediaan awal :
2. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flowapproach) Dalam
pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatanpersediaan yaitu sistem periodik dan sistem
perpetual yang masing-masing ada tiga cara penilaian
persediaan, yaitu:
Lanjutan
a. FIFO (First in First Out ), masuk pertama keluar pertama
Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehanawal (pertama) masuk akan dijual (digunakan)
terlebih dahulu,sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehanpersediaan yang terakhir masuk (dibeli).
Metode ini cenderungmenghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampakpada nilai aktiva perusahaan
yang dibeli.
c. Retail Method
Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan caramenghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkaneceran.
Nilaii persediaan akhir dengan harga pokok akandiketahui dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaanyang tersedia
untuk dijual dengan pendekatan harga pokokdibandingkan dengan pendekatan ritel. Kemudian rasio yangdiperoleh dikalikan
dengan persediaan akhir yang dinilai denganpendekatan eceran dapat dirumuskan sebagai berikut:
AKUNTANSI PERPAJAKAN PERSEDIAAN
Dari sisi praktik akuntansi komersial dan akuntansi pajak, tidak ada perbedaan prinsip dalam
metode pencatatannya, sehingga metode pencatatan yang dapat digunakan adalah sistem perpetual,
baik rata-rata maupun fifo, atau metode pencatatan fisikal yang ada pada penjelasan pada pasal 10 ayat
(6) Undang Undang Pajak Penghasilan. Namun demikian mengacu pada pasal10 ayat (6) Undang
Undang Pajak penghasilan tersebut bahwa persediaan dan pemakaian persediaan untuk menghitung
harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan :
1. Average
2. Fifo
Untuk kepentingan perhitungan pajak penghasilan, Pasal 10 ayat (6) Undang Undang Pajak
Penghasilan menyatakan bahwa persediaan harus dinilai berdasarkan harga perolehan.Oleh karena itu
bila wajib pajak melakukan penilaian berdasarkan metode selain harga perolehan maka diperlukan
penyesuaian. Penetapan besarnya nilai persediaan atau nilai pemakaian menjadi sangat penting karena
berpengaruh ke harga pokok produksi.
Lanjutan
Sebagai contoh, pada bulan Desember 2007 PT A telah melakukan pembelian barang
denganperjanjian dengan harga Rp.300.000.000. barang tersebut diterima pada bulan maret
tahun2008 dan pada Desember 2007 harga turun menjadi Rp. 100.000.000 . sesuai praktik
akuntansi komersial kerugian sebesar Rp.100.000.000 dibebankan sebagai kerugian tahun
2007 dengan ayat jurnal :
Kerugian Perubahan Harga 200.000.000
Persediaan 200.000.000
Praktik akuntansi pajak tidak mengakui kerugian sebesar 200.000.000 karena pajakmelihat
fakta riil dan tidak menerima antisipasi kerugian. Pajak akan mengakui sebagaikerugian
apabila barang yang dijual tersebut benar-benar mengalami kerugian.
METODE PERHITUNGAN PERSEDIAAN
Tn. Hendy memiliki transaksi persediaan pada tahun 2014 sebagai berikut:
Tn. Hendy menggunakan metode pencatatan sistem periodical. Pada 31 Desember2014 Tn. Hendy memiliki 50 unit
persediaan akhir di gudang. Sehingga persediaan yangterjual sebanyak 850 unit. Berdasarkan contoh di atas,
berikut penjelasan dari masing-masingmetode perhitungan persediaan:
1.Metode rata-rata(Average)
a. Total Pembelian :
Perhitungan:1.
• Harga rata-rata perunit = Rp 785.000/ 900 unit = Rp 872,222.
• Harga Pokok Penjualan = 850 unit x Rp 872,22 = Rp 741.3883.
• Persediaan Akhir = 50 unit x Rp 872,22 = Rp 43.612
Berdasarkan metode Average, nilai persediaan yang diperoleh adalah nilai rata-ratapersediaan yang diperoleh. Jadi
harga pokok penjualan dan persediaan akhir per 31 Desember2014 dengan sistem periodik adalah sebesar Rp 741.388
dan Rp 43.612.
Lanjutan
2. Metode masuk pertama keluar pertama (First In First Out – FIFO)
a. Total Pembelian :
b. Perhitungan Harga Pokok Penjualan :
b. Perhitungan Harga Pokok Penjualan :