Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Persediaan

2.1.1 Pengertian persediaan

Menurut Rudianto (2009:236)[3], persediaan merupakan

salah satu aktiva perusahaan yang penting sekali, karena

berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan perusahaan

memperoleh pendapatan. Karena itu persediaan harus dikelola

dengan baik dan dicatat dengan baik, agar perusahaan dapat

menjual produknya dan memperoleh pendapatan sehingga tujuan

perusahaan tercapai.

Menurut Mulyadi (2016:463)[4] persediaan adalah barang-

barang yang dimiliki atau disimpan di perusahaan yang terdiri dari

produk jadi, produk dalam proses, bahan baku, bahan penolong,

bahan habis pakai, suku cadang yang dimaksudkan untuk dijual

kembali.

Sedangkan pengertian persediaan menurut Sofyan Assauri

(2005:50)[5] adalah aktiva yang dimaksudkan untuk dijual dalam

kegiatan usaha normal serta sangat menentukan dalam kelancaran

operasi perusahaan bagian yang penting untuk kegiatan operasional

perusahaan. Berdasarkan uraian diatas bahwa persediaan adalah

aktiva lancar yang dimiliki perusahaan yang digunakan dan dijual

11
12

kepada konsumen untuk menunjang kegiatan operasional

perusahaan agar mendapatkan laba dalam mencapai tujuan

perusahaan.

Persediaan memiliki beberapa fungsi sumber penting bagi

perusahaan adalah mempermudah dan memperlancar jalannya

proses kegiatan perusahaan, kuantitas barang yang tersedia tidak

minim sehingga menghilangkan resiko kelangkaan dan

keterlambatan pengiriman agar tidak mengganggu jalannya

kegiatan operasional perusahaan dan dapat memberikan pelayanan

terhadap masyarakat.

2.1.2 Metode Pencatatan Persediaan

Menurut Rudianto (2009:236)[3], terdapat dua metode

yang dipakai untuk menghitung dan mencatat persediaan yaitu

metode fisik dan metode perpetual.

1. Metode Fisik (Physical inventory method)

Metode fisik disebut juga metode periodik adalah metode

pengelolaan persediaan, dimana arus keluar masuknya barang

tidak dicatat secara rinci sehingga untuk mengetahui nilai

persediaan pada suatu saat tertentu harus melakukan

penghitungan barang secara fisik (stock opname) di gudang.

Metode fisik mengharuskan penghitungan barang yang ada

(tersisa) pada akhir periode akuntansi, yaitu saat penyusunan

laporan keuangan. Untuk menentukan harga beli sebagai dasar


13

menentukan nilai persediaan yang dimiliki perusahaan pada

suatu periode terdapat beberapa metode, yaitu : (a) FIFO (First

In First Out); (b) LIFO (Last In First Out); (c) Avarage (rata-

rata).

a. FIFO (First In First Out)

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau

diprediksi) lebih dahulu akan dikeluarkan (dijual) lebih

dahulu. Sehingga tersisa pada akhir periode adalah barang

yang berasal dari pembelian atau produksi terakhir.

b. LIFO (Last In First Out)

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi)

paling akhir akan dikeluarkan/dijual paling awal.

Sehingga barang yang tersisa pada akhir periode adalah

barang yang berasal dari pembelian atau produksi awal

periode.

c. Avarage (rata-rata).

Dalam metode ini, barang yang dikeluarkan/dijual

maupun barang yang tersisa, dinilai berdasarkan harga

rata-rata. Sehingga barang yang tersisa pada akhir periode

adalah barang yang memiliki nilai rata-rata.

2. Metode Buku (Perpectual inventory method)

Dalam metode buku setiap jenis persediaan dibuatkan

rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu


14

persediaan. Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari

rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar. Setiap

perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam

rekening persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu

dapat diketahui dengan melihat kolom saldo dalam rekening

persediaan. Penggunaan metode buku akan memudahkan

penyusunan neraca dan laporan rugi laba, karena tidak perlu lagi

mengadakan perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah

persediaan akhir.

a. FIFO (First In First Out)

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau

diprediksi) lebih dahulu akan dikeluarkan (dijual) lebih

dahulu. Sehingga tersisa pada akhir periode adalah barang

yang berasal dari pembelian atau produksi terakhir.

b. LIFO (Last In First Out)

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi)

paling akhir akan dikeluarkan/dijual paling awal.

Sehingga barang yang tersisa pada akhir periode adalah

barang yang berasal dari pembelian atau produksi awal

periode.

c. Moving Avarage (rata-rata bergerak).

Dalam metode ini, barang yang dikeluarkan/dijual

maupun barang yang tersisa, dinilai berdasarkan harga


15

rata-rata bergerak. Sehingga barang yang tersisa pada

akhir periode adalah barang yang dimiliki nilai rata-rata.

2.1.3 Sistem perhitungan fisik persediaan

Menurut Mulyadi (2016:483)[4] sistem akuntansi

persediaan dengan metode mutasi persediaan (perpetual inventory

method), di bagian kartu persediaan diselenggarakan catatan

akuntansi berupa kartu persediaan (inventory ledger) yang

digunakan untuk mencatat mutasi setiap jenis persediaan yang

disimpan di bagian gudang. Bagian kartu persediaan bertanggung

jawab atas terselenggaranya catatan akuntasi yang dapat diandalkan

(reliable) mengenai persediaan yang disimpan di bagian gudang.

Menurut Mulyadi (2016:483)[4] sistem penghitungan fisik

persediaan pada umumnya digunakan oleh perusahaan untuk

menghitung fisik persediaan yang disimpan di gudang, yang

hasilnya akan digunakan untuk meminta pertanggungjawaban

bagian gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan dan

pertanggung jawaban mengenai keandalan catatan persediaan,

untuk melakukan penyesuaian (adjustment) terhadap catatan

persediaan di bagian kartu persediaan. Sistem perhitungan fisik

persediaan merupakan salah satu unsur pengendalian internal yang

melekat terhadap persediaan.

Menurut Mulyadi (2016:483)[4] dokumen yang digunakan

untuk merekam, meringkas dan membukukan hasil penghitungan


16

fisik persediaan adalah kartu penghitungan fisik, daftar hasil

penghitungan fisik dan Bukti memorial. Catatan akuntasi yang

digunakan yaitu kartu persediaan, kartu gudang dan Jurnal umum.

Menurut Mulyadi (2016:487)[4] fungsi yang terkait dibentuk

untuk melaksanakan penghitungan fisik persediaan bersifat

sementara, biasanya berbentuk panitia, komite atau Tim yang

anggotanya dipilih dari karyawan yang tidak menyelenggarakan

catatan akuntansi persediaan dan tidak melaksanakan fungsi

gudang. Panitia penghitungan fisik persediaan terdiri dari

pemegang kartu penghitungan fisik, penghitung dan pengecek.

Dengan demikian fungsi yang terkait dalam sistem penghitungan

fisik persediaan adalah :

1. Panitia penghitungan fisik persediaan

Panitia ini berfungsi untuk melaksanakan

perhitungan fisik persediaan dan menyerahkan hasil

perhitungan tersebut kepada bagian kartu persediaan untuk

digunakan sebagai dasar penyesuaian terhadap catatan

persediaan dalam kartu persediaan. Pemegang kartu

perhitungan fisik persediaan bertugas untuk menyimpan dan

mendistribusikan kartu perhitungan fisik kepada para

penghitung, melakukan pembandingan hasil perhitungan fisik

persediaan yang telah dilaksanakan oleh penghitung dengan


17

pengecek, dan mencatat hasil perhitungan fisik persediaan

dalam daftar hasil perhitungan fisik.

2. Fungsi akuntansi

Dalam sistem perhitungan fisik persediaan, fungsi

ini bertanggungjawab untuk

a. Mencantumkan harga pokok satuan persediaan yang

dihitung kedalam daftar hasil perhitungan fisik.

b. Mengkalikan kuantitas dengan harga pokok persatuan

yang tercantum dalam daftar hasil perhitungan fisik.

c. Mencantumkan harga pokok total dalam daftar hasil

perhitungan fisik.

d. Melakukan penyesuaian terhadap kartu persediaan

berdasar data hasil perhitungan fisik persediaan.

e. Membuat bukti memorial untuk mencatat penyesuaian

data persediaan dalam jurnal umum berdasarkan hasil

perhitungan fisik persediaan.

3. Fungsi gudang

Dalam sistem perhitungan fisik persediaan, fungsi

gudang bertanggung jawab untuk melakukan penyesuaian

data kuantitas persediaan yang dicatat dalam kartu gudang

berdasarkan hasil perhitungan fisik persediaan.


18

2.2 Pengendalian Intern

2.2.1 Pengertian Pengendalian intern

Pengendalian intern menurut Mulyadi (2016:129)[4] adalah

meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran yang

dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek

ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan

mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi sistem

pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang hendak

dicapai dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem

tersebut. Dengan demikian pengertian pengendalian intern tersebut

diatas berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya

secara manual, dengan mesin pembukuan, maupun dengan

komputer.

Menurut Ardiyos dalam Tuti (2012:11)[6] Pengendalian

internal adalah suatu sistem yang disusun sedemikian rupa,

sehingga antara bagian yang satu secara otomatis akan mengawasi

bagian yang lainnya. Pengendalian internal adalah suatu pengujian

kebenaran yang dilakukan dengan mencocokkan berbagai angka-

angka dan transaksi yang dilaksanakan oleh petugas yang berbeda.

Pengertian Pengendalian intern menurut Amin Widjaja

Tunggal (2010:195)[6] adalah suatu proses yang dijalankan oleh

dewan komisaris, manajemen, personal entitas lain yang didesain

untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga


19

golongan tujuan berikut ini : (a) Keandalan pelaporan keuangan (b)

Efektifitas dan efisiensi operasi, dan (c) Kepatuhan terhadap

hukum dan peraturan yang berlaku.

Sedangkan menurut James M. Reeve (2012:390)[7]

Pengendalian intern terdiri atas lima komponen, yaitu :

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak organisasi

dan mempengaruhi kesadaran pengendali orang-orangnya,

merupakan dasar untuk semua komponen. Lingkungan

pengendalian mencakup hal-hal sebagai berikut :

a) Integritas dan nilai etika

b) Komitmen terhadap kompetensi

c) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit

d) Struktur organisasi

e) Pemberian wewenang dan tanggung jawab

f) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Penilaian Resiko

Resiko yang relevan dengan pelaporan keuangan

mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang

dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan

entitas untuk mencatat mengolah dan meringkas serta

melaporkan data keuangan dengan asersi manajemen laporan


20

Keuangan. Resiko dapat timbul atau berubah karena keadaan

berikut:

a) Perubahan dalam lingkungan operasi

b) Personil baru

c) Sistem informasi yang baru atau aktivitas baru

d) Teknologi baru

e) Standar akuntansi baru

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur

yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen

dilaksanakan, mempunyai berbagai tujuan di berbagai

organisasi dan fungsi. Aktivitas pengendalian sebagai

kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal sebagai

berikut :

a) Review terhadap kinerja.

b) Pengolahan informasi.

c) Pengendalian fisik.

d) Pemisahan Tugas.

4. Informasi dan Komunikasi.

Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut

berdampak terhadap kemampuan manajemen dalam

menyiapkan laporan keuangan yang andal. Komunikasi

mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan


21

tanggung jawab individual. Auditor harus memperolah

pengetahuan memadai tentang sistem informasiyang relevan

dengan pelaporan keuangan untuk memahami :

a) Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan

bagi laporan keuangan.

b) Bagaimana transaksi tersebut dimulai

c) Catatan akuntansi, informasi pendukung dan akun tertentu

dalam laporan keuangan

d) Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja

pengendalian intern. Pemantauan ini mencakup penentuan

desain dan operasi pengendalian tepat waktu pengambilan

tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan

yang berlangsung terus menerus, evaluasi secara terpisah.

Aktivitas pemantauan mencakup penggunaan informasi dari

komunikasi dengan pihak luar.

2.2.2 Tujuan Pengendalian intern

Tujuan sistem pengendalian internal adalah menjaga aset

organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen,

menurut Mulyadi (2016:129)[4].


22

Menurut James M. Reeve dkk (2012: 389)[7] tujuan

pengendalian intern adalah menyediakan keyakinan yang memadai

bahwa (1) asset telah dilindungi dan digunakan untuk keperluan

bisnis, (2) informasi bisnis akurat, dan (3) karyawan mematuhi

hukum dan peraturan yang berlaku,

a. Aset telah dilindungi dan digunakan untuk keperluan bisnis

Pengendalian intern dapat melindungi asset

perusahaan dari pencuri, kecurangan, penyalahgunaan, atau

kesalahan penempatan. Salah satu pelanggaran pengendalian

yang paling serius adalah adalah kecurangan yang dilakukan

karyawan. Kecurangan karyawan (employee fraud) adalah

tindakan yang disengaja untuk menipu perusahaan demi

keuntungan pribadi. Penipuan ini meliputi pencurian kecil-

kecilan, seperti lebih catat perjalanan dinas dengan sengaja,

hingga penggelapan uang miliaran rupiah melalui skema

penipuan yang rumit.

b. Informasi bisnis akurat

Informasi yang akurat sangat penting untuk

menjalankan perusahaan dengan sukses. Perlindungan asset

serta informasi yang akurat sering kali berjalan beriringan.

Alasannya adalah karyawan yang mencoba melakukan

penipuan juga harus melakukan penyesuaian pencatatan


23

akuntansi agar dapat menyembunyikan kecurangan yang

dilakukannya.

c. Karyawan harus patuh pada hukum dan peraturan

Perusahaan harus patuh pada hukum, peraturan,

serta standar pelaporan keuangan yang berlaku. Contoh

standar hukum yang mencakup peraturan mengenai

lingkungan hidup, klausul perjanjian, peraturan keselamatan

kerja, dan prinsip akuntansi berterima umum (generally

accepted accounting principles).

2.2.3 Unsur-unsur Pengendalian intern

Unsur pokok dalam pengendalian intern menurut Mulyadi adalah

(Mulyadi, 2016:130)[4]:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab

fungsional secara tegas.

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung

jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan.

Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini

didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:

a. Harus dipisahkan dari fungsi-fungsi operasi dan

penyimpanan dari fungsi akuntansi.

Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang

untuk melaksanakan suatu kegiatan (misalnya pembelian).


24

Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan otorisasi

dari manajer fungsi yang memiliki wewenang untuk

melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi penyimpanan

adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan

aset perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang

memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan

perusahaan.

b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh

untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan

perlindungan yang cukup terhadap aset, utang, pendapatan dan

beban.

Dalam organisasi, setiap transaksi hanya tejadi atas dasar

otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk

menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam

organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian

wewenang untuk terlaksananya setiap transaksi. Formulir

merupakan media yang digunakan untuk merekam

pengggunaan wewenang untuk memberikan otorisasi

terlaksananya transaksi dalam organisasi. Oleh karena itu,

penggunaan formulir harus diawasi sedemikian rupa guna

mengawasi pelaksanaan otorisasi. Prosedur pencatatan yang

baik menjamin data yang direkam dalam formulir dicatat dalam


25

catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalan yang

(reliability) yang tinggi. Dengan demikian sistem otorisasi akan

menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat

dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat

dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur

pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti

dan dapat dipercaya mengenai aset, utang, pendapatan, dan

beban suatu organisasi.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap

unit organisasi

Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang

dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan

terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk

menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun

cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam

menciptakan praktik yang sehat adalah:

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang

pemakainnya harus dipertanggungjawabkan oleh yang

berwenang. Formulir merupakan alat untuk memberikan

otorisasi terlaksananya transaksi sehingga pengendalian

pemakaiannya dengan menggunakan nomor urut tercetak,

akan dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksananya

transaksi.
26

b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan

mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu

kepada pihak yang akan diperiksa., dengan jadwal yang

tidak teratur.

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai

akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada

campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. Karena

setiap transaksi dilaksanakan dengan campur tangan pihak

lain, sehingga terjadi internal check terhadap pelaksanaan

tugas setiap unit organisasi yang terkait , maka setiap unit

organisasi akan melaksanakan praktik yang sehat dalam

pelaksanaan tugasnya.

d. Perputaran jabatan (Job rotation). Perputaran jabatan yang

diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi

pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga

persekongkolan di antara mereka dapat dihindari.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

Bagaimanapun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan

prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk

mendorong praktik yang sehat semuanya sangat tergantung

kepada manusia yang melaksanakannya. Diantara empat unsur

pengendalian internal yang paling penting. Jika perusahaan

memiliki karyawan yang kompeten dan jujur. Untuk


27

mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya,

berbagai cara berikut ini dapat ditempuh :

a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang

dituntut oleh pekerjaannya. Untuk memperoleh karyawan

yang mempunyai kecakapan yang sesuai dengan tuntutan

tanggung jawab yang akan dipikulnya, manajemen harus

mengadakan analisis jabatan yang ada dalam perusahaan

dan menentukan syarat-syarat yang dipenuhi oleh calon

karyawan yang akan menduduki jabatan tersebut.

b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi

karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan

perkembangan pekerjaannya.

Menurut Mulyadi (2016:488)[4] unsur pengendalian intern dalam

sistem perhitungan fisik persediaan adalah :

1. Organisasi

a) Perhitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh panitia

yang terdiri dari pemegang kartu perhitungan fisik, fungsi

penghitung dan fungsi pengecek.

b) Panitia yang dibentuk harus terdiri dari karyawan selain

karyawan fungsi gudang dan fungsi akuntansi persediaan,

karena karyawan di kedua fungsi inilah yang justru

dievaluasi tanggung jawabnya atas persediaan.


28

2. Sistem Otorisasi

a) Daftar hasil penghitungan fisik persediaan ditandatangani

oleh Ketua Panitia Penghitungan Fisik Persediaan

b) Pencatatan hasil penghitungan fisik persediaan didasarkan

atas kartu penghitungan fisik yang telah diteliti

kebenarannya.

c) Harga satuan yang dicantumkan dalam daftar hasil

penghitungan fisik berasal dari kartu persediaan.

d) Penyesuaian terhadap kartu persediaan didasarkan pada

informasi (kuantitas dan harga pokok) tiap jenis persediaan

yang tercantum dalam daftar penghitungan fisik.

3. Praktik yang sehat

a) Kartu penghitungan fisik bernomor urut dan penggunaannya

dipertanggungjawabkan oleh fungsi pemegang kartu

penghitungan fisik.

b) Penghitungan fisik setiap jenis persediaan dilakukan secara

independen, pertama oleh penghitung kedua oleh pengecek.

c) Kuantitas dan data persediaan yang lain yang tercantum

dalam bagian ke 3 dan bagian ke 2 kartu penghitungan fisik

dicocokkan oleh fungsi pemegang kartu penghitungan fisik

sebelum data yang tercantum dalam bagian ke 2 kartu

penghitungan fisik dicatat dalam daftar hasil penghitungan

fisik.
29

d) Peralatan dan metode yang digunakan untuk mengukur dan

menghitung kuantitas persediaan harus dijamin

ketelitiannya.

2.2.4 Pengendalian intern terhadap persediaan

Perencanaan dan pengendalian merupakan sesuatu yang

tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan kegiatan. Dalam

pelaksanaan memerlukan usaha yang sungguh-sungguh dan sangat

tergantung pada sistem pengendalian yang efektif dan sistem

informasi yang digunakan. Pengendalian ada 2 jenis, yaitu : (1)

Pengendalian akuntansi, pengendalian akuntansi meliputi struktur

organisasi dan semua ukuran serta metode yang dikoordinasikan

dan diterapkan dalam suati organisasi untuk menjaga kekayaan dan

harta milik perusahaan serta mengecek ketelitian serta dapat

dipercaya data akuntansinya (Zaki Baridwan, 2001:25)[3]. (2)

Pengendalian administratif, untuk mengetahui internal control

dalam arti sempit menurut Alepa diterjemahkan oleh Bambang

Karyadi (2000:115)[3] menyatakan bahwa sistem pengendalian

intern meliputi struktur organisasi semua metode dan ketentuan

yang terkoorsdinasi dan dianut oleh perusahaan untuk melindungi

harta kekayaan, ketelitian, serta seberapa jauh data akuntansi dapat

dipercaya untuk mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan

yang telah diterapkan tentang persediaan barang.


30

Menurut James M. Reeve dkk (2012:344)[7] Pengendalian

atas persediaan harus segera dimulai saat persediaan diterima.

Laporan penerimaan harus dilengkapi oleh departemen penerimaan

perusahaan sebagai akuntabilitas awal atas persediaan. Untuk

memastikan persediaan yang diterima adalah barang yang dipesan,

laporan penerimaan harus sesuai dengan pesanan pembelian barang

yang dikeluarkan perusahaan. Pesanan pembelian pemberi

wewenang atas pembelian suatu barang oleh pemasok. Begitu pula,

harga persediaan yang dipesan, seperti ditunjukkan dalam pesanan

pembelian, harus dibandingkan dengan harga yang ditagihkan

pemasok ke perusahaan, seperti ditunjukkan dalam faktur pemasok,

setelah laporan penerimaan, pesanan pembelian, dan faktur

pemasok dicocokkan, perusahaan harus melaporkan persediaan dan

utang usaha terkait di catatan akuntansi.

Pengendalian untuk melindungi persediaan meliputi

mengembangkan dan menggunakan tindakan keamanan untuk

mencegah kerusakan persediaan atau pencurian oleh pelanggan

karyawan. Sebagai contoh, persediaan harus disimpan dalam

sebuah gudang atau area lain dengan akses terbatas hanya pada

karyawan yang telah diberi kuasa.

Menggunakan sistem persediaan perpetual untuk

perusahaan dagang juga menghasilkan alat pengendalian yang

efektifitas atas persediaan. Informasi mengenai jumlah setiap jenis


31

barang selalu tersedia dalam buku besar pembantu persediaan.

Disamping itu, buku besar pembantu dapat menjadi alat bantu

untuk menjaga kuantitas persediaan pada tingkat tertentu.

Seringkali, membandingkan saldo tingkat persediaan maksimum

dan minimum yang telah ditentukan memungkinkan pemesanan

kembali tepat pada waktunya dan mencegah pemesanan kembali

dalam jumlah yang berlebihan.

Untuk memastikan keakuratan jumlah persediaan yang

dilaporkan dalam laporan keuangan, sebuah perusahaan dagang

perlu melakukan perhitungan fisik persediaan (physical inventory),

yaitu mengitung persediaan secara fisik. Pada sistem persediaan

perpetual, jumlah hasil perhitungan fisik dibandingkan dengan

catatan persediaan yang hilang atau rusak. Jika persediaan yang

hilang jumlahnya tidak normal., maka manajemen dapat

menyelidiki lebih jauh dan melakukan tindakan perbaikan yang

diperlukan. Mengetahui bahwa perhitungan fisik akan dilaksanakan

juga membantu mencegah pencurian oleh karyawan atau

penyalahgunaan persediaan. Kebanyakan perusahaan melakukan

perhitungan fisik saat tingkat persediaan paling rendah.

Anda mungkin juga menyukai