Anda di halaman 1dari 12

PESEDIAAN (Inventory), Metode FIFO, LIFO, dan Rata-rata

DOSEN PENGAMPU : YULI YANTI YUSNITA, SE, M.Ak

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :


1. NURUL HIDAYATI (21020070)
2. RIEN DWITA (21020069)
MATA KULIAH : RISET OPERASI BISNIS

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI BENGKULU


ADMINISTRASI BISNIS
TAHUN AJARAN 2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persediaan adalah segala sesuatu / sumber-sumber daya organisasi yang di simpan


dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan
produk physical pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke

barang dalam proses,dan kemudian barang jadi (Handoko, 1997:hal 333) Persediaan
merupakan salah satu asset yang paling mahal dibanyak
perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer
operasi diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajement
persediaan yang baik itu sangatlah penting disatu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi
biaya dengan cara menurunkan tiket persediaan ditangan. Dipihak lain, konsumen akan
merasa tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus
mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis system perencanaan dan

pengendalian persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan


apakah akan membeli atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini diterapkan,
langkah berikutnya adalah meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi
menetapkan persediaan yang diperlukan untuk melayani
permintaan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Persediaan ?

2. Apa saja Klasifikasi Persediaan ?

3. Bagaimana Sistem pencatatan persediaan ?

4. Apa Metode Dalam Penentuan Nilai Persediaan ?

5. Bagaimana Contoh Kasus FIFO, LIFO dan RATA-RATA ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengertian Persediaan

2. Dapat memahami Klasifikasi Persediaan

3. Tahu Sistem pencatatan persediaan

4. Mengetahui Metode Dalam Penentuan Nilai Persediaan

5. Mengetahui cara perhitungan FIFO, LIFO dan RATA-RATA

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang y
perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan
Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki

persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang


perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku,

persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena

baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa
mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung

berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.

B.Klasifikasi Persediaan
Klasifikasi persediaan dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
a) Menurut PSAK no.14 (2007)

Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu


jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan

Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa


persediaan adalah aktiva:

 Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.


Dalam proses produksi dan atau perjalanan atau

Dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam
 proses produksi

3
b) Menurut jenis perusahaan
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut.
Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk
siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam
perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya
klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan
perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua

perusahaan itu memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual


barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada
proses pengolahan seandainya terjadi pengolahan maka
pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau pemberian kemasan agar
barang lebih menarik selera konsumen. Sedangkan fungsi
perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi produk selesai.

C. Sistem pencatatan persediaan


Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan
menetapkan biaya persediaan selama satu periode, sistem persediaan yang digunakan adalah:

1. Sistem Periodik (physical)


 Yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk menentukan
jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi

pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu

periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang
menerapkan sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang
beraneka ragam namun nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi adalah kios majalah
di sebuah pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah,
koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan
beraneka ragam namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus
mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi tinggi.
Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat diabaikan dengan
adanya teknologi komputer yang meMudahkan pencatatan transaksi dengan

frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.

2. Sistem Permanen (Perpetual),


 Yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan
membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun
penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki
nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga

4
perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali
persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah
tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).

Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk
mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian
persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode akan
dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai
persediaan pada akhir periode.

D. Metode Dalam Penentuan Nilai Persediaan


Metode yang dapat kita pergunakan. Yaitu : 1. Metode FIFO 2. Metode LIFO
3.Metode rata-rata 4.Metode identifikasi khusus.

1.Metode FIFO ( First In First Out )

 Dalam metode ini, barang yang pertama kali masuk dianggap dijual
terlebih dahulu. Jadi harga barang yang masih tersisa di persediaan kita
adalah barang-barang yang terakhir dibeli oleh kita.

2.Metode LIFO ( Last In First Out )

 Metode ini merupakan kebalikan dari metode yang pertama disebutkan


diatas. Jadi barang yang pertama kali dijual justu adalah barang yang

terakhir kali dibeli. Dan barang yang masih ada di persediaan kita adalah
barang-barang yang pertama kali kita beli.

3.Metode rata-rata ( Average Method )

 Nilai persediaan barang yang ada di unit usaha kita dihitung berdasarkan
harga rata-rata pembelian. Dalam metode ini terdapat dua cara

penghitungan yang berbeda.


a)Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata ditentukan dari rata-rata harga
beli barang secara global.
Rata-rata tertimbang, niali rata-rata per unit.
b)

4.Metode idetifikasi khusus.

 Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing


jenis barang yang ada. Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah jelas

darimana asal-usulnya serta harga yang diperoleh ketika pembelian barang


tersebut.

5
E. Contoh Kasus FIFO, LIFO dan RATA-RATA

FIFO (First In First Out)


Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) terlebih dahulu akan
dikeluarkan (dijual) pertama kali, sehinggan yang tersisa pada periode adalah
barang yang berasal dari pembelian atau produksi terakhir.

Sebagai contoh, PT Niaga Jaya adalah distributor microwave merek


“Hotmix” yang belokasi di Jakarta. Selama bulan Januari 2002, data yang dimiliki
perusahaan ini berkaitan dengan persediaan microwave adalah sebagai

berikut:

Tanggal KeteranganVolume Harga/unit Nilai


1 Januari Persediaan 250 unit 550.000 137.500.000

20012

12 Januari Pembelian 300 unit 600.000 180.000.000

2012

21 Januari Pembelian 350 unti 640.000 224.000.000

2012

31 Januari Pembelian 100 unit 675.000 67.500.000

2012

Total 1.000 unit 609.000.000

Selama bulan Januari 2012, perusahaan ini menjual 700 unit microwave kepada

para pelanggannya secara tunai dengan harga jual Rp900.000 per unit, dan

perusahaan tidak mencatat keluar masuknya barang tersebut secara terinnci. Pada akhir
bulan Januari 2012 bagian akuntansi dan gudang perusahaan melakukan
stock opname persediaan. Hasil perhitungan fisik menunjukkan jumlah persediaan

pada akhir bulan Januari sebanyak 300 unit persediaan pada akhir microwave.

Karena perusahaan menggunakan metode FIFO, maka dari 300 unit persediaan

pada akhir bulan Januari itu, harga beli microwave yang digunakan adalah harga terakhir,
yaitu sebanyak 100 unit menggunakan harga Rp675.000 per unit dan sebanyak 200 unit
menggunakan harga Rp640.000 per unit. Jadi, nilainya adalah:

- 100 unit @ Rp 675.000 = 67.500.000

- 200 unit @ Rp 640.000 = 128.000.000

- Total Rp 195.500.000

Karena hasil stock opname menunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan Januari 2012
sebesar 300 unit bernilai Rp195.500.000, maka beban pokok penjualan (BPP) bulan Januari

6
adalah Rp413.500.000 yang dihitung sebagai berikut:

- Persediaan, awal (1 Januari 2012) 137.500.000

- Pembelian 417.500.000

- Persediaan total 609.000.000

- Persediaan, akhir (31 Januari 2012) (195.500.00)


- Beban pokok penjualan 413.500.000
Nilai beli sebesar Rp471.500.000 adalah nilai beli pada bulan Januari 2012 untuk 3 kali
transaksi pembelian, yaitu pada tanggal 12, 21, 31 Januari 2012.

LIFO (Last In Firs Out)

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi paling akhir akan
dikeluarkan/dijual paling awal). Jadi, barang yang tersisa pada akhir periode
adalah barang yang berasal dari pembelian atau diproduksi awal periode.
Dalam kasus PT. Niaga Jaya, jika perusahaan menggunakan metode LIFO, maka
akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang berbeda dimana hasil
perhitungan fisik (stock opnamme) menunjukkan jumlah persediaan pada akhir

bulan Januari sebanyak 300 unit microwave. Karena perusahaan menggunakan


metode LIFO, maka dari 300 unit persediann pada akhir bulan Januari harga beli
microwave yang digunakan adalah harga awal, yaitu sebanyak 250 unit
menggunakan harga Rp550.000 per unit dan sebanyak 50 unit menggunakan
harga Rp600.000 per unit. Jadi nilainya adalah:
- 250 unit @ Rp550.000 = 137.500.000
- 50 unit @ Rp600.000 = 30.000.000

- Total RP 167.500.000

Karena hasil stock opname menunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan
Januari 2012 sebanyak 300 unitt bernilai Rp167.500.000, maka beban pokok
penjualan (BPP) bulan Januari 2012 adalah Rp441.500.000 yang dihitung sebagai

berikut:
- Persediaan, awal (1 Januari 2012) 137.500.000

- Persedian 471.500.000

- persediaan total 609.000.000

- persediaan, akhir (31 Januari 2012) (167.500.000)

- beban pokok penjualan 441.500.000

IFRS tidak mengizinkan penggunaan metode LIFO dalam mencatat persediaan.

7
RATA-RATA AVERAGE
Dalam metode ini barang yang di keluarkan/dijual maupun barang yang tersisa
dinilai berdasarkan harga rata-rata, sehingga barang yang tersisa pada akhir

periode adalah barang yang dimiliki nilai rata-rata.

Dalam kasus PT.Niaga Jaya, jika perusahaan menggunakan metode Rata- rata, maka
akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang berbeda di mana hasil
perhitunganfisik (stock opname) menunjukkan jumlah persediaan pada akhir

bulan januari sebanyak 300 unit persediaan pada akhir bulan Januari harga beli

Microwave yang digunakan adalah harga rata-rata.

Selama bulan januari 2012, PT. Niaga Jaya memilika 1.00 unit microwave dengan
nilai sebesar Rp. 609.000.000. karena dari 1.000 unit persediaan tersebut memiliki harga beli
yang berbeda, maka harga beli rata-rata persediaan adalah Rp. 609.000.000 : 1.000 unit = Rp.
609.000 per unit. Jadi, nilai persediaan perusahaan
pada akhir bulan januari 2012 adalah Rp.609.000 x 300 unit = Rp. 182.700.000 Karena
hasil stock opnamemenunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan januari 2012 sebanyak 300
unit bernilai Rp. 182.700.000, maka beban pokok penjualan (BPP) bulanjanuari 2012 adalah
Rp. 426.300.000 yang dihitung sebagai berikut :

- Persediaan, awal ( 1 januari 2012) 137.500.000

- Pembelian 471.500.000

- Persediaan Total 609.000.000

- Persediaan, akhir (31 Januari 2012) (182.700.000)

- Beban Pokok Penjualan 426.300.000

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki

perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus
operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual
atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva
perusahaan yang menempati posisi yang cukup

penting dalam suatu perusahaan.

Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan


ada dua, yaitu:

1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik) 2.


Metode Perpetual.

Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit ) sangat tergantung dari
perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob
Shipping Point dan (2) Fob Destination. Tidak semua
barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan, misalnya barang
titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas nama
pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment in) tidak dapat diakui
sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang sifatnya consigment out , yang
sampai dengan tanggal neraca
belum terjual harus dicantumkan di Neraca.

Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistem fisik/periodik
( periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan melakukan
menghitung fisik terhadap persediaan

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya

penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung

jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian
terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang
daftar pustaka makalah.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://erisetyo21.blogspot.co.id/2015/02/makalah-akuntansi-persediaan.html

http://alifsyarmizaro.blogspot.com/2011/03/alasan-us-gaap-masih-mengadopsi- lifo.html
http://dasar-akuntansi.blogspot.com/2009/09/akuntansi-persediaan.html Assauri, Sofjan.
Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi revisi 2008. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.Jakarta: 2008

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan.............................................................................................3
B. Klasifikasi Persediaan............................................................................................3
C. Sistem pencatatan persediaan.................................................................................4
D. Metode Dalam Penentuan Nilai Persediaan...........................................................5
E. Contoh Kasus FIFO, LIFO dan RATA-RATA......................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................10
B. Saran.........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanniirahim

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah penulis ini sangat jauh dari apa yang diharapkan

baik susunan bahasa maupun cara penulisannya. Untuk itu penulis sangat berterima kasih

kepada :

1. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dorongan motivasi maupun materil

2. Yang terhormat Dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk dalam


penyusunan bahasa dan metode penulisan makalah.

3. Kepada teman-teman penulis yang telah memberikan saran dan masukan dalam
penyusunan makalah ini.

Meskipun telah berusaha segenap kemampuan namun penulis menyadari

bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, sehingga kritik, koreksi dan
saran semua pihak untuk menyempurnakan makalah penulis selanjutnya senantiasa akan
penulis terima dengan tangan terbuka.
Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen

pembimbing yang telah membimbing penulis untuk membuat makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai