Anda di halaman 1dari 17

PERSEDIAAN BARANG DAGANG

Disusun oleh :

Nama : Rodya Cerisa Dongge

NIM : 236601079

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI – 66 KENDARI


2023
KATA PENGANTAR

Pada umumnya dalam suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan
dan manufaktur, akan selalu melakukan perhitungan terhadap ketersedian barangnya
setiap kali barang tersebut keluar dari gudang maupun terjadi pembelian barang.
Sering kali perusahaan akan memperhitungan ketersedian barangnya pada saat akhir
periode (Periodik) dan pada saat barang masuk ke gudang ataupun keluar dari gudang
(Perpetual). meskipun sudah sering di lakukan perhitungan secara mendetail tetap
saja terjadi kecurian barang yang diakibatkan oleh sistem perhitungan persediaan
barang yang tidak sesuai.

Sistem perhitungan persediaan barang yang biasa digunakan yaitu


FIFO,LIFO,Average. Di Indonesia sistem perhitungan persediaan LIFO tidak
digunakan karena, menurut salah satu standar akuntansi yang tidak memperbolehkan
menggunakan metode perhitungan persediaan dengan LIFO, salah satunya yaitu:
International Financial Reporting Standards (IFRS). Berdasarkan IFRS metode LIFO
sudah tidak boleh lagi untuk digunakan karena metode LIFO menyebabkan nilai
inventory yang disajikan dalam laporan posisi keuangan (balance sheet) tidak
merepresentasikan recent cost level of inventory.

i
Daftar Isi

Halaman Judul
Abstraksi..................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.......................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................1
3. Tujuan Pembelajaran.............................................................................1
BAB II Pembahasan
1. Pengertian Persediaan...........................................................................2
2. Klasifikasi Persedian.............................................................................3
3. Sistem pencatatan Persedian.................................................................4
4. Metode dalam penentuan nilai Persedian ............................................6
5. Alasan mengapa LIFO tidak diakui di Indonesia.................................11
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan............................................................................................13

Daftar Pustaka..........................................................................................................14

ii
BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Persediaan adalah segala sesuatu / sumber-sumber daya organisasi yang di simpan


dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk
physical pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam
proses,dan kemudian barang jadi (Handoko, 1997:hal 333)
Persediaan merupakan salah satu asset yang paling mahal dibanyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi
diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu
sangatlah penting disatu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara
menurunkan tiket persediaan ditangan. Dipihak lain, konsumen akan merasa tidak
puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai
keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Persediaan ?
2. Klasifikasi Persediaan ?
3. Sistem Pencatatan Persediaan ?
4. Metode dalam Penentuan nilai Persediaan ?
5. Alasan mengapa LIFO tidak diakui di Indonesia ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


diharap agar pembaca dapat mengetahui bagaimana cara mengelola
persediaan barang dengan menggunakan metode-metode yang tersedia meskipun
LIFO tidak digunakan di Indonesia.
BAB 2
Pembahasan

2.1 Pengertian Persediaan


Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan
untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,
untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.
Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses,
barang jadi, ataupun suku cadang. Persediaan pada perusahaan dagang berupa
persediaan barang dagang. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan
akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan
dari para pelanggannya.

Pengertian Persediaan Menurut Ahli

Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) pengertian persediaan adalah aktiva:

1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;


2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa

Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode
waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau
proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi.

Sedangkan menurut Herjanto (1999, hal: 219) Persediaan adalah bahan atau
barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu,
misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku
cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan
pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang.

2.2 Klasifikasi Persediaan


Klasifikasi persediaan dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
a. Menurut PSAK no.14 (2007)

Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu


jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan adalah
aktiva:

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal


b. Dalam proses produksi dan atau perjalanan
c. Dalam bentuk bahan yang digunakan dalam proses produksi

b. Menurut jenis perusahaan

Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan


tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam
bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan
dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi. Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan
perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu
memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang
diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan
seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada
pembungkusan atau pemberian kemasan agar barang lebih menarik selera konsumen.
Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi
produk selesai.
a) Bahan baku

Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses
produksi, sehingga akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan
kegiatan perusahaan. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan
produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat
efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan produksi.

b) Barang dalam proses

Adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi barang
jadi, sehingga persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya
produksi, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk keproses
produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi.

c) Barang jadi

Adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera
dijual, pada persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya
merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat
merangsang peningkatan penjualan dengan cara mengubah persyaratan kredit atau
dengan memberikan kredit untuk resiko yang kecil (marginal risk).

2.3 Sistem Pencatatan

 Sistem Periodik (physical)

Sistem periodik yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara
phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi
pengukuran dan penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk
kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan
sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam
namun nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat
perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis,
aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka ragam namun
nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap transaksi
yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian sebenarnya
pada saat ini alasan tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang
memudahkan pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko
retail.

 Sistem Permanen (Perpetual)

Sistem Permanen( perpetual) yaitu melakukan pembukuan atas persediaan


secara terus menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik
pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal
persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu
waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat
mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin
cuci, kulkas, microwave).

Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk
mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian
persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga pada akhir periode
akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang yang dijual dan
melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.
2.4 Metode dalam penentuan nilai persediaan

A. Sistem perpetual

1. Metode FIFO

Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling
awal juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok
dilakukan pada saat terjadi penjualan

2. Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling
awal juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok
dilakukan pada saat terjadi penjualan.

3. Metode RataRata bergerak ( Moving Average )

Dalam metode ini, harga beli ratarata dihitung setiap terjadi transaksi
pembelian. Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga ratarata pada
saat terjadi transaksi penjualan.

 Contoh Soal

PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018
adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga


2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000
10 Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000
5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000
7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000
21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000
18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000
20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000
10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000

Diminta : Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan
Average.

Jawaban:

a. FIFO (First-in First-Out)

b. LIFO (masuk terakhir keluar pertama)


c. Rata-rata (average)

B. Sistem Periodik
1. Metode FIFO

Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau
dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau
yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung
berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah
pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan pada
harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.

2. Metode LIFO

Dalam metode ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau
dijual sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau
yang masuk lebih awal. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung
berdasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya,
atau nilai persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli pada awal,
sesuai dengan jumlah unitnya.
3.Metode Tanda Pengenal Khusus
Dalam metode tanda pengenal khusus ( specific identification ) setiap barang yang
dibeli atau yang masuk diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan harga per
satuan sesuai faktur yang diterima. Pada metode ini sudah jelas harga per satuannya
Dengan demikian untuk mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode
tinggal mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan harga yang tercantum
dalam etiket barang tersebut.
4. Metode RataRata
1. Metode Rata-Rata Sederhana
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli
per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan frekwensi
pembelian dan persediaan awal periode.

2. Metode Rata-Rata Tertimbang

Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga
barang yang tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah
pembelian dengan kuantitas barang tersebut

Contoh Soal

PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018
adalah sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga

2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000

10 Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000

5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000

7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000

21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000

18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000

20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000

10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000

Diminta :
1. Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem periodik dengan metode FIFO, LIFO dan
Average.

Jawaban:

Sistem periodik

Keterangan/sistem FIFO LIFO Average


Persedian awal Rp.1.800.000 Rp.1.800.000 Rp.1.800.000
Pembelian Rp.8.600.000 Rp.8.600.000 Rp.8.600.000
Barang yang tersedia untuk Rp.10.400.000 Rp.10.400.000 Rp.10.400.000
dijual
Persedian akhir (Rp.3.400.000) (Rp.2.800.000) (Rp.3.120.000)
Harga Pokok penjualan Rp.7.000.000 Rp.7.600.000 Rp.7.280.000

2.5 Alasan mengapa LIFO tidak digunakan di Indonesia

Larangan penggunaan metode LIFO ini sesuai dengan IASB (International


Accounting Standard Board) suatu badan yang mengeluarkan IFRS yang ditaati oleh
negara-negara Eropa. Hal yang senada juga terjadi di negara kita dimana PSAK 14
revisi 2009 melarang penggunaan metode LIFO itu sendiri. Hal ini disebabkan karena
sejak tahun 2009, PSAK kita mulai sedikit demi sedikit mulai mengadopsi IFRS
sampai pada tahun 2012 nanti secara penuh PSAK kita mengadopsi IFRS.
Namun, US. GAAP yang merupakan Standar Amerika Serikat tetap
memperbolehkan penggunaan LIFO tersebut yang dicerminkan dari perusahaan-
perusahaan yang masih menggunakan metode ini. IFRS memang melarang tapi
Amerika menganggap sebelah mata mengenai IFRS ini, mereka menganggap US.
GAAP mereka lebih maju daripada IFRS itu sendiri, mengadopsi IFRS merupakan
suatu kemunduran bagi mereka.
Referensi:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang


Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang
Pajak Penghasilan
2. International Accounting Standard Board. IFRS 2012 Red Book. 2012. IFRS
Foundation.
3. Kieso, Weygandt, and Warfield. Intermediate Accounting. 11th edition.

BAB 3
Penutup

3.1 Kesimpulan

Persedian dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-
barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu
tertentu atau persedian barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses
produksi, ataupun persedian bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu
proses produksi.

Daftar Pustaka

1. ARTIKEL
Akbar, R., & Juliastrioza, J. (2015). Penerapan Enterprise Resource Planning (ERP)
untuk Sistem Informasi Pembelian, Persedian dan Penjualan Barang pada Toko
EMI GROSIR dan ECERAN. Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi, 1(1), 7.
https://doi.org/10.25077/TEKNOSI.v1i1.2015.7

(Akbar & Juliastrioza, 2015)

Tamodia, W. (2013). Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern Untuk


Persediaan Barang Dagangan Pada Pt. Laris Manis Utama Cabang Manado.
Jurnal EMBA, 1(3), 20–29.

(Tamodia, 2013)

2. WEBSITE

http://agribisnisaisyahprihatin.blogspot.co.id/2017/03/makalah-persediaan-barang-
dagang.html

http://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/contoh-soal-metode-fifo-lifo-dan-average-
bonus-jawaban-penyelesaiannya/

http://candraekonom.blogspot.co.id/2014/03/perdebatan-dari-metode-lifo-pro-ifrs-or.html

https://dosenakuntansi.com/pengertian-persediaan

http://erisetyo21.blogspot.co.id/2015/02/makalah-akuntansi-persediaan.html

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=43

http://siskaheptasari.blogspot.co.id/2015/11/materi-mata-kuliah-akuntansi-keuangan-1.html

Anda mungkin juga menyukai