Anda di halaman 1dari 24

PERSEDIAAN

Makalah Ini Dibuat Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Pada
Mata Kuliah “Akuntansi” Program Studi Akuntansi Syariah

Dosen pengampu : Bapak RIZKI,M.Ak

Disusun oleh AYUNI (2133063)

Kelas :2C

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH
ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang ................................................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3.Tujuan Masalah ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertiaan Persediaan .....................................................................................3

B.Klasifikasi Persediaan ........................................................................................3

C.Sistem pencatatan persediaan ...........................................................................4

1.sistem fisik atau periodik ...................................................................................4

2.sistem perpetual ..................................................................................................5

D.Metode dalam penentuaan nilai persediaan ....................................................7

E.Contoh Kasus ......................................................................................................8

F.Kesalahan Persediaan ........................................................................................18

G.tujuan dan manfaat persediaan ........................................................................ 20

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN.........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................23

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Persediaan merupakan aset perusahaan yang utama baik dari segi fungsi maupun
jumlah rupiahnya. Dalam perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur persediaan
kadang-kadang mencakup lebih dari 50% dari asetnya bagaimana perusahaan
mengelompokkan persediaannya Tergantung pada apakah perusahaan tersebut
merupakan perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur dalam perusahaan dagang
perusahaan bisa memiliki berbagai jenis barang.1 Masalah umum dalam persediaan
barang bersumber dari kejadian yangdihadapi suatu perusahaan. Kejadian tersebut
dapat terjadi karena terlalu banyakatau mugkin persediaan barang terlalu sedikit
untuk memenuhi permintaankonsumen yang akan di produksi dimasa mendatang. jika
barang terlalu banyak dalam persediaan barang maka perusahaan harus menambah
tanggungan biaya seperti biaya simpan dan biaya pesan. Sebaliknya jika persediaan
barang terlalusedikit akan menimbulkan kerugian karena barang yang dibutuhkan
tidak tersedia dan mengakibatkan kehilangan penjualan.

Untuk mendapatkan jumlah persediaan barang yang tepat, maka perusahaan bisa
mengamati dari transaksi penjualan serta dengan melakukan pengolahan terhadap
data penjualan maka perusahaan bisa mengetahui informasi yang digunakan untuk
keperluan persediaan barang seperti menentukan jumlah barang yang harus disiapkan
digudang, mengatur jumlah minimal stok dan menentukan stok yang aman. Selain itu
dengan menggunakan informasi ini dapat menentukan kapan perusaharan harus
melakukan pembelian barang pada suplier.

1
Al.Haryono Jusup,dasar-dasar akuntansi jilid 1,(Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN,2011) hal 418.

1
1.2. Rumusan masalah
1.Apa Pengertian Persediaan ?
2.Apa saja Klasifikasi Persediaan ?
3.Bagaimana Sistem pencatatan persediaan ?
4.Apa Metode Dalam Penentuan Nilai Persediaan ?
5.Bagaimana Contoh Kasus FIFO, LIFO, RATA-RATA dan MPKP ?
6.Tujuan dan manfaat adanya persediaan?
7.Apa saja kesalahan persediaan?
1.3.Tujuan masalah
1.Mengetahui Pengertian Persediaan
2.Dapat memahami Klasifikasi Persediaan
3.Tahu Sistem pencatatan persediaan.
4.Mengetahui Metode Dalam Penentuan Nilai Persediaan
5.Mengetahui cara perhitungan FIFO, LIFO, RATA-RATA dan metode masuk
pertama keluar pertama.
6.mengetahui kesalahan pada persediaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan

Persediaan (inventory) adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan


pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi
normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual
atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan (inventory)
untuk setiap perusahaan akan berbeda, tergantung kepada jenis perusahaan yang
bersangkutan: 2

1. Pada perusahaan dagang, berupa persediaan barang dagangan (merchandise


inventory).

2. Sementara pada perusahaan pabrik (manufaktur) persediaan terdiri atas:

a. Persediaan bahan baku (Direct materials inventory)

b. Persediaan barang dalam proses (Work in process inventory)

c. Persediaan barang jadi (Finished goods inventory)

B. Klasifikasi pengertiaan persediaan

a) menurut PSAK no.14 (2007)

Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu jumlah aktiva
berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva: 3

1.Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.

2
Ahmed Riahi dan Belkaoui,teori akuntansi,(Jakarta:selemba empat.2000).hal 127.
3
Ibid.Hal.129

3
2.Dalam proses produksi dan atau perjalanan atau

3.Dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam proses produksi.

b) Menurut jenis perusahaan

Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan


tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam
bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalamoperasi usahanya. Sedangkan
dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi.Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan
perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu
memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalahmenjual barang yang
diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan katalain, tidak ada proses pengolahan
seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada
pembungkusan atau pemberiankemasan agar barang lebih menarik selera konsumen.
Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi
produk selesai.4

Jadi dapat di simpulkan bahwa persediaan merupakan aktiva lancar dalam


bentuk bahan baku,barang dalam proses,dan barang jadi yang dimiliki perusahaan
yang memerlukan perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan yang baik agar tidak
terjadikekurangan persediaan yang dapat mengakibatkan aktivitas perusahaan
tersebut terganggu.

C.Sistem pencatatan persediaan

1. Sistem fisik/periodik (periodical inventory system) 5

4
Ali Mahmudi,sistem informasi akuntansi perusahaan,(Jakarta:PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia,2005)hal.28.
5
Ahmed Riahi dan Belkaoui,teori akuntansi,(Jakarta:selemba empat.2000).hal 132.

4
Berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan melakukan menghitung
fisik terhadap persediaan. Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara
periodik. Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak selalu
diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir
periode harus dilakukan (mandatory procedure) untuk dapat menentukan fisik
persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan
fisik ini dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan. Untuk lebih
jelasnya, sistem fisik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pembelian dan penjualan barang dagangan, tidak dicatat ke dalam akun
“persediaan”, sehingga akun persediaan hanya menunjukkan informasi nilai
persediaan barang dagang awal periode.
b. Transaksi pembelian barang dagang dicatat debit pada akun “pembelian” dan
transaksi penjualan barang dagang dicatat sebesar harga jualnya.
c. Nilai persediaan pada akhir periode diketahui setelah dilakukan pemeriksaan
dan penghitungan barang secara fisik.
2. Sistem perpetual (perpetual inventory system) 6
Pencatatan terhadap mutasi persediaan selalu diikuti secara konsisten, dengan
mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya
persediaan. Penghitungan fisik persediaan menjadi tidak wajib
diselenggarakan (mandatory procedure). Untuk lebih jelasnya, sistem fisik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Transaksi pembelian barang dagang, dicatat debit pada akun “persedaiaan”,
kredit akun “kas” atau “utang dagang”.
b. Transaksi penjualan barang dagang dicatat sebagai berikut:
1. Harga (hasil) penjualan dicatat debit pada akun “kas” atau akun”piutang
dagang”, dan kredit “akun “penjualan”.

6
Ibid.hal.133.

5
2. Harga pokok barang yang dijual, dicatat debit pada akun “harga pokok
penjualan” dan kredit akun “persediaan”

c. Saldo akun “persediaan” menunjukkan harga pokok (nilai) persediaan barang


yang masih ada di dalam gudang. Contoh Kasus : 7

1. Dibeli barang dagangan secara kredit Rp.2.100.000,-


2. Dikirim kembali barang yang dibeli senilai Rp.100.000,-
3. Dijual barang dagangan secara kredit senilai Rp.1.000.000,-dengan harga
pokok Rp.700.000,-
4. Diterima kembali barang yang dijual senilai Rp.200.000,dengan harga
pokok Rp.140.000 .
Pembahasan :
a. Physical Inventory System
Pembelian…………..Rp.2.100.000,-
Utang dagang……………………..Rp.2.100.000,-
Utang dagang…….Rp.100.000,-
Retur pembelian………………..Rp.100.000,-
Piutang dagang….Rp.1.000.000,-
Penjualan…………………………..Rp.1.000.000,-
Retur penjualan…Rp.200.000,-
Piutang dagang………………...Rp.200.000,-

b. Perpetual Inventory System

Persediaan brg.dg…………..Rp.2.100.000,
Utang dagang……………………..Rp.2.100.000,-
Utang dagang…….Rp.100.000,-
Persediaan brg.dg………………..Rp.100.000,-

7
James M.Reeve,Pengantar Akuntansi,(Jakarta: Salemba Empat,2008).Hal.437

6
Piutang dagang….Rp.1.000.000,-
Penjualan…………………………..Rp.1.000.000,-
Harga Pokok Penjualan…Rp.700.000,-
Persediaan brg.dg…………….Rp.700.000,-
Retur penjualan…Rp.200.000,-
Piutang dagang………………...Rp.200.000,-
Persediaan brg.dg…..Rp.140.000,-
Harga Pokok Penjualan…….Rp.140.000,

D.Metode Dalam Penentuaan Nilai Persediaan

1. Metode Harga Pokok rata-rata sederhana (Simple Average Method) 8

Metode ini menghitung harga rata-rata per satuan barang dengan cara
menjumlahkan harga persatuan setiap transaksi pembelian termasuk persediaan awal
periode lalu dibagi dengan jumlah transaksi pembelian termasuk persediaan awal
periode. Untuk metode pencatatan fisik.

2.Metode Harga Pokok rata-rata tertimbang (Weight Average Method) 9

Metode ini menghitung harga rata-rata per satuan barang dengan cara
membagi jumlah harga pembelian barng yang disediakan untuk dijual dengan jumlah
kuantitasnya.

3.Metode F I F O (First In First Out Method)

Metode penilaian ini mengasumsikan bahwa item pertama yang tiba di inventaris
bisnis akan menjadi yang pertama dijual. Hal ini terutama digunakan untuk melacak
makanan, obat-obatan dan produk yang mudah rusak lainnya.

8
James M.Reeve,Pengantar Akuntansi,(Jakarta: Salemba Empat,2008).Hal.439
9
Ibid.hal.441

7
4.Metode L I F O (Last In First Out Method)

Metode penilaian ini mengasumsikan bahwa item terbaru dalam inventaris akan
dijual terlebih dahulu dan item yang lebih lama akan dijual kemudian. LIFO tidak
populer di kalangan bisnis karena barang lama dalam inventaris umumnya memiliki
peluang lebih kecil untuk menemukan pembeli. Barang yang tidak terjual berarti
kehilangan keuntungan bagi bisnis.

Bisnis biasanya menggunakan metode LIFO hanya jika harga barang dalam
persediaan cenderung naik. Dengan memindahkan ini ke harga pokok penjualan,
mereka dapat melaporkan tingkat laba yang lebih rendah untuk mendapatkan pajak
yang lebih rendah.10

E. Contoh kasus11

Berikut adalah data mengenai barang dagangan PT.Yuni Jaya pada

bulan Januari 2008:

01 Januari 2008 Persediaan 100 unit senilai Rp.10.000 =Rp.1.000.000,-

10 Januari 2008 Pembelian 300 unit senilai Rp.11.000 =Rp.3.300.000,-

18 Januari 2008 Penjualan 200 unit

24 Januari 2008 Pembelian 100 unit senilai Rp.11.500 =Rp.1.150.000,-

29 Januari 2008 Penjualan 150 unit

Diminta: Hitunglah nilai persediaan akhir barang dagangan berdasarkan metode harga

10
By.Gie,apa itu akuntansi persediaan? https://accurate.id/akuntansi/apa-itu-akuntansi-
persediaan/#:~:text=Akuntansi%20persediaan%20adalah%20penilaian%20barang,bisnis%20untuk%
20dijual%20kepada%20pelanggannya.pada tanggal18 mei 2022,pukul 12:33.
11
Mina Sari&Muhammad Dahiri,Analisis Sistem Persediaan Dalam Akuntansi, Jurnal Saintikom
Vol.VII,No. Januari 2010.hal.5.

8
pokok rata - rata yang terdiri dari:

A. Physical System B. . Perpetual System

a. Simple Average D.LIFO a.Weight Average

b.Weight Average b.FIFO

c. F I F O c.LIFO

Pembahasan :

a. Physical System
1. Simple Average
Harga pokok rata-rata perunit:
= Rp.10.000,+Rp.11.000,+Rp.11.500,
3

= Rp10.833

Jadi nilai persediaan akhir = 150 unit X Rp10.833 = Rp. 1.625.000,-


2. Weight Average
01/01/08 Persediaan 100 unit senilai Rp.10.000, = Rp. 1.000.000
10/01/08 Pembelian 300 unit senilai Rp.11.000, = Rp. 3.300.000
24/01/08 Pembelian 100 unit senilai Rp.11.500, = Rp. 1.150.000
500 unit Rp. 5.450.000

Harga pokok rata-rata perunit:


= Rp.5.450.000
500
= Rp.10.900,-
Jadi nilai persediaan akhir: 150 unit x Rp.10.900, -= Rp.1.635.000,-

9
3. F I F O (First in First Out)
Penjualan 350 unit:
01/01/08 Persediaan 100 unit senilai Rp.10.000,- = Rp. 1.000.000,-
10/01/08 Pembelian 250 unit senilai Rp.11.000,- = Rp. 2.750.000,-
350 unit Rp. 3.750.000,-
Persediaan akhir:
10/01/08 Pembelian 50 unit senilai Rp.11.000.- = Rp. 550.000,-
24/01/08 Pembelian 100 unit senilai Rp.11.500,- = Rp. 1.150.000,

10
150 unit Rp. 1.700.000,-

Jadi nilai persediaan akhir adalah Rp. 1.700.000,-


4. L I F O (Last in First Out)
Penjualan 350 unit:
10/01/08 Pembelian 250 unit senilai Rp.11.000 = Rp.2.750.000,-
24/01/08 Pembelian 100 unit senilai Rp.11.500 = Rp.1.150.000,-
350 unit Rp.3.900.000,-
Persediaan akhir:
01/01/08 Pembelian 100 unit senilai Rp.10.000,- = Rp.1.000.000,-
10/01/08 Pembelian 50 unit senilai Rp.11.000,- = Rp. 550.000,
150 unit Rp.1.550.000,-
Jadi nilai persediaan akhir adalah Rp.1.550.000,.
b. Perpetual system

11
Weight average(rata-rata)

Tgl Pembeliaan Penjualan Saldo


unit Harga Jmlh Unit Harga Jml Unit Harga Jmlh
1/1/08 100 10.000 1.000.000
10/1/08 300 11.000 3.300.000 100 10.000 1.000.000
300 11.000 3.300.000
400 10.750 4.300.000
18/1/08 200 10.750 2.150.000 200 10.750 2.150.000
24/1/08 100 11.500 1.150.000 200 10.750 2.150.000
100 11.500 1.150.000
3.300.000
29/1/08 150 11.000 1.650.000 150 11.000 1.650.000

12
Fifo (first in first out)

Tgl Pembeliaan Penjualan Saldo


Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
1/1/08 100 10.000 1.000.000
10/1/08 300 3.300.000 100 10.000 1.000.000
11.000
300 11.000 3.300.000
18/1/08 100 10.000 1.000.000
100 11.000 1.000.000 200 11.000 2.200.000
24/1/08 100 1.150.000 200 11.000 2.200.000
11.500
100 11.500 1.150.000
29/1/08 150 11.000 1.600.000 50 11.000 550.000
100 11.500 1.150.000
150 1.700.000

13
Lifo ( last in first out)

Tgl Pembeliaan Penjualaan Saldo


Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
1/1/08 100 10.000 1.000.000
10/1/08 300 3.300.000 100 10.000 1.000.000
11.000
300 11.000 3.300.00
18/1/08 200 11.000 2.200.000 100 10.000 1.000.000
100 11.000 1.100.000
24/1/08 100 11.500 1.150.000 100 10.000 1.000.000
100 11.000 1.100.000
100 11.500 1.150.00
29/1/08 100 11.500 1.150.000 100 10.000 1.000.000
50 11.000 550.000 50 11.000 550.000
150 1.550.000

Metode MPKP

Dalam metode ini dianggap bahwa barang yang dibeli lebih dahulu juga dijual lebih awal. Metode MPKP seiring sejalan
dengan aliran barang yang sesungguhnya dijual, dan hal ini juga merupakan praktik bisnis yang baik yakni mendahulukan

14
untuk menjual barang yang pembelinya terjadi lebih dahulu. Oleh karena itu dalam metode MPKP biaya perolehan barang
yang dibeli lebih dahulu akan digunakan lebih dahulu pula dalam menentukan beban pokok penjualan.( Hal ini tidak
berarti bahwa unit barang yang dibeli dahulu sungguh-sungguh telah dijual lebih dahulu melainkan biaya perolehan barang
yang dibeli diakui lebih dahulu). Ilustrasi berikut ini menggambarkan pengalokasian biaya perolehan barang tersedia dijual
pada toko elektronik Rahayu berdasarkan metode MPKP.

Perusahaan memiliki 1000 unit barang yang tersedia untuk dijual sampai akhir tahun. Total biaya perolehan dari
semua unit tersebut adalah 12.000.000. Perhitungan fisik yang dilakukan pada akhir tahun menunjukkan pada selama
setahun perusahaan telah menjual sebanyak 550 unit radio dan persediaan radio yang ada pada tanggal 31 Desember
berjumlah 450 unit. Pertanyaannya adalah harga mana yang akan digunakan untuk menilai biaya perolehan barang yang
telah dijual dan persediaan akhir. Total biaya perolehan yang harus dialokasikan ke Unit yang dijual ditambah biaya
perolehan yang melekat pada persediaan akhir harus berjumlah 12.000.000 yaitu total biaya perolehan barang tersedia
dijual.12

Pengalokasian Biaya Perolehan Metode MPKP

12
Al.Haryono Jusup,dasar-dasar akuntansi jilid 1,(Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,2011) hal 426-427

15
BIAYA PEROLEHAN BARANG TERSEDIA DIJUAL
Tanggal Keterangan Unit Biaya perolehan per unit Total biaya perolehan
Jan.1 Persediaan awal 100 10.000 1.000.000
Apr.15 Pembeliaan 200 11.000 2.200.000
Aug 24 Pembeliaan 300 12.000 3.600.000
Nov.27 Pembeliaan 400 13.000 5.200.000

Jumlah 1.000 12.000.00

Tahap 1:Persediaan akhir

Tgl Unit Biaya Total biaya


perolehan perolehan
perunit
Nov.27 400 13.000 5.200.000
Aug.24 50 12.000 600.000
Jumlah 450 5.800.000

16
Perhitungan beban pokok penjualan dengan metode MPKP

Tgl Keterangan Unit Biaya perolehan per unit Total biaya perolehan
Jan.1 Persediaan awal 100 10.000 1.000.000
Apr.15 Pembeliaan 200 11.000 2.200.000
Aug.24 Pembeliaan 250 12.000 3.000.000
Jumlah 550

17
F. Kesalahan persediaan

Persediaan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam laporan


keuangan perusahaan bahkan dapat dikatakan istimewa. Dikatakan demikian,karena
berbeda dengan aset yang lain, persediaan dilaporkan dalam neraca dan sekaligus
juga dalam laporan laba rugi dalam rangka penentuan beban pokok penjualan Itulah
sebabnya apabila terjadi kesalahan dalam persediaan maka yang terpengaruh bukan
hanya neraca tetapi juga laporan laba rugi. Kesalahan bisa terjadi antara lain karena
adanya kesalahan dalam melakukan perhitungan atau dalam penetapan harga
persediaan. Kesalahan bisa juga terjadi karena perusahaan tidak menerapkan dengan
tepat saat terjadinya perpindahan kepemilikan barang atau barang-barang yang
sedang dalam perjalanan Seperti telah dikemukakan di atas. Kesalahan persediaan
akan berdampak pada neraca maupun laporan laba rugi.

Dampak terhadap laporan laba rugi. Dalam sistem persediaan periodik baik
persediaan awal maupun Persediaan akhir dicantumkan dalam laporan laba rugi.
Persediaan akhir dari suatu periode secara otomatis akan menjadi persediaan awal
periode berikutnya dengan demikian kesalahan persediaan akan mempengaruhi
perhitungan beban pokok penjualan dan laba bersih dan 2 periode.

Formula perhitungan Beban pokok penjualan

Persediaan awal + biaya perolehan pembelian – persediaan akhir= beban pokok

Penjualan

Dampak terhadap laporan posisi keuangan atau neraca perusahaan dapat


menentukan dampak dari kesalahan dari Persediaan akhir terhadap laporan posisi
keuangan atau neraca dengan menggunakan persamaan dasar akuntansi yang kita

18
pelajari pada semester pertama yaitu : Aset = kewajiban + modal kesalahan dalam
Persediaan akhir akan berdampak sebagai berikut: 13

Kesalahan Aset Kewajiban Ekuitas (modal)


persediaan akhir
Lebih saji Lebihsaji Tidak berpengaruh Lebih saji
Kurang saji Kurangsaji Tidak berpengaruh Kurang saji

G Tujuan Dan Manfaat Akuntansi Persediaan.

Menurut Harnanto (2002 : 223) tujuan pokok akuntansi terhadap persediaan


adalah untuk:

1. Menentukan laba rugi periodik (income determination) yaitu melalui proses


mempertemukan antara harga pokok barang dijual dengan hasil penjualan dalam
suatu periode akuntansi.

2. Menentukan jumlah persediaan yang akan disajikan di dalam neraca. Dalam hal ini
disamping adanya penggolongan persediaan sesuai dengan jenisnya juga sangat
penting artinya masalah penilaian (inventory valuation) terhadap persediaan itu
sendiri.

Manfaat Akuntansi Persediaan Pencatatan dan penilaian persediaan umumnya


berhubungan dengan aktivitas / proses penjualan, pembelian, serta pengembalian
(return) barang. Sehingga manfaat akuntansi persediaan bagi perusahaan dagang
secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.Menyajikan informasi tentang persediaan yang ada dan perhitungan pengendalian


persediaan, sehingga semua permintaan konsumen bisa terpenuhi dengan baik.

13 13
Al.Haryono Jusup,dasar-dasar akuntansi jilid 1,(Yogyakarta:Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi YKPN,2011) hal 441-444.

19
2.Menyuguhkan informasi persediaan, mulai daripenerimaan hingga pengakuan
persediaan.

3.Mengendalikan persediaan, agar perhitungan persediaan bisa dilakukan secara


ekonomis.

20
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN:

Persediaan adalah aset penting perusahaan dagang yang tergolong sebagai


aktiva atau aset lancar. Wujudnya bisa berupa barang jadi untuk dijual, barang
setengah jadi untuk diproduksi, atau bahan baku yang akan diproduksi atau
digunakan dalam pemberian jasa.

Akuntansi persediaan bertujuan untuk mencatat dan menilai setiap mutasi dan
jenis persediaan di suatu perusahaan. Pencatatannya bisa dilakukan dengan metode
perpetual atau fisik. Sedangkan penilaiannya bisa dilakukan dengan metode FIFO,
LIFO, atau average cost dan metode MPKP. Persediaaan sangatlah penting dalam
akuntansi karena persediaan aktiva yang berada atau dicacat didalam laporan laba
rugi dan neraca jadi lebih istimewa.

21
DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, A. R. (2000). teori akuntansi. Jakarta: Selemba Empat.

Dahiri, M. s. (2010). Analisis Sistem Persediaan Dalam Akuntansi.


Saintikom, 1-5.

Jusup, A. (2011). Dasar-dasar akuntansi jilid 1. Yogyakarta: Bagian


Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Jusup, A. H. (2011). Dasa-dasar akuntansi jilid 2. Yogyakarta: Bagian


Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Mahmudi, A. (2005). Sistem Informasi Akuntansi Perusahaan. Jakarta:


PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Reeve, J. M. (2008). Pengantar Akuntansi. Jakarta: Selemba Empat.

22

Anda mungkin juga menyukai