Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

(AKUNTANSI PERSEDIAAN)

Disusun Oleh:

Musarofah : 220203006

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang membahas mengenai Akuntansi Persediaan ini. Makalah ini
disusun dengan usaha semaksimal mungkin dengan berbagai referensi berupa buku, jurnal dan
internet sehingga pembuatan makalah ini dapat berjalan lancar.

Penyusunan makalah ini sesuai dengan materi yang diberikan kepada penulis. Saya sebagai
penulis makalah ini menyadari masih banyak kekurangan ataupun kesalahan dalam pembuatan
makalah ini. Dengan lapang dada dan tangan terbuka kami menerima berbagai kritik dan saran
guna penyempurnaan makalah ini. Dengan harapan makalah ini dapat berguna dalam
memberikan ilmu pengetahuan dan informasi bermanfaat bagi para pembaca.

Samarinda, 10 Maret 2023

Musarofah

NIM. 220203006

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

A. Pengertian Persediaan ............................................................................................ 3

B. Klasifikasi Persediaan ............................................................................................ 3

C. Sistem Pencatatan Persediaan ................................................................................ 4

D. Metode Dalam Penentuan Nilai Persediaan............................................................ 5

E. Contoh Kasus FIFO, LIFO, Dan Rata Rata ............................................................ 6

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10

B. Saran ..................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persediaan adalah segala sesuatu sumber-sumber daya organisasi yang di simpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk physical pada berbagai
tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi.

Persediaan merupakan salah satu asset yang paling mahal dibanyak perusahaan, mencerminkan
sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh dunia telah lama
menyadari bahwa manajement persediaan yang baik ini sangatlah penting disatu pihak, suatu
perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tiket persediaan ditangan Dipihak
lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya habis Ofch karena itu,
perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan
konsumen.

Semua organisasi mempunyai beberapa jenis system perencanaan dan pengendalian


persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan membeli
atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini diterapkan, langkah berikutnya adalah
meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan
untuk melayani permintaan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Persediaan?

2. Apa saja Klasifikasi Persediaan?

3. Bagaimana Sistem pencatatan persediaan?

4. Apa Metode Dalam Penentuan Nilai Persediaan?

5. Bagaimana Contoh Kasus FIFO, LIFO dan RATA-RATA?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Persediaan

2. Untuk mengetahui Klasifikasi Persediaan

3. Untuk mengetahui Sistem pencatatan persediaan

4. Untuk mengetahui Metode Dalam Penentuan Nilai Persediaan

5. Untuk mengetahui cara perhitungan FIFO, LIFO dan RATA-RATA.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persediaan

Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi
bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang
akan dijual. Dapat disimpulkan bahwa Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan
yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang
maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang
konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli
bahan-bahan bangunan.

Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan
dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis
persediaan yaini persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang
jadi (siap untuk dijual) Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting
karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai
persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam
laporan Rugi /Laba maupun neraca.

B. Klasifikasi Persediaan

Klasifikasi persediaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Menurut PSAK No. 14 (2007)

Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu jumlah aktiva berwujud
yang memenuhi kriteria (PSAK: Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14)
yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva:

- Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal


- Dalam proses produksi dan atau perjalanan atau
- Dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) untuk digunakan dalam proses produksi.

3
b) Menurut jenis perusahaan

Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam
perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual kembali
dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau
manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: persediaan bahan baku,
barang dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara
perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu
memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya
dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan seandainya terjadi
pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau pemberian kemasan
agar barang lebih menarik selera konsumen. Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah
mengolah bahan mentah menjadi produk selesai.

C. Sistem Pencatatan Persediaan

Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan menetapkan biaya persediaan
selama satu periode, sistem persediaan yang digunakan adalah:

1. Sistem Periodik (Physical)

Yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah
persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang
yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat harga biaya.
Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang
beraneka ragam namun nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah
pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris
handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka ragam namun nilainya relatif kecil
sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun
frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat
diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang memudahkan pencatatan transaksi dengan
frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.

4
2. Sistem Permanen (Perpetual).

Yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan membukukan
setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual ini seringkali
digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang tinggi untuk mengetahui posisi persediaan
pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat
mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas,
microwave).

Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat
pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan
mendebit akun pembelian sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk
mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.

D. Metode Dalam Penentuan Nilai Persediaan

Metode yang dapat kita pergunakan. Yaitu:

1. Metode FIFO

2. Metode LIFO

3. Metode rata-rata

4.Metode identifikasi khusus.

1. Metode FIFO (First In First Out)

Dalam metode ini, barang yang pertama kali masuk dianggap dijual terlebih dahulu. Jadi harga
barang yang masih tersisa di persediaan kita adalah barang-barang yang terakhir dibeli oleh kita.

2. Metode LIFO (Last In First Out)

Metode ini merupakan kebalikan dari metode yang pertama disebutkan diatas. Jadi barang
yang pertama kali dijual justu adalah barang yang terakhir kali dibeli. Dan barang yang masih
ada di persediaan kita adalah barang-barang yang pertama kali kita beli.

5
3. Metode rata-rata (Average Method)

Nilai persediaan barang yang ada di unit usaha kita dihitung berdasarkan harga rata-rata
pembelian. Dalam metode ini terdapat dua cara penghitungan yang berbeda.

a) Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata ditentukan dari rata-rata harga beli barang secara global.

b) Rata-rata tertimbang, niali rata-rata per unit.

4. Metode idetifikasi khusus

Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing jenis barang yang ada.
Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah jelas darimana asal-usulnya serta harga yang
diperoleh ketika pembelian barang tersebut.

E. Contoh Kasus FIFO, LIFO dan RATA-RATA

FIFO (First In First Out)

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) terlebih dahulu akan
dikeluarkan (dijual) pertama kali, sehingga yang tersisa pada periode adalah barang yang berasal
dari pembelian atau produksi terakhir.

Sebagai contoh, PT Niaga Jaya adalah distributor microwave merek "Hotmix" yang belokasi di
Jakarta. Selama bulan Januari 2002, data yang dimiliki perusahaan ini berkaitan dengan
persediaan microwave adalah sebagai berikut:

6
Selama bulan Januari 2012, perusahaan ini menjual 700 unit microwave kepada para
pelanggannya secara tunai dengan harga jual Rp900,000 per unit, dan perusahaan tidak mencatat
keluar masuknya barang tersebut secara terinnci. Pada akhir bulan Januari 2012 bagian akuntansi
dan gudang perusahaan melakukan stock opname persediaan. Hasil perhitungan fisik
menunjukkan jumlah persediaan pada akhir bulan Januari sebanyak 300 unit persediaan pada
akhir microwave. Karena perusahaan menggunakan metode FIFO, maka dari 300 unit persediaan
pada akhir bulan Januari itu, harga beli microwave yang digunakan adalah harga terakhir, yaitu
sebanyak 100 unit menggunakan harga Rp675.000 per unit dan sebanyak 200 unit menggunakan
harga Rp640.000 per unit. Jadi, nilainya adalah:

- 100 unit @ Rp 675.000 = 67.500.000


- 200 unit @ Rp 640.000 = 128.000.000
- Total : Rp 195.500.000

Karena hasil stock opname menunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan Januari 2012
sebesar 300 unit bernilai Rp195,500,000, maka beban pokok penjualan (BPP) bulan Januari
adalah Rp413.500.000 yang dihitung sebagai berikut:

- Persediaan, awal (1 Januari 2012) 137.500,000


- Pembelian 417.500.000
- Persediaan total 609.000.000
- Persediaan, akhir (31 Januari 2012) (195.500.000)
- Beban pokok penjualan 413.500.000

Nilai beli sebesar Rp471.500.000 adalah nilai beli pada bulan Januari 2012 untuk 3 kali transaksi
pembelian, yaitu pada tanggal 12, 21, 31 Januari 2012.

LIFO (Last In First Out)

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli diproduksi paling akhir akan dikeluarkan dijual
paling awal). Jadi, barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang berasal dari
pembelian atau diproduksi awal periode.

7
Dalam kasus PT. Niaga Jaya, jika perusahaan menggunakan metode LIFO. maka akan
menghasilkan nilai persediaan akhir yang berbeda dimana hasil perhitungan fisik (stock
opnamme) menunjukkan jumlah persediaan pada akhir bulan Januari sebanyak 300 unit
microwave. Karena perusahaan menggunakan metode LIFO, maka dari 300 unit persediann pada
akhir bulan Januari harga beli microwave yang digunakan adalah harga awal, yaitu sebanyak 250
unit menggunakan harga Rp550.000 per unit dan sebanyak 50 unit menggunakan harga
Rp600.000 per unit. Jadi nilainya adalah:

- 250 unit @ Rp550.000 = 137.500.000


- 50 unit @ Rp600.000 = 30.000.000
- Total RP 167.500.000

Karena hasil stock opname menunjukkan nilai persediaan pada akhir bulan Januari 2012
sebanyak 300 unitt bernilai Rp167.500.000, maka beban pokok penjualan (BPP) bulan Januari
2012 adalah Rp441.500.000 yang dihitung sebagai berikut:

- Persediaan, awal (1 Januari 2012) 137.500.000


- Persediaan 471.500.000
- persediaan total 609.000.000
- persediaan, akhir (31 Januari 2012) (167.500.000)
- beban pokok penjualan 441.500.000

IFRS tidak mengizinkan penggunaan metode LIFO dalam mencatat persediaan.

RATA-RATA AVERAGE

Dalam metode ini barang yang di keluarkan dijual maupun barang yang tersisa dinilai
berdasarkan harga rata-rata, sehingga barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang
dimiliki nilai rata-rata.

Dalam kasus PT.Niaga Jaya, jika perusahaan menggunakan metode Rata- rata, maka akan
menghasilkan nilai persediaan akhir yang berbeda di mana hasil perhitunganfisik (stock opname)
menunjukkan jumlah persediaan pada akhir bulan januari sebanyak 300 unit persediaan pada
akhir bulan Januari harga beli Microwave yang digunakan adalah harga rata-rata.

8
Selama bulan januari 2012, PT. Niaga Jaya memiliki 1.000 unit microwave dengan nilai
sebesar Rp. 609.000.000. karena dari 1.000 unit persediaan tersebut memiliki harga beli yang
berbeda, maka harga beli rata-rata persediaan adalah Rp. 609.000.000: 1.000 unit = Rp. 609.000
per unit. Jadi, nilai persediaan perusahaan pada akhir bulan januari 2012 adalah Rp.609.000 x
300 unit = Rp. 182,700.000 Karena hasil stock opnamemenunjukkan nilai persediaan pada akhir
bulan januari 2012 sebanyak 300 unit bemilai Rp. 182.700.000, maka beban pokok penjualan
(BPP) bulanjanuari 2012 adalah Rp. 426.300.000 yang dihitung sebagai berikut:

- Persediaan, awal (1 januari 2012) 137.500.000


- Pembelian 471.500.000
- Persediaan Total 609.000.000
- Persediaan, akhir (31 Januari 2012) (182.700.000)
- Beban Pokok Penjualan 426.300.000

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat
tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan.
Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk
dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi
yang cukup penting dalam suatu perusahaan.

Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua,
yaitu:

1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)

2. Metode Perpetual.

Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit) sangat tergantung dari
perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping
Point dan (2) Fob Destination. Tidak semua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui
menjadi milik perusahaan. misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan
tujuan akan dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi
(consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang
sifatnya consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan di
Neraca.

Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistem fisik periodik
(periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan melakukan
menghitung fisik terhadap persediaan.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi
pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan
masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari

10
para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Gade, 2005, Teori Akuntansi, Cet. 1, (Jakarta : Almahira)

Waluyo, 2008, Akuntansi Pajak, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat)

Yusdianto Prabowo, 2006, Akuntansi Perpajakan Terapan Edisi Revisi, Cet. 3, (Jakarta :
Penerbit PT Grasindo)

Sitti Murniati, dkk, 2022, Akuntansi Keuangan Menengah 1, (Bandung : Penerbit Media Sains
Indonesia)

12

Anda mungkin juga menyukai