Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI II

“Pemeriksaan Persediaan”

Disusun oleh:
Kelompok 3
Reni Astuti (2062201006)
Dwi Utami (2062201007)
Syafni Mardalena (2062201023)
Duwi Cahya Ningrum (2062201025)
Elsi Novia Lestari (2062201089)

DOSEN PENGAMPU :
Dini Onasis, S.E., S.H., M.M., M.H., Ak., CA., ACPA

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Pemeriksaan Akuntansi II. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan
agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Pekanbaru, 25 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2


2.1 Pengertian Persediaan .................................................................. 2
2.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Persediaan ..................... 3
2.3 Prosedur Pemeriksaan Persediaan ................................................ 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 12
3.2 Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persediaan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi
perusahaanmanufaktur maupun perusahaan dagang. Karena hal ini
memang sudah menjadikegiatan utama dari kedua perusahaan
tersebut. Persediaan meliputi barang yangdibeli dan dijual kembali,
misalnya barang dagangan dibeli oleh pengecer untuk dijualkembali atau
pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaanjuga
mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam
penyelesaianyang sedang diproduksi perusahaan dan termasuk bahan serta
perlengkaan yang akandigunakan dalam proses produksi (Agoes, Sukrisno,
2008:205).
Persediaan termasuk bagian dari aset perusahaan yang pada
umumnyamemiliki nilai yang material dan rawan oleh tindakan
pencurian maupunpenyalahgunaan. Persediaan juga merupakan bagian
yang sangat besar darikeseluruhan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan yang dapat memperngaruhineraca atau laporan laba/rugi baik
di perusahaan dagang maupun manufaktur. Elemenaset ini jga sangat peka
dalam mempengaruhi pendapatan perusahaan sehingga perluteknik
pencatatan dan penilaian persediaan yang tepat untuk memastikan
pencatatandan penilaiannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan
informasiakuntansi mengenai persediaan dibutuhkan pengujian
kesesuaian antara praktekakuntansi persediaan barang dengan prinsip
yang berlaku umum. Proses pengujiantersebut dikenal dengan istilah
auditing yang dilakukan oleh akuntan publik sebagaipihak independen dari
enyelenggaraan kegiatan, pemilikan dan hubungan baik lainnyadengan
organisasi perusahaan yang dapat mempengaruhi keindependenan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan persediaan?
2. Apa saja tujuan pemeriksaan persediaan?
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan persediaan dilakukan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari persediaan
2. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan persediaan
3. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan persediaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persediaan


Pada umumnya, persediaan (inventory) merupakan barang dagangan
yang utama dalam perusahaan dagang. Persediaan termasuk dalam golongan aset
lancer perusahaan yang berperan penting dalam menghasilkan laba
perusahaan. Secaraumum istilah persediaan dipakai untuk menunjukkan
barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk
memproduksi barang-barang yang akan dijual. Dalam perusahaan dagang,
persediaan merupakan barang-barang yang diperoleh atau dibeli dengan tujuan
untuk dijual kembali tanpa mengubah barang itusendiri. Berikut merupakan
pengertian persediaan menurut para ahli :
1. Menurut Ristono (2009:2) “Persediaan adalah barang-barang yang disimpan
untuk digunakan atau dijual pada masa yang akan datang”.
2. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2014:PSAK No.14) pengertian
persediaan sebagai berikut: Persediaan adalah aset:
 Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
 Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan;
 Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
3. Menurut Prawirosentono (2005:83) berdasarkan jenis operasi perusahaan,
arti persediaan dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam yakni sebagai berikut
:
 Pada perusahaan manufaktur yang memproses input menjadi output
Persediaan adalah simpanan bahan baku dan barang setengah jadi (work in
proses)untuk diproses menjadi barang jadi (finished goods) yang
mempunyai nilai tambah lebih besar secara ekonomis, untuk selanjutnya
dijual kepada pihak ketiga (konsumen).
 Pada perusahaan dagang, persediaan adalah sejumlah simpanan
barang jadi yang siap dijual kepada pihak ketiga (konsumen).
4. Sedangkan Alexandri (2009:135) mengemukakan: “Persediaan merupakan
suatuaktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang
masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan
baku yangmenunggu penggunaannya dalam proses produksi”.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
persediaanbarang dagang adalah barang jadi yang dibeli perusahaan atau barang
yang masihdalam proses produksi yang akan dijual kepada konsumen.

2
2.2 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Persediaan
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
persediaan,
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada
dandimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
4. untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective),
bergeraklambat (s/ow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudah
dibuatkan allowance yang cukup.
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.
7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan
yang cukup.
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan
(purchasel sales commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap
laporan keuangan,
9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
Penjelasan atas tujuan pemeriksaan
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
persediaan, Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal
control atas perolehan, penyimpanan dan pengeluaran persediaan berjalan
efektif, maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive test atas
persediaan dapat dipersempit.

Beberapa ciri internal control yang baik atas persediaan adalah:


Adanya segregation of duties (pemisahan tugas dan tanggung jawab) antara
bagialpembelian, penerimaan barang, gudang, akuntansi dan keuangan.
 Digunakannya formulir-formulir yang prenumbered (bernomor urut
tercetak), seperti:purchase requisition (permintaan pembelian), purchase
order (order pembelian),delivery order (surat jalan), receiving report
(laporan penerimaan barang), sales order (order penjualan), sates invoice
(faktur penjualan).
 Untuk pembelian dalam jumlah besar dilakukan melalui tender.
 Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan
kas/bank, maupun pengeluaran kas/bank.
 Digunakannya anggaran {budget) untuk pembelian, produksi, penjualan,
dan penerimaan serta pengeluaran kas.

3
 Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic order
quantity dan iron stock.
 Digunakannya perpetual inventory system dan stock card, terutama di
perusahaan yang nilai persediaan per jenisnya cukup material.

2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul


ada dandimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.
Dahulu kala di Amerika pernah terjadi “Robinson Case”, yaitu
adanya perusahaan yang melaporkan saldo persediaannya sangat besar,
padahal sebenarnya jumlah tersebut banyak yang fiktif. Sejak kasus itu
akuntan publik diharuskan untuk melakukan pengamatan terhadap
persediaan perusahaan per tanggal neraca, untuk meyakinkan keberadaan
persediaan tersebut. Dalam hal ini saldo persediaan termasuk barang dalam
perjalanan dan barang konsinyasi (hanya consignment out).

3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan sesuai dengan


Standar Akuntansi Keuangan.
Pada umumnya persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan
(acquisition cost), dalam hal ini bisa dipilih metode FIFO (first in first out),
LIFO (last in first out) atau AVERAGE COST (moving average atau
weighted average).Untuk barang-barang yang harga jualnya sudah pasti
(logam mulia) atau cepat rusak (hasil pertanian seperti sayuran dan buah-
buahan) bisa di nilai berdasarkan harga jual. Untuk barang-barang yang
usang, rusak atau bergerak lambat bisa diadakan penyisihan (allowance)
sehingga sesuai dengan metode lower of cost or market (mana yang lebih
rendah antara harga perolehan dan harga pasar). Dalam keadaan inflasi,
penggunaan FIFO akan mengakibatkan harga pokok penjualan rendah dan
laba kotor menjadi tinggi; penggunaan LIFO akan menghasilkan laba kotor
yang rendah; penggunaan AVERAGE COST akan menghasilkan laba kotor
yang lebih kecil dibandingkan FIFO tetapi lebih besar dari penggunaan
LIFO. Dari segi undang-undang pajak tidak diperkenankan menggunakan
LIFO karena berarti pajak yang terutang akan lebih kecil dibandingkan
penggunaan FIFO dan AVERAGE COST akan menghasilkan laba kotor
yang lebih kecil dibandingkan FIFO tetapi lebih besar daripada penggunaan
LIFO.

4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan


prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Ada dua sistem pencatatan persediaan yang biasa digunakan, yaitu
perpetual system dan physical (periodical) system. Dalam perpetual system,
setiap ada pembelian, perkiraan persediaan akan didebit, setiap ada
penjualan, perkiraan persediaan akan dikredit. Jika digunakan physical
system, perkiraan persediaan tidak pernah didebit waktu pembelian dan
tidak pernah dikredit waktu ada penjualan. Karena itu jika perusahaan ingin
mengetahui berapa saldo persediaan pada akhir periode, harus dilakukan
stock opname (perhitungan phisik persediaan).
Jika perusahaan ingin memperkirakan berapa saldo persediaan pada
akhir bulan atau tanggal tertentu bisa digunakan Retail Inventory Method

4
atau Gross Profit Method. Namun demikian pada akhir tahun tetap terus
dilakukan stock opname, agar bisa diketahui berapa saldo persediaan yang
betul-betui dimiliki perusahaan. Perpetual system biasanya digunakan pada
perusahaan yang jenis persediaamya tidak banyak tetapi nilai persediaan per
unitnya besar, misalnya dealer mobil dan toko emas. Phisycal system
biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaan-nya banyak
tetapi nilai persediaan per unitnya kecil, misalnya toko bahan bangunan,

5. Untuk mengetahui apakah terhadap barang-barang yang rusak, bergerak


lambat dan ketinggalan mode sudah dibuatkan allowance yang cukup.
Barang-barang tersebut di atas tidak mungkin lagi dijual dengan
harga normal, supaya bisa terjual harus dijual dengan harga obral yang
umumnya lebih rendah dari harga pro perolehannya.Karena itu harus
dibuatkan allowance dalam jumlah yang cukup, dalam arti tidak terlalu kecil
(karena akan mengakibatkan laba terlalu besar) dan tidak terlalu besar(akan
mengakibatkan laba terlalu kecil).

6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.


Salah satu bentuk barang jaminan dari kredit yang diperoleh dari
bank adalah persediaan, Jika ada persediaan yang dijadikan jaminan, hal ini
harus diungkapkan(di cfi’scfose) dalam catatan atas laporan keuangan
(notes to financial statements}.

7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai


pertanggungan {insurance coverage) yang cukup.
Persediaan harus diasuransikan, sehingga seandainya terjadi
kebakaran, bisa diperoleh ganti rugi dari perusahaan asuransi dan
perusahaan bisa terhindar dari kerugian karena kebakaran tersebut. Nilai
pertanggungan asuransi harus cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak
terlalu kecil. Yang harus diwaspadai adalah, jika perusahaan
mengasuransikan persediaan dengan insurance coverage yang terlalu besar,
terutama dalam keadaan bisnis yang lesu, mungkin perusahaan bermaksud
membakar persediaannya agar mendapat keuntungan dari ganti rugi
perusahaan asuransi.

8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan


yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan.
Jika hal tersebut ditemukan, harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan. Misalnya: pada tanggal 24 November 2002, perusahaan
menandatangani kontrak penjualan dengan salah satu pelanggannya untuk
menjual10.000 unit barang X dengan harga jual Rp.100.000,- per unit,
penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 13 Februari 2003. Ternyata
di bulan Februari 2003 harga pasar barang X tersebut meningkat menjadi
Rp.130.000,- per unit. Karena sudah ada sales commitment, maka
perusahaan mau tidak mau harus tetap menjual barang tersebut ke
pelanggannya sebanyak 10.000 unit dengan harga sesuai kontrak, yaitu
Rp.100.000,- per unit.Dalam hal ini perusahaan rugi sebesar 10.000 X
(Rp.130.000, — 100.000,-) = Rp.300.000.000,-.

5
9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan
sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia/SAK.
Dalam hal ini harus diketahui sistem pencatatan persediaan yang
digunakan perusahaan {perpetual atau physical system} dan metode
penilaian persediaan yang digunakan perusahaan (apakah berdasarkan
harga perolehan, dengan FIFO atau LIFO atau Average cost method},
apakah sudah diterapkan lower of cost or market atas persediaan tersebut.

2.3 Prosedur Pemeriksaan Persediaan


Prosedur pemeriksaan persediaan mencakup pemeriksaan pembelian,
pemakaian danpenjualan persediaan, karena berkaitan dengan siklus
pembelian, utang, danpengeluaran kas serta siklus penjualan, piutang dan
penerimaan kas. Prosedurpemeriksaan ini terbagi dalam dua yaitu :
a. Compliance test.Prosedur pemeriksaan persediaan untuk compliance test yaitu:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan
 Dalam hal ini audotr biasanya menggunakan internal
controlquestionnaires.
 Lakukan tes transaksi(compliance test) atas pembelian
denganmenggunakan purchase order sebagai sampel. Untuk tes
ataspemakaian persediaan transaksi atas penjualan, bisa digunakan
fakturpenjualan sabagai sampel.

2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan.


Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang
berarti,maka auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control
persediaanberjalan efektif. Karena itu substantive test atas persediaan
bisadipersempit.
b. Substantive testProsedur pemeriksaan persediaan untuk Substantive test yaitu:
1. Lakukan observasi atas perhitungan fisik (Stok opname) yang
dilakukanperusahaan (klien).
Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di
gudangperusahaan. Untuk barang consignment out dan barang-barang
yangtersimpan di public warehouse jika jumlahnya material harus dilakukanstock
opname, jika tidak material, cukup dikirim konfirmasi. Stockopname bisa
dilakukan pada akhir tahun atau beberapa waktusebelum/sesudah akhir
tahun.Untuk perusahaan yang internal controlnya lemah, stock
opnamesebaiknya dilakukan pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
untukperusahaan yang internal controlnya baik, stock opname bisa
dilakukanbeberapa waktu sebelumatau sesudah tanggal neraca. Namun demikian,
sebaiknya tidak terlaku jauh dari tanggal neraca untuk memudahkan

6
auditor pada waktu melakukan trace backward/trance forward
(rekonsiliasipersediaan per tanggal stock opname dengan per tanggal neraca).
Ada beberapa hal yang harus dilakukan auditor sebelum pelaksanaan stockopname:
a. Dapatkan dan pelajari petunjuk pelaksanaan stock opname (phisicalinventory
instruction) yang dibuat oleh perusahaan, di mana biasanyatelah mencakup:
 Pengaturan tim/petugas stock opname
 Tanggal pelaksanaan stock opname
 Lokasi dan denah gedung
 Pembatasan seminimal mungkin ke luar masuknya barang pada
waktupelaksanaan stock opnam
 Prosedur cut-off, yaitu mencatat nomor dan tanggal terakhir
darireceiving dan issuing report/shipping report
 Penggunaan bin-tag untuk mencatat hasil perhitungan
yangsebelumnya ditempelkan di setiap jenis barang. Bin-
tagmencantumkan: nama dan jenis barang, nomor kode barang,
satuandan jumlah unit, dan diberi nomor urut tercetak (prenumbered).
b. Lakukan peninjauan gudang sebelum stock opname dilakukan, untukmendapat
gambaran mengenai lokasi gudang, dan apakah barang-barang di gudang
telah disusun rapi menurut jenis dan kelompoknya,jika ditemukan barang-barang
masih tercampur antara jenis yang satudan jenis yang lainnya, audior bisa meminta
klien untuk merapikandulupenyusunan barang-barang tersebut dan
kemungkinan menundapelaksanaan stock opnamm, agar bisa diperoleh hasil
perhitungan yang akurat.
c. Siapkan team audit yang akan ditugaskan untuk melakukan observasiatas
pelaksanaan stock opname yang dilakukan klien, besertaperlengakapan
yang dibutuhkan. Misalnya lokasi gudang/persediaanterlaktak di tengah
hutan (perusahaan kayu), tentunya harysmenyiapkan obat anti malaria (pil
kina), membawa sepatu karet danlain-lain.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sewaktu pelaksanaan (observasi)atas
stock opname:
a. Di hari pertama harus diberikan penjelasan (briefing) kepada
parapelaksana stock opname mengenai cara-cara opname, dipimpin
olehpenanggung jawab stock opname dan dihadiri team auditor.
b. Pada saat stock opname dilakukan, klien harus menghitung
100%,sedangkan auditor mengamati apakah perhitungan sudah
dilakukansesuai dengan physical inventory instruction agar hasilnya betul-
betulakurat.Pada saat mengamati, secara tes basis auditor ukut
menghuitungbersama-sama klien dan mencatat dalam inventory count sheet.Harus
diingat bahwa petugas klien seharusnya yang paling mengetahuijenis barang dan
cara menghitungnya, sedangkan auditor bukanlah ahlimengenai jenis barang dan
harus banyak belajar dari klien.
Prosedur yang harus diperhatikan terhadap final inventor list adalah :

7
 Check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian)
 Cocokkan jumnlah kolom value dengan saldo menurut buku
besarpersediaancocokkan jumlah menurut kolom stock card dengan
saldomenurut stock card (test basis)\
 Bandingkan quantity per count dengan jumlah menurut count
sheetauditor (hanya bisa untuk barang yang ikut dihitung oleh auditor).

2. Minta final inventory list (inventory compilation) dan lakukan


prosedurpemeriksaan berikut ini:
 Check mathermatical accuracy (penjumlahan dan perkalian)
 Cocokkan “quantity per book” dengan stock card.
 Cocokkan “quantity per count” cengan count sheet kita (auditor)
 Cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan.

3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out


(persediaanperusahaan yang dititip jual ke perusahaan lain).
Biasanya barang konsinyasi jumlahnya tidak terlalu besar sehingga
lebihpraktis untuk mengirim konfirmasi dibandingkan jika
auditormenghitungnya. Selain itu auditor juga bisa memeriksan bukti
pengirimanbarang konsinyasi tersebut.Periksa unti price dari raw material, work in
process, finished goods dansupplies. Untuk raw material dan supplies periksa
faktur pembelian(supplies invoice) yang terakhir dan perhatikan apakah
perusahaanmenggunakan FIFO, LIFO atau Average Cost.Untuk barang impor
harus diperiksa bukti-bukti pembelian impor(purchase order, proforma invoice,
Bill of lading, pemberitahuan imporuntuk dipakai-PIUN, Letter of Credit-
L/C, receiving report) dan jugaperhitungan landed cost-nya. Karena untuk
barang impor harus dibayarbea masuk, biaya-biaya untuk mengeluarkan
barang dari pelabuhan,termasuk jasa ekspedisi muatan kapal laut (EMKL) atau
Ekspedisi Muatankapal Udara (EMKU).
Untuk work in process : pelajari cost accounting procedures
yangdigunakan perusahaan untuk mengetahui besarnya direct materials,
directlabor, factory overhead yang sudah dibebankan termasuk
presentaseselesainya. Jika perusahaan menggunakan job order costing, yang
harusdiperhatikan adalah job orde cost sheetnya. Jika digunakan
processcosting, harus diperiksa bagaimana penentuan presentase selesainya
dannilai work in processnya.
Untuk finished goos :pelajari cost accounting proceduresnya dan periksaapakah
perusahaan menggunakan standard cost, sehingga harus diperiksaperhitungan
variancenya. Jika ada variance:
 Sebagian harus masuk beaban pokok penjualan (cost of goods sold),yaitu
untuk persediaan yang sudah terjual.

8
 Sebagian menambah atau mengurangi nilai persediaan
(tergantungfavourable atau unfavorable variance), yaitu untuk
persediaan yangbelum terjual.
Selain itu harus diperiksa apakah unti price (harga perolehan per unit)lebih
rendah atau lebih tinggi dari market price atau net realizable value(harga pasar)
sesuai dengan metode lower of cost or market (mana yanglebih rendah antara harga
perolehan dan harga pasar)
4. Periksan unit price dari bahan baku (raw material), barang dalam proses (work
in process), barang jadi (finished goods), dan bahan pembantu (supplies).
5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu
sebelum atau sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
6. Periksa cukup tidaknya barang-barang yang bergerak lambat (allowancefor slow
moving), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan
mode.
Cukup dalam arti tidak terlalu besar (dapat menyebabkan laba
terlalukecil) dan tidak terlalu kecil (dapat menyebabkan laba terlalu
besar).Untuk itu auditor harus memeriksa bagaimana kebijkaan dan cara
perusahaan menentukan allowance, apakah konsisten atau tidak dengan periode
sebelumnya. Salah satu cara yang biasanya digunakan perushaan untuk barang yang
tidak dipakai atau terjual selama :
3 bulan, dibuatkan allowance 10%
6 bulan, dibuatkan allowance 30%
9 bulan, dibuatkan allowance 50%
12 bulan, , dibuatkan allowance 80%
Lebih dari 12 bulan dibuatkan allowance 100%
Dalam hal ini auditor harus memeriksa stock card untuk mengetahui sudah berapa
lama persediaan itu tidak mengalami pengurangan (tidak dipakaiatau tidak terjual).
Selain itu, pada waktu stock opname biasanya barang-barang yang sudah rusah
sudah dipisahkan dan dibuatkan daftarnya, yang bergerak lambat tau ketinggalan
mode sudah berdebu karena lama tidak disentuh.
7. Periksa kejadian sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca)(subsequent event)
Tujuangnya untuk mengetahui apakah ada penjualan fiktif yang dicatat untuk
memperbesar jumlah laporan penjualan (salah satu bentuk windowdressing) dan
kemudoan di awal periode berikutnya direverse/dibuat jurnal balik.
8. Periksa cut-off penjualan dan pembelian cut-off
Tujuannya untuk meyakinkan jangan sampai ada pergeseran waktu dalam
pencatatan penjualan dan pembelian. Untuk itu harus dicatat (lebih baikminta
salinannya) tanggal dan nomor terakhir dari faktur penjualan, delivery

9
order, faktur pembelian dan receiving report. Perhatikan juga syarat
pengiriman barang apakah FOB shipping point atau destinationpoint.
9.Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (loan agreement), notulen
rapat (minutes of meeting)
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan sebagai
barang jaminan atas kredit yang diperoleh perusahaan dari pihak ketiga. Jika ada
tentunya akan disebutkan dalam jawaban konfirmasi bank, perjanjian kredit dan
notulen rapat. Dan jika ada persediaan keuangan(notes to financial statement).
10. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) Jika ada purchase atau sales commitment yang
menimbulkan kerugian yang material bagi perusahaan dalam periode
berikutnya, hal tersebut harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
Untuk itu auditor harus memeriksa kontrak penjualan dan pembelian yang
realisasinya akan dilakukan di periode berikutnya, dan memeriksa apakah ada
penurunanharga jual di pasar (market value ) di periode berikutnya.
11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (Goods In Transit), lakukan hal berikut
ini:
 Minta rincian goods in transit per tanggal neraca.
 Periksa mathermatical accuracy.
 Periksa apakah syarat pengiriman barang yang digunakan fob shippingpoint
atau fob destination point-Periksa subsequent cluearance.
 Dalam hal ini auditor harus menanyakan kepada klien dan memeriksa bukti
pendukung, apakah susdah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
barang dalam perjalanan tersebut sudah diterima. Bukti yangharus diperiksa
adalah laporan penerimaan barang (receiving report). Jika sesudah tanggal
laporan necara, sampai mendekati tanggalselesainya pemeriksaan
lapangan, barang dalam perjalanan belum juga diterima, kemungkinan
terjadi pembatalan pembelian atau kesalahan pencatatan.

12. Lakukan analytical prosedures untuk persediaan


Berikut ini prosedur analisis yang biasa dilakukan oleh perusahaan untuk
persediaan:
 Bandingkan saldo akhir tahun yang diaudit dengan akhir tahun
sebelumnya.
Jika terjadi penurunan atau kenaikan saldo akhir itu bisa kemungkinan
terjadi salah saji atau salah perhitungan COGS dan salah perhitungandi
inventory compilation.
 Bandingkan saldo akhir COGS tahun yang diaudit dengan saldo tahun
sebelumnya, Jika terjadi penurunan atau kenaikan saldo akhir yang
besar ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam pembebanan factory
material.
 Bandingkan % laba kotor tahun ini dengan tahun lalu.
 Bandingkan inventory turnovers (COGS dibagi rata-rata saldo
persediaan) tahun ini dengan tahun lalu.

10
 Bandingkan unit cost persediaan dengan tahun sebelumnya.
13. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan
adjustment jika diperlukan.
Auditor harus menyimpulkan (biasanya ditulis di Top Schedule)
apakahberdasarkan prosedur pemeriksaan yang telah dilakukannya,
persefiaan disajikan secara wajar atau tidak.
14. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia/SAK/ETAP/IFRS.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Persediaan (inventory) merupakan barang dagangan yang utama dalam
perusahaan dagang. Dalam perusahaan dagang, persediaan merupakan barang-
barang yang diperoleh atau dibeli dengan tujuan untuk dijual kembali tanpa
mengubah barang itusendiri.
Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Persediaan
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
persediaan,
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada
dandimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
4. untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective),
bergeraklambat (s/ow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudah
dibuatkan allowance yang cukup.
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.
7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan
yang cukup.
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan
(purchasel sales commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap
laporan keuangan,
9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
Prosedur Pemeriksaan Persediaan
a. Compliance test.Prosedur pemeriksaan persediaan untuk compliance test yaitu:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan.
b. Substantive testProsedur pemeriksaan persediaan untuk Substantive test yaitu:
1. Lakukan observasi atas perhitungan fisik (Stok opname) yang
dilakukanperusahaan (klien).

12
2. Minta final inventory list (inventory compilation) dan lakukan
prosedurpemeriksaan
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out
(persediaanperusahaan yang dititip jual ke perusahaan lain).
4. Periksan unit price dari bahan baku (raw material), barang dalam proses (work
in process), barang jadi (finished goods), dan bahan pembantu (supplies).
5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu
sebelum atau sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
6. Periksa cukup tidaknya barang-barang yang bergerak lambat (allowancefor slow
moving), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan
mode.
7. Periksa kejadian sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca)(subsequent event)
8. Periksa cut-off penjualan dan pembelian cut-off
9.Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (loan agreement), notulen
rapat (minutes of meeting)
10. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) Jika ada purchase atau sales commitment yang
menimbulkan kerugian yang material bagi perusahaan dalam periode
berikutnya.
11. Lakukan analytical prosedures untuk persediaan
12. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan
adjustment jika diperlukan.
13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia/SAK/ETAP/IFRS.

3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini,
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://e-journal.uajy.ac.id/1699/3/2EA15427.pdf
http://eprints.polsri.ac.id/2592/3/BAB%20II.pdf
Agoes, Sukrisno.2017.Auditing:Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik.Jakarta: Salemba Empat

14

Anda mungkin juga menyukai