DISUSUN OLEH:
1. SRI KUSTIA
2. RITA RAHMAYANTI
3. SARTINA
4. DELA NAFANTILAH
5. ANDI JUMIATI
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun-tahun terakhir ini penilaian persediaan mendapat perhatian lebih besar
karena laju inflasi yang tinggi.Pemilihan prinsip atau metode penilaian persediaan
mempunyai suatu pengaruh penting pada pendapatan yang dilaporkan dan posisi keuangan
perusahaan tertentu.Oleh karena persediaan biasanya merupakan harta lancar yang terpenting,
maka metode penilaian persediaan merupakan suatu faktor yang penting dalam menetapkan
hasil operasi dan kondisi keuangan.
Salah satu tujuan dari akuntansi persediaan, termasuk penilaian persediaan adalah
untuk menetapkan penghasilan yang wajar dengan membebankan biaya yang bersangkutan
terhadap penghasilan perusahaan. Dalam proses penjualan dan pembelian dapat dilihat bahwa
persediaan merupakan nilai yang tersisa setelah jumlah biaya telah dibebankan terhadap
penjualan atau sebagai jumlah biaya yang tersisa untuk dibebankan terhadap penjualan di
masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Persediaan
1. Pengertian Umum
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada
saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal
perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi
tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang
menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang
maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak dibidang
konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akantertanam dalam persediaan yaitu untuk
membeli bahan-bahan bangunan.
Hal ini dapat kita jumpai pada proses jual beli atau perdagangan, seperti importir yang
bersifat distributor bertujuan untuk menyalurkan barang kepada konsumen, dan barang-
barang tersebut bukanlah produksi sendiri.
Dalam hal ini biasanya perusahan memegang peranan penting baik perusahan kecil
maupun besar, mereka melakuan produksi sendiri dan menjualnya pada konsumen melalui
distributor atau secara langsung dalam jumlah besar maupun kecil.
Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan untuk di gunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa.
Dalam hal ini produsen yang menyediakan barang baku yang bersifat setengah jadi
untuk produsen agar dapat diolah oleh perusahan besar ataupun kecil, atau sebagai
penyumbang jasa yang bertujuan untuk menjadikan apa yang di harapkan konsumen.
Pada pengertian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pengertian persediaan adalah
semua barang yang di miliki oleh produsen atau distributor yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen dan pasar.
Adapun biaya-biaya yang di timbulkan dari proses penyediaan adalah sebagai berikut:
Ø Biaya pembelian
Ada beberapa hal yang terdapat dalam biaya pembelian di antaranya adalah, harga
pembelian, bea masuk, dan pajak lainnya, selain itu transportasi, penanganan dan biaya
lainnya.
Selain itu ada beberapa hal yang dapat menjadi pengurangan biaya dalam pembelian
seperti, perolehan barang jadi, bahan dan jasa, potongan penjualan, potongan harga dan
barang sejenis lainnya.
Ø Biaya Konversi
Biaya langsung yang berhubungan dengan unit produksi, seperti tenaga kerja
langsung.
Alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang di keluarkan dalam
mengonversi bahan mentah menjadi bahan jadi.
Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut
timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini misalnya, dalam keadaan
tertentu diperkenankan untuk memasukan overhead nonproduksi atau biaya perancangan
produk untuk pelanggan tertentu sebagai
biaya persediaan.
Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban
dalam periode terjadinya adalah:
Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak
normal
Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi
sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya.
2. Rumus Biaya
Ada tiga jenis rumus biaya , yaitu, identifikasi biaya tertentu, FIFO, rumus biaya rata-
rata timbangan, namun fifo lebih di anjurkan karena ini sebagai metode saham dasar.
Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing jenis barang
yang ada.Jadi dalam metode ini setiap barang haruslah jelas darimana asal-usulnya serta
harga yang diperoleh ketika pembelian barang tersebut.
Metode FIFO
Metode ini menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang yang pertama kali
dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam metode ini persediaan akhir
dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir.
Metode ini juga mengasumsikan bahwa barang yang terjual karena pesanan adalah
barang yang mereka beli.Oleh karenanya, barang-barang yang dibeli pertama kali adalah
barang-barang pertama yang dijual dan barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir)
diasumsikan untuk biaya akhir.Karenanya, untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya
sebelumnya dicocokkan dengan pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk
penilaian laporan neraca.
Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk
menjual persediaan lama pertama kali.FIFO merupakan metode yang paling luas digunakan
dalam penilaian persediaan.
Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik dari barang
tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan
barangnya.Dengan demikian meode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok
barang. Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan
dikenali sebagai Cost of Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan
harga dari stok barang dari transaksi yang terdahulu.
Metode FIFO (First In First Out) pertama kali dikenal dalam akuntansi keuangan
sebagai salah satu metode dalam penilaian persediaan barang. Harga yang digunakan sebagai
dasar dalam menilai persediaan barang dapat memakai harga lama atau harga baru.
Pada metode FIFO, persediaan barang yang dikeluarkan untuk produksi atau dijual,
nilainya didasarkan pada harga menurut urutan yang pertama masuk.Jadi, untuk penilaian
pada persediaan barang yang tersisa, berarti harganya didasarkan pada harga baru atau harga
urutan yang terakhir.
Sedikit berbeda dengan metode rata-rata sederhana, dalam metode ini kita mencari
harga rata-rata tertimbang : Caranya yaitu dengan membagi nilai total persediaan barang
( sebelum penjualan ) dengan jumlah unit barang ( sebelum penjualan ).
Perkiraan harga penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi estimasi biaya
penyelesaian dan perkiraan biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.Nilai realisasi
bersih mengacu pada jumlah bersih yang entitas mengharapkan untuk menyadari dari
penjualan persediaan dalam kegiatan usaha normal. Nilai wajar mencerminkan jumlah yang
persediaan yang sama dapat dipertukarkan antara pembeli dan bersedia berpengetahuan dan
penjual di pasar. Yang pertama adalah nilai entitas spesifik, yang terakhir tidak. Nilai
realisasi bersih untuk persediaan mungkin tidak sama nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual.
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai
wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah.
Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih
obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai
wajar aset atau kewajiban terkait.
Jika harga pasar suatu persediaan barang lebih rendah daripada harga pokoknya, kita
harus menentukan nilai mana yang terendah antara harga pokok atau harga pasar.Dalam
metode ini tidak memerhatikan metode yang digunakan, bebas memilih harga pokok atau
harga pasar mana yang terendah.Metode ini dapat digunakan untuk setiap jenis persediaan,
kelompok persediaan tertentu, maupun persediaan secara keseluruhan.
Dalam metode laba kotor, penjualan dibagi ke dalam dua komponen yaitu Laba Kotor
dan Harga Pokok Penjualan. Metode ini biasa digunakan untuk mengestimasi persediaan
dalam laporan keuangan bulanan atau triwulan pada sistem persediaan metode fisik atau
periodik serta berguna untuk mengestimasi harga pokok barang dagang yang rusak akibat
kebakaran atau bencana lain. Tahapan menghitung nilai persediaan berdasarkan metode ini
antara lain sebagai berkut :
Menentukan presentase laba kotor dari penjualan bersih sebelum penaksiran nilai
persediaan barang dagang.
Menghitung nilai harga pokok penjualan barang untuk periode diadakannya
penaksiran nilai persediaan.
Menghitung persediaan akhir dengan menjumlah persediaan awal dan pembelian
sebelum dikurang persediaan akhir.
Adapun dua rumus untuk menentukan presentase laba kotor adalah sebagai berikut:
Presentase laba kotor atas penjualan, dan Presentase laba kotor atas biaya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan
untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan, hal ini membuktikan
perusahaan mempunyai peranan penting dalam penyediaan barang.
Pada fase pengakuan dan pengungkapan inilah dapat di lihat hasil dari penyediaan,
laba atau ruginya suatu perusahaan dan dapat di lihat juga kemana biaya di alokasikan dan
kebutuhan biaya serta hasil bersih jika di hitung dari hasil bersih penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
Admin.SISTEM-AKUNTANSIdi 04.59. http://sistem:
Akuntansi1000. blogspot.com/2012/09/prinsip-pengakuan-pendapatan.html. (Diakses pada
tanggal 09 September 2015 pukul 19.22).
Darmansyah. Pengantar Akuntansi. http://darmansyah.weblog.esaunggul.ac.id /2015/03/21/
pengertian-persediaan. (Diakses pada tanggal 09 September 2015 pukul 19.22).