Anda di halaman 1dari 16

PERSEDIAAN BARANG DAGANG

DOSEN :
FITRI INDAH SARI, SE, M. AK.

DISUSUN OLEH KELOMPOK IIII

 SURAHMAN
 ELSA RAHAYU
 PUTRI RAMADHANI
 NORITA AFISTASARI

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


KELAS : B

POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat- Nya kami bisa
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.  Adapun makalah ini membahas tentang
“Persediaan Barang Dagang”.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kemajuan di masa- masa mendatang.
Atas perhatiannya penyusun ucapkan terima kasih.

Bombana, 11 Oktober 2022

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………….…………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.....................................................................................………………1
2. Rumusan Masalah...............................................................................………………1
3. Tujuan Pembelajaran..........................................................................………………1

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Persediaan……………………………………………………….. 2
2. Klasifikasi Persedian..........................................................................………………3
3. Sistem pencatatan Persedian.............................................................………………4
4. Metode dalam penentuan nilai Persedian ........................................………………6
5. Alasan mengapa LIFO tidak diakui di Indonesia............................……………..11

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan...........................................................................................……………13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….......14

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persediaan adalah segala sesuatu / sumber-sumber daya organisasi yang di simpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk physical pada berbagai
tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses,dan kemudian barang jadi
(Handoko, 1997:hal 333)
Persediaan merupakan salah satu asset yang paling mahal dibanyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh
dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting disatu
pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tiket persediaan
ditangan. Dipihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh
karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat
pelayanan konsumen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Persediaan ?
2. Klasifikasi Persediaan ?
3. Sistem Pencatatan Persediaan ?
4. Metode dalam Penentuan nilai Persediaan ?
5. Alasan mengapa LIFO tidak diakui di Indonesia ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


diharap agar pembaca dapat mengetahui bagaimana cara mengelola persediaan barang
dengan menggunakan metode-metode yang tersedia meskipun LIFO tidak digunakan di
Indonesia.

i
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persediaan

Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali,
dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah,
bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Persediaan pada
perusahaan dagang berupa persediaan barang dagang. Tanpa adanya persediaan barang
dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi
keinginan dari para pelanggannya.

Pengertian Persediaan Menurut Ahli

Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) pengertian persediaan adalah aktiva:

1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;


2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa

Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang
milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau
persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun
persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

Sedangkan menurut Herjanto (1999, hal: 219) Persediaan adalah bahan atau barang yang
disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi
atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin.

i
Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi,
ataupun suku cadang.

2.2 Klasifikasi Persediaan


Klasifikasi persediaan dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
a. Menurut PSAK no.14 (2007)

Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu


jumlah aktiva berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK : Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan adalah aktiva:

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal


b. Dalam proses produksi dan atau perjalanan
c. Dalam bentuk bahan yang digunakan dalam proses produksi

b. Menurut jenis perusahaan

Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam
perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual kembali
dan yang paling aktif dalam operasi usahanya. Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau
manufaktur, persediaan barang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : persediaan bahan baku,
barang dalam proses, dan barang jadi. Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara
perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu
memang berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya
dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan seandainya terjadi
pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau pemberian kemasan
agar barang lebih menarik selera konsumen. Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah
mengolah bahan mentah menjadi produk selesai.
a) Bahan baku

Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses produksi,
sehingga akan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan.

i
Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi,
dapat diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan
produksi.

b) Barang dalam proses

Adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi barang jadi,
sehingga persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu
yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk keproses produksi sampai dengan saat
penyelesaian barang jadi.

c) Barang jadi

Adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera dijual,
pada persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya merupakan masalah
koordinasi produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan
dengan cara mengubah persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk resiko yang
kecil (marginal risk).

2.3 Sistem Pencatatan

 Sistem Periodik (physical)

Sistem periodik yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk
menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan
penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan
suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki
karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil. Sebagai ilustrasi
adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran dan pertokoan yang menjual berbagai jenis
majalah, koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka
ragam namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus mencatat setiap transaksi
yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat
ini alasan tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang memudahkan
pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.

i
 Sistem Permanen (Perpetual)

Sistem Permanen( perpetual) yaitu melakukan pembukuan atas persediaan secara terus
menerus yaitu dengan membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun
penjualan. Sistem perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang
tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat
mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya
persediaan alat rumah tangga elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave).

Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan untuk mencatat
pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan
mendebit akun pembelian sehingga pada akhir periode akan dilakukan penyesuaian untuk
mencatat harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.

2.4 Metode dalam penentuan nilai persediaan

A. Sistem perpetual

1. Metode FIFO

Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal juga.
Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok dilakukan pada saat
terjadi penjualan

2. Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal juga.
Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok dilakukan pada saat
terjadi penjualan.

3. Metode RataRata bergerak ( Moving Average )

i
Dalam metode ini, harga beli ratarata dihitung setiap terjadi transaksi pembelian. Harga
pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga ratarata pada saat terjadi transaksi penjualan.

 Contoh Soal

PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018 adalah
sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga


2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000
10 Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000
5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000
7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000
21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000
18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000
20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000
10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000

Diminta : Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan Average.

Jawaban:

a. FIFO (First-in First-Out)

i
b. LIFO (masuk terakhir keluar pertama)

c. Rata-rata (average)

i
B. Sistem Periodik

1. Metode FIFO

Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga
nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan.
Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang yang dibeli
lebih dahulu, sesuai dengan jumlah pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir
barang didasarkan pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya. 

2. Metode LIFO

Dalam metode ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual
sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk lebih
awal. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung berdasarkan pada harga barang yang
dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai persediaan barnag didasarkan pada harga
barang yang dibeli pada awal, sesuai dengan jumlah unitnya.
3.Metode Tanda Pengenal Khusus
Dalam metode tanda pengenal khusus ( specific identification ) setiap barang yang dibeli atau
yang masuk diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan harga per satuan sesuai faktur yang
diterima. Pada metode ini sudah jelas harga per satuannya Dengan demikian untuk mengetahui
jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode tinggal mengalikan jumlah barang yang masih
ada dengan harga yang tercantum dalam etiket barang tersebut.

4. Metode RataRata

i
1. Metode Rata-Rata Sederhana
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli per satuan
setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan frekwensi pembelian dan persediaan
awal periode.

2. Metode Rata-Rata Tertimbang

Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang
tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah pembelian dengan kuantitas
barang tersebut

Contoh Soal

PT. Saburai melakukan perlakuan (pembelian, penjualan) persediaan pada tahun 2018 adalah
sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga

2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000

10  Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000

5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000

7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000

21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000

18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000

20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000

10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000

i
Diminta :

1. Hitunglah nilai persediaan akhir Sistem periodik dengan metode FIFO, LIFO dan Average.

Jawaban:

Sistem periodik

Keterangan/sistem FIFO LIFO Average


Persedian awal Rp.1.800.000 Rp.1.800.000 Rp.1.800.000
Pembelian Rp.8.600.000 Rp.8.600.000 Rp.8.600.000
Barang yang tersedia untuk dijual Rp.10.400.000 Rp.10.400.000 Rp.10.400.000
Persedian akhir (Rp.3.400.000) (Rp.2.800.000) (Rp.3.120.000)
Harga Pokok penjualan Rp.7.000.000 Rp.7.600.000 Rp.7.280.000

2.5 Alasan mengapa LIFO tidak digunakan di Indonesia

Larangan penggunaan metode LIFO ini sesuai dengan IASB (International Accounting
Standard Board) suatu badan yang mengeluarkan IFRS yang ditaati oleh negara-negara Eropa.
Hal yang senada juga terjadi di negara kita dimana PSAK 14 revisi 2009 melarang penggunaan
metode LIFO itu sendiri. Hal ini disebabkan karena sejak tahun 2009, PSAK kita mulai sedikit
demi sedikit mulai mengadopsi IFRS sampai pada tahun 2012 nanti secara penuh PSAK kita
mengadopsi IFRS.
Namun, US. GAAP yang merupakan Standar Amerika Serikat tetap memperbolehkan
penggunaan LIFO tersebut yang dicerminkan dari perusahaan-perusahaan yang masih
menggunakan metode ini. IFRS memang melarang tapi Amerika menganggap sebelah mata
mengenai IFRS ini, mereka menganggap US. GAAP mereka lebih maju daripada IFRS itu
sendiri, mengadopsi IFRS merupakan suatu kemunduran bagi mereka.

Referensi:   

i
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
2. International Accounting Standard Board. IFRS 2012 Red Book. 2012. IFRS Foundation.
3. Kieso, Weygandt, and Warfield. Intermediate Accounting. 11th edition.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persedian dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persedian
barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persedian bahan baku
yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

i
DAFTAR PUSTAKA

http://agribisnisaisyahprihatin.blogspot.co.id/2017/03/makalah-persediaan-barang-dagang.html

http://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/contoh-soal-metode-fifo-lifo-dan-average-bonus-
jawaban-penyelesaiannya/

http://candraekonom.blogspot.co.id/2014/03/perdebatan-dari-metode-lifo-pro-ifrs-or.html

https://dosenakuntansi.com/pengertian-persediaan

http://erisetyo21.blogspot.co.id/2015/02/makalah-akuntansi-persediaan.html

http://www.ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=43

http://siskaheptasari.blogspot.co.id/2015/11/materi-mata-kuliah-akuntansi-keuangan-1.html

i
i

Anda mungkin juga menyukai