Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AUDIT SEKTOR PUBLIK

“AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Audit Sektor Publik

(DOSEN PENGAMPU : DR.Helmi Yazid, S.E., M.Si.,Ak.,CA)

Disusun Oleh :

Farhan Ramadhan (5552190002)

M Aulia Amrullah (5552190014)

Hearul Ikhsan (5552190017)

KELAS 6-A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT. yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq
serta inayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
merupakan komponen penilaian dalam perkuliahan. Adapun judul yang kami bahas
adalah Audit Pengadaan Barang Dan Jasa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dalam isinya maupun dalam penyajianya, namun berkat
dorongan dan bimbingan dari semua pihak maka penulisan makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga karya sederhana ini layak untuk dijadikan sumber rujukan dalam
mengkaji llmu Akuntansi khususnya pada bidang Audit.
. Dan memberikan kontribusi praktis maupun akademik bagi internal civitas
akademik Sultan Ageng Tirtayasa, utamanya bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
jurusan Akuntansi. Dan tak dipungkiri bagi semua golongan. Semua kebenaran
dalam makalah adalah semata dari Allah SWT, sedangkan segala kesalahan
kekurangan semata dari keterbatasan kami.

Tangerang,
5 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Tujuan dan Manfaat Audit Pengadaan .............................................................. 4


2.2. Ruang Lingkup Audit Pengadaan ..................................................................... 4
2.3. Dasar Hukum Audit Pengadaan .......................................................................11
2.4. Langkag-Langkah Audit Pengadaan ................................................................12
2.5. Proses Pengadaan Barang Dan Jasa .................................................................12
2.6. Kecurangan Dalam Pengadaan ........................................................................14

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .....................................................................................................16


3.2. Saran ...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas
pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah termasuk perusahaan
negara dan daerah, tergantung pada tersedianya sarana dan prasarana kerja sesuai
dengan kebutuhan. Oleh karena itu, dalam setiap APBN/D dan anggaran
perusahaan negara/daerah selalu terdapat anggaran untuk pengadaan sarana dan
prasarana berupa barang bergerak, jasa dan barang-barang tidak bergerak.
Dalam pengadaan barang dan jasa, pemerintah selalu berpegang pada
prinsip ekonomi, efisien, dan efektif. Pemerintah selalu berupaya menyempurnakan
prosedur pelaksanaan pengadaan barang/jasa baik melalui penyempurnaan
peraturan-peraturan maupun pengambilan kebijakan dan keputusan yang tepat.
Agar pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilaksanakan secara ekonomi, efisien
dan efektif, perlu dilakukan pengawasan secara intensif.
Selain itu, tuntutan kepada pemerintah untuk menerapkan good governance
dalam menjalankan pemerintahan, telah membuat akuntabilitas pengadaan barang
dan jasa harus dilaksanakan. Akuntabilitas pengadaan barang/jasa merupakan
perwujudan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam mencapai tujuan pengadaan.
Pemeriksaan atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa dimaksudkan untuk
menguji dan mengetahui sampai sejauh mana peraturan-peraturan dan ketentuan-
ketentuan yang mengatur pelaksanaan pengadaan barang/jasa dipatuhi, sehingga
upaya mewujudkan prinsip ekonomi, efisiensi dan efektivitas dalam pengadaan
barang dan atau jasa dapat dicapai.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai


berikut:

1. Apakah tujuan dan manfaat audit pengadaan?


2. Seberapa jauh ruang lingkup audit pengadaan?
3. Bagaimana dasar hukum audit pengadaan?
4. Bagaimana langkah-langkah audit pengadaan?
5. Bagaimana proses pengadaan barang dan jasa?
6. Kecurangan apa saja yang terjadi pada pengadaan?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dan manfaat audit pengadaan.


2. Untuk mengetahui seberapa jauh ruang lingkup audit pengadaan.
3. Untuk mengetahui dasar hokum audit pengadaan.
4. Untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah audit pengadaan.
5. Untuk mengetahui dan memahami proses pengadaan barang dan jasa.
6. Untuk mengetahui apa saja kecurangan yang terjadi pada pengadaan.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan


wawasan tentang Audit Pengadaan Barang dan Jasa.

2
2. Manfaat Prakti

Penulisan makalah ini dapat dijadikan bahan kajian bagi pembaca


mengenai Audit Pengadaan Barang dan Jasa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan dan Manfaat Audit Pengadaan

Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan barang/jasa sesuai ketentuan


dengan pengorbanan yang minimal. Berikut adalah tujuan dan manfaat audit pengadaan:

1. Untuk mencapai tujuan, sesuai dengan visi dan misi organisasi.


2. Menilai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas pengadaan, serta melindungi aset(dana)
perusahaan dari pemborosan, kesalahan pengelolaan, penyalahgunaan, dan berbagai
bentuk penyimpangan lainnya.
3. Mendorong pengembangan dan pemeliharaan meanajemen informasi pengadaanyang
dapat diandalkan serta pengungkapan informasi tersebut dalam laporan
periodetermasuk pemenuhan kewajiban akuntabilitaas.
4. Memastikan bahwa aktivitas pengadaan telah sesuai dengan ketentuan dan
peraturanyang berlaku.

2.2 Ruang Lingkup Audit Pengadaan

Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini menjadi amat
penting untuk di kaji mendalam mengingat negara kita sedang menumbuhkan kehidupan
demokrasi. Betapa tidak, di satu pihak implementasi hak dan kewajiban.

a. Organisasi pengadaan.
Organisasi pengadaan menyangkut penempatan fungsi pengadaan yang
strategis pada struktur organisasi perusahaan. Setiap perusahaan memiliki
pertimbangantersendiri menempatkan suatu fungsi dalam struktu organisasinya,
tergantung padakompleksitas operasional dan peran penting fungsi tersebut dalam
keunggulan bersaingorganisasi.
Untuk pengadaan barang/jasa pemerintahan, Peraturan Presiden No. 70 Tahun
2012menetapkan beberapa tingkat jabatan yang harus bertanggung jawab dalam
pengelolaandan pengendalian pengadaan barang/jasa pemerintah. Tingkat jabatan
tersebut antaralain :

4
1. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran kementerian/lembaga/satuan kerja
perangkatdaerah atau pejabat yang disamakan pada institusi pengguna
APBN/APBD.
2. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat
yangditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh kepala
daerahuntuk menggunakan APBD.
3. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
4. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit
organisasikementerian/lembaga/pemerintah daerah/institusi yang berfungsi
melaksanakan pengadaan barang/jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri,
atau melekat pada unit yang sudah ada.
5. Pejabat Pengadaan adalah personel yang ditunjuk untuk melaksanakan
pengadaanlangsung.
Audit atas organisasi pengadaan melakukan penilaian atas efektivitas
organisasi pengadaan dalam melakukan pengadaan barang/jasa secara efisien. Pad
a audit iniaduitor menilai ketepatan :
1. Penempatan organisasi pengadaan dalam struktur organisasi perusahaan.
2. Luas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki fungsi pengadaan
dalammemenuhi kebutuhan barang/jasa secara efektif dan efisien.
3. Kompetensi personalia yang menangani dan bertanggung jawab terhadap
pengadaan barang/jasa.
4. Kecukupan prosedur pengadaan dalam memandu proses pengadaan dalam
kerangkatata kelola pengadaan barang/jasa yang baik.

b. Proses pengadaan yang terdiri atas :


 Perencanaan pengadaan.
 Pelaksanaan pengadaan
 Pembayaran dan pelaporan.
A. Perencanaan Pengadaan

5
Proses pengadaan dimulai dari perencanaan pengadaan, survei harga dan
pemasok, pemilihan pemaso/pelaksanaan tender, penandatanganan kontrak dengan
pemasok(pemenang tender) dan penanganan atas serah terima barang/jasa sesuai
dengan kontrak pengadaan. Tidak semua pengadaan dilakukan melalui tender terbuka.
Pengadaan juga bisa dilakukan melalui penunjukkan langsung dan tender terbatas.
Perencanaan pengadaan dimulai dari identifikasi kebutuhan setiap unit
penggunaatas barang/jasa. Perusahaan harus memiliki daftar kebutuhan
barang/jasa yang memuattentang spesifikasi, kuantitas kebutuhan, standar kualitas, dan
waktu penggunaannya.Pada perusahaan perdagangan, daftar ini dilengkapi dengan
batas stok maksimum danminimum, barang yang dipungut PPN atau tidak. Dengan
daftar ni, perusahaan dapatterhindar dari beberapa kondisi seperti: (1) pembelian yang
berlebihan, (2)kelebihan/kekurangan stok, (3) dana terikat pada barang/jasa yang belum
digantikan,serta (4) pembelian barang/jasa yang tidak sesuai dengan standar kualitas.
Selain daftar kebutuhan barang/jasa, perusahaan juga harus memiliki daftar
pemasok terpilihh yang mampu memenuhi kebutuhan barang jasanya dengan cara
paling ekonomis. Sebelum dimasukan dalam daftar pemasok terpilih, perusahaan
harusmelakukan verifikasi terlebih dahulu atas keberadaan pemasok tersebut. Hal ini
dapatmenghindari perusahaan melakukan transaksi dengan pemasok yang salah
ataumemiliki catatan kinerja yang tidak baik. Pemasok-pemasok ini ermuat dalam
daftar pemasok terpilih yang telah memeahami dengan baik spesifikasi barang/jasa
yangdibutuhkan perusahaan, frekuensi kebutuhan, dan waktu pengirimannya. Pemasok
initelah memiliki komitmen untuk menyediakan barang/jasa kebutuhan perusahaan
secaratepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu, dan harga yang bersaing, yang
biasanyatertuang dalam kontrak jangka panjang. Baik daftar kebutuhan barang/jasa
maupundaftar pemasok terpilih sangat membantu dalam hal organisasi melakukan
pembeliankembali.

6
Beberapa kriteria yang dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan pemasok,
berkaitan dengan intergritas pelayanan dan kemampuannya untuk menyediakan
sertamengirimkan barang/jasa ya ng dibutuhkan dengan tepat waaktu, tepat kuantitas,
tepatkualitas, dan dengan harga yang paling murah relatif dari pemasok lain. Auditor
harusmenilai dengan cermat perencanaan pengadaan barang/jasa perusahaan agar
kebutuhan barang/jasa dapat terpenuhi secara tepat waktu, tepat kuantitas, tepat
kualitas, dandengan harga yang paling murah tanoa melanggar prinsip-prinsip tata
kelola pengadaan barang/jasa yang baik. Penelusuran terhadap pedoman, rencana
(anggaran, spesifikasi barang, dab waktu penggunaan) serta risalah rapat perencanaan
pengadaanmemungkinkan auditor dapat mendeteksi kecurangan/penyimpangan yaang
mungkinterjadi pada perencanaan pengadaan.
Audit atas perencanaan pengadaan melakukan penilaian terhadap
ketepatanrencana pengadaan dalam memenuhi kebutuhan barang/jasa unit-unit
pengguna didalam perusahaan. Pada audit ini, auditor menekankan penilaianny
terhadap ketepatanhubungan antara rencana pembelian (spesifikasi, kuantitas,
waktu)dengan rencana penggunaan barang/jasa pada masing-masing unit pengguna.
Untuk perusahaan perdagangan, di samping penilaian terhadap ketepatan hubungan
antara rencana pembelian dengan rencana penjualan, juga dilakukan penilaian terhadap
ketepatan jumlah persediaan dalam menjaga stabilitas bisnis.
B. Pelaksanaan Pengadaan
Metode yang secara umu digunakan dalam pengadaan barang/jasa adalah
pembelian langsung, penunnjukkan langsung, tender terbatas, dan tender
terbuka.Kompetisi adalah dasar dari pengadaan yang memastikan bahwa
perusahaanmendapatkan barang/jasa terbaik melalui persaingan dalam tender. Di
samping itu, pengadaan melalui tender terbuka juga dapat menimbulkan kesan positif
bagi perusahaan, karena menunjukkan nilai intergritas, keadilan, dan
profesionalisemedalam pengadaan barang atau jasa.
Perkembangan teknologi yang banyak mengandung proses
pengadaanb barang/jasa melalui penerapan teknologi komunikasi dan infromasi yang
lebih dikenalsebagai electronic procurement (e-Procurement). Penggunaan metode ini
memunginkanuntuk menjdikan proses pengadaan berjalan lebih cepat, trnsparan, dan
akuntabel.Metode pengadaan ini dapat mencegah terjadinya kolusi, korupsi, dan
berbagai perilakumenyimpang lainnya dalam proses pengadaan dengan terbatasnya
pertemuan secarafisik antara panitia pengadaan dan pemasok.

7
Untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat rutin, banyakperusahaan saat ini
hanyamelakukan transaksi dengan pemasok tertantu dalam pengadaan barang/jasanya.
Daridaftar pemasok yang terpilih yang dimiliki, perusahaan memperoleh keyakinan
bahwa pemasok tersebut mampu memenuhi kebutuhan barang/jasanya secara tepat
baikkuantitas, kualitas, maupun waktu pada harga yang relatif lebihh murah dari
pemasoklain. Hal ini adalah bagian dari strategi pengadaan yang efisien karena proses
pengadaan berjalan lebih singkat dan tidak melibatkan banyak pemasok. Perusahaan
yangmenerapkan metode Just in Time (JIT) dalam proses produksinya,
mengintegrasikankekuatan pemasok dan strategi bisnisnya. Maka dari itu, metode
produksi ini hanya memilih beberapa pemasok saja yang memiliki kemampuan dan
komitmen untukmemenuhi kebutuhan barang/jasa perusahaan sesuai dengan
spesifikasinya,kuantitas,kualitas, dan ketepatan waktu. Dengan strategi ini, proses
pengadaan tidak berjalanterlalu rumit yang menyerap banyak waktu dan tenaga dalam
menyeleksi
penaaran banyak pemasok dan penangan barang/jasa yang diterima dari pemasok baru
, yangmenjadikan pengadaan dengan penunjukkan langsung. Di samping untuk
memenuhikebutuhan rutin, metode ini juga banyak digunakan dalam pemenuhan
kebutuhan barang/jasa yang bersifat mendesak (urgent).
Pada pengadaan baarang/jasa yang tidak bersifat rutin atau merupakan
investasidan melibatkan sumber daya keuangan yang besar, perusahaan mungkin
melakukannyamelalui tender terbatas atau tender terbuka, sesuai dengan besarnya nilai
pengadaan danspesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan. Pedoman pengadaan
barang/jasa yang dimiliki perusahaan seharusnya mengatur batas-batas pengadaan yang
harus dilakukan melalui penunjukan langsung, tender terbatas, dan tender terbuka,
berdasarkan spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan dan besarnya dana yang terlibat
dalam pengadaan tersebut.
Untuk pengadaan barang/jasa pemerintah (dananya bersumber
dariAPBN/APBD), Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Barang/JasaPemerintah telah memberikan panduan bagaimana pengadaan barang/jasa
tersebutdilakukan dan batas-batas kewenangan dari pejabat/petugas yang meenangani
pengadaan barang/jasa tersebut. Peraturan Presiden ini juga memberikan definisi
beberapa metode pengadaan dan batasan-batasan nilainya, sebagai berikut:

8
1. Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia
barang/pekerjaankonstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti
oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi
syarat.
2. Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan
kosntruksidengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas
dan untuk pekerjaan yang kompleks.
3. Pelelangan sederhana adalah metode pemilihan enyedia barang/jasa lainnya
untuk pekerjaan yang bernilai pling tinggi Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
4. Pemilihan langsung adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi
untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
5. Seleksi umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultasi untuk
pekerjaanyang dapat diikuti oleh semua penyedia jasa konsultasi yang memenuhi
syarat.
6. Seleksi sederhana adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultasi untuk
jasakonsultasi yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
7. Sayembara adalah metode pemilihan penyedia jasa yang memperlombakan
gagasanorisinil, kreativitas, dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat
ditetapkan berdasarkan harga satuan.
8. Kontes adalah metode pemilihan penyedia barang yang
memperlombakan barang/benda tertetu yang tidak mempunyai harga pasar dan ya
ng harga/biayanyatidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
9. Penunjukan langsung adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan
caramenunjuk 1 (satu)penyedia barang/jasa.
10. Pengadaan langsung adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada
penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan langsung.
Secara umum, pengadaan barang/jasa yang dlakukan melalui tender, baik
terbukmaupun terbatas, melibatkan (walaupun tidak terbatas pada) aktivitas-
aktivitas berikut.
1. Pembentukan panitia pengadaan/pejabat (panitia Pokja) pengadaan/unit
layanan pengadaan. Panitia pengadaan dapat dibuat untuk setiap pengadaan atau
dibuat untuk beberapa kali pengadaan dalam waktu tertentu (panitia tetap
dengan masa kerja 1tahun/lebih).
2. Penyusunan dan pengesahan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

9
3. Penyusunan dan pengesahan dokumen pemilih penyedia barang.
4. Pengumuman pelelangan/seleksi/pengadaan.
5. Prakualifikasi/pascakualifikasi penyedia barang.
6. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilih penyedia barang.
7. Penjelasan (aanwijzing).
8. Pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran.
9. Evaluasi penawaran.
10. Pengumuman pemenang.
11. Sanggahan peserta lelang.
12. Penunjukan pemenang lelang.
13. Penandatangan kontrak.

Elemen kunci transparansi dan keadilan pelaksanaan tender adalah


kerahasiaaninformasi tender. Panitia tender harus mampu menjaga kerahasiaan
informasi dari peserta tender dan memastikan bahwa informasi tersebut tidak
bocor, tidak tertukar, dantidak dimanipulasi untuk kepentingan peserta tender
tertentu. Tempat dan waktu pembukaan tender yang dihadiri seluruh peserta
tender harus disepakati dan dapatditerima. Hal ini dapat mengurangi risiko
kebocoran dan manipulasi kerahasiaan tender.

Evaluasi penawaran adalah tahapan paling sensitif dalam proses tender. Jika
tahapini tidak dikelola dengan baik dan penuh kehati-hatian, dapat terjadi
distorsi informasiyang pada akhirnya hanya menguntungkan pemasok
tertentu. Berbagai antisipasi harusdiambil untuk memastikan bahwa evaluasi
telah berjalan secara adil dan benar. Prinsipdasar: nilai uang, keadilan dan
kejujuran, transaparansi, serta tidak memihak harustertuang pada semua
tahapan dalam proses pengadaan. Nilai evaluasi penawaran adalah penawar
yang paling responsif dengan bobot skor tertinggi. Audit pada tahap
inimenjadi tantangan tersendiri bagi auditor, karena tata kelola pengadaan
sebagian besar berjalan pada tahap ini dan celah-celah kolusi antara pelaksana
pengadaan dengan pemasok/rekanan kemungkinan banyak terjadi
pada tahap ini. Menelusuri dengancermat dokumen pengadaan dan
membandingkannya dengan prosedur (petunjuk pelaksanaan/teknis) yang
menjadi pedomannya, memungkinkan auditor daptmendeteksi
kecurangan/penyimpangan yang mungkin terjadi.

10
C. Pembayaran dan Pelaporan
Pembayaran dan pelaporan adlah tahap terakhir dalam proses pengadaan.
Tahapanini menyangkut penyelesaian kewajiban organisasi kepada pihak pemasok
dan pertangguangjwaban komita pengadaan atas tuas,wewenang,dan tanggung
jawab yangdiberikan kepadanya.
Kewajiban terakhir panitia pengadaan adalah pembuatan laporan pengadaan,
yangmelaporkan pelaksanaan pengadaan,kemampuan memperoleh barang/jasa
sesuaispesifikasi yang telah ditentukan dan besarnya dana yang terserap untuk
pengadaantersebut.

2.3 Dasar Hukum Audit Pengadaan

Peraturan dasar hukum untuk pengadaan barang/jasa meliputi:

a) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;


b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan Negara;
c) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
e) Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
f) Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
g) Keputusan Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keppres
Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
h) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Ketentuan Mengenai Tata Cara
Pembebasan Tanah.

11
2.4 Langkah-Langkah Audit Pengadaan

Secara umum proses audit pengadaan barang / jasa meliputi beberapa langkah
yangmeliputi hal hal berikut.

Perencanaan audit, yaitu menyangkut :

a) Penilaian resiko dan penentuan ruang lingkup audit.


b) Penentuan jadwal audit.
c) Penentuan kebutuhan sumber daya dalam melaksanakan audit.

Dalam membuat rencana detail audit, ketua tim audit harus mempertimbangkan beberapa hal
termasuk :

a) Risiko, tingkat materialitas dan prioritas pada setiap aktivitas audit.


b) Area audit yang signifikan.
1. Pengumpulan dan evaluasi temuan audit
2. Pelaporan.
3. Tidak lanjut hasil audit.

2.5 Proses Pengadaan Barang dan Jasa

Proses pengadaan barang dan jasa harus mencerminkan keinginan


organisasi untukmendapatkan barang / jasa untuk memenuhi kebutuhannya secara ekonomi,
efisien, danefektif. Secara umum proses pengadaan diawali dengan perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan, dan evaluasi atas aktivitas pengadaan.

A. Perencanaan Pengadaan

Perencanaan pengadaan mencakup penentuan kebutuhan atas barang/jasa


dalamoperasional perusahaan, baik tingkat kualitas, kuantitas, dan penentuan waktu
kapan barang jasa tersebut harus tersedia. Rencana pengadaan yang baik harus
mencerminkanhubungan yang optimal antara keinginan untuk memenuhi kebutuhan
denganketersediaan sumber daya yang dimiliki berkaitan dengan pengadaan tersebut dan
penetapan praktik pengadaan terbaik dalam rencana tersebut untuk mendapatkan barang/ jasa
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang paling rendah.

12
B. Pelaksanaan Pengadaan

Tahap ini adalah pelaksanaan dari rencana pengadaan. Aktivitas yang terlibatdalam
pelaksanaan pengadaan sesuai dengan tingkat kompleksitas proses pengadaan, jenis barang
atau jasa yang akan dibeli, dan besarnya anggaran yangterlibat dalam pengadaan tersebut.
Pengendalian yang ketat pada tahap inidilakukan untuk memastikan bahwa penitia pengadaan
tidak salah dalammenentukan pemasok terpilih dan harga atas barang/jasa yang
dibutuhkan.Pemilihan pemasok yang tepat yaitu penilaian atas kemampuan
pemasokmemenuhi spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan tepat waktu dan sukucadangnya
secara berkelanjutan.

C. Pelaksanaan Kontrak Penyerahan Barang

Setelah proses pengadaan menghasilkan pemasok terpilih, panitia pengadaan


bertanggung jawab untuk memastikan bahwa barang/jasa yang diterima telahsesuai dengan
pesanan baik kuantitas yang diterima, tingkat kualitas, dan waktu penyerahan. Pengendalian
atas penerimaan barang/jasa seharusnya melibatkanunit pengguna dari barang/jasa tersebut
untuk menghindari terjadinyaketidaksesuaian barang/jasa yang diterima dengan pesanannya.

D. Pembayaran dan Pelaporan

Pembayaran adalah bagian terakhir dari proses pengadaan. Pembayaran baru bisa
dilakukan jika serah terima atas barang/jasa tersebut telah dinyatakan tidakmengandung
masalah dan telah disahkan oleh pihak pihak berwenang. Setiap pembayaran harus didukung
bukti tagihan dan dokumen pendukung yang lengkapdan tagihan telah jatuh tempo. juru bayar
harus memiliki bukti dan dokumen pendukung yang lengkap sebagai bahan pertanggung
jawaban atas pembayaranyang dilakukan.

13
Pelaporan atas pengadaan barang/jasa harus segera dilakukan sesuai denganketentuan
yang tertuang dalam pedoman pengadaan. Dalam laporan tersebut, panitia pengadaan harus
menyajikan tentang kemampuan panitia mendapatkan barang/jasa sesuai dengan
spesifikasinya.

2.6 Kecurangan dalam Pengadaan

1. Berkolusi dengan pihak dalam menentukan harga penawaran.


2. Secara diskriminatif meningkatkan standar teknis, sehingga pemasok lain sulit
untukmemenuhinya.
3. Mencampuri secara tidak beretika pekerjaan evaluator baik dalam proses tendermaupun
dalam serah terima barang/jasa.
4. Memberikan sogokan.

Berbagai godaan, baik yang timbul dari perilaku buruknya maupun yang datang dari pemasok,
mendorong pihak pembeli terjebak pada perilaku menyimpang seperti :

 Menentukan spesifikasi yang menguntungkan pemasok tertentu.


 Membatasi penyebaran informasi berkaitan dengan kesempatan melakukan tender.
 Berdalih pada kepentingan yang mendesak untuk melakukan penunjukan
terhadap pemasok tertentu tanpa melalui tender untuk pengadaan yang seharusnya me
laluitender.
 Melanggar kerahasiaan penawaran pemasok.
 Mendiskualifikasi pemasok potensial melalui prakualifikasi yang tidak benar.
 Menerima sogokan
 Gagal dalam memenuhi standar kualitas, kuantitas, dan kinerja pengadaan lainnya.
 Memgalihkan pengiriman barang untuk dijual kembali atau digunakan secara pribadi.
 Meminta keuntungan pribadi dari pemasok.
 Memalsukan kualitas atau standar sertifikasi.
 Meningkatkan atau menurunkan nilai faktur.

Berbagai penyimpangan lain yang mungkin terjadi dalam pengadaan dapat berupa:

1. Pengadaan barang fiktif


2. Harga pengadaan barang di-mark-up

14
3. Pajak/PNPB sehubungan dengan pengadaan barang tidak dipungut dan/atau tidak
disetorkan.
4. Kuantitas/volume hasil pengadaan barang dikurangi
5. Kualitas hasil penyelesaian pekerjaan pengadaan barang
6. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan pengadaan barang
7. Hasil pengadaan barang tidak bermanfaat/tidak dimanfaatkan
8. Pelanggaran ketentuan/peraturan pengadaan barang yang berindikasi praktik KKN.

Sistem pengadaan yang dibuat perusahaan harus transparan dan efisien berdasarkan prinsip-
prinsip pengadaan berikut :

a) Nilai uang : Pengadaan harus mendapatkan barang/jasa sesuai spesifikasi denganharg


a rendah (memaksimalkan nilai uang).
b) Kejujuran dan keadilan : Panitia pengadaan harus berlaku jujur dan adil kepadaseluruh
pemasok yang memenuhi syarat untuk mengikuti kompetisi dalam pengadaan tersebut.
c) Akuntantable dan transparan : Seluruh proses dalam tahapan-tahapan pengadaan
harusdilengkapi dengan catatan-catatan dan dokumentasi yang memadai sebagai
bahan petanggungjawaban.
d) Efisiensi : Proses pengadaan harus berjalan secara efisien (optimalisasi
penggunaansumber daya dalam pengadaan.
e) Kompetensi dan integritas : Petugas pengadaan harus memiliki kompetensi
yangmemadai dan berintegritas tinggi dalam menjalankan tugas, wewenang,
dantanggung jawabnya.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, kami dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu :Tujuan
dan manfaat audit salah satunya adalah untuk mencapai tujuan, sesuai denganvisi dan misi
organisasi. Hasildari fungsi ini, perusahaan mendapatkan laporanyangmenyajikan penilaian
atas organisasi. Selain itu, ruang lingkup audit pengadaan adalahorganisasi pengadaan dan
proses pengadaan. Selanjutnya langkah-langkah audit ada 4yaitu; perencanaan
audit,pengumpulan dan evaluasi temuan audit,pelaporan,tindaklanjut hasil audit. Sedangkan
secara garis besar proses pengadaan barang/jasa adalahmeliputi beberapa tahapan antara
lain; perencanaan pengadaan,pelaksanaan pengadaan, pelaksanaan kontrak penyerahan barang
dan pembayaran dan pelaporan.

3.2 Saran

Dari makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dapat memahami dan dapat
dijadikan sebagai acuan untuk materi pengadaan barang dan jasa ini. Dengan adanya makalah
ini semoga bisa jadi referensi baru untuk wawasan pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Murwanto, Rahmadi, Adi Budiarso, dan Fajar Hasri Ramadhana. 2007. Audit Sektor
Publik (Suatu pengantar bagi pembangunan Akuntabilitas Akuntansi
Pemerintah). Jakarta: Bandiklat Keuangan Kementrian Keuangan RI.
Inonesia. 2018. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pengadaan Barang/Jasa.
Lembar Negara Republik Indonesia Nomer Tahun 2018 Nomer 16. Jakarta
bpjbsetda.bulelengkab.go.id (2021, 02 Maret). Apa itu pengadaan barang dan jasa.
Diakses pada 06 Mei 2022, dari
https://bpbjsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/21-apa-itu-
pengadaan-barang-dan-jasa

17

Anda mungkin juga menyukai