Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AUDIT MANAJEMEN

“AUDIT ATAS FUNGSI PENGADAAN”

Dosen Pengampu : Dr.Fatmasari Sukesti , SE.,M.Si

Disusun Oleh :

1. Rifza Fizabaniyah E2B019051


2. Erina Nur Azizah S E2B019054
3. Julia Rachma H E2B019074

FAKULTAS EKONOMI

S1 AKUNTANSI SEMESTER 5

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
dapat sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat kelak.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Audit Manajemen dengan judul “AUDIT ATAS FUNGSI
PENGADAAN”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

Semarang, 28 November 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3. Tujuan....................................................................................................................................4
BAB 2.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1 Tujuan dan Manfaat Audit Pengadaan..................................................................................5
2.2 Ruang Lingkup Audit..............................................................................................................5
2.3 Langkah-Langkah Audit Pengadaan.......................................................................................5
2.4 Proses Pengadaan Barang atau Jasa......................................................................................6
2.5 Kecurangan Dalam Pengadaan..............................................................................................7
2.6 Audit atas Organisasi Pengadaan...........................................................................................9
2.7 Audit Atas Proses Pengadaan..............................................................................................10
2.8 Audit Atas Pelaksanaan Pengadaan.....................................................................................13
2.9 Audit Atas Inspeksi dan Penerimaan Barang atau Jasa........................................................16
2.10 Audit Atas Pembayaran dan Pelaporan...............................................................................17
BAB 3...................................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................................18
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fungsi pengadaan merupakan fungsi yang paling depan dalam penentuan ekonomisasi
suatu organisasi. Ekonomisasi dalam perolehan input merupakan bagian dari strategi
keunggulan bersaing perusahaan. Kemampuan memperoleh input dengan pengorbanan
terkecil dari berbagai alternatif yang ada tanpa mengabaikan standar kualitas yang telah
ditetapkan, mencerminkan inovasi perusahaan dalam proses pengadaan. Tiga tahap penting
dala pengadaan adalah perencanaan pengadaan,pelaksanaan pengadaan,penanganan atas
barang/jasa yang diterima. Oleh karena itu, perlu pengendalian pada fungsi ini.

Pengendalian terhadap perencanaan memastikan bahwa barang/jasa yang akan


diperoleh adalah barang yang benar-benar dibutuhkan. Pada proses pengadaan, pengendalian
berfingsi untuk memastikan bahwa proses pengadaan telah berjalan transparan. Dan tahap
penanganan barang/jasa memastikan bahwa barang sudah sesuai pesanan,spesifikasi dan
sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apakah tujuan dan manfaat audit pengadaan?
1.2.2. Seberapa jauh ruang lingkup audit pengadaan?
1.2.3. Bagaimana langkah-langkah audit pengadaan?
1.2.4. Bagaimana proses pengadaan barang atau jasa ?
1.2.5. Kecurangan apa saja yang terjadi pada pengadaan?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui tentang adanya tujuan dan manfaat dari audit pengadaan
1.3.2. Untuk mengetahui tentang ruang lingkup yang ada di audit pengadaan
1.3.3. Untuk mengetahui langkah-langkah yang ada pada audit pengadaan
1.3.4. Untuk mengetahui proses pengadaan yang ada pada barang atau jasa
1.3.5. Untuk mengetahui kecurangan yang ada pada audit pengadaan
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan dan Manfaat Audit Pengadaan


Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan barang/jasa sesuai ketentuan dengan
pengorbanan yang minimal. Berikut adalah tujuan dan manfaat audit pengadaan:

1. Untuk mencapai tujuan, sesuai dengan visi dan misi organisasi.


2. Menilai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas pengadaan, serta melindungi aset
(dana) perusahaan dari pemborosan, kesalahan pengelolaan, penyalahgunaan, dan
berbagai bentuk penyimpangan lainnya.
3. Mendorong pengembangan dan pemeliharaan meanajemen informasi pengadaan yang
dapat diandalkan serta pengungkapan informasi tersebut dalam laporan periode
termasuk pemenuhan kewajiban akuntabilitaas.
4. Memastikan bahwa aktivitas pengadaan telah sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku.

2.2 Ruang Lingkup Audit


Audit atas fungsi pengadaan melakukan penilain atas keseluruhan fungsi pengadaan,
baik organisasinya, pedoman / peraturan yang menjadi panduan pengadaan, perencanaan,
proses dan penyelesaian pengadaan (penerimaan barang dan jasa). Secara terperinci ruang
lingkup audit fungsi pengadaan meliputi :

a. Organisasi pengadaan.
b. Proses pengadaan yang terdiri atas :
 Perencanaan pengadaan.
 Pelaksanaan pengadaan
 Pembayaran dan pelaporan.

Ruang lingkup ini dapat bervariasi,tergantung dari strategi dak kompleksitas sistem
pengadaan di masing-masing organisasi.

2.3 Langkah-Langkah Audit Pengadaan


Secara umum proses audit pengadaan barang / jasa meliputi beberapa langkah yang
meliputi hal hal berikut:
1 Perencanaan audit, yaitu menyangkut :

a. Penilaian resiko dan penentuan ruang lingkup audit.

b. Penentuan jadwal audit.

c. Penentuan kebutuhan sumber daya dalam melaksanakan audit.

Dalam membuat rencana detail audit, ketua tim audit harus mempertimbangkan
beberapa hal termasuk :

a. Risiko, tingkat materialitas dan prioritas pada setiap aktivitas audit.

b. Area audit yang signifikan.

2 Pengumpulan dan evaluasi temuan audit


3 Pelaporan.
4 Tidak lanjut hasil audit.

2.4 Proses Pengadaan Barang atau Jasa


Proses pengadaan barang dan jasa harus mencerminkan keinginan organisasi untuk
mendapatkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya secara ekonomi, efisien, dan
efektif. Secara umum proses pengadaan diawali dengan perencanaan, pelaksanaan, pelaporan,
dan evaluasi atas aktivitas pengadaan.

2.4.1 Perencanaan Pengadaan


Perencanaan pengadaan mencakup penentuan kebutuhan atas barang/jasa
dalam operasional perusahaan, baik tingkat kualitas, kuantitas, dan penentuan waktu
kapan barang jasa tersebut harus tersedia. Rencana pengadaan yang baik harus
mencerminkan hubungan yang optimal antara keinginan untuk memenuhi kebutuhan
dengan ketersediaan sumber daya yang dimiliki berkaitan dengan pengadaan tersebut
dan penetapan praktik pengadaan terbaik dalam rencana tersebut untuk mendapatkan
barang atau jasa sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dengan pengorbanan
yang paling rendah.
2.4.2 Pelaksanaan Pengadaan
Tahap ini adalah pelaksanaan dari rencana pengadaan. Aktivitas yang terlibat
dalam pelaksanaan pengadaan sesuai dengan tingkat kompleksitas proses pengadaan,
jenis barang atau jasa yang akan dibeli, dan besarnya anggaran yang terlibat dalam
pengadaan tersebut. Pengendalian yang ketat pada tahap ini dilakukan untuk
memastikan bahwa penitia pengadaan tidak salah dalam menentukan pemasok terpilih
dan harga atas barang/jasa yang dibutuhkan. Pemilihan pemasok yang tepat yaitu
penilaian atas kemampuan pemasok memenuhi spesifikasi barang atau jasa yang
dibutuhkan tepat waktu dan suku cadangnya secara berkelanjutan.
2.4.3 Pelaksanaan Kontrak Penyerahan Barang
Setelah proses pengadaan menghasilkan pemasok terpilih, panitia pengadaan
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa barang/jasa yang diterima telah sesuai
dengan pesanan baik kuantitas yang diterima, tingkat kualitas, dan waktu penyerahan.
Pengendalian atas penerimaan barang/jasa seharusnya melibatkan unit pengguna dari
barang atau jasa tersebut untuk menghindari terjadinya ketidaksesuaian barang atau
jasa yang diterima dengan pesanannya.
2.4.4 Pembayaran dan Pelaporan
Pembayaran adalah bagian terakhir dari proses pengadaan. Pembayaran baru
bisa dilakukan jika serah terima atas barang/jasa tersebut telah dinyatakan tidak
mengandung masalah dan telah disahkan oleh pihak pihak berwenang. Setiap
pembayaran harus didukung bukti tagihan dan dokumen pendukung yang lengkap dan
tagihan telah jatuh tempo. juru bayar harus memiliki bukti dan dokumen pendukung
yang lengkap sebagai bahan pertanggung jawaban atas pembayaran yang dilakukan.
Pelaporan atas pengadaan barang/jasa harus segera dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam pedoman pengadaan. Dalam laporan tersebut, panitia
pengadaan harus menyajikan tentang kemampuan panitia mendapatkan barang atau
jasa sesuai dengan spesifikasinya.

2.5 Kecurangan Dalam Pengadaan


Pengadaan melibatkan pembeli dan penjual, di mana masing-masing pihak memiliki
berbagai cara untuk melakukan korupsi pada setiap tahapan proses pengadaan. Pihak
pemasok berkepentingan dengan penjualan produknya dan mengharapkan keuntungan dari
penjualan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai perilaku menyimpang berikut
ini mungkin dilakukan :

1 Berkolusi dengan pihak dalam menentukan harga penawaran.


2 Secara diskriminatif meningkatkan standar teknis, sehingga pemasok lain sulit untuk
memenuhinya.
3 Mencampuri secara tidak beretika pekerjaan evaluator baik dalam proses tender
maupun dalam serah terima barang atau jasa.
4 Memberikan sogokan.

Berbagai godaan, baik yang timbul dari perilaku buruknya maupun yang datang dari
pemasok, mendorong pihak pembeli terjebak pada perilaku menyimpang seperti :

 Menentukan spesifikasi yang menguntungkan pemasok tertentu.


 Membatasi penyebaran informasi berkaitan dengan kesempatan melakukan tender.
 Berdalih pada kepentingan yang mendesak untuk melakukan penunjukan terhadap
pemasok tertentu tanpa melalui tender untuk pengadaan yang seharusnya melalui
tender.
 Melanggar kerahasiaan penawaran pemasok.
 Mendiskualifikasi pemasok potensial melalui prakualifikasi yang tidak benar.
 Menerima sogokan.
 Gagal dalam memenuhi standar kualitas, kuantitas, dan kinerja pengadaan lainnya.
 Mengalihkan pengiriman barang untuk dijual kembali atau digunakan secara pribadi.
 Meminta keuntungan pribadi dari pemasok.
 Memalsukan kualitas atau standar sertifikasi
 Meningkatkan atau menurunkan nilai faktur
Berbagai penyimpangan lain yang mungkin terjadi dalam pengadaan dapat
berupa :
1. Pengadaan barang fiktif.
2. Harga pengadaan barang di-mark-up.
3. Pajak atau PNPB sehubungan dengan pengadaan barang tidak dipungut dan/atau
tidak disetorkan.
4. Kuantitas atau volume hasil pengadaan barang dikurangi.
5. Kualitas hasil penyelesaian pekerjaan pengadaan barang.
6. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan pengadaan barang.
7. Hasil pengadaan barang tidak bermanfaat/tidak dimanfaatkan.
8. Pelanggaran ketentuan/peraturan pengadaan barang yang berindikasi praktik
KKN.

Sistem pengadaan yang dibuat perusahaan harus transparan dan efisien berdasarkan
prinsip-prinsip pengadaan berikut :
a. Nilai uang : Pengadaan harus mendapatkan barang/jasa sesuai spesifikasi dengan
harga rendah (memaksimalkan nilai uang).
b. Kejujuran dan keadilan : Panitia pengadaan harus berlaku jujur dan adil kepada
seluruh pemasok yang memenuhi syarat untuk mengikuti kompetisi dalam pengadaan
tersebut.
c. Akuntanel dan transparan : Seluruh proses dalam tahapan-tahapan pengadaan harus
dilengkapi dengan catatan-catatan dan dokumentasi yang memadai sebagai bahan
petanggungjawaban.
d. Efisiensi : Proses pengadaan harus berjalan secara efisien (optimalisasi penggunaan
sumber daya dalam pengadaan.
e. Kompetensi dan integritas : Petugas pengadaan harus memiliki kompetensi yang
memadai dan berintegritas tinggi dalam menjalankan tugas, wewenang, dan tanggung
jawabnya.

2.6 Audit atas Organisasi Pengadaan


Organisasi pengadaan menyangkut penempatan fungsi pengadaan yang strategis pada
struktur organisasi perusahaan. Setiap perusahaan memiliki pertimbangan tersendiri
menempatkan suatu fungsi dalam struktu organisasinya, tergantung pada kompleksitas
operasional dan peran penting fungsi tersebut dalam keunggulan bersaing organisasi.

Untuk pengadaan barang/jasa pemerintahan, Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012


menetapkan beberapa tingkat jabatan yang harus bertanggung jawab dalam pengelolaan dan
pengendalian pengadaan barang/jasa pemerintah. Tingkat jabatan tersebut antara lain :

1. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah pejabat pemegang


kewenangan penggunaan anggaran kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat
daerah atau pejabat yang disamakan pada institusi pengguna APBN/APBD.

2. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang
ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh kepala daerah
untuk menggunakan APBD.
3. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
4. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi
kementerian/lembaga/pemerintah daerah/institusi yang berfungsi melaksanakan
pengadaan barang/jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri, atau melekat
pada unit yang sudah ada.
5. Pejabat Pengadaan adalah personel yang ditunjuk untuk melaksanakan pengadaan
langsung.
6. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh
PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan/
7. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain yang
selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit,
review evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
8. Dalam menjalankan aktivitasnya, fungsi pengadaan harus dilengkapi dengan
panduan/pedoman pengadaan (procurement manual) yang merupakan seperangkat
peraturan, kebijakan, kewenangan tugas dan tanggung jawab yang menjadi pedoman
dalam semua aktivitas pengadaan.
9. Prinsip-prinsip pemisahan tugas harus tertuang jelas dalam peraturan tersebut, di
mana fungsi-fungsi pencatatan, penyimpangan, operasional harus terpisah satu sama
lain. Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan terjadinya pengecekan silang secara
internal (internal cross check) antar fungsi sebagai bentuk pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan.

Audit atas organisasi pengadaan melakukan penilaian atas efektivitas organisasi


pengadaan dalam melakukan pengadaan barang/jasa secara efisien. Pada audit ini aduitor
menilai ketepatan :
1. Penempatan organisasi pengadaan dalam struktur organisasi perusahaan.
2. Luas wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki fungsi pengadaan dalam
memenuhi kebutuhan barang/jasa secara efektif dan efisien.
3. Kompetensi personalia yang menangani dan bertanggung jawab terhadap pengadaan
barang/jasa.

Kecukupan prosedur pengadaan dalam memandu proses pengadaan dalam kerangka


tata kelola pengadaan barang/jasa yang baik.

2.7 Audit Atas Proses Pengadaan


Proses pengadaan dimulai dari perencanaan pengadaan, survei harga dan pemasok,
pemilihan pemaso/pelaksanaan tender, penandatanganan kontrak dengan pemasok (pemenang
tender) dan penanganan atas serah terima barang/jasa sesuai dengan kontrak pengadaan.
Tidak semua pengadaan dilakukan melalui tender terbuka. Pengadaan juga bisa dilakukan
melalui penunjukkan langsung dan tender terbatas.

Perencanaan pengadaan dimulai dari identifikasi kebutuhan setiap unit pengguna atas
barang/jasa. Perusahaan harus memiliki daftar kebutuhan barang/jasa yang memuat tentang
spesifikasi, kuantitas kebutuhan, standar kualitas, dan waktu penggunaannya. Pada
perusahaan perdagangan, daftar ini dilengkapi dengan batas stok maksimum dan minimum,
barang yang dipungut PPN atau tidak. Dengan daftar ni, perusahaan dapat terhindar dari
beberapa kondisi seperti: (1) pembelian yang berlebihan, (2) kelebihan/kekurangan stok, (3)
dana terikat pada barang/jasa yang belum digantikan, serta (4) pembelian barang/jasa yang
tidak sesuai dengan standar kualitas.

Selain daftar kebutuhan barang/jasa, perusahaan juga harus memiliki daftar pemasok
terpilihh yang mampu memenuhi kebutuhan barang jasanya dengan cara paling ekonomis.
Sebelum dimasukan dalam daftar pemasok terpilih, perusahaan harus melakukan verifikasi
terlebih dahulu atas keberadaan pemasok tersebut. Hal ini dapat menghindari perusahaan
melakukan transaksi dengan pemasok yang salah atau memiliki catatan kinerja yang tidak
baik. Pemasok-pemasok ini ermuat dalam daftar pemasok terpilih yang telah memeahami
dengan baik spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan perusahaan, frekuensi kebutuhan, dan
waktu pengirimannya. Pemasok ini telah memiliki komitmen untuk menyediakan barang/jasa
kebutuhan perusahaan secara tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu, dan harga yang
bersaing, yang biasanya tertuang dalam kontrak jangka panjang. Baik daftar kebutuhan
barang/jasa maupun daftar pemasok terpilih sangat membantu dalam hal organisasi
melakukan pembelian kembali.

Beberapa kriteria yang dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan pemasok, berkaitan
dengan intergritas pelayanan dan kemampuannya untuk menyediakan serta mengirimkan
barang/jasa ya ng dibutuhkan dengan tepat waaktu, tepat kuantitas, tepat kualitas, dan dengan
harga yang paling murah relatif dari pemasok lain. Auditor harus menilai dengan cermat
perencanaan pengadaan barang/jasa perusahaan agar kebutuhan barang/jasa dapat terpenuhi
secara tepat waktu, tepat kuantitas, tepat kualitas, dan dengan harga yang paling murah tanoa
melanggar prinsip-prinsip tata kelola pengadaan barang/jasa yang baik. Penelusuran terhadap
pedoman, rencana (anggaran, spesifikasi barang, dab waktu penggunaan) serta risalah rapat
perencanaan pengadaan memungkinkan auditor dapat mendeteksi kecurangan/penyimpangan
yaang mungkin terjadi pada perencanaan pengadaan.

Audit atas perencanaan pengadaan melakukan penilaian terhadap ketepatan rencana


pengadaan dalam memenuhi kebutuhan barang/jasa unit-unit pengguna di dalam perusahaan.
Pada audit ini, auditor menekankan penilaianny terhadap ketepatan hubungan antara rencana
pembelian (spesifikasi, kuantitas, waktu)dengan rencana penggunaan barang/jasa pada
masing-masing unit pengguna. Untuk perusahaan perdagangan, di samping penilaian
terhadap ketepatan hubungan antara rencana pembelian dengan rencana penjualan, juga
dilakukan penilaian terhadap ketepatan jumlah persediaan dalam menjaga stabilitas bisnis.

Perencanaan pengadaan dimulai dari identifikasi kebutuhan setiap unit pengguna atas
barang/jasa. Perusahaan harus memiliki daftar kebutuhan barang/jasa yang memuat tentang
spesifikasi, kuantitas kebutuhan, standar kualitas, dan waktu penggunaannya. Pada
perusahaan perdagangan, daftar ini dilengkapi dengan batas stok maksimum dan minimum,
barang yang dipungut PPN atau tidak. Dengan daftar ni, perusahaan dapat terhindar dari
beberapa kondisi seperti: (1) pembelian yang berlebihan, (2) kelebihan/kekurangan stok, (3)
dana terikat pada barang/jasa yang belum digantikan, serta (4) pembelian barang/jasa yang
tidak sesuai dengan standar kualitas.

Selain daftar kebutuhan barang/jasa, perusahaan juga harus memiliki daftar pemasok
terpilihh yang mampu memenuhi kebutuhan barang jasanya dengan cara paling ekonomis.
Sebelum dimasukan dalam daftar pemasok terpilih, perusahaan harus melakukan verifikasi
terlebih dahulu atas keberadaan pemasok tersebut. Hal ini dapat menghindari perusahaan
melakukan transaksi dengan pemasok yang salah atau memiliki catatan kinerja yang tidak
baik. Pemasok-pemasok ini ermuat dalam daftar pemasok terpilih yang telah memeahami
dengan baik spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan perusahaan, frekuensi kebutuhan, dan
waktu pengirimannya. Pemasok ini telah memiliki komitmen untuk menyediakan barang/jasa
kebutuhan perusahaan secara tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu, dan harga yang
bersaing, yang biasanya tertuang dalam kontrak jangka panjang. Baik daftar kebutuhan
barang/jasa maupun daftar pemasok terpilih sangat membantu dalam hal organisasi
melakukan pembelian kembali.

Beberapa kriteria yang dapat dijadikan pedoman dalam pemilihan pemasok, berkaitan
dengan intergritas pelayanan dan kemampuannya untuk menyediakan serta mengirimkan
barang/jasa ya ng dibutuhkan dengan tepat waaktu, tepat kuantitas, tepat kualitas, dan dengan
harga yang paling murah relatif dari pemasok lain. Auditor harus menilai dengan cermat
perencanaan pengadaan barang/jasa perusahaan agar kebutuhan barang/jasa dapat terpenuhi
secara tepat waktu, tepat kuantitas, tepat kualitas, dan dengan harga yang paling murah tanoa
melanggar prinsip-prinsip tata kelola pengadaan barang/jasa yang baik. Penelusuran terhadap
pedoman, rencana (anggaran, spesifikasi barang, dab waktu penggunaan) serta risalah rapat
perencanaan pengadaan memungkinkan auditor dapat mendeteksi kecurangan/penyimpangan
yaang mungkin terjadi pada perencanaan pengadaan.

Audit atas perencanaan pengadaan melakukan penilaian terhadap ketepatan rencana


pengadaan dalam memenuhi kebutuhan barang/jasa unit-unit pengguna di dalam perusahaan.
Pada audit ini, auditor menekankan penilaianny terhadap ketepatan hubungan antara rencana
pembelian (spesifikasi, kuantitas, waktu)dengan rencana penggunaan barang/jasa pada
masing-masing unit pengguna. Untuk perusahaan perdagangan, di samping penilaian
terhadap ketepatan hubungan antara rencana pembelian dengan rencana penjualan, juga
dilakukan penilaian terhadap ketepatan jumlah persediaan dalam menjaga stabilitas bisnis.

2.8 Audit Atas Pelaksanaan Pengadaan


Metode yang secara umu digunakan dalam pengadaan barang/jasa adalah pembelian
langsung, penunnjukkan langsung, tender terbatas, dan tender terbuka. Kompetisi adalah
dasar dari pengadaan yang memastikan bahwa perusahaan mendapatkan barang/jasa terbaik
melalui persaingan dalam tender. Di samping itu, pengadaan melalui tender terbuka juga
dapat menimbulkan kesan positif bagi perusahaan, karena menunjukkan nilai intergritas,
keadilan, dan profesionaliseme dalam pengadaan barang atau jasa.

Perkembangan teknologi yang banyak mengandung proses pengadaanb barang/jasa


melalui penerapan teknologi komunikasi dan infromasi yang lebih dikenal sebagai electronic
procurement (e-Procurement). Penggunaan metode ini memunginkan untuk menjdikan proses
pengadaan berjalan lebih cepat, trnsparan, dan akuntabel. Metode pengadaan ini dapat
mencegah terjadinya kolusi, korupsi, dan berbagai perilaku menyimpang lainnya dalam
proses pengadaan dengan terbatasnya pertemuan secara fisik antara panitia pengadaan dan
pemasok.

Untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat rutin, banyakperusahaan saat ini hanya
melakukan transaksi dengan pemasok tertantu dalam pengadaan barang/jasanya. Dari daftar
pemasok yang terpilih yang dimiliki, perusahaan memperoleh keyakinan bahwa pemasok
tersebut mampu memenuhi kebutuhan barang/jasanya secara tepat baik kuantitas, kualitas,
maupun waktu pada harga yang relatif lebihh murah dari pemasok lain. Hal ini adalah bagian
dari strategi pengadaan yang efisien karena proses pengadaan berjalan lebih singkat dan tidak
melibatkan banyak pemasok. Perusahaan yang menerapkan metode Just in Time (JIT) dalam
proses produksinya, mengintegrasikan kekuatan pemasok dan strategi bisnisnya. Maka dari
itu, metode produksi ini hanya memilih beberapa pemasok saja yang memiliki kemampuan
dan komitmen untuk memenuhi kebutuhan barang/jasa perusahaan sesuai dengan
spesifikasinya,kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu. Dengan strategi ini, proses pengadaan
tidak berjalan terlalu rumit yang menyerap banyak waktu dan tenaga dalam menyeleksi
penaaran banyak pemasok dan penangan barang/jasa yang diterima dari pemasok baru, yang
menjadikan pengadaan dengan penunjukkan langsung. Di samping untuk memenuhi
kebutuhan rutin, metode ini juga banyak digunakan dalam pemenuhan kebutuhan barang/jasa
yang bersifat mendesak (urgent).

Pada pengadaan baarang/jasa yang tidak bersifat rutin atau merupakan investasi
dan melibatkan sumber daya keuangan yang besar, perusahaan mungkin melakukannya
melalui tender terbatas atau tender terbuka, sesuai dengan besarnya nilai pengadaan dan
spesifikasi barang/jasa yang dibutuhkan. Pedoman pengadaan barang/jasa yang dimiliki
perusahaan seharusnya mengatur batas-batas pengadaan yang harus dilakukan melalui
penunjukan langsung, tender terbatas, dan tender terbuka, berdasarkan spesifikasi
barang/jasa yang dibutuhkan dan besarnya dana yang terlibat dalam pengadaan tersebut.

Untuk pengadaan barang/jasa pemerintah (dananya bersumber dari APBN/APBD),


Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah telah
memberikan panduan bagaimana pengadaan barang/jasa tersebut dilakukan dan batas-
batas kewenangan dari pejabat/petugas yang meenangani pengadaan barang/jasa
tersebut. Peraturan Presiden ini juga memberikan definisi beberapa metode pengadaan
dan batasan-batasan nilainya, sebagai berikut:

1. Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan


konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua
penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi syarat.
2. Pelelangan terbatas adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan kosntruksi
dengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk
pekerjaan yang kompleks.
3. Pelelangan sederhana adalah metode pemilihan enyedia barang/jasa lainnya untuk
pekerjaan yang bernilai pling tinggi Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
4. Pemilihan langsung adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi untuk
pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
5. Seleksi umum adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultasi untuk pekerjaan
yang dapat diikuti oleh semua penyedia jasa konsultasi yang memenuhi syarat.
6. Seleksi sederhana adalah metode pemilihan penyedia jasa konsultasi untuk jasa
konsultasi yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
7. Sayembara adalah metode pemilihan penyedia jasa yang memperlombakan gagasan
orisinil, kreativitas, dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan
berdasarkan harga satuan.
8. Kontes adalah metode pemilihan penyedia barang yang memperlombakan
barang/benda tertetu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang harga/biayanya
tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
9. Penunjukan langsung adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan cara
menunjuk 1 (satu)penyedia barang/jasa.
10. Pengadaan langsung adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada penyedia
barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan langsung.

Secara umum, pengadaan barang/jasa yang dlakukan melalui tender, baik terbuk
maupun terbatas, melibatkan (walaupun tidak terbatas pada) aktivitas-aktivitas berikut:

1. Pembentukan panitia pengadaan/pejabat (panitia Pokja) pengadaan/unit layanan


pengadaan. Panitia pengadaan dapat dibuat untuk setiap pengadaan atau dibuat
untuk beberapa kali pengadaan dalam waktu tertentu (panitia tetap dengan masa
kerja 1 tahun/lebih).

2. Penyusunan dan pengesahan Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

3. Penyusunan dan pengesahan dokumen pemilih penyedia barang.

4. Pengumuman pelelangan/seleksi/pengadaan.

5. Prakualifikasi/pascakualifikasi penyedia barang.

6. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilih penyedia barang.


7. Penjelasan (aanwijzing).

8. Pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran.

9. Evaluasi penawaran.

10. Pengumuman pemenang.

11. Sanggahan peserta lelang.

12. Penunjukan pemenang lelang.

13. Penandatangan kontrak.

Elemen kunci transparansi dan keadilan pelaksanaan tender adalah kerahasiaan


informasi tender. Panitia tender harus mampu menjaga kerahasiaan informasi dari peserta
tender dan memastikan bahwa informasi tersebut tidak bocor, tidak tertukar, dan tidak
dimanipulasi untuk kepentingan peserta tender tertentu. Tempat dan waktu pembukaan tender
yang dihadiri seluruh peserta tender harus disepakati dan dapat diterima. Hal ini dapat
mengurangi risiko kebocoran dan manipulasi kerahasiaan tender.

Evaluasi penawaran adalah tahapan paling sensitif dalam proses tender. Jika tahap ini
tidak dikelola dengan baik dan penuh kehati-hatian, dapat terjadi distorsi informasi yang pada
akhirnya hanya menguntungkan pemasok tertentu. Berbagai antisipasi harus diambil untuk
memastikan bahwa evaluasi telah berjalan secara adil dan benar. Prinsip dasar: nilai uang,
keadilan dan kejujuran, transaparansi, serta tidak memihak harus tertuang pada semua
tahapan dalam proses pengadaan. Nilai evaluasi penawaran adalah penawar yang paling
responsif dengan bobot skor tertinggi. Audit pada tahap ini menjadi tantangan tersendiri bagi
auditor, karena tata kelola pengadaan sebagian besar berjalan pada tahap ini dan celah-celah
kolusi antara pelaksana pengadaan dengan pemasok/rekanan kemungkinan banyak terjadi
pada tahap ini. Menelusuri dengan cermat dokumen pengadaan dan membandingkannya
dengan prosedur (petunjuk pelaksanaan/teknis) yang menjadi pedomannya, memungkinkan
auditor dapt mendeteksi kecurangan/penyimpangan yang mungkin terjadi.

2.9 Audit Atas Inspeksi dan Penerimaan Barang atau Jasa


Kecurangan masih mungkin bisa terjadi setelah kontrak ditanda tangani. Pengendalian
yang memadai pada tahap ini dapat berakibat pada:
1. Kegagalan dalam memenuhi standar kuantitas dan kualitas atau standar pelaksanaan
lainnya
2. Pengalihan barang untuk dijual kembali atau digunakan secara pribadi oleh pihak
tertentu
3. Adanya praktik pemberian gratifikasi
4. Pemalsuan kualitas atau sertifikat standar
5. Penyajian faktur yang lebih besar atau kecil

2.10 Audit Atas Pembayaran dan Pelaporan


Pembayaran dan pelaporan adlah tahap terakhir dalam proses pengadaan. Tahapan ini
menyangkut penyelesaian kewajiban organisasi kepada pihak pemasok dan
pertangguangjwaban komita pengadaan atas tuas,wewenang,dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.

Kewajiban terakhir panitia pengadaan adalah pembuatan laporan pengadaan, yang


melaporkan pelaksanaan pengadaan,kemampuan memperoleh barang/jasa sesuai spesifikasi
yang telah ditentukan dan besarnya dana yang terserap untuk pengadaan tersebut.
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, kami dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu Tujuan
dan manfaat audit salah satunya adalah untuk mencapai tujuan, sesuai dengan visi dan misi
organisasi. Hasildari fungsi ini, perusahaan mendapatkan laporanyang menyajikan penilaian
atas organisasi. Selain itu, ruang lingkup audit pengadaan adalah organisasi pengadaan dan
proses pengadaan. Selanjutnya langkah-langkah audit ada 4 yaitu; perencanaan
audit,pengumpulan dan evaluasi temuan audit,pelaporan,tindak lanjut hasil audit. Sedangkan
secara garis besar proses pengadaan barang/jasa adalah meliputi beberapa tahapan antara lain;
perencanaan pengadaan,pelaksanaan pengadaan, pelaksanaan kontrak penyerahan barang dan
pembayaran dan pelaporan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34697451/Audit_Pengadaan_Edit_docx

Anda mungkin juga menyukai