Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SIKLUS AUDIT

“RISK RESPONSE”
Dosen pengampu: R. Ery Wibowo A.S, SE., M.Si., Ak, CA

Disusun Oleh:
1. Nisa’ul Arifa R (E2B019063)
2. Alnisa Dewi R. (E2B019066)
3. Julia Rachma H (E2B019074)
4. Aviana Dea S (E2B019088)
5. Indah Purbasari (E2B019093)
6. Indarti Amalia R.

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Tanpa
pertolongan- nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Tidak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita nabi agung, nabi muhammad saw, yang telah membawa kita dari
zaman jahiliah ke zaman yang terang benderang ini. Makalah ini berisi pembahasa
materi tentang “Risk Response”.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang
telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca.Dalam hal ini, penyusun membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun, guna terciptanya makalah yang lebih baik di
masa yang akan datang. Terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Semarang, 12 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Worksheet Risk Response...........................................................3
2.2 Peristiwa Kemudian......................................................................................4
2.2.1 Tipe Peristiwa Kemudian.......................................................................5
2.2.2 Prosedur Pengujian Audit......................................................................6
2.3 Kelangsungan Usaha (Going Concern)..........................................................8
2.4 Representasi manajemen..............................................................................10
2.5 Pakar Auditor...............................................................................................11
2.6 Pakar Manajemen........................................................................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Risiko audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas
laporan keuangan yang disalahsajikan secara material. Tujuan audit adalah
menekan risiko audit ini ke tingkat yang rendah yang dapat diterima auditor,
namun auditor tidak dapat menekan risiko audit ke titik nol. Untuk menekan
risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, auditor harus: (1) menilai
risiko salah saji yang material dan (2) menekan risiko pendeteksian. (Dikutip dari
kitalagini blogspot . Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul 15.15
WIB. )

Risiko salah saji material dalam laporan keuangan berada diluar kendali
auditor. Auditor harus melakukan penilaian risiko (risk assessment) untuk
menentukan risiko salah saji material dalam laporan keuangan, langkah
berikutnya auditor merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat
sebagai tanggapan terhadap risiko yang dinilainya (assessed risk of material
misstatement) atau dapat juga disebut “menekan risiko pendeteksian”. Berikut 3
langkah auditor untuk menekan risiko audit ke tingkat yang lebih rendah: (1) Risk
Assessement, (2) Risk Response, (3) Reporting. (Dikutip dari kitalagini blogspot .
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul 15.15 WIB. )

Pada makalah kali ini, penulis akan membahas tentang Risk Response atau
menanggapi risiko. Penjelasan singkat mengenai Risk Response adalah
merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang menanggapi risiko
(salah saji yag material) yang telah diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan
keuangan dan asersi. (Dikutip dari kitalagini blogspot . Diakses pada tanggal 12
Oktober 2021 pada pukul 15.15 WIB. )

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang diketahui tentang worksheet Risk Response?
2. Peristiwa apa yang terjadi jika adanya Risk Response?
3. Bagaimana kelangsungan usaha jika adanya Risk Response?
4. Bagaimana representasi manajemen terhadap Risk Response?
5. Bagaimana pakar auditor dan pakar manajemen menanggapi Risk
Response?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari worksheet risk response
2. Untuk mengetahui peristiwa kemudian jika terjadi risk response
3. Untuk mengetahui kelangsungan usaha jika terjadi risk response
4. Untuk mengetahui representasi manajemen terhadap risk response
5. Untuk mengetahui pendapat para pakar auditor dan pakar manajemen
dalam menannggapi risk response

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Worksheet Risk Response


Worksheet adalah Kertas kerja yang digunakan sebagai media informasi
pengolahan angka laporan keuangan berupa informasi saldo awal, jurnal
penyesuaian, serta angka final laporan keuangan setelah diaudit.Respons
risiko(Risk Response) adalah proses perencanaan dan pengambilan keputusan di
mana para pemangku kepentingan memutuskan bagaimana menangani setiap
risiko. Worksheet Pada Risk Response adalah sebuah kertas kerja yang digunakan
sebagai media informasi pengolahan angka laporan keuangan sebagai
pengambilan pengambilan keputusan di mana para pemangku kepentingan
memutuskan bagaimana menangani setiap risiko. (Dikutip dari E-Buku Panduan
Penggunaan Aplikasi ATLAS 2018 hal. 38 . Diakses pada tanggal 12 Oktober
2021 pada pukul 15.15 WIB. )

Kertas kerja ini akan digunakan sebagai media informasi pengolahan


angka laporan keuangan berupa informasi saldo awal, jurnal penyesuaian, serta
angka final laporan keuangan setelah di audit. (Dikutip dari E-Buku Panduan
Penggunaan Aplikasi ATLAS 2018 hal. 38 . Diakses pada tanggal 12 Oktober
2021 pada pukul 15.15 WIB. )

3
2.2 Peristiwa Kemudian
Dalam menentukan kewajaran laporan keuangan klien, Auditor tidak
hanya bertanggung jawab pada pemeriksaan atas kejadian dan transaksi yang
terjadi sampai dengan tanggal neraca. Berdasarkan PSA No. 46 (SA 560, tentang
Peristiwa Kemudian), Auditor wajib melakukan penelaahan atas peristiwa
kemudian, penelaahan pasca neraca. Kategori peristiwa kemudian yang dimaksud
adalah:

1) peristiwa yang mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan;

2) peristiwa terjadi pasca tanggal neraca, yaitu sampai sebelum diterbitkannya


laporan keuangan dan laporan auditor.

(Mercu Buana (2016). Modul Auditing 2. Diakses pada 12 Oktober 2021, dari
https://modul.mercubuana.ac.id pada pukul 13.55)

Berikut ini akan digambarkan periode peristiwa kemudian, yang meliputi


periode waktu antara tanggal neraca sampai tanggal akhir pekerjaan lapangan.
Berdasarkan SA, auditor wajib menemukan peristiwa kemudian sampai pada
periode pekerjaan akhirlapangan, kemudian sampai dengan tanggal pelaporan
audit, auditor tidak mempunyai kewajiban untuk menemukan peristiwa kemudian.

4
(Mercu Buana (2016). Modul Auditing 2. Diakses pada 12 Oktober 2021, dari
https://modul.mercubuana.ac.id pada pukul 13.55)

2.2.1 Tipe Peristiwa Kemudian


Berdasarkan SA 560.03 dan SA 560.05, terdapat dua tipe peristiwa
kemudian yang perlu dijadikan pertimbangan manajemen dan menjadi evaluasi
auditor, yaitu:

1. Peristiwa kemudian tipe 1 meliputi peristiwa yang memberikan tambahan


bukti yang berhubungan dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan
berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan
laporan keuangan. Peristiwa kemudian tipe ini mempunyai dampak
langsung terhadap laporan keuangan dan membutuhkan penyesuaian atas
laporan keuangan. Peristiwa atau transaksi ini memberikan informasi bagi
manajemen dalam menentukan penilaian atas saldo akun saat tanggal
neraca dan bagi auditor dalam verifikasi saldo. Auditor harus dapat
mencermati peristiwa kemudian dalam hal membedakannya antara kondisi
yang sudah ada pada tanggal neraca atau terjadi pasca neraca. Contoh
peristiwa kemudian tipe 1, misalnya: pengumuman pailit suatu pelanggan
dengan saldo piutang usaha yang outstanding yang memengaruhi kondisi
keuangan; penyelesaian perkara hukum dengan jumlah yang berbeda dari
jumlah yang dicatat dalam buku; pengafkiran peralatan (disposal) yang
tidak digunakan dalam operasi pada harga di bawah nilai buku saat ini;
penjualan investasi pada harga di bawah harga perolehan yang dicatat.
2. Peristiwa kemudian tipe 2, meliputi peristiwa-peristiwa yang menyediakan
tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang tidak ada pada
tanggal neraca yang dilaporkan, namun kondisi tersebut ada setelah

5
tanggal neraca. Peristiwa tipe ini memerlukan pengungkapan dalam
laporan keuangan, atau bila peristiwa tersebut sangat material, maka perlu
pro-forma (pelengkap) pada laporan keuangan. Contoh peristiwa
kemudian tipe 2, antara lain:
1) Penurunan nilai pasar efek-efek yang disimpan sebagai investasi
sementara atau penjualan kembali efek-efek;
2) Penerbitan obligasi atau efek-efek ekuitas;
3) Penurunan nilai pasar persediaan sebagai konsekuensi tindakan
pemerintah yang menghalangi penjualan barang;
4) Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran.

(Mercu Buana (2016). Modul Auditing 2. Diakses pada 12 Oktober 2021, dari
https://modul.mercubuana.ac.id pada pukul 13.55)

2.2.2 Prosedur Pengujian Audit


1) Prosedur audit untuk menelaah peristiwa kemudian dapat dibagi ke
dalam dua kategori, yaitu: 1) Prosedur yang biasanya dipadukan
sebagai bagian dari verifikasi saldo akun akhir tahun;
2) Prosedur yang dilakukan secara khusus dengan tujuan menemukan
peristiwa yang harus diakui sebagai peristiwa kemudian.
(Mercu Buana (2016). Modul Auditing 2. Diakses pada 12 Oktober
2021, dari https://modul.mercubuana.ac.id pada pukul 13.55)

Prosedur pertama dilakukan pada saat melaksanakan pengujian substantif


akhir tahun, seperti melakukan pengujian pisah batas dan mencari utang yang
tidak tercatat, auditor harus mewaspadai akan adanya kemungkinan peristiwa
kemudian. Prosedur kedua adalah sebagaimana dinyatakan dalam SA 560.12,
pada tanggal akhir pemeriksaan lapangan atau menjelang berakhirnya pekerjaan
lapangan. Pengujian tersebut antara lain:

1. Membaca laporan keuangan interim yang disiapkan setelah tanggal neraca.


Membandingkan laporan keuangan interim dengan laporan keuangan yang

6
akan dilaporkan; dan membuat berbagai perbandingan lainnya yang
dipertimbangkan cukup memadai sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Tanya jawab dengan manajemen, pejabat atau eksekutif yang bertanggung
jawab atas masalah keuangan dan akuntansi tentang:
a) Apakah ada utang bersyarat yang cukup besar atau komitmen yang terjadi
pada tanggal neraca yang dilaporkan pada tanggal pertanyaan diajukan;
b) Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, utang
jangka panjang, atau modal kerja sampai pada tanggal pertanyaan diajukan
c) Status sekarang mengenai unsur dalam laporan keuangan, yang
dipertanggungjawabkan berdasarkan data sementara awal, atau data yang
tidak konklusif;
d) Apakah penyesuaian yang tidak biasanya terjadi telah dibuat selam periode
dari tanggal neraca sampai dengan tanggal pertanyaan diajukan.
3. Membaca notulen rapat para pemegang saham, direktur, komite resmi
lainnya, yang dibuat setelah tanggal neraca yang memungkinkan adanya
peristiwa kemudian yang memengaruhi laporan keuangan periode berjalan.
4. Mengajukan pertanyaan kepada konsultan hukum klien tentang adanya
tuntutan hukum, klaim, dan keputusan pengadilan.
5. Mendapatkan surat pernyataan dari pejabat yang berwenang yang bertanggal
sama dengan tanggal pelaporan audit, yaitu merupakan pernyataan formal
klien mengenai berbagai masalah yang berbeda dalam keseluruhan audi,
termasuk diskusi mengenai peristiwa kemudian, apakah membutuhkan
penyesuaian atau pengungkapan.
6. Menelaah catatan yang disiapkan setelah tanggal neraca. Jurnal dan buku
besar harus ditelaah untuk menentukan keberadaan dan sifat setiap transaksi
yang berkaitan dengan tahun berjalan. Kalau jurnal tidak dimutakhirkan,
dokumen yang berkaitan dengan jurnal harus ditelaah.

(Mercu Buana (2016). Modul Auditing 2. Diakses pada 12 Oktober 2021, dari
https://modul.mercubuana.ac.id pada pukul 13.55)

7
2.3 Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Menurut Buku Panduan ATLAS, pada kertas kerja ini auditor melakukan
identifikasi dan menilai apakah terdapat isu mengenai keberlangsungan usaha
(going concern) dari klien. Secara garis besar terdapat 2 aspek kriteria dalam
menilai kelangusngan usaha klien yaitu:
1. Aspek Keuangan;
2. Aspek Operasional.
Masing-masing kriteria ini telah dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab oleh auditor berdasarkan hasil pengamatan dan informasi yang
diperoleh auditor baik informasi ekternal maupun dari informasi manajemen.
Menurut SA 570 Kelangsungan Usaha
Ruang Lingkup

Standar Audit ini mengatur tanggung jawab auditor dalam audit atas
laporan keuangan yang berkaitan dengan penggunaan asumsi kelangsungan
usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan keuangan.
Asumsi Kelangsungan Usaha

Berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang


bertahan dalam bisnis untuk masa depan yang dapat diprediksi. Laporan
keuangan bertujuan umum disusun atas suatu basis kelangsungan usaha,
kecuali manajemen bermaksud untuk melikuidasi entitas atau menghentikan
operasinya, atau tidak memiliki alternatif yang realistis selain melakukan
tindakan tersebut di atas
Tanggung Jawab Penilaian atas Kemampuan Entitas untuk Mempertahankan
Kelangsungan Usahanya

Beberapa kerangka pelaporan keuangan mengandung suatu ketentuan


eksplisit bagi manajemen untuk membuat suatu penilaian spesifik atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Kelangsungan usaha merupakan suatu prinsip yang fundamental dalam
penyusunan laporan keuangan, jadi penyusunan laporan keuangan
mengharuskan manajemen untuk menilai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan ketika kerangka pelaporan

8
keuangan tidak mencakup suatu ketentuan eksplisit untuk melakukan hal
tersebut.
Penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya melibatkan suatu pertimbangan. Faktor-faktor berikut
ini adalah relevan dengan pertimbangan tersebut:
1. Tingkat ketidakpastian yang berkaitan dengan hasil suatu peristiwa
atau kondisi meningkatkan secara signifikan. Untuk alasan tersebut,
kebanyakan kerangka pelaporan keuangan yang mencantumkan secara
eksplisit adanya keharusan suatu penilaian oleh manajemen
menyebutkan periode kapan manajemen diharuskan untuk
mempertimbangkan seluruh informasi yang tersedia.
2. Ukuran dan kompleksitas entitas, sifat dan kondisi bisnisnya, serta tingkat
keterpengaruhannya oleh faktor eksternal.
3. Setiap pertimbangan tentang masa depan didasarkan atas informasi
yangtersedia ketika pertimbangan dilakukan. Peristiwa setelah
tanggal pelaporan dapat menghasilkan keluaran yang tidak
konsisten.
(Dikutip dari E-Buku Panduan Penggunaan Aplikasi ATLAS 2018 hal. 51-53 .
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul 15.15 WIB. )

Catatan:
Jika isu kelangsungan usaha teridentifikasi, auditor harus melakukan
prosedur sebagaimana disyaratkan dalam SA diantaranya berupa:
a. Mendapatkan dokumen pendukung yang relevan terkait rencana
manajemen dalam merespon isu going concern perusahaan.
b. Melakukan evaluasi kembali berdasarkan dokumen rencana
menajemen dan hasil permintaan keterangan dengan menajemen
apakah rencana manajemen masih reasonable.
(Dikutip dari E-Buku Panduan Penggunaan Aplikasi ATLAS 2018 hal. 51-53 .
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul 15.15 WIB. )

9
2.4 Representasi manajemen
Kertas kerja ini digunakan untuk mengidentifikasi apakah auditor telah
memperoleh surat representasi dari manajemen dan isinya telah sesuai dengan SA
580 Representasi Tertulis. Representasi tertulis diperoleh menjelang akhir atau
mendekati, tetapi tidak sesudah, tanggal laporan auditor atas laporan keuangan.
Pernyataan tertulis mencakup seluruh laporan keuangan dan seluruh periode yang
disebutkan dalam laporan keuangan. Berdasarkan SA 580 Representasi
Manajemen, terdapat beberapa keuntungan yang terkait isi dan hal-hal yang harus
tercakup dalam representasi manajemen. Hal tersebut dituangkan dalam bentuk
pertanyaan di kolom KONDISI. (Dikutip dari E-Buku Panduan Penggunaan
Aplikasi ATLAS 2018 hal. 54-55 . Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada
pukul 15.15 WIB. )

Representasi tertulis dari manajemen tidak boleh digunakan sebagai:

1. Pengganti pelaksanaan prosedur audit lainnya.


2. Satu-satunya bukti untuk masalah audit yang signifikan.

Cara pengisian:

1. Berdasarkan pertanyaan pada kolom “KONDISI” auditor harus


mengisi sesuai dengan kondisi yang ada pada klien dengan jawaban
“YA”, “TIDAK” atau “N/A”.

10
2. Auditor dapat menambahkan informasi penjelas dalam kolom
“KOMENTAR” mengenai kondisi dari masing-masing pernyataan.
3. Auditor dapat menambahkan referensi/link ke kertas kerja yang
mendukung.
4. Jika semua pertanyaan telah dijawab maka akan muncul simpulan
secara otomatis sesuai dengan hasil jawaban yang dapat
berupa :“Representasi manajemen telah memadai” atau
“Representasi manajemen tidak memadai”
5. Jika simpulan muncul tulisan “Representasi manajemen tidak
memadai” . Auditor diminta untuk menjelaskan hal tersebut pada kotak
penjelasan.
6. Kotak “Status KPP” menginformasikan kertas kerja kelengkapan
pengisian kotak warna “Hijau”. Status KKP dapat berupa
“Completed” jika seluruh pertanyaan telah diisi/dijawab, dan
sebaliknya “Incompleted”.
7. Auditor mempertimbangkan SA lainnya yang harus mengharuskan
surat representasi manajemen memuat hal-hal relevan lainnya, seperti
SA 540 unuk menyatakan kewajaran asumsi estimasi akuntansi yang
digunakan manajemen.

(Dikutip dari E-Buku Panduan Penggunaan Aplikasi ATLAS 2018 hal. 54-
55 . Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul 15.15 WIB. )

2.5 Pakar Auditor


Pada kertas kerja ini auditor melakukan identifikasi atas penggunaan pakar
auditor dalam pengujian suatu akun. (Dikutip dari E-Buku Panduan Penggunaan
Aplikasi ATLAS 2018 hal. 55 . Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul
15.15 WIB. )

Berdasarkan SA 620, prosedur yang harus dicakup oleh auditor diantaranya:


1. Penentuan Kebutuhan Pakar Auditor

11
Auditor mengevaluasi apakah diperlukan pakar auditor untuk menilai
suatu asersi dari akun tertentu.
2. Evaluasi atas kompetensi, kapabilitas dan objektivitas pakar auditor
Jika pakar auditor digunakan dan auditor akan menggunakan hasil
pekerjaannya sebagai bukti audit, maka auditor harus melakukan analisis
atas kompetensi, kapabilitas dan objektivitas pakar auditor. 3
3. Ruang lingkup pekerjaan pakar audit
Auditor harus melihat kepada ruang lingkup pekerjaan auditor untuk
menentukan apakah ruang lingkup tersebut sesuai dengan data yang
dibutuhkan auditor untuk menyimpulkan suatu asersi.
4. Evaluasi Kecukupan
Pekerjaan Pakar Auditor harus menguji kecukupan bukti yang diperoleh
oleh pakar auditor apakah wajar dan dapat dijadikan sebagai bukti audit
yang cukup dan memadai untuk menarik simpulan. Contohnya: apakah
asumsi yang digunakan oleh pakar auditor telah sesuai dengan data
pembanding.
(Dikutip dari E-Buku Panduan Penggunaan Aplikasi ATLAS 2018 hal.
55 . Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul 15.15 WIB. )

Berikut tampilan kertas kerjanya.

(Dikutip dari E-Buku Panduan Penggunaan Aplikasi ATLAS 2018 hal.


55 . Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul 15.15 WIB. )

12
2.6 Pakar Manajemen
Manajemen mengevaluasi risiko, kemudian menentukan sikap atau
respons terhadap risiko-risiko ini. Respons dari manajemen ini tergantung pada
risiko yang dihadapi.
Respons tersebut dapat berupa:
 Menghindari risiko (avoidance)
 Mengurangi risiko (reduction)
 Memindahkan risiko (sharing)
 Menerima risiko (acceptance)
(Dikutip dari bbs.binus.ac.id . Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul
15.15 WIB. )

Cara pengisian kertas kerja ini sama seperti pengisian penggunaan pakar auditor.
(Dikutip dari E-Buku Panduan Penggunaan Aplikasi ATLAS 2018 hal. 56 .
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul 15.15 WIB. )

Cara Pengisian:
1. Auditor harus mengidentifikasi apakah klien menggunakan pakar auditor atau
tidak dengan mengisi dropdown YA atau TIDAK. Jika dijawab YA maka akan
muncul prosedur lanjutan. Jika dijawab TIDAK maka tidak muncul prosedur
dimaksud. Walaupun dipilih TIDAK namun auditor harus tetap tetap membuat
simpulan di bagian akhir dengan memilih “TIDAK RELEVAN”.
2. Auditor harus mengisi tabel Informasi Umum Pakar Auditor sebagai berikut:

3. Tabel pertanyaan pada bagian 1 s.d 4


Pada kolom “Penjelasan/Referensi ke pengujian yang dilakukan” auditor
mengisi secara manual uraian jawaban yang relevan atas setiap pertanyaan di

13
kolom “Faktor-faktor Yang Dipertimbangkan”.
4. Bagian Akhir/Simpulan
a. Auditor harus mengisi kotak simpulan berdasarkan pertimbangan pada
isian pertanyaan. Simpulan dapat dipilih secara dropdown dengan 3
pilihan yaitu: memadai/tidak memadai/tidak relevan.
b. Jika dipilih dropdown "tidak memadai" maka akan muncul tulisan
“Jelaskan penyebab pekerjaan pakar auditor tidak memadai dan
bagaimana respon auditor atas hal tersebut". Auditor diminta untuk
menjelaskan hal tersebut pada kotak penjelasan.
c. Kotak “Status KKP” menginformasikan kertas kerja kelengkapan
pengisian kotak warna “Hijau”. Status KKP dapat berupa “Completed”
jika simpulan telah diisi, dan sebaliknya “Incompleted” jika belum diisi.
(Dikutip dari E-Buku Panduan Penggunaan Aplikasi ATLAS 2018 hal.
56 . Diakses pada tanggal 12 Oktober 2021 pada pukul 15.15 WIB. )

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Worksheet Pada Risk Response adalah sebuah kertas kerja yang digunakan
sebagai media informasi pengolahan angka laporan keuangan sebagai
pengambilan pengambilan keputusan di mana para pemangku kepentingan
memutuskan bagaimana menangani setiap risiko.
Dalam kutipan ISA 330.3 mengenai tujuan auditor dalam proses audit
tahap 2: “Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang risiko (salah saji material) yang dinilai, dengan merancang dan
mengimplementasikan tanggapan yang tepat terhadap risiko tersebut”
Dalam tahap ini auditor:
a) Menilai risiko bawaan dan risiko pengendalian pada tingkat laporan
keuangan dan pada tingkat asersi (untuk setiap jenis transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan)
b) Mengembangkan prosedur aktif responsif, yakni prosedur audit yang
menanggapi risiko yang dinilai.
Berdasarkan SA 580 Representasi Manajemen, terdapat beberapa
ketentuan yang terkait isi dan hal-hal yang harus tercakup dalam representasi
manajemen. Hal tersebut dituangkan dalam bentuk pertanyaan di kolom
KONDISI.
Auditor melakukan identifikasi atas penggunaan pakar auditor dalam
pengujian suatu akun. Berdasarkan SA 620, prosedur yang harus dicakup oleh
auditor diantaranya Penentuan Kebutuhan Pakar Auditor, Evaluasi atas
kompetensi, kapabilitas dan objektivitas pakar auditor, Ruang lingkup pekerjaan
pakar audit, dan Evaluasi Kecukupan.
Pakar manajemen mengevaluasi risiko, kemudian menentukan sikap atau
respons terhadap risiko-risiko ini. Respons dari manajemen ini tergantung pada
risiko yang dihadapi

15
DAFTAR PUSTAKA

- Suparto, Agus, dkk (2019), Buku Panduan ATLAS diakses pada 11 Oktober
2021 dari https://pppk.kemenkeu.go.id/media/document/5488/buku-panduan-
atlas.pdf pada pukul 10.20

- Standar Audit 507 Kelangsungan Hidup. Diakses pada 12 Oktober 2021 dari
https://www.kompasiana.com/nrlr/598df26691b2714d4c49a872/standar-audit-
570-kelangsungan-usaha pada pukul 08.20

- Mercu Buana (2016). Modul Auditing 2. Diakses pada 12 Oktober 2021, dari
https://modul.mercubuana.ac.id pada pukul 13.55

- Binus University (2020). Komponen Manajemen Resiko. Diakses pada tanggal


12 Oktober 2021 dari https://bbs.binus.ac.id/business-
creation/2020/10/komponen-manajemen-resiko/ pada pukul 15.15

- Rvn, Robby (2016). Risiko Audit (berbasis ISA). Diakses pada tanggal 12
Oktober 2021, dari http://kitalagini.blogspot.com/2016/11/risiko-audit-
berdasarkan-isa.html?m=1 pada pukul 15.15

16

Anda mungkin juga menyukai