Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN JUDUL

BUKTI AUDIT
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit dan Asurans
Dosen Pengampu : Ida Nurhayati, SE., M.Si., CPA

Disusun oleh:
Kelompok 2
Bekti Syahputra 12030122210008
RR. Wulan Indri W 12030122210009
Azza Nabila Rahma 12030122210010
Calvin Husodo 12030122210012

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA & BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan ridho dan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Sistem Informasi dan Pengendalian Internal, dengan judul makalah Bukti
Audit.
Semoga makalah  ini dapat  memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga  makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 25 September 2022


Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................5
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah.........................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6
2.1 Hakekat Bukti Audit........................................................................................6
2.2 Keputusan Bahan Bukti Audit........................................................................6
2.3 Keandalan Bukti Audit....................................................................................8
2.4 Tujuan Bukti Audit........................................................................................12
2.6 Prosedut Audit Untuk Memperoleh Bukti Audit.........................................13
BAB III KESIMPULAN...............................................................................................17
3.1 Simpulan.........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Audit merupakan proses pengumpulan dan pengujian bukti secara
sistematis dan objektif tentang aktivitas atau asersi ekonomi suatu perusahaan
untuk menentukan tingkat kesesuaian asersi dengan kriteria yang berlaku dan
mengkomunikasikan hasil pengujian audit kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Sedangkan bukti audit kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Sedangkan bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan
oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit tersebut
telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada.
Fondasi dari setiap audit adalah bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi
oleh auditor. Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang
ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan
yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang
diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar
dari tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila
pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi
(bukti dokumenter) juga penting bagi auditor.
Dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena
tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Dalam makalah ini
berbagai tipe bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor selama auditnya dan
berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengumpulan bukti
audit. Makalah ini diakhiri dengan pembahasan berbagai pengambilan
keputusan yang harus dilakukan oleh auditor dalam proses pengumpulan bukti
audit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahannya, yaitu:
1. Apa hakekat bukti audit?
2. Bagaimana keputusan bahan bukti audit?
3. Bagaimana keandalan bahan bukti yang menyimpulkan?
4. Apa sajakah tujuan bukti audit?
5. Apa sajakah jenis-jenis bahan bukti audit?
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Bukti Audit ialah untuk
mengetahui hakekat bukti audit, keputusan dalam pengumpulan bahan bukti
yang harus dibuat terkait pembuatan program audit, keandalan suatu bahan
bukti, tujuan bukti audit, jenis-jenis bahan bukti audit dan prosedur audit dalam
pengumpulan bukti audit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakekat Bukti Audit
Keputusan utama yang harus ditetapkan oleh auditor adalah menyangkut
banyaknya bukti pendukung yang memadai untuk dikumpulkan, agar auditor
merasa yakin bahwasannya unsur-unsur laporan keuangan dan semua laporan
lainnya dari klien dibuat sewajarnya. Pertimbangan ini penting karena
tingginya biaya pemeriksaan dan penilaian seluruh bukti yang tersedia.
Sebagai dasar menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan,
auditor mengumpulkan bukti audit. Meskipun secara akuntansi menyediakan
bukti audit yang cukup untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan
tersebut bukan merupakan satu-satunya bukti audit yang dikumpulkan oleh
auditor. Bahwasannya auditor juga mengumpulkan bukti audit dengan
melakukan pengmatan langsung terhadap penghitungan fisik sediaan,
mengjukan permintaan keterangan dan mendapatkan bukti dari berbagai
sumber dari luar perusahaan klien.
Adapun pengertian dari bukti audit adalah segala informasi yang
mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan
keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk
menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan
terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating
information) yang tersedia bagi auditor.

2.2 Keputusan Bahan Bukti Audit


Keputusan auditor mengenai bukti pendukung audit dapat dipisahkan
menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut:
1. Prosedur audit mana yang akan digunakan
2. Jumlah sampel yang akan dipilih untuk suatu prosedur tertentu
3. Item (transaksi) mana yang akan dipilih dari keseluruhan data atau
populasi.
4. Kapan prosedur-prosedur itu akan dilaksakan.
Prosedur audit. Prosedur audit ialah petunjuk terperinci mengenai
pengumpulan jenis bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada suatu saat
selama proses audit. Contoh, bukti seperti penghitungan fisik pesediaan,
perbandingan antara cek-cek yang telah diuangkan dengan pengeluaran kas,
ayat-ayat jurnal dan perincian dikumen pengiriman yang semuanya
dikumpulkan dengan menggunakan prosedur audit.Dalam merancang prosedur
audit, biasanya perlu perumusan dengan menggunakan istilah-istilah yang
cukup jelas agar prosedur tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk dalam
pelaksanaan audit.
Ukuran sampel. Setelah prosedur audit dipilih, adalah mungkin bagi
auditor untuk mengubah ukuran sampel dari satu sampai seluruh bagian
populasi yang sedang diuji. Dalam prosedur audit, misalkan terdapat 6.000 cek
yang tercatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor dapat memilih ukuran
sampel sebanyak 200 untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas.
Kemudian, auditor harus membuat keputusan tentang berapa banyak item yang
harus diuji untuk setiap prosedur audit. Adapun ukuran sampel untuk suatu
prosedur dapat berubah-ubah dari satu audit ke audit lainnya.
Item-item yang dipilih. Sesudah ukuran sampel ditentukan untuk suatu
prosedur audit tertentu, maka masih perlu diputuskan item-item tertentu yang
harus diperiksa. Misalnya, jika auditor memilih 200 cek yang dibatalkan dari
populasi 6.600 sebagai perbandingan dengan jurnal pengeluaran kas, berbagai
metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-cek tertentu yang
akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih satu minggu dan memilih 200 cek
pertama; (2) memilih 200 cek dengan jumlah yang terbesar; (3) memilih cek-
cek secara acak; atau (4) memilih cek-cek yang menurut pendapat auditor
mengandung kekeliruan. Atau menggunakan kombinas dari metode-metode
yang sudah dijelaskan di atas.
Pengaturan waktu (timing). Audit laporan keuangan biasanya meliputi
jangka waktu misalnya satu tahun, dan audit tersebut biasanya akan
diselesaikan sampai lewat beberapa minggu atau beberapa bulan setelah akhit
periode. Pengaturan waktu peosedur audit dapat berkisar dari awal periode
akuntan yang panjang sampai periode itu berakhir. Dalam mengaudit laporan
keuangan, biasanya klien menginginkan agar audit diselesaikan satu samapai
tiga bulan setelah akhir tahun.
Program audit. Uraian terperinci mengenai hasil-hasil dari keempat
golongan keputusan dengan bukti audit tertentu disebut program audit.
Program audit selalu memuat daftar prosedut audit. Biasanya dinyatakan juga
ukuran sampel, item-item tertentu yang dipilih dan pengaturan waktu
pengujian. Lazimnya, terdapat bagian program audit untuk setiap komponen
audit. Oleh sebab itu, akan terdapat bagian program audit untuk piutang usaha,
untuk penjualan dan lainnya.

2.3 Keandalan Bukti Audit


Standar ketiga kerja lapangan mensyaratkan bahwa auditor harus
mengumpulkan bukti yang valid untuk mendukung pendapat yang dikeluarkan.
Pada dasarnya hakikat bukti audit dan pertimbangan biaya pelaksanaan audit
itu sendiri tidak memungkinkan bagi auditor untuk yakin serratus persen bahwa
pendapat yang dikeluarkannya adalah benar. Namun, seorang auditor harus
memiliki pendirian bahwasanya pendapatnya adalah benar tanpa ada keragu-
raguan sedikit pun. Dengan menggabungkan seluruh bukti audit secara
keseluruhan, auditor dapat memutuskan untuk mengeluarkan laporan audit jika
sudah tidak ada lagi keraguan dipihaknya.
Ada tiga faktor penentu dari bukti audit yang andal ialah kompetensi,
kecukupan dan ketepatan waktu.
1. Kompetensi
Kompetensi merupakan tingkatan samapai di mana suatu bukti
dianggap kompeten sekali. Bukti tersebut akan banyak membantu
auditor dalam menyakinkan bahwasannya laporan keuangan disajikan
dengan wajar. Sebagai contoh, jika seorang auditor menghitung
persediaan, maka bukti yang ditemukannya akan lebih kompeten
daripada jika memejemen memberikan auditor angka-angkanya sendiri.
Kebanyakan auditor menggunakan istilah dapat dipercayakan
bukti sebagai sinonim dari kompetensi. Kompetensi bukti hanya
menyangkut prosedur-prosedur audit yang dipilih. Kompetensi tidak
dapat ditingkatkan dengan memilih sampel yang lebih besar atau
pemilihan item (transaksi) lain dari populasi. Kompetensi hanya dapat
ditingkatkan dengan memiliki prosedur audit yang bermutu tinggi dari
salah satu atau lebih dari keenam ciri-ciri bukti yang kompeten, yaitu;
a) Relevansi
Bukti harus berhubungan atau relevan denga tujuan yang sedang
diuji oleh auditor sebelum dapat dianggap meyakinkan. Misalnya,
anggaplah auditor menduga bahwa seorang klien tidak menagih
pelanggan atas pengiriman barang (tujuan kelengkapan). Jika
auditor memilih sampel salinan faktur penjualan dan menelusuri
masing-masing faktur ke dokumen pengiriman yang bersangkutan,
maka bukti yang diperoleh tidak akan relevan dengan tujuan
kelengkapan. Prosedur yang relevan seharusnya membandingkan
sampel dokumen pengiriman dengan salinan faktur penjualan yang
bersangkutan untuk menetapkan bahwa masing-masing pengiriman
telah ditagih.
b) Independensi pemberi bukti
Bukti yang diperoleh dari sumber di luar perusahaan adalah lebih
dapat dipercaya daripada yang didapat dari perusahaan. Sebagai
contoh, bukti eksternal seperti yang diperoleh dari bank, pengacara,
atau pelanggan biasanya dapat lebih dipercaya daripada jawaban
yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan terhadap klien dan dari
dokumen yang bukan organisasi klien.
c) Keefektifan struktur pengendalian internal klien
Apabila struktur pengendalian internal klien efektif, bukti yang
didapat dari klien akan lebih dapat dipercaya daripada jika
pengendalian internalnya lemah. Sebagai contoh, jika pengendalian
internal terhadap penjualan dan penagihan efektif, auditor dapat
memperoleh bukti yang kompeten dari faktir penjualan dan
dikumentasi pengiriman daropada jika pengendaliannya tidak
memadai,
d) Pengetahuan langsung dari auditor
Bukti yang didapat secara langsung oleh auditor melalui
pemeriksaan fisik, observasi, penghitungan dan pengawasan adalah
lebih kompeten dari marjin kotor sebagai persentase penjualan dan
membandingkannya dengan periode-periode sebelumnya., bukti
yang ditemukannya akan lebih dapat dipercaya daripada jika
auditor percaya pada perhitungan yang dibuat oleh kontroler.
e) Kualifikasi orang-orang yang memberikan informasi
Meskipun sumber informasi adalah independen, bukti tidak akan
dapat dipercaya kecuali jika orang yang memberikannya benar-
benar mematuhi persyaratan untuk itu. Karena itu, konfirmasi
pengacara dan bank lebih dihargai daripada konfirmasi piutang
usaha yang berasal dari orang-orang yang tidak akan dapat
dipercaya jika dia tidak berpengalaman dalam dunia usaha. Selain
itu juga, bukti yang didapatkan langsung oleh auditor tidak akan
dapat dipercaya jika auditor tidak memenuhi persyaratan untuk
mengevaluasi bukti itu. Misalnya, pemeriksaan penyediaan berupa
berlian oleh seorang auditor yang tidak dididik untuk membedakan
antara berlian dan kaca biasa, maka tidak akan menghasilkan bukti
yang dapat dipercaya mengenai keberadaan berlian tersebut.
f) Tingkat obyektivitas
Bukti yang obyektif akan lebih dapat diandalkan daropada bukti
yang banyak membutuhkan pertimbangan untuk memutuskan
apakah bukti itu benar. Contoh bukti yang obyektif adalah
konfirmasi mengenai piutang usaha dan saldo bank, usaha untuk
mencek apakah jumlahnya sama dengan saldo dalam buku besar.
2. Kecukupan Audit
Kecukupan bukti audit dilihat dari kuantitas bukti yang diperoleh. Oleh
karena itu, ukuran sampel yang dipilih oleh auditor adalah penting
dalam menentukan kecukupan bukti. Untuk prosedur audit tertentu,
bukti yang diperoleh dari sampel sebanyak dua ratus umumnya akan
lebih memadai daripada sampel sebanyak seratus. Disamping ukuran
sampel, transaksi (item) tertentu yang diuji akan mempengaruhi
kecukupan bukti. Sampel yang terdiri dari transaksi (item) dengan
jumlah rupiah yang besar, dengan kemungkinan kekeliruan yang tinggi,
dan item yang mewakili keseluruhan data biasanya dianggap cukup.
Dilain pihak, kebanyakan auditor menganggap bahwa sampel yang
hanya terdiri dari transaksi (item) dengan jumlah rupiaah terbanayk dari
populasi adalah tidak cukup.
3. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu dari bukti audit dapat saat dicakup oleh audit.
Biasanya bukti audit untuk perkiraan neraca akan lebih meyakinkan
apabila bukti itu didapat sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
Contohnya, penghitungan auditor atas surat-surat berharga yang dapat
dipasarkan pada tanggal neraca akan lebih meyakinkan daripada
penghitungan dua bulan sebelumnya. Kemudian, untuk perkiraan
perhitungan rugi-laba, bukti akan lebih meyakinkan jika ada sampel
dari seluruh periode yang dicakup audit daripada hanya Sebagian
periode. Misalnya, suatu sampel acak dari transaksi penjualan untuk
keseluruhan tahun akan lebih meyakinkan daripada sampel dari hanya
enam bulan pertama.
4. Hasil gabungan
Masalah meyakinkan bukti hanya dapat dievaluasi setelah
mempertimbangkan gabungan dari kompetensi, kecukupan dan
ketepatan waktu. Sampel dari bukti yang sangat kompeten tidak
meyakinkan kecuali jika bukti itu juga tepat waktu. Demikian juga
sampel yang besar dari bukti yang tidak dapat dipercaya.
5. Masalah biaya dan meyakinkan bukti
Pengambilan keputusan mengenai bukti untuk audit tertentu, baik biaya
dan masalah meyakinkannya bukti harus dipertimbangkan. Jarang
terjadi bahwa hanya ada satu macam bukti untuk pengujian informasi.
Biaya dan meyakinkannya bukti dari semua alternatif yang ada harus
dipertimbangkan sebelum memilih jenis-jenis bukti yang terbaik.
Tujuan auditor adalah untuk mendapatkan bukti yang tepat waktu dan
dapat dipercaya dalam jumlah yang cukup, yang dapat diterapkan pada
informasi yang sedang diuji dan melaksanakannya dengan biaya total
yang serendah mungkin.
2.4 Tujuan Bukti Audit
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua
hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia. Sebab, kewajaran laporan keuangan sangatlah ditentukan integritas
berbagai asersi manajemen yang terkandung dalam lapran keuangan, maka
hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat
digambarkan pada bagan dibawah ini:
Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit
Keberadaan atau keterjadian Aktiva dan kewajiban entitas ada pada
tanggal tertentu dan transaksi
pendapatan serta biaya terjadi dalam
periode tertentu.
Kelengkapan Semua transaksi dan akun yang
seharusnya telah disajikan dalam
laporaan keuangan.
Hak dan kewajiban Aktiva adalah hak entitas dan utang
adalah kewajiban entitas pada tanggal
tertentu.
Penilaian dan alokasi Komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan dan biaya telah disajikan
dalam laporan keuangan pada jumlah
yang semestinya.
Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu laporan keuangan
telah digolongkan, digambarkan dan
ditungkan secara semestinya.

2.6 Prosedut Audit Untuk Memperoleh Bukti Audit


Dalam memtuskan prosedur audit aman yang akan digunakan, ada tujuh
kategori umum bukti audit yang dapat dipilih oleh auditor. Kategori ini yang
disebut juga jenis, yaitu sebagai berikut;
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik (physical examination) adalah inspeksi atau
perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva atau aset berwujud.
Jenis bukti ini paling sering berkaitan dengan persediaan dan kas,
tetapi juga dapat diterapkan pada verifikasi sekuritas, wesel tagih,
dan aset tetap berwujud. Pemeriksaan fisik adalah cara langsung
memverifikasi apakah suatu aset benar-benar ada (tujuan eksistensi),
dan pada tingkat tertentu apakah aset yang ada itu telah dicatat
(tujuan kelengkapan). Pemeriksaan fisik dianggap sebagai salah satu
jenis bukti audit yang paling dapat diandalkan dan berguna. Pada
umumnya, pemeriksaan fisik adalah cara objektif untuk mengetahui
kuantitas meupun deskripsi aset tersebut. Dalam beberapa kasus, hal
itu juga merupakan metode yang berguna untuk mengevaluasi
kondisi atau kualitas aset. Akan tetapi, pemeriksaan fisik bukan
merupakan bukti yang mencukupi untuk memverifikasi bahwa aset
yang ada memang dimiliki oleh klien (tujuan hak dan kewajiban),
dan dalam banyak kasus, auditor tidak memiliki kualifikasi untuk
menilai faktor-faktor kualitatif seperti keusangan atau otentisitas aset
(tujuan nilai yang dapat direalisasikan). Selain itu, penilaian yang
tepat untuk tujuan laporan keuangan biasanya juga tidak dapat
ditentukan oleh pemeriksaan fisik (tujuan keakuratan).
2. Konfirmasi
Konfirmasi menggambarkan penerimaan respons tertulis langsung
dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi keakuratan
informasi yang diminta oleh auditor. Responsnya dapat dalam
bentuk kertas atau elektronik atau media lainnya, seperti akses
langsung auditor ke informasi yang dimiliki pihak ketiga.
Permintaan ini ditujukan kepada klien dan klien meminta pihak
ketiga meresponnya secara langsung kepada auditor. Karena
konfirmasi berasal dari sumber pihak ketiga alih-alih klien, jenis
bukti audit ini sangat dipercaya dan merupakan jenis bukti yang
sering digunakan. Namun konfirmasi relative mahal dan dapat
menimbulkan beberapa ketidaknyamanan bagi pihak-pihak yang
diminta untuk menyediakan konfirmasi tersebut. Karena itu
konfirmasi tidak digunakan pada setiap contoh meskipun bukti ini
dapat digunakan.
3. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan oleh auditor atas dokumen dan catatan
klien untuk mendukung informasi yang tersaji, atau seharusnya
tersaji, dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh
auditor adalah catatan yang digunakan klien untuk menyediakan
informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara yang terorganisasi,
yang bisa juga dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, dan media
lain.
4. Prosedur Analitis
Prosedur analitis terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui
analisis atas hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan
nonkeuangan. Sebagai contoh, auditor dapat membandingkan
persentase marjin kotor tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.
Prosedur analitis telah digunakan secara luas dalam praktik, dan
dibutuhkan selama fase perencanaan dan penyelesaian pada semua
audit.
5. Tanya jawab atau wawancara
Tanya jawab atau wawancara adalah upaya untuk memperoleh
informasi secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai respons atas
pertanyaan yang diajukan auditor. Walaupun banyak bukti audit
yang dapat diperoleh dari klien melalui tanya jawab ini, bukti itu
biasanya tidak dapat dianggap sebagai bukti yang meyakinkan
karena bukan dari sumber yang independen dan mungkin
mendukung pihak klien. Sebab itu apabila auditor memperoleh bukti
melalui tanya jawab, biasanya auditor juga perlu memperoleh bukti
pendukung melalui prosedur lainnya. Bukti pendukung adalah bukti
tambahan untuk mendukung bukti awal atau asli. Sebagai contoh,
apabila auditor ingin memperoleh informasi tentang metode
pencatatan dan pengendalian transaksi akuntan klien, auditor
biasanya memulai dengan menanyakan klien bagaimana
pengendalian internal dioperasikan. Selanjutnya auditor akan
melakukan pengujian audit dengan menggunakan inspeksi dan
observasi untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat (tujuan
kelengkapan) dan diotorisasi (tujuan keterjadian) dengan cara yang
telah ditentukan.
6. Rekalkulasi
Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi
yang dilakukan oleh klien. Pengecekan ulang kalkulasi klien ini
terdiri dari pengujian atas keakuratan perhitungan klien dan
mencakup prosedur seperti perkalian faktur penjualan dan
persediaan, penjumlahan jurnal dan buku tambahan, serta
pengecekan kalkulasi beban penyusutan dan beban dibayar di muka.
Sebagian besar rekalkulasi auditor dilakukan oleh perangkat lunak
audit dengan computer.
7. Pelaksanaan ulang (reperformance)
Pelaksanaan ulang adalah pengujian independent yang dilakukan
auditor atas prosedur atau pengendalian akuntansi klien yang semula
dilakukan sebagai bagian dari sistem akuntansi dan pengendalian
internal klien. Jika rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas
suatu perhitungan, pelaksanaan ulang melibatkan pengecekan atas
prosedur lain. Sebagai contoh, auditor dapat membandingkan harga
yang tertera pada suatu faktur dengan daftar harga yang resmi, atau
dapat melaksanakan kembali penetuan umur piutang usaha. Jenis
pelaksanaan ulang lainnya adalah mengecek ulang transfer informasi
dengan menelusuri informasi yang tercantum dalam lebih dari satu
tempat untuk memastikan bahwa informasi dalam jurnal penjualan
telah dicatat bagi pelanggan yang tepat dan pada jumlah yang benar
dalam buku tambahan piutang usaha, dan secara akurat diikhtisarkan
dalam buku besar.
8. Observasi
Observasi terdiri dari menganmati proses atau prosedur yang sedang
dilaksanakan oleh pihak lain. Auditor dapat mengunjungi lokasi
pabrik untuk memperoleh kesan umum atas fasilitas klien, atau
mengamati para individu yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi
untuk menentukan apakah orang yang diserahi tanggung jawab telah
melaksanakan tugasnya dengan baik. Observasi memberikan bukti
tentang pelaksanaan proses atau prosedur tetapi terbatas pada poin-
poin ketika observasi dilakukan. Observasi kurang dapat diandalkan
karena risiko personil klien akan mengubah perilakunya akibat
kehadiran auditor. Mereka mungkin melaksanakan tanggung
jawabnya sesuai dengan kebijakan perusahaan di hadapan auditor,
tetapi kembali melakukan hal biasa dilakukan setelah auditor tidak
ada. Karena itu perlu untuk menindaklanjuti kesan pertama yang
diperoleh dengan jenis bukti pendukung lainnya. Namun demikian,
observasi berguna dalam pelaksanaan Sebagian besar audit.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Simpulan
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka
atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar ang layak untuk menyatakan
pendapatnya.Kemudian, Keputusan auditor mengenai bukti pendukung
audit dapat dipisahkan menjadi empat golongan, yaitu; (1) Prosedur audit
mana yang akan digunakan; (2) Jumlah sampel yang akan dipilih untuk
suatu prosedur tertentu; (3) Item (transaksi) mana yang akan dipilih dari
keseluruhan data/populasi; dan (4) Kapan prosedur-prosedur itu akan
dilaksanakan.
Ada tiga faktor penentu dari bukti yang meyakinkan adalah
kompetensi, kecukupan dan ketepatan waktu. Perhatikan bahwa faktor
yang disebutkan terdahulu diambil langsung dari standar ketiga kerja
lapangan, yaitu hasil gabungan serta masalah biaya dan meyakinkannya
bukti.
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia. Kemudian, dalam memutuskan prosedur audit aman yang
akan digunakan, ada tujuh kategori umum bukti audit yang dapat dipilih
oleh auditor, yaitu; pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, observasi,
pertanyaan terhadap klien, ketepaan mekanis dan prosedur analitis.
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Elder, & Basley. 2014. Auditing & Assurance Ed.16th. Erlangga: Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2015. Modul Chatered Accountant: Sistem
Informasi dan Pengendalian Internal. Jakarta.
Standar Audit 500 tentang Bukti Audit

Anda mungkin juga menyukai