Anda di halaman 1dari 20

BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA AUDIT

Kelompok 6 (Akuntansi Malam A)


Nama No NIM
Dewa Ayu Mella Dhamayanti 01 1802622010163
Ni Kadek Ayu Cintya Wati 10 1802622010172
Ni Komang Suki Raharja 13 1802622010175
Putu Riana Wirastini 33 1802622010195

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “BUKTI AUDIT DAN
KERTAS KERJA AUDIT”. Penyajian dalam makalah ini saya tampilkan dalam bentuk
yang mudah dipahami serta menjelaskan uraian singkat mengenai bukti audit dan kertas
kerja audit.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dengan dukungan dari

berbagai sumber serta dukungan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan

makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan baik dari segi bahasa maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima

segala kritik dan saran sehingga di kedepannya kami bisa membuat makalah yang jauh lebih

baik lagi. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat maupun

menambah informasi pembaca.

Om Shanti ShantiShanti Om

Denpasar, 2 Juli 2020

Penyu
sun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Hakekat Bukti Audit................................................................................................3


2.2 Keputusan Auditor Tentang Bukti Audit................................................................4

2.3 Karakteristik Bukti Audit........................................................................................5

2.4 Pendokumentasian (Kertas Kerja) Audit...............................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................................16

3.1 Kesimpulan............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu
auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar
kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk
menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila
pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti
dokumenter) juga penting bagi auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan
hanya digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih
rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.
Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus didokumentasi- kan dengan
baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan keterangan mengenai klasifikasi bukti
auditnya. Hal tersebut dimaksudkan agar auditor mudah dalam melakukan analsisis dan
evaluasi lebih lanjut, sehingga proses pengembangan temuan audit dapat dilakukan dengan
baik berdasarkan unsur-unsurnya.
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien
dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi
akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengkumpulkan atau membuat
berbagai tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan
auditan. Untuk kepentingan pengumpulan dan pembuata bukti itulah auditor membuat kertas
kerja. SA Seksi 339 kertas kerja memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas
kerja dalam audit atas laporan keuangan atau perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh
standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Kertas kerja audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk
mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan simpulan
yang dibuat auditor dalam setiap tahapan audit. Kertas kerja audit akan berfungsi mendukung
laporan hasil audit. Begitu pentingnya KKA ini sehingga KKA harus dijaga mutunya melalui

1
proses review secara berjenjang. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik
mengangkat judul Bukti Audit dan Kertas Kerja Audit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu hakekat bukti audit ?
2. Apa saja keputusan auditor tentang bukti audit ?
3. Apa saja karakteristrik bukti audit ?
4. Apa itu kertas kerja ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tentang apa itu hakekat bukti audit
2. Untuk mengetahui keputusan auditor tentang bukti audit
3. Untuk mengetahui karakterisktik bukti audit
4. Untuk mengetahui tentang kertas kerja

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HAKEKAT BUKTI AUDIT

Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan auditor untuk mencapai
kesimpulan yang menjadi dasar opini audit. Sebagian besar pekerjaan auditor independen
dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan bukti tersebut untuk
tujuan audit tergantung pada pertimbamgan auditor independen; dalam hal ini bukti audit
berbeda dengan bukti hukum yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti
audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
independen dalam rangka memberikan opini atas laporan keuangan auditan. Relevansi,
obyektivitas, Ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan
kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
Dalam bukti audit terdapat catatan akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan
dan informasi lainnya yang terkait dengan catatan akuntansi dan pendukung alasan logis
auditor tentang laporan keuangan yang layak. Untuk itu, bukti audit yang diperoleh harus
memadai sebagai dasar dalam menyatakan pendapat. Jadi, bukti audit memiliki peran
yang sangat penting bagi auditor untuk mendukung opini dan laporan auditor
(International Auditing Standard) (ISA) 200 (para.A28).
Butir-butir penting tentang hakekat bukti audit, sebagai berikut :
 Meliputi informasiyang dihasilkan baik secara internal maupun eksternal.
 Meliputi informasi yang mendukung maupun yang bertentangan dengan
asersi manajemen.
 Dipengaruhi olehh tindakan-tindakan manajemen, seperti misalnya: tidak
membuat dokumen yang diperlukan, atau tidak membuat dokumen secara
tepat waktu.
 Dapat dikembangkan dengan menggunakan ahli dari luar.

3
 Dapat diperoleh melalui prosedur-prosedur lain yang lazim digunakan
auditor (analisis risiko untuk menentukan apakah akan menerima atau
melanjutkan seorang klien, data dari audit tahun yang lalu, dan kuantitas
pengendalian internal perusahaan yang mencerminkan ketelitian proses
internal).

2.2 KEPUTUSAN AUDITOR TENTANG BUKTI AUDIT

Keputusan penting yang dihadapi seorang auditor adalah menentukan jenis dan
jumlah bukti yang tepat yang diperlukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan
keuangan klien telah ditetapkan secara wajar. Adapun empat keputusan tentang bukti apa
yang harus diperoleh dan berapa banyak bukti yang harus dikumpulkan :
1. Prosedur audit apa yang harus digunakan.
Prosedur audit adalah instruksi detil yang menjelaskan bukti audit yang diperoleh
selama audit berlangsung.
2. Berapa besar ukuran sampel yang harus dipilih untuk prosedur audit tersebut.
Setelah menetapkan prosedur audit, seorang auditor harus menentukan ukuran sampel
yang dipilih dari populasi. Keputusan tentang berapa banyak unsur yang akan dikaji
harus dibuat auditor untuk setiap prosedur audit yang akan digunakan. Ukuran sampel
yang dipilih bisa berbeda-beda antara audit yang satu dengan audit lainnya.
3. Unsur apa yang harus dipilih dari populasi.
Setelah menentukan ukuran sampel untuk prosedur audit , auditor harus memutuskan
unsur-unsur mana dalam populasi yang akan diuji.
4. Kapan prosedur itu ditetapkan.
Prosedur audit bisa dilakukan dalam rentang waktu mulai dari awal periode sampai
akhir periode akuntansi. Penentuan saat pelaksanaan prosedur audit dipengaruhi oleh
kapan klien membutuhkan laporan audit dan kapan prosedur diperkirakan paling
efektif. Program audit adalah daftar prosedur audit untuk suatu bagian atau
keseluruhan audit yang berisi daftar prosedur audit dan juga biasaya mencakup
ukuran sampel, unsur yang dipilih, dan saat pelaksanaan pengujian.

4
2.3 KARAKTERISTIK BUKTI AUDIT
Auditor diwajibkan oleh Standar Auditing untuk mengumpulkan bukti yang cukup
dan tepat sebagai dasar untuk mendukung opini yang diberikan.
a. Ketepatan Bukti
Ketepatan bukti adalah ukuran kualitas bukti, yakni relevansi dan reliabilitasnya
dalam memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan
yang bersangkutan. Ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur yang dipilih.
Ketepatan bukti dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan
atau lebih bisa dipercaya.
1. Relevansi bukti.
Bukti harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang harus di uji lebih
dahulu oleh auditor sebelum disebut sebagai bukti yang tepat.
2. Reliabilitas bukti.
Reliabilitas bukti berkaitan dengan seberapa jauh bukti bisa dipercaya atau tingkat
kepercayaan atau suatu bukti. Reliabilitas tergantung apakah bukti memenuhi
karakteristik berikut:
a) Independensi pembuat bukti.
b) Efektivitas pengendalian internal klien.
c) Pengetahuan langsung auditor.
d) Kualifikasi individu pemberi informasi.
e) Tingkat obyektivitas.
f) Ketepatan waktu.
b. Kecukupan Bukti
Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit
yang diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor tentang resiko kesalahan
penyajian material dan audit itu sendiri. Kecukupan bukti ini diukur degan ukuran
sampel yang dipilih auditor. Terdapat dua faktor dalam menentukan ketepatan ukuran
sampel dalam audit, yaitu ekspetasi auditor tentang kesalahan penyajian dan
efektivitas pengendalian internal dalam organisasi klien.

5
c. Hubungan Antara Risiko, Ketepatan, dan Kecukupan Bukti Audit
Tugas auditor adalah mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan
cukup. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara risiko, ketepatan, dan
kecukupan bukti audit akan dijelaskan pada Gambar 1.

KETEPATAN

Relevansi Reliabilitas

Kualitas bukti
yang dikumpulkan auditor
RISIKO
bahwa saldo akun kesalahan penyajian

Risiko Risiko
inheren pengendalian
KECUKUPAN

Kuantitas bukti
yang dikumpulkan auditor

Gambar 1. Hubungan Risiko, Ketepatan, dan Kecukupan Bukti


d. Sumber Bukti Audit
Auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga kesalahan
penyajian material dapat diminimumkan. Untuk mengetahui bagaimana sumber audit
akan dijelaskan pada Gambar 2.

6
PENGETAHUAN TENTANG KLIEN INFORMASI DARI LUAR

Diperoleh melalui : Diperoleh melalui :


Audit tahun lalu Pekerjaan tim audit dengan
Analisis risiko klien menggunakan data pasar
Analisis penerimaan klien Analisa independen oleh spesialis

AKUMULASI BUKTI AUDIT

SISTEM AKUNTANSI KUALITAS PENGENDALIAN INTERNAL


Diperoleh melalui :
Diperoleh melalui :
Evaluasi atas rancangan pengendalian
Pengujian langsung atas saldo akun dan
internal
transaksi
Review analitis Evaluasi atas pengoperasian
pengendalian

Gambar 2. Sumber Bukti Audit

e. Prosedur Untuk Memperoleh Bukti Audit


Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat
memilih dari tujuh kategori bukti yang disebut tipe bukti, yaitu:
1. Inspeksi. Mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen baik internal
maupun eksternal dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain, atau
pemeriksaan fisik atas suatu aset. Inspeksi merupakan tipe audit yang paling
sering diterapkan dalam audit atas persediaan dan kas, tetapi sering juga
digunakan dalam pemeriksaan atas sekuritas, piutang wesel, dan aset tetap
berwujud. Inspeksi yang dilakukan auditor atas dokumen dan catatan klien berisi
informasi yang dituangkan ke dalam laporan keuangan disebut dokumentasi.
Dokumentasi terdiri dari dokumentasi internal dan dokumentasi eksternal.
Apabila auditor menggunakan dokumentasi untuk mendukung catatan transaksi
atau jumlah tertentu, prosesnya disebut vouching. Sedangkan apabila auditor
menelusur dari laporan penerimaan barang ke jurnal pembelian untuk memenuhi
tujuan kelengkapan maka disebut tracing.
2. Observasi. Terdiri dari melihat langsung suatu proses atau prosedur yang
dilakukan oleh orang lain. Observasi memberikan bukti audit tentang pelaksanaan

7
suatu prosedur atau proses, namun hanya terbatas pada titik waktu tertentu pada
saat observasi itu dilaksanakan.
3. Konfirmasi eksternal. Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang
diperoleh auditor sebagai respon langsing tertulis dari piak ketiga dalam bentuk
kertas, atau secara elektronik, atau media lain. Karena informasi berasal dari
sumber yang independen terhadap klien, maka konfirmasi dipandang sebagai tipe
bukti berkualitas tinggi dan sering digunakan dalam audit.
4. Perhitungan ulang. Meliputi pengecekan ulang atas suatu hasil perhitungan yang
telah dilakukan klien yang meliputi pengujian atas ketelitian perhitungan dan
mencakup prosedur .
5. Pelaksanaan kembali (Reperformance). Pelaksanaan kembali adalah pengujian
auditor secara indeoenden atas prosedur atau pengendalian akuntansi klien yang
sebelumnya telah dilakuakn sebagai bagian dari akuntansi klien dan sistem
pengendalian internal.
6. Prosedur analitis. Terdiri dari pengevaluasian atas informasi keuangan yang
dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data keuangan
dengan data nonkeuangan. Prosedur ini meliputi investigasi atas fluktuasi yang
telah diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara suatu informasi dengan
informasi lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara signifikan dari
jumlah yang telah dipresiksi sebelumnya. Prosedur ini wajib dilakukan auditor
dalam tahap perencanaan dan tahap penyelesaian semua audit.
a) Memahami bidang usaha dan bisnis klien.
b) Menilai kelangsungan usaha bisnis klien
c) Menunjukkan kemungkinan adanya kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan.
d) Mengurangi penyajian audit yang rinci.
7. Permintaan keterangan. Terdiri dari pencarian informasi atas orang yang
memiliki pengetahuan, baik keuangan maupun non keuangan di dalam atau luar
entitas. Permintaan keterangan dapat berupa permintaan keterangan secara isan
maupun tulisan.

8
f. Biaya Untuk Mendapatkan Bukti
Dua tipe bukti yang bukti yangpaling mahal untuk mendapatkannya adalah
pemeriksaan fisik dan konfirmasi. Pemeriksaan fisik menjadi mahal karena
membutuhkan kehadiran auditor pada saat klien melakukan perhitungan aset yang
seringkali dilakukan pada akhir tahun buku. Inspeksi, prosedur analitis, dan
pelaksanaan ulang tidak begitu mahal. Apabila klien menyiapkan dokumen dan data
elektronik untuk kepentingan auditor dengan rapi dan teratur maka inspeksi sangat
murah. Namun apabila auditor harus mencari sendiri sokumen yang diperlukan maka
biayanya cukup mahal.
Tipe bukti yang murah biayanya adalah observasi, mengajuka pertanyaan
kepada klien, dan rekalkulasi. Observasi biasanya dilakukan secara bersamaan
dengan prosedur lain. Sedangkan rekalkulasi karena hanya menyangkut perhitungan
sederhana dan penelusurannya dapat dilakuakn dengan mudah pula.
Istilah yang digunakan dalam prosedur audit
Istilah dan Definisi Contoh Prosedur Audit Tipe Bukti
Periksa (Examine) – Suatu Periksa suatu sampel faktur dari Inspeksi
studi detil atas dokumen atau pemasok untuk memastikan
catatan untuk menentukan apakah barang atau jasa yang
fakta tertentu. diterima beralasan dan
merupakan jenis yang biasa
digunakan perusahaan.
Scan – Pemeriksaan tidak Scan jurnal penjualan, untuk Prosedur
terlalu detil atas dokumen menemukan adanya transaksi analitis
atau catatan untuk berjumlah besar dan tidak biasa.
memastikan ada tidaknya
sesuatu yang tida biasa dan
membutuhkan penyelidikan
lebih lanjut.
Baca – Pemeriksaan atas Bacalah notulen rapat dewan Inspeksi
informasi tertulis untuk komisaris dan buatlah ringkasan
memastikan fakta yang semua informasi yang berkaitan
berhubungan dengan audit. dengan laporan keuangan dalam
file audit.
Hitung (Compute) – Suatu Hitunglah rasio perputaran Prosedur
perhitungan yang dilakukan persediaan dan bandingkan analitis
auditor independen dari dengan rasio yang sama dari
klien. tahun lalu untuk menguji
persediaan usang.
Hitung Ulang (Recompute) Hitung ulang harga jual per unit Perhitungan

9
– Suatu perhitungan yang dikalikan jumlah unit dari suatu ulang
dilakukan auditor untuk sampel duplikat faktur
memastikan kebenaran hasil penjualan dan bandingkan
perhitungan yang diilakukan jumlahnya dengan hasul
klien. perhitungan.
Jumlahkan menurun (Foot) Jumlahkan menurun jurnal Perhitungan
– Penjumlahan suatu kolom penjualan untuk periode 1 bulan ulang
untuk memastikan apakah dan bandingkan totanya dengan
hasilnya sama dengan hasil buku besar.
penjumlahan klien.
Telusur (Trace) – Suau Telusur suatu transaksi Inspeksi
instruuksi yang biasanya penjualan dari faktur penjualan
berhubungan dengan ke jurnal penjualan, dan
dokumentasi dan bandingkanlah nama pembeli,
mengerjakan ulang. Instruksi tanggal, dan jumlah rupiah nilai
harus menyebutkan apa yang penjualan.
ditelusur auditor dan Pelaksanaan
ditelusur darimana ke mana. Telusurposting dari jurnal kembali
Seringkali prosedur audit penjualan ke rekening buku
yang berupa penelusuran besar.
juga berisi instruksi kedua,
seperti misalnya bandingkan
atau rekalkulasi.
Bandingan (Compare) – Pilih satu sampel faktur Inspeksi
Pembandingan informasi penjualan dan bandingkan harga
dalam dua lokasi berbeda. jual per unit yang tercantum di
Instruksi harus menyebutkan dalam faktur dengan harga per
informasi mana yang harus unit dalamd aftar harga yang
dibandingkan sedetil telah ditetapkan manajemen
mungkin.
Hitung (Count) – Pilih suatusampel yang terdiri Bukti fisik
Menentukan berapa dari 100 unit persediaan dan
banyak(unit) aset yang ada hitunglah jumlah unitnya
pada suatu saat tertentu. kemudian bandingkan dengan
Istilah ini hanya berkaitan jumlah dan deskripsi menurut
dengan tipe bukti fisik. perhitungan klien.
Observasi – Tindakan Lakukan observasi apakah Observasi
mengobservasi atau kedua tim perhitungan fisik
melakukan pengamatan persediaan melakukan
langsung atau suatu aktivitas. perhitungan dan mencatat hasil
perhitungan secara independen.
Meminta keterangan – Ajukan pertanyaan kepada Pengajuan
Tindakan mengajukan manjamen apakah pada tanggal pertanyaan
pertanyaan kepada klien atau neraca terdapat persediaan yang
pihak lain, baik secara lisan telah usang.
maupun tertulis.

10
Mencocokkan ke dokumen Periksalah suatu sampel catatan Inspeksi
(Vouch) – penggunaan transaksi pembelian dan
dokumen untuk memeriksan cocokkanlah dengan faktur dari
kebenaran pencatatan pemaso dan laporkan
transaksi atau jumlah penerimaan barang.
rupiahnya.

2.4 PENDOKUMENTASIAN (KERTAS KERJA) AUDIT

a. Tujuan dokumentasi audit


Berdasarkan standar audit (SA) 230, dokumentasi audit (kertas kerja audit)
merupakan dokumentasi atas prosedur audit yang telah dilakukan, bukti audit relevan
yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik. Dokumentasi ini harus mencakup
semua informasi yang diperlukan oleh auditor untuk memenuhi pelaksanaan audit dan
menjadi pendukung atas laporan audit.
Tujuan dokumentasi audit yaitu untuk membantu auditor dalam memperoleh
jaminan yang layak bahwa audit telah dilaksanakan secara memadai sesuai dengan
standar auditing. Terdapat pula tujuan dokumentasi secara spesifik, yaitu:
a. Suatu dasar untuk merencanakan audit.
b. Suatu catatan tentang bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian.
c. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat.
d. Suatu dasar untuk mereview oleh supervisor dan partner.
b. Kerahasiaan file audit
Selama proses audit berlangsung, dokumen audit yang dibuat oleh auditor
(termasuk daftar-daftar yang dibuat klien untuk auditor) merupakan milik auditor.
Untuk itu, hanya auditor dan timnya dapat melihat isi dokumen tersebut, kecuali bila
auditor diajukan ke pengadilan berkaitan dengan audit yang dilaksanakan. Setelah
audit selesai, file audit tersebut disimpan auditor guna kepentingan
pertanggungjawaban di masa depan dan untuk mempersiapkan audit tahun
berikutnya.

File yang diperoleh auditor yang berisikan data klien harus dirahasiakan.
Sesuai dengan Prinsip Kerahasiaan ditetapkan dalam Seksi 140 Kode Etik Profesi
Akuntan Publik, mewajibkan auditor untuk tidak mengungkapkan informasi yang

11
rahasia (140.1), menjaga prinsip kerahasiaan termasuk dalam lingkungan
sosialnya(140.2), serta mempertimbangkan pentingnya menjaga kerahasiaan
informasi dalam KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja(140.4). Maka, untuk
informasi rahasia seperti gaji para direksi, penetapan harga jual, data biaya produksi,
serta informasi rahasia lainnya harus tetap terjaga. Apabila informasi rahasia tersebut
terungkap ke pihak lain dapat mengganggu hubungan baik auditor dengan
manajemen dan dapat memberikan kesempatan karyawan klien untuk mengubah isi
file audit.

c. Jangka waktu pengarsipan


KAP diwajibkan untuk menetapkan suatu kebijakan dan prosedur yang
mengatur masa penyimpanan dokumen audit (SA 230,para A.23). Biasanya, batas
waktu penyimpanan tidak boleh kurang dari lima tahun sejak tanggal yang lebih dari:
1. Laporan auditor atas laporan keuangan entitas.
2. Laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian dan anak
perusahaan.

Di Amerika Serikat, sejak berlakunya Sarbanes-Oxley Act, auditor pada


perusahaan publik diwajibkan untuk membuat dan menyimpan file audit dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan laporan audit dengan cukup detail untuk
mendukung pendapat auditor, selama jangka waktu tidak kurang dari tujuh tahun.

d. Isi dan pengorganisasian


Untuk bentuk, isi dan luas dokumentasi audit bergantung pada faktor-faktor berikut,
yaitu:
1. Ukuran dan kompleksitas entitas.
2. Sifat prosedur audit yang akan dilakukan.
3. Risiko kesalahan penyajian material yang diidentifikasi.
4. Signifikansi bukti audit yang diperoleh.
5. Sifat dan luas penyimpanan uang diidentifikasi.
6. Kebutuhan untuk mendokumentasikan suatu kesimpulan atau basis untuk
suatu kesimpulan yang belum dapat ditentukan dengan segera dari
dokumentasi pekerjaan audit yang dilakukan/ bukti audit yang diperoleh.

12
7. Metodologi dan perangkat audit yang digunakan.

Terdapat contoh-contoh dokumentasi audit, yaitu mencakup:


1. Program audit
2. Analisis
3. Memorandum isu
4. Ikthisar hal-hal yang signifikan
5. Surat konfirmasi dan surat representasi
6. Daftar uji
7. Korespondensi (termasuk email) tentang hal-hal signifikan.

Isi dan pengorganisasian yang lazim digunakan dalam kantor akuntan publik
antara lain sebagai berikut.

1. Laporan keuangan dan laporan audit


2. Daftar saldo akun
3. Jurnal penyesuaian audit
4. Utang bersyarat
5. Operasi
6. Kewajiban dan ekuitas
7. Aset
8. Prosedur analitis
9. Pengujian pengendalian dan pengujian substantive
10. Pengendalian internal
11. Informasi umum
12. Program audit
13. Arsip permanen
e. Arsip permanen
Arsip ini berisikan data historis dan data yang bersifat berkelanjutan yang
berlaku dari tahun ke tahun. Biasanya meliputi hal berikut:
1. Ringkasan atau copy dokumen-dokumen yang berkelanjutan seperti anggaran
dasar, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi, dan kontrak-kontrak.

13
2. Analisis akun-akun tertentu dari tahun-tahun yang lalu yang berpengaruh
terhadap auditor.
3. Informasi yang berhubungan dengan pemahaman tentang pengendalian
internal dan penilaian risiko pengendalian.
4. Hasil prosedur analitis dari tahun-tahun yang lalu

Namun, banyak KAP yang pendokumentasian pemahaman tentang


pengendalian internal dan penilaian risiko pengendalian serta prosedur analitis dari
tahun-tahun yang lalu dimasukkan pada file audit tahun berjalan.

f. Arsip tahun berjalan


Arsip tahun yang diperiksa meliputi semua dokumen yang bersangkutan dengan
tahun berjalan atau tahun yang diperiksa. Berikut jenis-jenis informasi yang termasuk
dalam audit tahun berjalan:
1. Program audit
Dalam Standar Auditing diharuskan adanya program audit tertulis untuk
setiap audit yang biasanya ditempatkan pada file terpisah untuk meningkatkan
koordinasi dan mengintergrasikan semua bagian audit.
2. Informasi umum
Misalnya, rencana audit, ringkasan atau salinan notulen rapat dewan
komisaris, ringkasan dari kotrak-kontrak atau perjanjian yang tidak tecantum
dalam arsip permanen, catatan hasil diskusi dengan klien, komentar hasil
review supervisor, dan kesimpulan umum.
3. Working trial balance
Yaitu daftar yang berisi saldo dari semua akun yang ada di buku besar.
4. Jurnal penyesuaian dan jurnal reklarifikasi
Digunakan untuk koreksi laporan keuangan.
5. Daftar pendukung
Tipe daftarnya yaitu analisis, daftar saldo, rekonsiliasi jumlah-jumlah tertentu,
uji kewajaran, ringkasan pelaksanaan prosedur, pemeriksaan dokumen
pendukung, serta dokumen-dokumen dari luar.

14
g. Penyusunan dokumen audit
Saat semua daftar-daftar yang sesuai untuk mendokumetasi bukti yang
terkumpul, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai, selanjutnya
pendokumentasian disusun dengan detail agar auditor berpengalaman yang tidak
terlibat dalam kegiatan audit dapat pemahaman yang jelas mengenai hal-hal
tersebut. Walaupun, rancangan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai
setidaknya dokumentasi audit memiliki karakteristik berikut:
1. Setiap file audit memiliki identifikasi yang jelas dan detail.
2. Dokumen audit harus diberi indeks dan referensi-silang untuk
memudahkan dalam pengorganisasian dan pengarsipan. Contoh untuk kas
(index-A1), dan lain-lain.
3. Dokumen audit yang sudah rampung harus secara jelas menunjukkan
pekerjaan audit yang telah dilakukan.
4. Dokumen audit harus berisi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan
sesuai dengan rencana.
5. Kesimpulan yang dicapai tentang suatu segmen audit harus di
formulasikan dengan jelas.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bukti Audit merupakan segala informasi yang mendukung angka - angka atau informasi
lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar
untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data
akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Kertas kerja audit berfungsi sebagai jembatan/mata rantai yang menghubungkan antara
catatan audit dengan laporan hasil audit, dan dapat pula dipergunakan auditor untuk
mempertanggung jawabkan prosedur/langkah audit yang dilakukannya, mengkoordinir dan
mengorganisir semua tahap auditmulai dari perencanaan sampai pelaporan, dan sebagai
dokumen yang dapat digunakan oleh auditor berikutnya.
Kertas kerja yang baik harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi, disimpan dan dijaga
kerahasiannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al. Haryono. 2011. Auditing Edisi II. Yogyakarta: Bagian  Penerbitan STIE YKPN.
Mulyadi. 2013. Auditing Edisi 6 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

iv

Anda mungkin juga menyukai