Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

‘’BUKTI AUDIT DI LKS’’


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing Bank Syari’ah
Dosen pembimbing: Tutut Alawiyah M.E

Disusun Oleh:

1. Dina Alfiana
2. Setya Norma’atus Sholihah

PROGAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM AL-ROSYID
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat tuhan yang maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karuniaNya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun
tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi kebutuhan tugas mata kuliah Auditing
Bank Syari’ah pada semester VI, di tahun ajaran 2021, dengan judul Bukti Audit di LKS.
Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang bukti
audit bank syari’ah. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Dan kami pun sadar sebagai
seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat mengembangkan lagi pengetahuan
kita tentang Bukti Audit Syariah.

Sabtu, 06 Maret 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................ i

Kata Pengantar.................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang...................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah................................................................................. 1
c. Tujuan Makalah.................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

a. Bukti Audit di Lembaga Keuangana Syariah....................................... 2


b. Bahan Bukti Audit................................................................................ 7
c. Sifat Bukti Audit................................................................................... 13

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan.......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bukti audit dipengaruhi oleh meterialitas dan risiko, faktor-faktor ekonomi, serta ukuran
dan karakteristik populasi. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan
auditor tentang kompetensi bukti audit adalah relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan
objektivitas. Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur
audit untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan sifat bukti yang
akan diperoleh. Komponen dasar dari data akuntansi yang mendasari yaitu jurnal, buku
besar, kertas kerja, rekonsiliasi dan sebagainya. Data akuntansi yang mendasari saja
dianggap tidak cukup mendukung laporan keuangan. Auditor harus merancang suatu
prosedur audit untuk memperoleh bukti penguat (corroborating evidence) guna mendukung
data akuntansi yang mendasari tersebut.
Tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan keuangan adalah mengambil keputusan
untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk menjadi auditor untuk klien yang baru,
atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. Pada umumnya
keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan sejak enam hingga sembilan
bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa. Dalam keseluruhan proses audit,
auditor mempertimbangkan berbagai risiko, sesuai dengan tahap-tahap proses auditnya.
Pada tahap perencanaan audit auditor harus mempertimbangkan risiko bawaan yaitu suatu
risiko salah saji yang melekat dalam saldo akun atau aersi tentang saldo akun.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bukti audit di lks?
2. Apa saja bahan bukti audit?
3. Dan apa saja sifat bahan bukti audit?
C. Tujuan Pembuatan
1. Bisa memahami tentang bukti audit di lembaga keuangan syariah
2. Bisa memahami apa saja bahan bukti audit
3. Bisa memahami apa saja sifat bukti audit

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. BUKTI AUDIT DI LKS


Bukti Audit, Informasi penguat, dan prosedur Audit, Setelah auditor mengembangkan
tujuan audit spesifik untuk saldo akun atau golongan transaksi yang material, selanjutnya ia
akan mengembangkan prosedur audit yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup. Pertimbangan auditor tentang kecukupan
bukti audit dipengaruhi oleh meterialitas dan risiko, faktor-faktor ekonomi, serta ukuran dan
karakteristik populasi. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan
auditor tentang kompetensi bukti audit adalah relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan
objektivitas.
Data Akuntansi Dan Bukti Penguat
Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur audit untuk
mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan sifat bukti yang akan diperoleh.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari :
Data akuntansi yang mendasari
Informasi penguat yang tersedia bagi auditor Komponen dasar dari data akuntansi yang
mendasari (underlying accounting data) yaitu jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi
dan sebagainya. Buku-buku ayat jurnal awal, buku besar dan buku pembantu, catatan dan
kertas kerja, serta spreadsheets yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan
rekonsiliasi, semuanya tergolong sebagai bukti yang mendukung laporan keuangan. Dewasa
ini, data-data tersebut seringkali ada dalam bentuk data elektronik. Data akuntansi yang
mendasari saja dianggap tidak cukup mendukung laporan keuangan. Auditor harus
merancang suatu prosedur audit untuk memperoleh bukti penguat (corroborating evidence)
guna mendukung data akuntansi yang mendasari tersebut.
Bukti dokumenter (documentary evidence) telah digunakan secara luas dalam auditing
dan dapat dikaitkan dengan setiap tujuan audit spesifik, tergantung pada situasi yang ada.
Dokumen yang dimaksud dapat berasal dari luar entitas, dari dalam entitas dengan
pengesahan atau tanda tangan dari pihak luar, atau berasal dari dalam dan tidak beredar di
luar organisasi.

2
Kategori dan Jenis Bahan Bukti, Sifat Bahan Bukti dan Standar Ketiga Pekerjaan Lapangan
DATA AKUNTANSI YANG MENDASARI
1. Buku-buku ayat jurnal awal
2. Buku besar dan bukti pembayaran
3. Pedoman akuntansi terkait
4. Catatan informal dan memorandum, seperti kerta kerja, perhitungan, dan rekonsiliasi

INFORMASI PENGUAT

1. Dokumen-dokumen seperti cek, faktur, kontrak, dan notulen


2. Konfirmasi dan pernyataan tulisan lain
3. Informasi yang diperoleh dari permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi, dan
pemeriksaan fisik.
4. Informasi lain yang diperoleh atau dikembangkan oleh auditor

BAHAN BUKTI KOMPETEN YANG MENCUKUPI

Sifat dan Keandalan Bukti Penguat, Jenis Bukti Penguat dan Sifat dan Keandalan Bukti
Penguat.1

Bukti audit di lembaga keuangan syari’ah dapat dikelompokkan menjadi 8 jenis yaitu antara
lain:2

Bukti Analitis

Sifat: Perbandingan dengan harapan yang dikembangkan berdasarkan pengalaman,


anggaran, data industri, pengetahuan tentang bisnis dan industri sebelumnya.

Keandalan: Tergantung pada relevansi data yang digunakan dalam mengembangkan nilai
yang diharapkan auditor.

Perbandingan saldo atau rasio-rasio kunci klien dengan:

a. Hasil-hasil tahun yang lalu

1
Qonita Mardiyah Dan Sepky Mardian,Praktek Audit Syariah Di Lembaga Keuangan Syariah Indonesia, Jurnal
Akutanbilitas Vol.VII, No.I, April 2015.
2
H.A. rusdiana dan Aji Saptaji, Auditing Syariah,(Jakarta:Pustaka Setia,2018)

3
b. Anggaran
c. Stastistik industry
d. Harapan lain yang dikembangkan auditor

Bukti Dokumenter

Sifat: Klien seringkali memiliki ragam dokumen yang luas dan dapat diperiksa selama audit
berlangsung.

Kendalan: Dokumen-dokumen yang berasal dari luar entitas pada umumnya lebih dapat
diandalkan dibandingkan dengan dokumen-dokumen yang berasal dari dalam entitas.
Demikian juga dengan karakteristik dokumen, seperti pengesahan, tanda tangan pihak ketiga
atas dokumen intern, atau validasi cek oleh bank akan meningkatkan keandalan suatu
dokumen intern.

a. Risalah rapat dewan direksi


b. Laporan bank
c. Kontrak
d. Konosemen dengan tanda tangan pengangkut
e. Faktur-faktur pemasok
f. Cek-cek yang dibatalkan
g. Faktur penjualan klien
h. Laporan yang dihasilkan komputer

Bukti Elektronik

Sifat: Informasi yang dihasilkan atau dikelola secara elektronik.

Keandalan: Tergantung pada keandalan pengendalian atas penciptaan, pemilihan, dan


kelengkapan data serta kompetensi alat audit yang digunakan untuk menilai bukti elektronik.

Bukti elektronik yang diciptakan atau diperoleh melalui media elektronik, misalnya
scanners, sensors, magnetic media, atau pesan-pesan komputer.

4
Bukti Konfirmasi

Sifat: Suatu jenis khusus bukti dokumenter yang berbentuk tanggapan tertulis langsung
sesuai yang diketahui oleh pihak ketiga atas permintaan spesifik tentang informasi yang
sebenarnya.

Keandalan: Sangat dapat diandalkan, namun dianggap juga sebagai prosedur yang mahal.

Konfirmasi atas:

a. Kas keluar dan masuk bank


b. Piutang usaha dari pelanggan
c. Persediaan dalam gudang umum dari gudang custodian
d. Hutang obligasi dari perwalian
e. Persyaratan sewa guna usaha dari pihak yang menyewakan (lessor)
f. Bagian saham biasa yang dimiliki dari pencatat saham

Bukti Matematis

Sifat: Perhitungan ulang yang dilakukan oleh auditor atas angka dan nilai yang digunakan
klien untuk menyusun laporan keuangan.

Keandalan: Pada umumnya dianggap dapat diandalkan karena telah diverifikasi secara
independen oleh auditor. Secara relatif dianggap rendah biaya.

Menghitung ulang item-item seperti:

a. Total jurnal
b. Buku besar
c. Skedul pendukung
d. Pembayaran minimum sewa guna usaha (lease)
e. Kewajiban dana pension
f. Perhitungan EPS

Bukti Fisik

Sifat: Bukti yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik atau inspeksi atas aktiva berwujud.

5
Keandalan: Biasanya sangat dapat diandalkan. Namun, dapat saja auditor yang
melakukannya tidak cukup mampu menetapkan mutu, kondisi, atau nilai berdasarkan bukti
fisik, sehingga diperlukan bantuan seorang spesialis, pemeriksaan atas:

a. Penerimaan kas yang belum disetorkan


b. Persediaan
c. Aktiva tetap

Bukti Representasi Tertulis

Sifat: Pernyataan yang ditandatangani oleh perorangan yang bertanggung jawab dan dikenal
sebagai pihak yang berkaitan dengan asersi manajemen.

Keandalan: Tergantung pada kualifikasi, reputasi, dan independensi dari yang membuat
pernyataan serta kemampuannya untuk memperkuat bukti lain.

a. Representasi tertulis dari pakar yang berasal dari pihak luar


b. Surat representasi klien

Bukti Lisan

Sifat: Auditor seringkali menerima bukti lisan sebagai tanggapan atas sejumlah permintaan
keterangan yang diajukan langsung kepada para pejabat dan pekerja.

Keandalan: Kurang dapat diandalkan dan biasanya masih memerlukan bukti penguat
tambahan. Nilai utamanya dalah dapat mengarahkan auditor kepada sumber bukti lainnya.

a. Tanggapan lisan atas permintaan keterangan auditor


b. Penjelasan atas perlakuan akuntansi atau penilaian klien atas estimasi akuntansi3
B. BAHAN BUKTI AUDIT
Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah
informasi yang diaudit disajikan sesuai dengan kriterianya. Bukti audit yang mendukung
laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi
auditor. Bukti audit merupakan keseluruhan informasi yang digunakan auditor dalam
mencapai kesimpulan yang menjadi dasar pendapat audit, dan mencakup informasi yang
3
A. Dale Timpe, Audit Bank Syariah,(Jakarta:PT Gramedia,2002)

6
terdapat dalam catatan-catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan serta informasi
lainnya. Kesimpulan auditor dalam menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan
merupakan hasil pertimbangan profesional berdasarkan perolehan bukti kompeten yang
cukup.
Berikut adalah beberapa konsep dari bukti audit untuk dapat memahami pelaksanaan audit,
yaitu :
1. Kompetensi Bukti Audit
Kompetensi merupakan ukuran kualitas bukti audit. Untuk dapat dikatakan
kompeten, bukti audit terlepas dari bentuknya harus sah dan relevan. Bukti dianggap
kompeten jika memberikan informasi yang relevan dan andal. Berikut beberapa
faktor-faktor yang menentukan kompetensi bukti audit :
a. Relevan
Bukti harus relevan dengan tujun audit. Kompetensi bukti tergantung pada
relevansinya terhadap asersi yang sedang diuji. Jika auditor bergantung pada
bukti yang tidak berkaitan dengan asersi, ia dapat mengahasilkan kesimpulan
yang tidak benar mengenai asersi.
b. Sumber Bukti
Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap kompetensi bukti audit. Pada
umumnya, bukti audit mengenai efektivitas desain dan operasi pengendalian
yang diperoleh langsung oleh auditor dengan jalan pengamatan memberikan
keyakinan lebih besar dibanding daripada melalui permintaan keterangan.
c. Ketepatan Waktu (Timeliness)
Ketepatan waktu berhubungan dengan kapan bukti itu diperoleh atau tanggal
pemakaian bukti. Ketepatan waktu sangat penting terutama dalam verifikasi
aktiva lancar, utang lancar, dan laporan laba rugi. Hasilnya akan digunakan
untuk mengetahui apakah cut off atau pisah batas telah dilakukan secara
tepat.
d. Tingkat Objektivitas
Bukti yang bersifat obyektif dapat diandalkan (reliable) dari pada bukti
subyektif. Dalam melakukan penelaahan bukti yang bersifat subyektif,
misalnya perkiraan manajemen auditor harus mampu mempertimbangkan

7
kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi dan menentukan
ketepatan proses pembuatan keputusan dalam membuat judgement.4
2. Kecukupan Bukti Audit
Audit yang dilakukan auditor independen bertujuan untuk memperoleh bukti
audit kompeten yang cukup untuk digunakan sebagai dasar memadai dalam
merumuskan pendapatnya. Bukti audit yang diperoleh harus cukup bagi auditor
untuk merumuskan kesimpulan tentang validitas asersi individual yang terkandung
dalam komponen laporan keuangan
Kecukupan adalah ukuran jumlah bukti audit, jumlah dan jenis bukti audit yang
dibutuhkan auditor:
a. Memerlukan pertimbangan profesional auditor setelah mempelajari keadaan
yang dihadapi. Dalam banyak hal auditor independen lebih mengandalkan
bukti yang bersifat mengarahkan (persuasive evidence) daripada bukti yang
bersifat meyakinkan (convincing evidence). Alasannya adalah :
1) Karena audit harus diselesaikan dalam jangka waktu yang layak dan
pada biaya yang layak. Auditor hanya memeriksa sampel dan
transaksi yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi.
Dengan demikian, auditor mencapai kesimpulan mengenal akun atau
kelompok berdasarkan sub bagian dari bukti yang tersedia.
2) Karena sifat bukti, auditor sering harus bergantung pada bukti yang
sangat tidak andal. Jenis bukti audit memiliki derajat yang berbeda
mengenai keandalan dan bukti yang paling andal sekalipun memiliki
kelemahan. Jenis bukti yang didapat jarang memberikan jaminan
mutlak mengenai suatu asersi. Misal auditor hanya memeriksa sampel
dari transaksi yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi.
3) Dipengaruhi oleh risiko salah saji, semakin besar risiko salah saji
semakin banyak bukti audit yang kemungkinan diperlukan untuk
memenuhi pengujian audit. Jumlah bukti audit terpengaruh oleh risiko
salah saji material bagi saldo akun atau kelompok transaksi, dan
terpengaruh oleh risiko salah saji material.

4
Sofyan Syafri, harahap Dkk,Auditing Kontemporer,(Jakarta:Erlangga,1994)

8
4) Dipengaruhi kualitas bukti audit, semakin tinggi kualitas bukti
semakin sedikit bukti yang diperlukan untuk memneuhi pengujian
audit.
3. Tipe Bukti Audit
Tipe bukti audit mencakup catatan akuntansi yang mendasari dan semua informasi
lain yang tersedia yang mendukung atau menguatkan.
a. Bukti Pendukung Laporan Keuangan (Data Akuntansi)
1) Jurnal-jurnal
2) Buku besar dan Buku pembantu
3) Pedoman akuntansi
4) Memorandum dan catatan-catatan informal, seperti: worksheets,
perhitungan-perhitungan dan rekonsiliasi.
b. Bukti Penguat
1) Dokumen-dokumen, misalnya: cek, faktur, kontrak dan risalah rapat.
2) Konfirmasi dan pernyataan tertulis lainnya.
3) Informasi yang diperoleh melalui: pengajuan pertanyaan, pengamatan,
inspeksi dan pemeriksaan fisik.5
4. Evaluasi Bukti Audit
Kemampuan untuk mengevaluasi bukti secara tepat adalah keahlian penting lain
yang harus dipertimbangkan oleh seorang auditor. Evaluasi yang tepat atas bukti
membutuhkan pemahaman auditor atas jenis bukti yang tersedia dan keandalan
relatifnya atau diagnosisnya. Dalam menilai bukti audit, auditor harus
mempertimbangkan apakah tujuan audit tertentu telah dicapai. Selain terdapat
beberapa konsep dari bukti audit, maka selanjutnya dalam memahami pelaksanaan
audit perlu diketahui mengenai prosedur pengumpulan bukti audit. Prosedur audit
adalah tindakan-tindakan yang dilakukan ataumetode dan teknik yang digunakan
oleh auditor untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.6 Sedangkan, terdapat
pengertian lain mengenai prosedur audit yang mana adalah langkah-langkah yang
dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh
asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan
5
Amir Abadi Jusuf,Auditing Pendekatan Terpadu,(Jakarta:Selemba Empat,1994)
6
Haryono Jusup, Auditing,(Yogyakarta:Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,2001) hal 136

9
efektif.7 Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur audit adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan pemeriksaan
guna memperoleh bukti audit yang cukup untuk memperkuat hasil audit dalam
mengeluarkan pendapat auditor sehingga dapat bekerja lebih efektif dan efisien.
Berikut beberapa jenis prosedur pengumpulan bukti audit :
1) Analytical Procedures
Merupakan terdiri dari studi dan perbandingan hubungan-hubungan antara
data prosedur ini termasuk perhitungan-perhitungan dan penggunaan ratio
sederhana, analisa vertikal atau item-item yang sejenis, perbandingan jumlah
dengan data historis atau budget, Analytical procedures ini akan
menghasilkan bukti analitis.
2) Inspecting
Inspecting melibatkan penelitian secara cermat terhadap dokumen dan
catatan-catatan, serta pemeriksaan fisik terhadap sumber-sumber yang
berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam pemeriksaan.
Penyelidikan terhadap dokumen menyediakan suatu alat untuk mengevaluasi
bukti dokumentasi. Jadi melalui inspeksi ini auditor dapat menaksir keaslian
dokumen, atau mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang mungkin
dilakukan.
3) Confirming
Confirming adalah bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung dari pihak luar yang independen.
Dalam kasus ,yang biasa, klien membuat permohonan kepada pihak luar
secara tertulis, tetapi untuk tujuan pengawasan, jawabannya dikirim langsung
kepada auditor. Prosedur pemeriksaan ini menghasilkan bukti konfirmasi.

4) Inquiring
Inquiring melibatkan pertanyaan baik lisan maupun tulisan oleh auditor.
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dibuat secara intern kepada manajemen atau
pegawai klien, seperti pertanyaan tentang persediaan yang usang atau
7
Sukrisno Agoes, Auditing, Petujuk Praktis Pemeriksaan Akutan Oleh Akutan Publik, (Jakarta:Salemba
Empat,2012) hal 125

10
kemungkinan dapat ditagihnya piutang, atau secara eksternal menanyakan
kepada pengacara yang berkaitan dengan kemungkinan hasil perkara.
Pertanyaan ini menghasilkan baik bukti lisan maupuntulisan.
5) Counting
Dua penggunaan yang paling umum dalam counting (perhitungan) adalah
a) perhitungan fisik aktiva berwujud seperti jumlah kas atau persediaan
yang ada di perusahaan
b) dan perhitungan untuk dokumen yang diberi nomor sebelumnya.
Yang pertama menyediakan alat untuk menilai bukti fisik dari jumlah
yang ada. Yang kedua bisa ditinjau sebagai penyediaan alat untuk
mengevaluasi bukti dokumentasi dari kelengkapan catatan akuntansi.
6) Tracing
Dalam tracing, auditor memilih dokumen yang dibuat ketika transaksi
dilaksanakan dan menentukan bahwa informasi yang terdapat dalam
dokumen itu telah dicatat secara wajar dalam catatan akuntansi (jurnal dan
buku besar). Arah pengujian ini adalah dari dokumen ke catatan akuntansi.
Karena prosedur ini memberi keyakinan dari bukti asli sampai akhirnya
dimasukkan ke dalam perkiraan, maka prosedur ini terutama sangat
bermanfaat untuk mendeteksi catatan akuntansi yang kerendahan. Jadi
prosedur ini penting untuk mendapatkan bukti yang berhubungan dengan
penegasan untuk kelengkapan. Tracing berhubungan terutama dengan bukti
dokumentasi.
7) Vouching
Vouching meliputi memilih catatan yang ada pada catatan akuntansi dan
memperoleh dan menyelidiki dokumen yang mendasari catatan tersebut
untuk menentukan keabsahan dan ketelitian transaksi yang dicatat. Dengan
vouching, arah pengujian berlawanan dengan tracing. Vouching digunakan
secara luas untuk mendeteksi catatan akuntansi yang ketinggian
(overstatement). Jadi, prosedur ini penting penting untuk memperoleh bukti
sehubungan dengan penegasan terhadap keberadaan atan kejadian (existence
or occurrence).

11
8) Observing
Observing (pengamatan) berhubungan dengan memperhatikan akan
menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan alan proses. Kegiatan tersebut bisa
merupakan proses yang rutin dari suatu jenis transaksi seperti penerimaan
kas, untuk melihat apakah pegawai melaksanakan tugasnya sesuai dengan
kebijaksanaan dan prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu anditor mungkin
juga mengamati ketelitian pegawai dalam pelaksanaan persediaan fisik
persediaan tahunan. Jadi dalam hal ini auditor hanya mengamati proses
perhitungan fisik persediaan. Berbeda halnya dengan inspecting, auditor
melakukan inspeksi atan memeriksa unsur-unsur persediaan tertentu untuk
membuat penaksiran sendiri mengenai kondisi persediaan tersebut. Dari
prosedur ini auditor mendapatkan sendiri pengetahuan secara langsung
mengenai kegiatan perusahaan dalam bentuk bukti fisik.
9) Reperforming
Penerapan yang paling sering dilakukan dalam prosedur ini adalah
melakukan kembali perhitungan, dan rekonsiliasi yang telah dibuat oleh
klien. Misalnya termasuk penghitungan kembali terhadap jumlah, biaya
penyusutan, bunga, dan lain sebagainya. Prosedur ini menghasilkan bukti
matematis.
10) Computer-Assisted Audit Techniques
Apabila catatan akuntansi klien menggunakan media elektronik, auditor dapat
menggunakan teknik ini untuk membantu dalam pelaksanaan beberapa
prosedur yang telah dibicarakan sebelumnya. Misalnya, Auditor dapat
menggunakan software untuk melaksanakan perhitungan dan perbandingan
yang digunakan pada prosedur analitis, memilih sampel piutang untuk
konfirmasi, melaksanakan penghitungan kembali berbagai macam
perhitungan dan sebagainya.8
C. SIFAT BUKTI AUDIT
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Jurnal, buku besar dan buku pembantu, buku

8
Mulyadi,Auditing Buku Satu.Edisi Keenam,(Jakarta:Salemba Empat,2009)

12
pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan
spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi. Itu
semuamerupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data akuntansi ini seringkali
dalam bentuk elektronik. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang
cukup bagi suatu laporan keuangan dipihak lain, tanpa cukup perhatian atas kewajaran dan
kecermatan data akuntansi yang melandasinya, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak
akan terjamin.
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti; cek,
catatan electronic fund system, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi dan
representasi tertulis dari pihak yang mengetahui, informasi yang diperoleh auditor melalui
permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik, serta informasi lain
yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya menarik
kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat. Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit
harus sah dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan
pemerolehan bukti tersebut. Bukti ekstern yang diperoleh dari pihak independen di luar
perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti dapat lebih diandalkan/ dipercaya keabsahannya
daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri (bukti intern). Semakin
efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai keandalan data
akuntansi dan laporan keuangan. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang
diperoleh melalui inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi, lebih bersifat
menyimpulkan (persuasive evidence) daripada bukti yang bersifat meyakinkan (convincing
evidence).9
Menurut Konrath ada enam sifat bukti audit, yaitu:
1. Physical evidence
2. Evidence obtain through confirmation
3. Documentary evidence
4. Mathematical evidence
5. Analytical evidence
6. Hearsay evidence

9
Syofyan Syafri,Harahap,Auditing Spesifik Islam,(Jakarta:Pustaka Quantum,2002)

13
Physical evidence terdiri atas segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara,
diobservasi atau diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan
eksistensi atau keberadaan. Contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari
kas opname, observasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat
berharga dan inventarisasi aset tetap.
Confirmation Evidence, adalah bukti yang diperoleh mengenai eksistensi,
kepemilikan atau penilaian, langsung dari pihak ketiga diluar klien. Contohnya
adalah jawaban konfirmasi piutang, utang, barang konsinyasi, surat berharga yang
disimpan biro administrasi efek dan konfirmasi dari penasihat hukum klien.
Documentary Evidence, terdiri atas catatan-catatan akuntansi dan seluruh
dokumen pendukung transaksi. Contohnya adalah faktur pembelian, copy faktur
penjualan, journal voucher, general ledger, dan sub ledger. Bukti ini berkaitan
dengan asersi manajemen mengenai completeness dan eksistensi dan berkaitan
dengan audit trail yang memungkinkan auditor untuk mentrasir dan melakukan
vouching atas transaksi-transaksi dan kejadiankejadian dari dokumen ke buku besar
dan sebaliknya.
Mathematical Evidence, merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan
rekonsiliasi yang dilakukan auditor. Misalnya footing, cross footing dan extension
dari rincian persediaan, perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan
beban bunga, laba/ rugi penarikan aset tetap, PPh dan accruals. Untuk rekonsiliasi
misalnya pemeriksaan rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang
menurut buku besar dan sub buku besar, rekonsiliasi inter company accounts dan
lain-lain.
Analytical Evidence, bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap
informasi keuangan klien. Penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu
membuat perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir
pekerjaan lapangan (audit field work).
Hearsay (oral) Evidence, merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari
klien atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Misalnya pertanyaan-
pertanyaan auditor mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contingent liabilities,

14
persediaan yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal neraca
dan lain-lain.10

BAB III

10
Laarry F Kanrath, Auditing, A risk Analysis Approach, (Fifth Edition:Sounth Western,2001) hal 114-115

15
PENUTUP

1. Kesimpulan
Bukti Audit, Informasi penguat, dan prosedur Audit, Setelah auditor mengembangkan
tujuan audit spesifik untuk saldo akun atau golongan transaksi yang material, selanjutnya ia
akan mengembangkan prosedur audit yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup.
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Jurnal, buku besar dan buku pembantu, buku
pedoman akuntansi yang berkaitan, serta catatan seperti lembaran kerja (work sheet) dan
spread sheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi.
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit harus sah dan relevan. Keabsahan sangat
tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut. Bukti ekstern
yang diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan dianggap lebih kuat, dalam arti
dapat lebih diandalkan/ dipercaya keabsahannya daripada bukti yang diperoleh dari dalam
perusahaan itu sendiri (bukti intern). Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar
jaminan yang diberikan mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

16
Agoes, Sukrisno.2012.Auditing, Petunjuk Praktis pemeriksaan Akutan oleh Akutan
Publik.Jakarta:Salemba Empat
H.A. Rusdiana dan Aji Saptaji.2018.Auditing Syariah.Jakarta:Pustaka Setia.
Harahap,Syofyan Safri-Dkk.1994.Auditing Kontemporer.Jakarta:Erlangga.
Harahap,Syofyan Safri.2002.Auditing Dalam Perspektif Islam.Jakarta:Pustaka Quantum.
Jusuf, Amir Abadi.1994.Auditing Pendekatan Terpadu.Jakarta:Salemba Empat
Jusup, Haryono.2001.Auditing.Yogyakarta:Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Konrath, Larry F.2002.Auditing: A risk Analysis Approach. Fifth Edition.Sounth Western
Mulyadi.2009.Auditing Buku Satu.Edisi Keemam.Jakarta:Salemba Empat.
Qonita Mardiyah Dan Sepky Mardian,Praktek Audit Syariah Di Lembaga Keuangan
Syariah Indonesia, Jurnal Akutanbilitas Vol.VII, No.I, April 2015.
Timpe, A.Dale.2002.Audit Bank Syariah.Jakarta:PT Gramedia.

17

Anda mungkin juga menyukai