Definisi prosedur audit menurut Mulyadi (2002 : 86), yaitu instruksi rinci untuk
mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam
audit. Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2004: 125), yaitu langkah – langkah yang
dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaanya dan sangat diperlukan oleh
asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan
efektif.
Kecurangan
Dalam konsep audit atas laporan keuangan, kecurangan dapat didefinisikan sebagai suatu
salah saji didalam laporan keuangan yang dilaksanakan atau dilakukan dengan cara sengaja.
Jenis – jenis Kecurangan
Dalam konteks audit atas laporan keuangan,kecurangan didefinisikan sebagai salah
saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan
adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan asset.
Kecurangan dalam Laporan Keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para
penggunanya. Sebagian besar kasus ,melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan
dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai contoh, WorldCom yang dilaporkan telah
mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran sebagai aset tetap, yang semestinya harus
dibebankan. Penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang
umum ditemukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan
menghapus utang dagang dan liabilitas lainnya
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan. Pada perusahaan-perusahaan
nonpublik, hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak
penghasilan. Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja mengurangsajikan
pendapatan ketika labanya tinggi untuk menciptakan cadangan laba atau sebagai ”celengan”,
yang dapat digunakan untuk menaikkan laba di kemudian hari. Prkatik semacam itu dikanal
dengan ”peralatan laba” dan manajemen laba. Manajemen laba (earning
manajemen) melibatkan tindakan-tindakan manajemen yang sengaja dilakukan untuk
memenuhi target laba. Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu bentuk
manajemen laba di mana pendapatan-pendapatan dan beban-beban dipindahkan di antara
beberapa periode untuk mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk memuluskan laba
adalah dengan mengurangi nilai persediaan dan aset lainnya yang diperoleh perusahaan pada
saat akuisisinya, yang mengakibatkan laba yang lebih tinggi ketika aset tersebut dijual di
kemudian hari. Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja melebihsajikan cadangan
keusangan persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih untuk mengurangi laba yang lebih
tinggi.
Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan dalam
laporan keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai. Sebagai contoh, masalah
utama dalam kasus Enron adalah apakah perusahaan telah mengakui kewajiban terhadap
perusahaan afiliasi yang dikenal dengan entitas bertujuan khusus (special purpose entities)
secara memadai. E. F. Hutton, perusahaan pialang yang saat ini sudah tidak ada lagi, telah
dihukum karena dengan sengaja telah melakukan kelebihan penarikan uang di beberapa
rekening bank dengan tujuan untuk menaikkan pembayaran bunga. Kelebihan penarikan
tersebut dimasukkan sebagai liabilitas dalam neraca, namun deskripsi di neraca mengenai
kewajiban tersebut tidak jelas.
Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset
milik suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak senuanya, jumlah nominal yang
terlibat tidak material terhadap laporan keuangan. Namun demikian, pencurian aset
perusahaan sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat
meterialitasnya, karena pencurian-pencurian kecil dapat dengan mudah meningkat ukurannya
setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu pada pencurian
yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di dalam suatu organisasi.
Menurut perkiraan Association of Certified Fraud Examiners, rata-rata perusahaan merugi 6
persen dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari
pencurian tersebut melibatkan pihak-pihak eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh
pelanggan dan penipuan yang dilakukan oleh pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada di tingkat hierarki organisasi yang lebih
rendah. Namun demikian, dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak terkadang
terlibat dalam pencurian aset perusahaan. Karena otoritas manajemen yang lebih besar serta
kendali terhadap aset-aset perusahaan, penggelapan yang melibatkan manajemen puncak
dapat melibatkan jumlah yang signifikan. Suatu survei mengenai kecurangan yang
diselenggarakan oleh Association of Certified Fraud Examiners menemukan bahwa rata-rata
jumlah kerugian yang disebabkan oleh kasus-kasus kecurangan yang melibatkan manajemen
puncak tiga kali lebih besar daripada kecurangna yang melibatkan pegawai lainnya.