Anda di halaman 1dari 14

1.1.

Definisi Sistem Pengendalian Internal terhadap Pendapatan dan Beban


Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-
ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data transaksi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen. Sehingga tujuan dari pengendalian internal yaitu, manjaga aset organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Unsur pokok sistem pengendalian internal adalah:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.


2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap aset, utang, pendapatan, dan beban.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
1.1.1. Sistem Pengendalian Internal Penjualan Kredit
a. Penggunaan surat order penjualan yang diotorisasi untuk setiap penjualan.
b. Fungsi pemberi otorisasi kredit mengecek semua customer baru.
c. Penetuan bahwa customer berada dalam daftar customer yang telah disetujui.
d. Pengecekan batas kredit sebelum penjualan kredit dilaksanakan.
e. Barang dikeluarkan dari gudang hanya atas dasar surat order pengiriman yang telah
diotorisasi.
f. Pengecekan barang yang dikirim dengan surat order pengiriman.
g. Pemisahan fungsi pengiriman barang dari fungsi penjualan.
h. Pembuatan dokumen pengiriman barang dari fungsi penjualan.
i. Setiap faktur penjualan harus dilampiri dengan surat order pengiriman yang telah
diotorisasi dan dokumen pengiriman.
j. Pencocokan faktur penjualan dengan dokumen pengiriman.
k. Pertanggungjawaban secara periodik dokumen pengiriman.
l. Pengecekan independen terhadap pemberian harga dalam faktur penjualan.
m. Setiap pencatatan harus dilandasi dokumen sumber faktur penjualan dan dokumen
pendukung yang lengkap.
n. Pengecekan secara independen posting ke dalam buku pembantu piutang dengan
akun kontrol piutang dalam buku besar.
o. Pertanggungjawaban semua faktur penjualan secara periodik.
p. Panduan akun dan riview terhadap pemberian kode akun.
q. Pengiriman pernyataan piutang bulanan kepada debitur.
1.1.2. Sistem Pengendalian Internal Retur Penjualan
a. Penggunaan memo kredit yang diotorisasi untuk setiap retur penjualan.
b. Barang diterima kembali hanya atas otorisasi retur penjualan.
c. Pengecekan barang yang diterima dengan memo kredit.
d. Setiap pencatatan harus dilandasi dokumen pendukung yang lengkap.
e. Pengecekan secara independen posting ke dalam catatan akuntansi.
f. Pertanggungjawaban semua memo kredit secara periodik.
g. Panduan akun dan review pemberian kode.
1.1.3. Sistem Pengendalian Internal Pencadangan Kerugian Piutang
a. Penggunaan bukti memorial yang diotorisasi untuk setiap pencadangan kerugian
piutang.
b. Setiap pencatatan harus dilandasi dengan dokumen sumber dan dokumen pendukung
yang lengkap.
c. Pengecekan secara independen posting ke dalam catatan akuntansi.
d. Pertanggungjawaban semua bukti memorial secara periodik.
e. Panduan akun dan review pemberian kode.
1.1.4. Sistem Pengendalian Internal Penghapusan Piutang
a. Penggunaan bukti memorial yang diotorisasi untuk setiap penghapusan piutang.
b. Setiap pencatatan harus dilandasi dengan dokumen sumber dan dokumen pendukung
yang lengkap.
c. Pengecekan secara independen posting ke dalam catatan akuntansi.
d. Pertanggungjawaban semua buti memorial secara periodik.
e. Panduan akun dan review pemberian kode.
1.1.5. Sistem Pengendalian Internal terhadap Beban
a. Penggunaan cek dengan memberikan nomor urut tercetak.
b. Penandatanganan cek harus mengawasi atau mengendalikan pengiriman atau
penyerahan cek kepada pemasok.
c. Cek yang diserahkan harus berisi jumlah rupiah yang sesuai dan terdapat
penandatangan.
d. Pengecekan independen terhadap persetujuan total cek yang dikeluarkan dengan
sekumpulan voucher yang diproses untuk pembayaran.
e. Penandatangan cek yang berwenang harus memastikan bahwa tiap cek sesuai
dengan voucher.
f. Pengecekan independen oleh supervisor akuntan atas kesesuaian jumlah yang
dijurnal dan diposting, dengan ringkasan cek yang diterima dari bagian keuangan.
g. Pengecekan independen atas ketepatan pencatatan dengan cara membandingkan
secara periodik tanggal jurnal pengeluaran kas dengan tanggal pada tembusan cek.
h. Pelaksanaan rekonsiliasi bank soal independen.
1.2. Prosedur Audit Terhadap Pendapatan dan Beban

Definisi prosedur audit menurut Mulyadi (2002 : 86), yaitu instruksi rinci untuk
mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam
audit. Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2004: 125), yaitu langkah – langkah yang
dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaanya dan sangat diperlukan oleh
asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan
efektif.

2.4.1 Prosedur Audit Pendapatan


1. Pengamatan dan pelaksanaan kembali prosedur dan periksa surat order.
2. Permintaan keterangan otorisasi pemberian kredit customer baru dan periksa bukti
pengecekan.
3. Pengamatan karyawan, mengusut dokumen pengiriman ke faktur prnjualan dan
mengecheck keakuratan pencantuman harga.
4. Pemeriksaan dokumen pendukung dan mengusut dokumen pengiriman ke faktur
penjualan.
5. Pemeriksaan terhadap bukti pendukung, review bukti pengecekan, dan pengamatan
terhadap prosedur.

Kecurangan
Dalam konsep audit atas laporan keuangan, kecurangan dapat didefinisikan sebagai suatu
salah saji didalam laporan keuangan yang dilaksanakan atau dilakukan dengan cara sengaja.
Jenis – jenis Kecurangan
Dalam konteks audit atas laporan keuangan,kecurangan didefinisikan sebagai salah
saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan
adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan asset.
Kecurangan dalam Laporan Keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui para
penggunanya. Sebagian besar kasus ,melibatkan salah saji terhadap jumlah yang dilaporkan
dibandingkan terhadap pengungkapan. Sebagai contoh, WorldCom yang dilaporkan telah
mengapitalisasi jutaan dolar pengeluaran sebagai aset tetap, yang semestinya harus
dibebankan. Penghapusan terhadap jumlah yang dilaporkan merupakan kasus yang kurang
umum ditemukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan pendapatan dengan
menghapus utang dagang dan liabilitas lainnya
Sementara dalam sebagian besar kasus kecurangan dalam laporan keuangan
melibatkan sebuah usaha untuk melebihsajikan pendapatan. Pada perusahaan-perusahaan
nonpublik, hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pajak
penghasilan. Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja mengurangsajikan
pendapatan ketika labanya tinggi untuk menciptakan cadangan laba atau sebagai ”celengan”,
yang dapat digunakan untuk menaikkan laba di kemudian hari. Prkatik semacam itu dikanal
dengan ”peralatan laba” dan manajemen laba. Manajemen laba (earning
manajemen) melibatkan tindakan-tindakan manajemen yang sengaja dilakukan untuk
memenuhi target laba. Perataan laba (income smoothing) merupakan salah satu bentuk
manajemen laba di mana pendapatan-pendapatan dan beban-beban dipindahkan di antara
beberapa periode untuk mengurangi fluktuasi laba. Salah satu teknik untuk memuluskan laba
adalah dengan mengurangi nilai persediaan dan aset lainnya yang diperoleh perusahaan pada
saat akuisisinya, yang mengakibatkan laba yang lebih tinggi ketika aset tersebut dijual di
kemudian hari. Perusahaan-perusahaan juga dapat dengan sengaja melebihsajikan cadangan
keusangan persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih untuk mengurangi laba yang lebih
tinggi.
Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait kecurangan dalam
laporan keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak memadai. Sebagai contoh, masalah
utama dalam kasus Enron adalah apakah perusahaan telah mengakui kewajiban terhadap
perusahaan afiliasi yang dikenal dengan entitas bertujuan khusus (special purpose entities)
secara memadai. E. F. Hutton, perusahaan pialang yang saat ini sudah tidak ada lagi, telah
dihukum karena dengan sengaja telah melakukan kelebihan penarikan uang di beberapa
rekening bank dengan tujuan untuk menaikkan pembayaran bunga. Kelebihan penarikan
tersebut dimasukkan sebagai liabilitas dalam neraca, namun deskripsi di neraca mengenai
kewajiban tersebut tidak jelas.
Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset
milik suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak senuanya, jumlah nominal yang
terlibat tidak material terhadap laporan keuangan. Namun demikian, pencurian aset
perusahaan sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat
meterialitasnya, karena pencurian-pencurian kecil dapat dengan mudah meningkat ukurannya
setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu pada pencurian
yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di dalam suatu organisasi.
Menurut perkiraan Association of Certified Fraud Examiners, rata-rata perusahaan merugi 6
persen dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari
pencurian tersebut melibatkan pihak-pihak eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh
pelanggan dan penipuan yang dilakukan oleh pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada di tingkat hierarki organisasi yang lebih
rendah. Namun demikian, dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak terkadang
terlibat dalam pencurian aset perusahaan. Karena otoritas manajemen yang lebih besar serta
kendali terhadap aset-aset perusahaan, penggelapan yang melibatkan manajemen puncak
dapat melibatkan jumlah yang signifikan. Suatu survei mengenai kecurangan yang
diselenggarakan oleh Association of Certified Fraud Examiners menemukan bahwa rata-rata
jumlah kerugian yang disebabkan oleh kasus-kasus kecurangan yang melibatkan manajemen
puncak tiga kali lebih besar daripada kecurangna yang melibatkan pegawai lainnya.

B.     Kondisi yang Menyebabkan Kecurangan


Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316)
dinamakan dengan sgitiga kecurangan (fraud triangle):
1.    Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan.
2.    Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan.
3.    Sikap/Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang
memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau
mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar
sehingga menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.
Faktor-faktor Risiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan
Sebuah pertimbangan penting bagi auditor dalam membongkar kecurangan adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kecurangan. Dalam segitiga
kecurangan, kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset memiliki tiga
kondisi yang sama namun faktor risikonya berbeda. Pertama kita akan membahas faktor-
faktor risiko untuk penyalahguanaan aset.
Insentif/Tekanan Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi
laporan keuangannya adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan perusahaan. Sebagai
contoh, penurunan laba dapat mengancam kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
pendanaan. Perusahaan mungkin juga melakukan manipulasi laba untuk memenuhi proyeksi
analis pasar, atau untuk menggelembungkan harga saham. Dalam beberapa kasus,
manajemen dapat memanipulasi laba hanya untuk menjaga reputasi mereka.
Kesempatan Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat
terjadi manipulasi, risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam
industri yang melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang signifikan. Sebagai contoh,
terdapat kemungkinan salah saji dalam persediaan bagi perusahaan-perusahaan yang
memiliki persediaan yang terletak di beberapa tempat yang berbeda. Risiko salah saji
persediaan lebih meningkat jika terjadi kemungkinan keusangan persediaan.
Pergantian pegawai di bagian akuntansi atau kelemahan lainnya dalam proses
akuntansi dan informasi dapat menyebabkan munculnya kesempatan terjadinya salah saji.
Banyak kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh komite audit dan
dewan direksi yang tidak efektif dalam melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan.
Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan
faktor risiko penting dalam menilai kemungkinan adanya kecurangan dalam laporan
keuangan. Jika CEO atau manajer puncak lainnya menunjukkan dominasi terhadap proses
penyusunan laporan keuangan, seperti terus menerus mengeluarkan proyeksi laba para analis
pasar, kemungkinan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan menjadi lebih besar.
Karakter manajemen atau seperangkat etika juga dapat membuat manajemen lebih mudah
dalam membenarkan perilaku kecurangan.
Faktor-Faktor Risiko untuk Penyalahgunaan Aset
Tiga kondisi yang sama juga berlaku untuk penyalahgunaan aset. Namun demikian,
dalam melakukan penilaian risiko, penekanan yang lebih besar diberikan insentif dan
kesempatan pribadi untuk melakukan pencurian.
Insentif/Tekanan Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yang
menyalahgunakan aset. Pegawai yang memiliki utang yang sangat besar, atau mereka yang
terlibat dalam masalah kecanduan narkotika dan perjudain, dapat mencuri untuk memenuhi
kebutuhan pribadi mereka. Dalam kasus lain, pegawai yang tidak puas dapat melakukan
pencurian hanya utnuk menunjukkan kehebatan mereka atau untuk menyerang perusahaan.
Kesempatan Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua perusahaan.
Namun, kesempatan tersebut lebih besar pada perusahaan yang akses terhadap kasnya sangat
mudah, atau pada perusahaan yang memiliki persediaan atau aset berharga lainnya,
khususnya jika ukuran aset tersebut kecil dan mudah dipindah-pindahkan. Sebagai contoh,
kasino-kasino yang menangani sejumlah besar uang kas dengan pencatatan formal yang
sangat kecil atas penerimaan kas. Demikian pula, pencurian komputer laptop lebih sering
terjadi dbandingkan dengan pencurian terhadap komputer meja.
Kelemahan dalam pengendalian internal menciptakan kesempatan terjadinya
pencurian. Pemisah tugas yang tidak memadai hampir dipastikan menjadi lisensi bagi para
pegawai untuk melakukan pencurian. Jika para karyawan menagani atau bahkan memiliki
akses sementara terhadap aset dan juga melakukan pembukuan untuk aset tersebut, maka
muncul potensi terjadinya pencurian. Jika para karyawan mengganti atau bahkan memiliki
akses sementara terhadap aset dan juga melakukan pembukuan untuk aset tersebut, maka
muncul potensi terjadinya pencurian. Jika pegawai di bagian gudang persediaan juga bertugas
untuk melakukan pencatatan persediaan, mereka akan dengan mudah mengambil persediaan
dan menutupi pencurian tersebut dengan menyesuaikan catatan akuntansinya.
Kecurangan menjadi lebih besar di perusahaan yan lebih kecil dan organisasi nirlaba
karena lebih sulit bagi entitas tersebut untuk melakukan pemisahan tugas.
Sikap/Rasionalisasi Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat
menyebabkan para karyawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset. Jika
manajemen mencurangi para pelanggannya dengan menetapkan harga yang sangat tinggi
untuk barang-barang atau terlibat dalam taktik penjualan bertekanan tinggi, para pegawai
dapat merasa bahwa mereka juga dibenarkan untuk berbuat yang serupa dengan memalsukan
pengeluaran atau memalsukan waktu kerja.

C.    Mengukur Risiko Kecurangan


Auditor memiliki tanggung jawab untuk menghadapi risiko kecurangan dengan
merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa
salah saji material, baik disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, dapat terdeteksi.
Skeptisme Profesional
Dalam praktiknya menjaga skeptisme professional dapat menjadi sulit, karena
meskipun terdapat beberapa contoh kasus kecurangan dalam laporan keuangan tingkat tinggi,
kecurangan material jarang terjadi dibandingkan dengan jumlah audit atas laporan keuangan
yang dilakukan setiap tahun.
Berpikir Kritis. Selama merencanakan audit dalam setiap pengauditan, tim kerja harus
membahas kebutuhan untuk menjaga pikiran kritis disepangjang pengauditan untuk
mengidentifikasi risiko-risiko kecurangan dan secara kritis mengevaluasi bukti-bukti audit.
Evaluasi Kritis atas Bukti Audit. Auditor harus berhati-hati untuk tidak membenarkan atau
mengasumsikan suatu salah saji merupakan suatu insiden yang terpisah. Sebagai contoh,
katakanlah seorang auditor menemukan adanya penjualan ditahun berjalan yang seharusnya
secara tepat diakui sebagai penjualan pada tahun berikutnya. Auditor haruss mengevaluasi
alas an salah saji tersebut, menentukan apakah hal tersebut disengaja atau tidak, dan
mempertimbangkan apakah salah saji lainnya mungkin juga telah terjadi.
Sumber-Sumber Informasi untuk Mengukur Risiko Kecurangan
Komunikasi Antara Sesama Tim Audit. PSA 70 mengharuskan tim audit untuk melakukan
diskusi untuk berbagi pemahaman dari anggota tim audit yang lebih berpengalaman dan
untuk “urun rembug” ide-ide yang menyangkut hal berikut.
1.      Bagaimana dan kapan mereka yakin bahwa laporan keuangan entitas tidak dicurigai
terdapat salah saji yang disebabkan oleh kecurangan.
2.      Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi kecurangan dalam laporan
keuangan.
3.      Bagaimana setiap orang dapat menyalahsajikan asset entitas tersebut.
4.      Bagaimana auditor dapat menghadapi kemungkinan adanya salah saji dalam laporan
keuangan yang disebabkan oleh kecurangan
Tanya Jawab dengan Manajemen. Tanya jawab dengan manajemen dan pihak lainnya
dalam perusahaan memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk memberitahukan
informasi yang mungkin tidak dapat dikomunikasikan dengan pihak lain. Selain itu, jawaban
mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan auditor seringkali membuka informasi atas
kemungkinan adanya kecurangan.
Faktor-Faktor Risiko. PSA 70 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah factor-
faktor risiko kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan, kesempatan untuk melakukan kecurangan atau sikap atau rasionalisai digunakan
untuk membenarkan tindakan kecurangan. Keberadaan factor-faktor risiko tidak berarti telah
terjadi kecurangan, melainkan bahwa kemungkinan terjadinya kecurangan lebih tinggi.
Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut beserta informasi lainnya yang
digunakan untuk mengukur risiko kecurangan.
Prosedur analitis. Karena terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan sering kali
melibatkan manipulasi pendapatan, PSA 70 mengharuskan auditor untuk melakukan prosedur
analitis pada akun-akun pendapatan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi hubungan-
hubungan yang tidak biasa atau tidak sesuai dengan ekspetasi dalam akun-akun pendapatan
yang mengindikasikan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan.
Informasi Lainnya. Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang telah mereka
dapatkan dalam setiap fase atau bagian pengauditan ketika mereka mengukur risiko
kecurangan.
Mendokumentasikan Hasil Pengujuian Kecurangan
PSA 70 mengaruskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut yang terkait dengan
pertimbangan auditor terhadap salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan.
Ø  Diskusi dengan sesame personel tim kerja dalam perencanaan audit mengenai kecurigaan
terhadap  adanya salah saji material dalam mengenai laporan keuangan entitas yang
disebabkan oleh kecurangan.
Ø  Prosedur yang dilakukan unruk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan material.
Ø  Risiko spesifik dalam kecurangan material yang telah diidentifikasi dan deskripsi respons
auditor terhadap  risiko–risiko tersebut.
Ø  Alasan-alasan yang mendukung suatu kesimpulan bahwa hal tersebut bukan merupakan risiko
yang signifikan pengakuan pendapatan material yang tidak tepat.
Ø  Hasil dari prosedur yang dijalankan untuk mengatasi risiko dominasi pengendalian oleh
manajemen.
Ø  Kondisi-kondisi lain serta hubungan analitis yang mengindikasikan bahwa prosedur audit
tambahan atau penanganan lainnya diperlukan, dan tindakan-tindakan tersebut telah
dijalankan oleh auditor.
Ø  Sifat komunikasi mengenai kecurangan yang dilakukan dengan manajemen, komite audit atau
lainnya.
D.    Pengawasan Tata Kelola Perusahaan Untuk Mengurangi Risiko Kecurangan
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan dan
prosedur pengendalian untuk mengurangi resiko kecurangan yang dapat dilakukan melalui
kombinasi antara tindakan pencegahan,antisipasi dan pendeteksian. Dengan menerapkan
program-program dan pengendalian antikecuragan, manajemen dapat mencegah kecurangan
dengan mengurangi kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Untuk
membantu manajemen dan dewan direksi dalam menjalankan usaha antikecurangan, AICPA,
bekerja sama dengan beberapa organisasi profesi terkait, menerbitkan Program dan
Pengendalian Antikecurangan bagi Manajemen: Panduan untuk Membantu Mencegah,
Mengantisipasi, dan Mendeteksi Kecurangan. Panduan tersebut mengidentifikasi adanya 3
elemen untuk mencegah,mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan, yaitu Budaya kejujuran
dan etika yang bernilai tinggi, Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi resiko-
resiko kecurangan dan pengawasan dari komite Audit.
1.      Budaya Kejujuran dan Etika yang Bernilai Tinggi
Cara yang paling efektif untuk mencegah kecurangan dan mengantisipasinya yaitu dengan
menerapkan program-program dan pengendalian antikecurangan yang berdasarkan pada
nilai-nilai utama yang dianut oleh perusahaan. Dengan adanya nilai-nilai tersebut dapat
membantu menciptakan suatu budaya kejujuran dan etika yang dapat menjadi dasar bagi
tanggung jawab para pegawai. Terdapat 6 elemen untuk menciptakan budaya kejujuran dan
etika yang bernilai tinggi, yaitu :
Ø  Teladan Dari Pimpinan
Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk meberikan teladan dalam perilaku
yang beretika dalam perusahaan melalui komunikasi yang baik terhadap bawahannya serta
meyakinkan bahwa perilaku tidak jujur atau tidak etis tifak dapat diterima,walaupun itu
menguntungkan bagi perusahaan.
Ø  Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif
Lingkungan kerja yang positif dapat menciptakan moral pegawai yang lebih baik sehingga
akan mengurangi kemungkinan dilakukannya kecurangan terhadap perusahaan. Caranya
yaitu dengan mengurangi tekanan yang berlebihan terhadap pegawai dan memberikan suatu
proses pengaduan jika ada kecurigaan atau ada kecurangan atau potensi pelanggaran kode
etik lainnya.
Ø  Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat
Perlu adanya kebijakan pemilihan yang efektif terkait dengan penempatan orang yang
nantinya akan memegang posisi-posisi penting. Kebijakan mencakup latar belakang kandidat
yang akan dipekerjakan atau yang dipromosikan untuk posisi penting.
Ø  Pelatihan
Pelatihan disini terkait pelatihan mengenai kewaspadaan terhadap kecurangan dalam
perusahaan sesuai dengan tanggungjawab spesifik pegawai (sesuai posisi pegawai dalam
perusahaan) sehingga nantinya akan mampu mengkomunikasikan jika terdapat kecurangan
dalam bagiannya masing-masing.
Ø  Konfirmasi
Para pegawai diminta untuk membuat pernyataan bahwa mereka memahami ekspetasi
perusahaan dan telah mematuhi kode etik, serta mewaspadai segala bentuk pelanggaran.
Dengan konfirmasi ini dapat membantu penegakan kebijakan kode etik.
Ø  Disiplin
Menyangkut penyelidikan menyeluruh atas semua pelanggaran beserta penanganannya yang
tepat dan konsisten dan pertanggungjawaban pegawai jika tidak mematuhi kode etik
perusahaan serta pemberian punishment atas pelanggaran kode etik tanpa
mempertimbangakan jenjang pegawai yang melakuakn tindakan tersebut.
2.      Tanggung Jawab Manajemen untuk Mengevaluasi resiko-resiko kecurangan
Kecurangan tidak dapat terjadi tanpa adanya kesempatan yang terbuka untuk melakukan dan
menutupi tindakan tersebut. Manajemen bertanggung jawab untuk melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
Ø  Mengidentifikasi dan mengukur resiko kecurangan
Dimulai dari kesadaran manajemen bahwa  kecurangan mungkin terjadi dan hamper setiap
pegawai mampu melakukan tindakan yang tidak jujur pada kondisi lingkungan yang normal
serta mengidentifikasi factor-faktor yang dapat menimbulkan kecurangan dalam perusahaann.
Ø  Menangani Resiko Kecurangan
Manajemen bertanggung jawab untuk mrancang dan menerapkan program-program dan
pengendalian untuk menangani resiko kecurangan. Dapat dilakukan dengan cara mengubah
aktivitas dan proses bisnis yang rentan terhadap terjadinya kecurangan.
Ø  Pengawasan dalam program-program dan pengendalian pencegahan kecurangan
Manajemen secara berkala harus mengevaluasi apakah program-program pengendalian
antikecurangan telah diterapkan dan berjalan secara efektif, tentunya melalui pengendalian
internalnya.

3.      Pengawasan dari Komite Audit


Komite Audit memiliki tanggung jawab utama untuk mengawasi proses penyusunan laporan
keuangan dan pengendalian internal organisasi. Komite audit juga membantu menciptakan
suatu teladan yang efektif mengenai kejujuran dan etika dalam perusahaan dengan tidak
memberikan toleransi sama sekali terhadap setiap tindakan kecurangan. Pengawasan yang
dilakukan komite audit juga bertindak sebahgai pencegah kecurangan oleh manajemen
senior.

E.     Menghadapi Risiko Kecurangan


Manajemen tentunya memliki program-program yang dirancang untuk mencegah,
mengantisipasi dan mendeeteksi kecurangan. Namun perlu juga dilakukan  pertimbangan
oleh auditor apakah program-program antikecuranagn tersebut dapat mengatasi risiko yang
ada atau apakah kelemahan dalam pengendalian telah meningkatkan resiko kecurangan. Dari
hal tersebut maka timbulah respon auditor yang mencakup hal-hal sebagai berikut :

1.      Mengubah Keseluruhan Pelaksanaan Audit


Pelaku kecurangan seringkali memiliki pengetahuan yang baik dalam prosedur audit. Untuk
alasan itu maka PSA 70 mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana audit yang tidak
dapat diprediksi.
2.      Merancang dan Melakukan Prosedur Audit untuk Menghadapi Resiko Kecurangan
Auditor merancang prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi resiko audit
spesifik sesuai dengan akun yang sedang diaudit dan jenis resiko kecurangan yang
teridentifikasi.
3.   Merancang dan Melakukan Prosedur-Prosedur untuk mengatasi Dominasi Manajemen
Terhadap Pengendalian.
Resiko Dominasi Manajemen terhadap pengendalian muncul pada hamper semua
pengauditan. Karena seringkali posisi manajemen dijadikan posisi yang paling efektif untuk
melakukan kecurangan melalui manipulasi pengendalian internal. Oleh sebab itu auditor
harus menjalankan prosedur-prosedur dalam setiap pengauditan untuk mengatasi resiko
dominasi oleh manajemen. Berikut prosedur-prosedur yang harus dijalankan :
Ø  Memeriksa Ayat-Ayat Junal dan Penyesuaian-Penyesuaian Lainnya sebagai bukti adannya
Kemungkinan Salah Saji yang Disebabkan Oleh Kecurangan.
Seringkali kecurangan disebabkan oleh penyesuaian-penyesuaian yang tidak tepat dalam
laporan keuangan sehingga auditor pertama kali harus mendapatkan pemahaman atas proses
pelapran keuangan entitas beserta pengendalian-pengendaliannya. Setelah itu menanyakan
pada pegawai yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan jika terjadi ketidaktepatan
atau aktivitas yang ganjal dalam pemrosesan ayat jurnal dan penyesuaiannya. Hasil Tanya
jawab ini nantinya akan berpengaruh terhadap keluasan pengujian terhadap jurnal dan
penyesuaian-penyesuaian laporan keuangan.
Ø  Menelaah Estimasi Akuntansi Untuk Setiap Hal yang Tidak Wajar
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan potensi ketidakwajaran manajemen
ketika menelaah estimasi-estimasi tahun berjalan. Jadi Auditor diharuskan unutk mereview
kembali estimasi-estimasi signifikan pada periode sebelukmnya untuk mengidentifikasi setiap
perubahan dalam proses perusahaan.
Ø  Mengevaluasi Rasionalitas Bisnis untuk Transaksi-Transaksi yang Tidak Biasa
PSA 70 menempatkan focus yang lebih besar untuk pemahaman atas dasar rasionalitas bisnis
untuk transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan yang mungkin di luar kebiasaan bisnis
perusahaan. Jadi disini auditor harus mendapatkan pemahaman atas tujuan-tujuan dari setiap
transaksi yang signifkan untuk menilai apakah transaksi tersebut terkait dengan kecurangan
dalam laporan keuangan.
4.      Memutakhirkan Proses Penilaian Resiko
Penilaian auditor terhadap resiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan harus
terus berjalan di sepanjang pengauditan dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian
resiko lainnya dengan mewaspadai kondisi-kondisi sebagai berikut :
Ø  Ketidakkonsistenan dalam pencataan akuntansi
Ø  Bukti audit yang bermasalah atau hilang
Ø  Hubungan yang problematic atau tidak biasa antara auditor dengan manajemen.
Ø  Hasil dari pengujian substantive atau penelaahan akhir dari prosedur analitis yang
mengindikasikan adanya kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui.
Ø  Jawaban terhadap pertanyan yang diajukan di sepanjang pengauditan yang tidak jelas atau
tidak masuk akal atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti lainnya.

F.     Bagian – bagian Risiko Kecurangan Spesifik


1.      Resiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Dagang
Pendapatan dan beberapa akun piutang yang terkait serta akun kasi biasanya sangat rentan
terhadap manipulasi dan pencurian. Dan contoh dari kecurangan tersebut seperti :
·         Risiko kecurangan dalam laporan keuangan untuk akun pendapatan. Ada banyak alasan
mengapa pendapatan rentan terhadap manipulasi. Yang paling penting pendapatan hampir
selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba rugi, sehingga suatu salah saji yang hanya
berupa presentasi penjualan yang kecil tetap dapat berpengaruh besar terhadap laba. Alasan
lain pendapatan merupakan akun yang rentan terhadapa manipulasi adalah kesulitan dalam
menentukan waktu yang tepat untuk mengakui pendapatan dalam berbagai situasi.
                                      i.          Pendapatan fiktif. bentuk kecurangan yang paling fatal melibatkan penciptaan
pendapatan-pendapatan fiktif, banyak kasus yang telah terungkap dengan cara menciptakan
pendapatan-pendapatan fiktif. umumnya pelaku mengetahui atau memahami pihak-pihak
yang melakukan pengisihan arsip dokumen untuk menciptakan kebijakan-kebijakan fiktif.
                                    ii.          Pengakuan pendapatan yang premature. Hal ini merupakan pencatatan
pendapatan yang bukan seharusnya di tempatnya. Missal, penpatan yang seharusnya di catat
diperiode mendatang tetapi oleh pelaku sudah dicatat pada periode berjalan.
                                  iii.          Manipulasi penyesuaian-penyesuaian pendapatan. Penyesuaian pendapatan
yang paling umum melibatkan retur penjualan dan pengurangan harga. Sebuah perusahaan
dapat menyembunyikan retur penjualan dari auditornya untuk melebihsajikan penjualan
bersih dan laba. Jika barang yang dikembalikan dihitung sebagai bagian dari persediaan fisik,
maka retur barang tersebut dapat meningkatkan laba yang dilaporkan. Dalam kasus ini,
peningkatan dalam suatu asset diakui melalui perhitungan fisik persediaan, namun
pengurangan terhadap saldo akun piutang dagang yang terkait tidak dilakukan.
·      Tanda-tanda peringatan kecurangan dalam pendapatan. Terdapatan banyak tanda-tanda
peringatan yang mengidentifikasi adanya suatu kecurangan, tetapi ada dua peringatan yang
paling berguna didapatkan dari prosedur analitis dan ketidakkecocokan dalam dokumen-
dokumen.
                                   i.            Prosedur analitis. Prosedur analitis sering kali dapat menandai kecurangan
dalam pendapatan, khususnya dari presentase margin kotor dan perputaran piutang dagang.
Pendapatan fiktif akan melebihsajikan presentasi margin laba, pengakuan pendapatan yang
premature juga melebihsajikan margin laba kotor jika biaya penjualan yangterkait tidak
diakuin. Penjualan fiktif juga perputaran piutang Karena penjualan fiktif juga dimasukan
dalam piutang tak tertagih.
                                 ii.            Ketidakcocokan dokumen. Meskipun usaha terbaik telah dilakukan oleh pelaku
kecurangan, transaksi-transaksi fiktif jarang memiliki tingkat keandalan bukti yang sama
sebagaimana yang dihasilkan dari transaksi-transaksi yang sah. Para auditor harus
mewaspadai penandaan dan perubahan yang tidak biasa dalam dokumen-dokumen dan
meraka harus mengandalkan dokumen asli daripada salianan dokumen tersebut. Karena
pelaku kecurangan mencoba untuk menutupi kecurangan yang ia lakukan, meski hanya satu
transaksi yang tidak biasa yang ditemukan dalam suatu stempel harus dipertimbangkan
sebagai potensi indicator kecurangan yang harus diselidiki lebih lanjut.
·      Tanda-tanda peringatan penyalahgunaan pendapatan dan penerimaan kas. Pencurian atas
penjualan dan penerimaan kas yang terkait yang jumlahnya relative kecil dapat dicegah dan
dideteksi dengan lebih baik oleh pengendalian internal.yang dirancang untuk meminimalisasi
kesempatan untuk melakukan kecurangan. Untuk mendeteksi kecurangan yang lebih besar,
prosedur analitis dan perbandingan perbandingan lainnya dapat berguna untuk mendeteksi
kecurangan tersebut.
2.      Risiko Kecurangan dalam Persediaan
Persediaan sering kali merupakan akun terbesar pada neraca sebagian besar perusahaan dan
auditor sering kali kesulitan untuk memverifikasi keberadaan dan penilaian persediaan.
·      Risiko kecurangan laporan keungan untuk persediaan. Persdiaan fiktif telah menjadi inti
masalah dari beberapa kasus kecurangan laporan keuangan penting. Banyak perusahaan besar
yang memiliki persediaan yang beragam dan dalam jumlah sangat bnayak terletak dibeberapa
lokasiyang berbeda, yang membuat perusahaan relative lebih mudah untuk menambah
persediaan fiktif dalam pencatatan akuntansi.
·      Tanda-tanda peringatan untuk kecurangan dalam persediaan.
i.      Prosedur analitis. Prosedur analitis khususnya presentasi margin laba kotor dan perputaran
persediaan, sering kali membantu dalam mengungkap kecurangan dalam persediaan.
Persediaan fiktif akan mengurangsajikan beban pokok penjualan dan melebihsajikan
presentasi margin kotor. Persediaan fiktif juga akan menurunkan perputaran persediaan.
3.      Risiko Kecurangan pada Akun Pembelian
Kasus-kasus kecurangan dalam laporan keuangan yang melibatkan utang dagan relative
umum meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan
persediaan atau piutang dagang. Pengurangansajian utang dagang yang disengaja umumnya
mengakibatkan kurang saji dalam pembelian dan beban pokok penjualan serta lebih saji
dalam laba bersih.
·         Risiko kecurangan laporan keungan untuk akun piutang dagang. Perusahaan-perusahaan
dapat terlibat dalam usaha-usaha yang disengaja untuk menguraisajikan utang dagang dan
melebihsajikan laba. Hal tersebut dapat dicapai dengan tidak mencatat utang dagang hingga
periode berikutnya atau dengan mencatat pengurangan fiktif dalam utang dagang.
Semua pembelian yang diterima sebelum akhir tahun harus dicatat sebagai kewajiban. Hal
itu relative lebih mudah untuk dibuktikan jika perusahaan mempertanggungjawabkan laporan
penerimaan barang yang telah diberi nomor terlebih dahulu. Namun, jika laporan penerimaan
barang tidak diberi nomor terdahulu atau perusahaan sengaja menghilangkan laporan
penerimaan barang dari catatan akuntansi, akan menjadi sulit bagi auditor untuk
membuktikan apakah semua kewajiban telah dicatat. Dalam kasus semacam itu, bukti
analitis, seperti perubahan yang tidak biasa dalam rasio-rasio, dapat menandai adanya kurang
saji dalam utang dagang.
·         Penyalahgunaan dalam siklus pelaporan dan pembayaran. Kecurangan yang paling umum
dalam bagian perolehan adalah bagi sang pelaku untuk mengeluarkan pembayaran-
pembayaran kepada pemasok fiktif dan menyimpan kas di rekening fiktif. kecurangan
semacam itu dapat dicegah dengan membuat pembayaran hanya dilakukan pada pemasok
resmi dan memeriksa dokumentasi-dokumentasi yang mendukung pembelian tersebut dengan
saksama oleh personel yang memiliki otoritas sebelum pembayaran dilakukan. Dalam kasus
penyalahgunaan yang lain, petugas utang dagang atau pegawai lainnya mencuri sebuah cek
untuk suatu pemasok resmi. Informasi dari pembeli kemudian dilampirkan kembali agar
dapat dilakukan pembayaran pada pemasok tersebut.
4.      Bagian-bagian risiko kecurangan lainnya.
·           Asset tetap. Asset tetap, sebuah akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, sering
kali berdasarkan pada penilaian yang ditentukan secara subjektif. Akibatnya, asset tetap dapat
menjadi target manipulasi, khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki
persediaan atau piutang yang material.
·           Beban gaji. Gaji biasanya bagian dari risiko yang signifikan pada kecurangan
dalamlaporan keuangan. Meski demikian, perusahaan dapat mengurangsajikan persediaan
dan laba bersih dengan mencatat biaya upah karyawan yang berlebihan dalam persediaan.
Perusahaan terkadang melibatkan pegawainya untuk membuat ast tetap. Biaya tenaga kerja
yang berlebihan dapat dikapitalisasi sebagai asset tetap dalam kondisi tersebut. Tunjangan
tambahan yang material, seperti tunjangan pension, juga dapat dimanipulasi.
G.    Tanggung Jawab Ketika Kecurangan Dicurigai Telah Terjadi
Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, lebihbanyak kecurangan yang terdeteksi
oleh pengendalian internal atau fungsi internal audit dibandingkan oleh auditor eksternal.
1.       Merenspons salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecurangan
Sepanjang pengauditan, auditor terus-menerus mengevaluasi apakah bukti-bukti yang
didapatkan dan pengamatan-pengamatan lainnya mengindikasikan adanya salah saji material
yang disebabkan oleh kecurangan. Semua salah saji yang ditemukan auditor selama
melakukan audit harus diidentifikasi ada tidaknya indikasi kecurangan .
Jenis teknik-teknik wawancara Wawancara dapat membantu mengidentifikasi masalah –
masalah yang dihilangkan dari dokumentasi atau konfirmasi. Auditor juga dapat
memodifikasi pertanyaan-pertanyaan selama melakukan wawancara berdasarkan respons dari
orang yang diwawancara. Tanya jawab sebagai suatu teknik bukti audit juga harus
disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Tergantung padfa tujuannya , auditor dapat
menanyakan beberapa pertanyaan yang berbeda dan mengubah nada pertanyaan.
Tanya jawab informal  auditor melakukan Tanya jawab informal untuk mendapatkan
informasi mengenai fakta-fakta dan rincian yang tidak didapatkan auditor. Biasanya auditor
menginginkan informasi dari orang yang diwawancarai mengenai kejadian atau proses pada
periode sebelumnya. Sering kali Tanya jawab dilakukan dengan santai dengan auditor
memberikan pertanyaan- pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden memberikan
perincian kejadian , proses atau kondisi yang ditanyakan.
Tanya jawab evaluasi seorang auditor juga menggunakan Tanya jawab  untuk mengevaluasi
apakah informasi yang telah ia dapatkan sudah tepat, akurat atau benar. Auditor
menggunakan tanya jawab evaluasi untuk mendukung atau tidak mendukung informasi
sebelumnya. Auditor sering kali memulai tanya jawab evaluasi dengan pertanyaan-
pertanyaan yang luas dan terbuka yang memungkinkan orang yang diwawancarai
memberikan jawaban yang terperinci yang kemudian dapat ditindaklanjuti dengan
pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih spesifik.
Tanya jawab interogatif kategori tanya jawab ini digunakan ketika auditor ingin mencari
tanggapan dari subjek yang ia wawancarai mengenai pengetahuannya atas suatu kejadian atau
kondisi.  Tanja jawab interogatif seringkali digunakan untuk menentukan apakah individu
tersebut tidak jujur atau dengan sengaja meghapus fakta-fakta pengetahuan kunci, kejadian
atau kondisi yang penting , khususnya ketika auditor menc urigai orang yang diwawancarai
tidak jujur atau mentutup-nutupi informasi yang sebenarnya
Mengevaluasi respons tanya jawab agar tanya jawab menjadi efektif , seorang auditor
harus memiliki keterampilan dalam mendegarkan dan mengevaluasi jawaban dari
pertanyaan-peretanyaan
Teknik mendegarkan sangat penting bagi auditor untuk menggunakan keterampilan
mendegarkan secara efektif disepanjang proses wawancara. Auditor harus terus-menerus
memperhatikan dengan menjaga kontak mata , anggukan persetujuan , atau menunjukkan
tanda-tanda kepamahaman lainnya. Auditor juga harus mencoba untuk menghindari
pemikiran-pemikiran yang kaku terhadap informasi yang sedang diberikan.
Mengamati tanda-tanda perilaku seorang auditor yang terampil dalam menggunakan tanya
jawab, akan mengevaluasi respon verbal dan nonverbal dari orang yang ia wawancarai.
Selain mengamati tanda-tanda verbal penggunaan wawancara juga memungkinkan auditor
untuk mengamati perilaku nonverbal. Penyelidik andal mencatat bahwa subjek yang tidak
nyaman dalam memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan seringkali menunjukkan
banyak perilaku nonverbal . Tentunya, tidak semua orang menjukkan perilaku tersebut yang
merasa tidak nyaman dalam menjawab pertanyaan auditor. Kuncinya adalah mengidentifikasi
apakah perilaku individu mulai berubah dari biasanya.
Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai ketika auditor mencurigai bahwa kecurangan
mungkin telah terjadi, PSA 70 mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti tambahan
untuk menentukan apakah kecurangan yangsignifikan telah terjadi. Auditor seringkali
menggunakan wawancara, sebagai bagian dari proses untuk mendapatkan informasi. Auditor
sering kali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk menentukan
apakah kecuranagan telah terjadi. Perangkat lunak tersebut memberikan pencarian efektif
untuk semua pelanggaran dalam dokumen-dokumen berikutnya, yang dapat mengindikasikan
adanya salah saji terkait dengan tujuan kelengkapan akun-akun liabilitas dan beban.
Auditor juga menggunakan program kertas kerja dasar seperti excel untuk melakukan
prosedur analitis pada beberapa tingkatan. Auditor juga memperluas prosedur substantif
lainnya untuk menangani tingginya risiko kecurangan . seringkali, risiko kecurangan tinggi
untuk beberapa akun menurut estimasi subjektif manajemen. Untuk merespon tingginya
risiko yang digunakan dalam asumsi manajemen yang tidak tepat untuk mengestimasi saldo
akun, seperti penyisihan untuk keusangan persediaan, auditor dapat menggunakan jasa ahli
untuk membantunya dalam mengevaluasi keakuratan dan keandalan asumsi-asumsi kunci
yang digunakan manajemen.
Ketika auditor menentukan bahwa kecurangan mungkin telah terjadi, PSA 70 mengjaruskan
auditor untuk membahas hal tersebut dan juga pendekatan audit yang digunakan untuk
penyelidikan lebih lanjut dengan tingkat manajemen yang tepat, meskipun masalah tersebut
dianggap tidak penting.
Terkadang, auditor mengidentifikasi risiko salah saji material yang disebabkan oleh
kecurangan yang memiliki implikasi terhadap pengendalian internal. Dalam beberapa kasus ,
pertimbangan auditor terhadap program dan pengendalian anti kecurangan yang dibuat oleh
manajemen dapat mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang menyebabkan gagalnya
penanganan terhadap resiko kecurangan tersebut. Hasil dari prosedur-prosedur yang
dijalankan oleh auditor dapat mengindikasikan adanya salah saji yang material yang
disebabkan oleh kecurangan sehingga auditor harus mempertimbangkan kemungkinan untuk
mengundurkan diri dari perikatan.

Anda mungkin juga menyukai