Anda di halaman 1dari 8

Nama : Auriela Yogi Lorenza

NIM : 142210115

Kelas : EA-A Pengauditan 2

Pengauditan Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang : Pengujian Pengendalian dan


Pengujian Substantif Transaksi

A. Akun-akun Golongan Transaksi dalam Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang


Tujuan pengauditan atas siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah untuk
mengevaluasi apakah saldo akun-akun yang terpengaruh oleh siklus ini telah disajikan secara
wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Kelompok transaksi dalam siklus penjualan
dan pengumpulan piutang, yaitu:
1.) Penjualan (tunai atau kredit)
2.) Penerimaan kas
3.) Retur dan potongan penjualan
4.) Penghapusan piutang tak tertagih
5.) Penaksiran kerugian piutang

1. Fungsi-fungsi Bisnis dalam Siklus dan Dokumen serta Catatan


Menyangkup keputusan dan proses yang diperlukan untuk mentransfer kepemilikan
barang dan jasa kepada konsumen setelah barang dan jasa tersebut tersedia untuk dijual.
Fungsi-fungsi bisnis dan dokumen-dokumen serta catatan yang digunakan dalam bisnis
yaitu:
a. Pengolahan pesanan dari pembeli
Pesanan merupakan suatu permintaan untuk membeli barang berdasarkan syarat-
syarat tertentu. Penerimaan pesanan dari pesanan pembeli biasanya disusul dengan
terbitnya orde penjualan.
• Pesanan dari pembeli : permintaan terkait barang dagang yang diajukan oleh
pelanggan. Pesanan dapat diterima melalui telepon, surat, formular tercetak, dan
lain-lain.
• Order penjualan : dokumen yang menunjukkan deskripsi, kuantitas, dan informasi
terkait barang yang dipesan oleh pelanggan serta digunakan untuk menunjukkan
persetujuan kredit dan otorisasi pengiriman.
b. Persetujuan kredit
Sebelum barang dikirimkan, penjabat yang berwenang memberi otoritas harus
memberi persetujuan kredit kepada konsumen untuk transaksi penjualan yang
dilakukan secara kredit. Pemberian persetujuan kredit ini seringkali juga menjadi
petunjuk persetujuan pengiriman barang.
c. Pengiriman barang
Merupakan saat pertama dalam siklus dimana perusahaan melepaskan asetnya.
Kebanyakan perusahaan mengakui terjadinya penjualan ketika barang dikirimkan.
1. Dokumen pengiriman
Dibuat untuk mengawali pengiriman barang yang berisi deskripsi tentang
barang yang dikirimkan, jumlah yang dikirimkan serta data lainnya yang relevan.
Berfungsi sebagai isyarat untuk membuat faktur tagihan kepada konsumen yang
bisa berupa kertas atau elektronik.
2. Penagihan kepada pembeli dan pencatatan penjualan
Aspek-aspek terpenting dalam penagihan adalah:
• Semua pengiriman telah dibuat penagihannya (kelengkapannya).
• Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari sekali (keterjadian).
• Setiap pengiriman ditagih dengan jumlah yang benar (ketelitian).
a. Faktur penjualan : dokumen yang berisi deskripsi dan kuantitas barang yang
dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan data yang relevan
lainnya.
b. File transaksi penjualan : file yang dihasilkan komputer dan mencakup
semua transaksi penjualan dan diproses oleh sistem akuntansi selama satu
periode.
c. Jurnal penjualan atau daftar penjualan : laporan yang dibuat dari file
transaksi penjualan yang mencakup nama pelanggan, tanggal, jumlah, dan
klasifikasi akun setiap transaksi
d. Master file piutang usaha : : file komputer guna mencatat penjualan
individual, penerimaan kas, dan retur untuk mempertahankan saldo akun
pelanggan.
e. Daftar saldo piutang usaha : daftar yang menunjukkan jumlah piutang dari
setiap pelanggan pada suatu titik waktu.
f. Laporan piutang bulanan : dokumen yang dikirimkan melalui surat/secara
elektronik kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang
usahanya.
3. Pengolahan dan pencatatan penerimaan kas
Meliputi penerimaan, penyetoran ke bank, dan pencatatan kas. Hal yang penting
dalam penanganan kas adalah mencegah terjadinya pencurian. Hal terpenting
lainnya adalah memastikan bahwa semua penerimaan kas harian segera disetorkan
ke bank dengan jumlah yang benar dan tepat waktu.
a. Surat pengantar pembayaran : dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan
biasanya dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas
b. Daftar penerimaan kas : : daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang
yang tidak memiliki tanggung jawab/akses ke catatan akuntansi.
c. File transaksi penerimaan kas : file yang dihasilkan komputer dan mencakup
semua transaksi penerimaan kas yang diproses oleh sistem akuntansi selama
suatu periode.
d. Jurnal penerimaan kas atau daftar : laporan yang berasal dari file transaksi
penerimaan kas dan mencantumkan semua transaksi selama suatu periode
waktu.
4. Pengolahan dan pencatatan retur dan pengurangan harga penjualan
Apabila pelanggan tidak puas dengan barang yang diterimanya, penjual bisa
menyetujui pengembalian barang atau memberikan pengurangan harga. Retur dan
pengurangan harga dicatat dalam file transaksi retur dan pengurangan harga, dan
juga master file piutang usaha. Memo kredit diterbitkan untuk memudahkan
pengawasan dan sebagai dasar pencatatan.
a. Memo kredit : dokumen yang menunjukkan pengurangan jumlah dari pelanggan
akibat retur barang atau pengurangan harga.
b. Jurnal retur dan pengurangan harga : jurnal yang digunakan untuk mencatat retur
dan pengurangan penjualan.
5. Penghapusan piutang
Jika suatu jumlah tertentu tidak dapat ditagih perusahaan harus menghapusnya.
Dokumen yang digunakan yaitu formulir otorisasi piutang tak tertagih. Dokumen
tersebut akan digunakan dalam lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas
menghapus suatu piutang usaha sebagai tak tertagih.
6. Pencadangan kerugian piutang
Karena perusahaan tidak dapat diharapkan untuk bisa menagih seluruh hutangnya
100%, prinsip akuntansi mewajibkan untuk mencatat beban kerugian piutang
sejumlah piutang yang diperkirakan tidak tertagih.
2. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengunjian Substantif
Transaksi untuk Penjualan

A. Pemahaman pengendalian internal-pembelian


Auditor mempelajari bagan alur yang telah dibuat klien, mengajukan pertanyaan
kepada klien dengan menggunakan daftar pertanyaan pengendalian internal dan melakukan
transaction walkthrough untuk penjualan.
1.) Penetapan risiko pengendalian direncanakan-penjualan
Ada 4 tahap penting dalam penetapan risiko yaitu:
• Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menetapkan risiko pengendalian.
• Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan defisiensi yang ada
pada penjualan.
• Auditor menghubungkan hal tersebut dengan tujuannya.
• Auditor menetapkan risiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan defisiensinya untuk setiap tujuan.
a. Pemisahan tugas yang memadai
b. Pengotorisasi yang tepat
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Dokumen bernomor urut tercetak (Prenumbered)
e. Laporan piutang bulanan
f. Prosedur verifikasi internal
2.) Penentuan luas pengujian pengendalian
Tergantung pada efektivitas pengendalian dan berbagai hal lain yang auditor yakini
akan dapat mengurangi risiko pengendalian. Dalam menentukan seberapa jauh
pengendalian bisa diandalkan, auditor juga mempertimbangkan kenaikan biaya
penyelenggaraan pengujian pengendalian dibandingkan dengan penurunan potensi dalam
pengujian substantif.
3.) Perancangan pengujian pengendalian untuk penjualan
Untuk setiap pengendalian kunci, harus dirancang satu atau lebih pengujian
pengendalian untuk memeriksa efektivitasnya. Pengujian yang dilakukan berdasarkan
asersi manajemen yang berkaitan dengan transaksi.
4.) Perancangan pengujian substantif transaksi penjualan
Auditor biasanya menggunakan sejumlah prosedur yang berlaku untuk setiap audit
tanpa memperhatikan keadaan tertentu, sedangkan prosedur yang lain akan diterapkan
tergantung pada baik-buruknya pengendalian dan hasil dari pengujian pengendalian.
Prosedur audit yang digunakan tergantung pada pengendalian internal dan hasil
pengendalian internal atas tujuan tersebut.
a. Penjualan yang tercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh terjadi
b. Penjualan dicatat dalam pembukuan tanpa pengiriman barang
c. Penjualan dicatat lebih dari sekali
d. Pengiriman dilakukan pada konsumen efektif
e. Transaksi penjualan yang terjadi telah dicatat
f. Arah pengujian
g. Penjualan telah dicatat dengan teliti
h. Transaksi penjualan telah dimasukkan ke dalam master file dan diikhtisarkan dengan
benar
i. Penjualan dikelompokkan dengan benar
j. Penjualan dicatat pada tanggal yang benar
5.) Prosedur audit format rancangan dan format untuk dilaksanakan
Dalam mengubah dari program audit format rancangan menjadi format audit
untuk dilaksanakan, prosedur-prosedur digabung. Hal ini dilakukan dengan maksud :
• Menghilangkan pengulangan prosedur.
• Memastikan bahwa apabila suatu dokumen diperiksa, semua prosedur diterapkan atas
dokumen tersebut pada saat itu juga.
• Membuat auditor bisa melaksanakan prosedur dengan urutan yang paling efektif.
B. Retur dan Pengurangan Harga Penjualan
Pada intinya tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan
klien untuk mengendalikan salah saji adalah sama namun terdapat dua perbedaan yaitu:
1. Materialitas: jika retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material maka auditor
dapat mengabaikannya.
2. Penekanan pada tujuan keterjadian: adanya retur dan pengurangan penjualan dapat
mengindikasikan terjadinya kecurangan atas pencatatan penjualan sehingga auditor lebih
menekankan pada pengujian keterjadiaan atas penjualan yang tercatat.
C. Metodologi Perancangan Pengendalian dan Substantif Penerimaan Kas
Auditor menggunakan metodologi perancangan pengujian pengendalian dan pengujian
substantive transaksi yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan. Berlandaskan tujuan
audit transaksi, auditor mengikuti proses berikut :
• Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit.
• Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian guna mendukung
pengurangan risiko pengendalian.
• Merancang pengujian substantive transaksi untuk menguji kesalahan penyajian moneter
untuk setiap tujuan. Prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk menemukan
penyelewengan:
1.) Menentukan apakah penerimaan kas telah dicatat
2.) Pengujian penerimaan kas
3.) Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha
D. Pengauditan untuk Penghapusan Piutang
Kekhawatiran utama auditor dalam penghapusan piutang usaha adalah kemungkinan
pegawai perusahaan klien melakukan penggelapan kas dengan cara menghapuskan piutang
yang telah diterima (tujuan audit transaksi-keterjadian). Pengendalian utama untuk mencegah
penyelewengan semacam ini adalah dengan menetapkan otorisasi yang tepat bagi setiap
penghapusan piutang dengan menunjuk pejabat perusahaan tertentu setelah sebelumnya
melakukan penyelidikan yang cermat tentang alasan mengapa debitur tidak membayar.
E. Pengendalian Internal Saldo Akun
Pengendalian internal yang berkaitan langsung dengan pengendalian internal serta
penyajian dan pengungkapan bisa juga diadakan, bahkan bila belum terindentifikasi atau diuji
sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau pengujian substantive transaksi. Untuk siklus
penjualan dan pengumpulan piutang, hal ini mungkin sekali mempengaruhi nilai bersih bisa
direalisasi dan tujuan audit saldo tentang hak dan kewajiban serta tujuan audit penyajian dan
pengungkapan. Nilai bersih bisa direalisasi adalah tujuan audit saldo untuk piutang usaha yang
penting sekali karena kolektibilitas piutang sering mencerminkan bagian yang cukup besar
dalam laporan keuangan. Idealnya klien menetapkan beberapa pengendalian untuk
mengurangi kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dua pengendalian lainnya adalah :
• Pembuatan daftar umur piutang sebagai dasar untuk review dan ditindaklanjuti oleh
prsonil manajemen yang tepat.
• Menetapkan suatu kebijakan penghapusan piutang apabila sudah tidak ada
kemungkinan ditagih.
F. Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, temtama terhadap pengujian substantif atas
rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang
usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.
Lebih lanjut, jika hasil pengujian tidak memuaskan, auditor harus melakukan pengujian
substantif tambahan atas penjualan, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang
tak tertagih, dan pemrosesan penerimaan kas. Auditor pemsahaan publik juga harus
mempertimbangkan dampak hasil pengujian yang tidak memuaskan terhadap audit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi, auditor harus menganalisis setiap pengecualian, baik dalam audit pemisahaan publik
maupun nonpublik, untuk menentukan penyebab dan implikasi dari pengecualian itu terhadap
penilaian risiko pengendalian, yang mungkin mempengaruhi risiko deteksi yang didukung dan
pengujian substantif terkait yang tersisa. Metodologi dan implikasi dari analisis pengecualian
akan dijelaskan secara lebih gamblang pada bah berikutnya.
Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah terhadap konfirmasi
piutang usaha. Jenis konfirmasi, ukuran sampel, dan penetapan waktu pengujian semuanya
juga terpengaruh.

Anda mungkin juga menyukai