Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AUDIT DAN ASSURANCES

Dalam rangka memenuhi tugas Audit dan Assurances

Tanggung Jawab Akuntan Publik

Nama : 1. Reny Minarti (1620203008)

2. Shinta Sepyianti (1620204009)

Kelas : Reguler B Kelas J

Jurusan : Magister Akuntansi

Mata Pelajaran : Audit dan Assurances

Tugas : Tugas 07 (membuat makalah)

Perencanaan dan Penilaian Risiko Audit

MAGISTER AKUNTANSI REGULER B

UNIVERSITAS WIDYATAMA

DOSEN

Dr. Apriwandi., SE., M.Sc.,Ak., CA


KATA PENGANTAR
Kami panjatkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan rangkuman ini, tugas ini diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat mengikuti mata kuliah AUDIT DAN ASSURANCES semester ganjil tahun 2020/2021

di Universitas Widyatama Bandung. Dengan judul “Bukti Audit”.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Dr. Apriwandi., SE., M.Sc., CA sebagai dosen mata kuliah “AUDIT DAN ASSURANCES” dan semua

pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Segala saran dan kritikdari berbagai pihak yang

bersifat membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga rangkuman ini dapat memberikan kontribusi

dan memberikan manfaat bagi pada pembaca.

Bandung, 23 Oktober 2021


Reny Minarti (1620203008)
Shinta Septyanti (1620204009)
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................         i

KATA PENGANTAR...........................................................................         ii

DAFTAR ISI...........................................................................................         iii

BAB I    PENDAHULUAN....................................................................         1

        1.  Latar Belakang....................................................................         1

        2.  Rumusan Masalah...............................................................         1

      3.  Tujuan..................................................................................         1

BAB II   PEMBAHASAN.......................................................................        

         

BAB III PENUTUP................................................................................        

1. Kesimpulan...........................................................................        

2. Saran.....................................................................................        

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Bukti audit adalah setiap
informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit
tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada dan Audit merupakan hal yang sangat
penting untuk memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup berkualitas agar dapat mencapai
tujuan audit.

Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu
auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar
kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar
dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang
diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting
bagi auditor. Auditor harus memiliki kualifikasi tertentu dalam memahami criteria yang
digunakan serta harus kompeten (memiliki kecakapan) agar mengetahui tipe dan banyaknya
bukti audit yang harus dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti
audit tersebut selesai diuji.

Seorang auditor pun harus memiliki sikap mental yang independen. Kompetensi yang
dimiliki seseorang dalam melaksanakan proses audit hanya bernilai sedikit saja jika ia tidak
memilki sikap objektif pada saat pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti audit ini. Dan
juga dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien
merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak
luar yang bebas. Dalam makalah ini berbagai tipe bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor
selama auditnya dan berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengumpulan
bukti audit. Makalah ini diakhiri dengan pembahasan berbagai pengambilan keputusan yang
harus dilakukan oleh auditor dalam proses pengumpulan bukti audit.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa saja bukti audit yang diperlukan dalam menyusun program audit ?
 Apa saja jenis-jenis bahan bukti yang digunakan dalam auditing ?
 Bagaimana menyiapkan dokumentasi audit yang terorganisir ?
 Apa Saja Tujuan Bukti Audit ?
 Bagaimana Keputusan dan Keadaan Bukti Audit yang dapat menyimpulkan ?
 Bagaimana menguraikan bagaimana teknologi mempengaruhi bukti audit dan
dokumentasi audit ?

1.3 Tujuan

 Untuk memahami apa saja bukti audit yang diperlukan dalam menyusun program audit ?
 Untuk memahami apa saja jenis-jenis bahan bukti yang digunakan dalam auditing ?
 Untuk memahami bagaimana menyiapkan dokumentasi audit yang terorganisir
 Untuk memahami apa Saja Tujuan Bukti Audit ?
 Untuk memahami bagaimana Keputusan dan Keadaan Bukti Audit yang dapat
menyimpulkan ?
 Untuk memahami bagaimana menguraikan bagaimana teknologi mempengaruhi bukti
audit dan dokumentasi audit
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bukti Audit dalam Menyusun Program Audit

1. Keputusan Bukti Audit

Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang tepat
untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yangt memadai bahwa berbagai komponen dalam
laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar.
            Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam empat sub
keputusan berikut ini:
a. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan
b. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu
c. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi
d. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.

a. Prosedur Audit
Adalah rincian intruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada suatu waktu
tertentu saat berlangsungnya proses audit. Seabagai contoh berikut ini adalah suatu prosedur audit
untuk pengujian transaksi pengeluaran kas.
Ø      Ambilah buku jurnal pengeluaran kas dan bandingkanlah nama sipembayar, nilai uang, dan
tanggal pada berbagai cek yang ditangguhkan dengan data yang terdapat dalam buku jurnal
pengeluaran kas.
b. Ukuran Sampel
Setelah memilih prosedur audit, mungkin sekali memilih beragam ukuran sampel dari hanya satu
sampel hingga semua item yang terdapat dalam populasi yang   sedang di uji. Dalam prosedur
audit yang telah dibahas diatas, anggaplah bahwa terdapat 6.600 cek yang tercatat dalam buku
jurnal pengeluaran kas. Auditor barangkali akan memilih ukuran sampel sebesar 50 cek sebagai
perbandingan dengan buku jurnal pengeluaran kas. Keputusan untuk memilih seberapa banyak
item yang akan diuji haruslah dibuat oleh auditor untuk masing-masing prosedur audit yang ada.
Ukuran sampel bagi setiap prosedur tersebut kemungkinan besar akan berbeda antara satu
penugasan audit dengan penugasan audit lainnya.
c. Item-item yang terpilih
Setelah menentukan ukuran sampel untuk prosedur audit dilakukan, haruslah ditentukan item-
item mana dari populasi yang akan diuji. Jika auditor memutuskan, umpamanya, untuk memilih
50 cek yang ditangguhkan dari populasi sebesar 6.600 cek sebagai item-item yang akan
dibandingkan dengan data pada buku jurnal pengeluaran kas, maka dapat digunakan berbagai
metode yang berbeda untuk emmilih cek-cek manakah yang akan di uji. Auditor dapat (1)
memilih 50 cek pertama yang tercatat dalam periode 1 minggu, (2) memilih 50 cek bernilai
terbesar, (3) memilih cek-cek tersebut secara acak, atau, (4) memilih cek-cek yang menurut
auditor memiliki kemungkinan kandungan kekeliruan yang besar.
d. Pemilihan Waktu yang tepat
Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup periode waktu tertentu seperti satu tahun, pada
umumnya proses audit baru selesai dilaksanakan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan
setelah berakhirnya suatu periode waktu. Waktu pelaksanaan berbagai prosedur audit beragam
mulai dari awal suatu periode akuntansi atau lama setelah periode akuntansi itu berakhir.
Berbagai prosedur audit seringkali menggabungkan antara ukuran sampel, item-item yang diuji,
dan pemilihan waktu yang tepat kedalam prosedur audit. Berikut ini adalah suatu modifikasi dari
prosedur audit diatas yang mencamtumkan keempat keputusan-keputusan bukti audit. ambilah
buku jurnal pengeluaran kas bulan oktober dan bandingkanlah nama sipembayar, nilai uang dan
tanggal pada berbagai cek yang ditangguhkan dengan data yang terdapat dalam buku jurnal
pengeluaran kas tersebut untuk suatu sampel yang dipilih secara acak atas 40 nomor cek.

2. Persuasivitas Bukti
Persuaivitas bukti merupakan tingkat dimana auditor merasa yakin bahwa bukti audit dapat
mendukung pendapat audit, dan pennetunya adalah ketepatan dan kecukupan bukti. 
a. Ketepatan Bukti (Appropriateness of evidence)
Merupakan ukuran mutu bukti, yang bearti televansi dan reliabilitasny amemenuhi tujuan audit
untuk kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang berkaitan. Ketepatan suatu bukti audit
hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan atau yang memberikan
bukti yang lebih andal
b. Relevansi Bukti
Relevansi bukti bearti bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang akan di
uji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap benar. Relevansi bukti dapat diperimbangkan
dala tujuan audit khusus, Karena bukti audit mungkin relevan untuk satu tujuan audit, tetapi tidak
relevan untuk tujuan audit lainnya. Reliabilitas Bukti (Reliability of Evidence)
Reliabilitas bukti ini mengacu pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau
layak dipercaya. Terdapat enam karakteristik reliabilitas dari bukti audit, yaitu :
 Independensi penyedia bukti yang diperoleh dari luar entitas lebih dapat diandalkan
dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari dalam entitas. Seperti komunikasi dari
Bank, pengacara, atau para pelanggan, dokumen yang berasal dari luar organisasi seperti
polis asuransi akan lebih dipercaya dibandingkan komunikasi atau hasil wawancara yang
diperoleh dari klien dan dokumen yang berasal dari intern perusahaan bahkan yang tidak
pernah dikirim ke luar organisasi seperti permintaan pembelian. 
1. Efektivitas pengendalian intern klien
Bukti audit lebih dapat diandalkan jika pengendalian intern klien efektif, bukan
lemah.
2. Pengetahuan langsung auditor
Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik,
observasi, penghitungan ulang, dan inspeksi akan lebih dapat diandalkan ketimbang
informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
3. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi
Meskipun sumber informasi bersifat independen, bukti audit tidak dapat diandalkan
kecuali individu yang menyediakan informasi tersebut memenuhi kualifikasi untuk
itu. Selain itu bukti yang diperoleh langsung oleh auditor tidak dapat diandalkan jika
auditor tidak memenuhi kualifikasi untuk mengevaluasi bukti tersebut. 
4. Tingkat objektivitas
Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan bukti subjektif. Contoh
bukti objektif adalah konfirmasi piutang usaha dan saldo bank, perhitungan fisik
sekuritas dan kas, sedangkan contoh bukti subjektif adalah surat yang ditulis oleh
pengacara klien yang membahas hasil yang mungkin akan diperoleh dari gugatan
hokum yang sedang dihadapi oleh klientanya jawab dengan manajer, observasi atas
persediaan yang usang selama pemeriksaan fisik. 
5. Ketepatan waktu
Bukti yang terkumpul tepat pada waktunya dapat diandalakan untuk akun-akun
neraca apabila diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Sedangkan untuk
akun-akun laba rugi, bukti yang diperoleh dapat diandalkan jika ada sampel dari
keseluruhan periode yang di audit seperti sampel acak transaksi penjualan dari
setahun penuh, bukan hanya dari sebagian periode. 

2.2 Jenis- jenis Bukti Audit


Setiap prosedur audit mendapat satu atau lebih jenis-jenis bukti berikut :

1. Pengujian fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aktiva
yang berwujud (tangible asset). Pada umumnya, pemgujian fisik merupakan sarana ke
tujuan untuk meyakinkan kebenaran kuantitas maupun uraian aktiva dan dianggap
sebagai salah satu jenis bukti audit yang paling terpercaya dan berguna.
2. Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis maupun lisan
dari pihak ketiga yang independent yang memverifikasi keakuratan informasi
sebagaimana yang diminta oleh auditor. Konfirmasi biayanya relative tinggi dan dapat
menimbulkan beberapa ketidaknyamanan bagi pihak yang diminta untuk menyediakan
konfirmasi tersebut.
3. Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk
mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan.
Dokumen dibedakan jadi dua, dokumen internal adalah dokumen yang dipersiapkan dan
dipergunakan dalam organisasi klien itu sendiri sedangkan dokumen eksternal adalah
yang pernah berada dalam genggaman seseorang di luar organisasi yang mewakili pihak
yang menjadi klien dalam bertransasksi.
4. Prosedur analitis mengguanakn berbagai perbandingan dan hubungan untuk menilai
apakah saldo akun atau data lainnya nampak wajar. Prosedur analitis dibutuhkan selama
fase perencanaan dan penyelesaian atas semua audit.
5. Wawancara kepada klien adalh upaya untuk emperoleh informasi baik secara tertulis
maupun lisan dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang diajukan
oleh auditor. Bukti ini tidak dapat dinyatakan sebagai bukti yang meyakinkan karena
tidak diperoleh dari sumber yang independent dan barangkali cenderung mendukung
pihak lain.
6. Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh
klien. Pengecekan kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan perhitungan
klien yang mencakup prosedur seperti perkalian faktor penjualan dan persediaan,
penjumlahan jurnal dan buku tambahan, serta pengecekan kalkulasi beban penyusutan
dan beban dibayar dimuka. Sebagian besar rekalkulasi auditor dilakukan oleh perangkat
lunak audit dengan bantuan komputer.
7. Hitung uji melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer informasi
yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit pada sejumlah
sample yang diambil auditor.
8. Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas tertentu. Observasi
ini sangat berguna dalam pelaksanaan sebagian besar proses audit.

Biaya jenis-jenis Bukti

Pemeriksaan fisik dan konfirmasi merupakan jenis bukti audit yang paling mahal,
pemeriksaan fisik umumnya memerlukan biaya yang besar karena umumnya memerlukan
kehadiran auditor ketika klien sedang menghitung aktiva, yang sering kali dilaukan pada tanggal
neraca

1. dokumentasi, prosedur analitis, dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal


Jika karyawan klien menempatkan dokumen dan menyusunya dengan baik pada suatu
lokasi yang mudah ditemukan auditor, biasanya dokumentasi hanya memerlukan biaya
yang cukup rendah. namun jika auditor harus menemukan dokumen itu sendiri,
dokumentasi dapat membutuhkan biaya yang cukup tinggi. 
2. Observasi, tanya jawab dengan klien dan rekalkulasi adalah jenis bukti audit yang
paling murah,
Observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan prosedur audit lainnya. rekalkulasi
hanya melibatkan perhitungan dan penelusuran sederhana sesuai dengan keperluan
auditor. seringkali perangkat lunak komputer auditor dilakukan untuk melakukan
berbagai jenis pengujian tersebut.

2.3 Dokumentasi Audit


Dokumentasi audit adalah catatan utama yang mencakup semua informasi yang perlu
dipertimbangkan oleh auditor untuk melakukan audit secara memadai dan untuk mendukung
laporan audit. Tujuan dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor dalam memberikan
kepastian yang memadai bahwa audit telah sesuai dengan standar audit yang berlaku umum dan
juga membantu auditor dalam melaksanakan dan mensupervisi audit. Menurut Arens, Elder dan
Beasley (2008 : 241 – 243) secara lebih khusus, dokumentasi audit yang berkaitan dengan audit
tahun berjalan, memberikan :
a. Dasar bagi Perencanaan Audit. Jika auditor akan merencanakan audit yang memadai,
informasi tentang referensi yang diperlukan harus tersedia dalam file audit. File itu
meliputi berbagai macam informasi perencanaan sebagai informasi deskriptif Universitas
Sumatera Utaratentang pengendalian internal, anggaran waktu untuk masing  –  masing
area audit, program audit tahun sebelumnya.
b. Catatan Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian. Dokumentasi audit adalah sarana
utama untuk mendokumentasikan bahwa audit yang memadai telah dilaksanakan sesuai
standar auditing. Jika muncul kebutuhan, auditor harus mampu memperlihatkan kepada
lembaga pembuat peraturan dan pengadilan bahwa audit telah direncanakan dengan baik
dan diawasi secara memadai. Bukti yang dikumpulkan telah tepat dan mencukupi dan
laporan audit tepat dengan mempertimbangkan hasil audit. Apabila prosedur audit
melibatkan sampling transaksi atau saldo  - saldo, maka dokumentasi audit harus
mengidentifikasi item – item yang diuji. File audit juga harus mendokumentasikan
temuan atau masalah audit yang signifikan, tindakan yang diambil untuk menanganinya,
dan dasar  kesimpulan yang dicapai.
c. Data untuk menentukan Jenis Laporan Audit yang Tepat. Dokumentasi audit
menyediakan sumber informasi yang penting untuk membantu auditor dalam
memutuskan apakah bukti yang tepat dan mencukupi telah dikumpulkan guna
menjustifikasi laporan audit berdasarkan situasi tertentu. Data yang ada dalam file
memiliki kegunaan yang sama untuk mengevaluasi bukti bahwa audit telah diawasi
secara memadai. 
d. Dasar bagi Review oleh Supervisor dan Partner. File audit adalah kerangka referensi
utama yang digunakan oleh supervisor untuk mereview pekerjaan asisten. Review yang
cermat oleh supervisor juga memberikan bukti bahwa audit telah diawasi secara
memadai.

Dokumentasi audit dapat dianggap sebagai kertas kerja, meskipun semakin banyak
dokumentasi audit yang diselenggarakan dalam file komputerisasi. Dokumentasi yang berupa
kertas kerja audit merupakan milik kantor akuntan publik walaupun kertas kerja tersebut berisi
informasi mengenai perusahaan.  Kantor akuntan publik diharuskan untuk menjaga kerahasiaan
mengenai informasi perusahaan tersebut, kecuali jika ada izin dari perusahaan yang diaudit
tersebut atau ada perkara pengadilan. Setiap kantor akuntan publik menetapkan pendekatannya
sendiri untuk menyiapkan serta mengatur file audit dan auditor pemula harus menggunakan
pendekatan kantornya. Ada dasar pemikiran mengenai jenis dokumentasi audit yang disiapkan
untuk suatu audit dan cara dokumentasi itu diatur dalam file.

File permanen umum nya meliputi:


a. Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus penting
b. Dokumentasi pengendalian internal
c. Hasil prosedur analitis tahun sebelumnya
d. Rencana dan program audit
e. Neraca saldo periode berjalan
f. Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi
g. Skedul pendukung.
Keputusan utama yang harus ditetapkan oleh auditor adalah menyangkut banyaknya bukti
pendukung yang memadai untuk dikumpulkan, agar auditor merasa yakin bahwasannya unsur-
unsur laporan keuangan dan semua laporan lainnya dari klien dibuat sewajarnya. Pertimbangan
ini penting karena tingginya biaya pemeriksaan dan penilaian seluruh bukti yang tersedia.[1]
Sebagai dasar menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor
mengumpulkan bukti audit. Meskipun secara akuntansi menyediakan bukti audit yang cukup
untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan merupakan satu-satunya bukti
audit yang dikumpulkan oleh auditor. Bahwasannya auditor juga mengumpulkan bukti audit
dengan melakukan pengmatan langsung terhadap penghitungan fisik sediaan, mengjukan
permintaan keterangan dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber dari luar perusahaan klien.
[2]
Adapun pengertian dari bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-
angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung
laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating
information) yang tersedia bagi auditor.[3]

2.4 Tujuan Bukti Audit


Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Sebab, kewajaran laporan keuangan sangatlah
ditentukan integritas berbagai asersi manajmen yang terkandung dalam laporan keuangan, maka
hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat digambarkan pada bagan
dibawah ini;[7]

Asersi Mnaajemen Tujuan Umum Audit


Keberadaaan atau keterjadian Aktiva dan kewajiban entitas ada pada
tanggal tertentu dan transaksi
pendapatan serta biaya terjadi dalam
periode tertentu.
Kelengkaoan Semua transaksi dan akun yang
seharusnya telah disajikan dalam
laporaan keuangan.
Hak dan kewajiban Aktiva adalah hak entitas dan utang
adalah kewajiban entitas pada tanggal
tertentu.
Penilaian dan alokasi Komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan dan biaya telah disajikan
dalam laporan keuangan pada jumlah
yang semestinya.
Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu laporan keuangan
telah digolongkan, digambarkan dan
ditungkan secara semestinya.
2.5 Keputusan dan Keadaan Bahan Bukti Audit
 Keputusan Bukti audit
Keputusan auditor mengenai bukti pendukung audit dapat dipisahkan menjadi empat
golongan, yaitu sebagai berikut;[4]
 Prosedur audit mana yang akan digunakan.
 Jumlah sampel yang akan dipilih untuk suatu prosedur tertentu.
 Item (transaksi) mana yang akan dipilih dari keseluruhan data/populasi.
 Kapan prosedur-prosedur itu akan dilaksanakan.
Prosedur audit.  Prosedur audit adalah petunjuk terinci mengenai pengumpulan jenis
bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada suatu saat selama proses audit. Contoh, bukti
seperti penghitungan fisik pesediaan, perbandingan antara cek-cek yang telah diuangkan dengan
pengeluaran kas, ayat-ayat jurnal dan perincian dikumen pengiriman yang semuanya
dikumpulkan dengan menggunakan prosedur audit.Dalam merancang prosedur audit, biasanya
perlu perumusan dengan menggunakan istilah-istilah yang cukup jelas agar prosedur tersebut
dapat digunakan sebagai petunjuk dalam pelaksanaan audit.
Ukuran sampel.  Setelah prosedur audit dipilih, adalah mungkin bagi auditor untuk
mengubah ukuran sampel dari satu sampai seluruh bagian populasi yang sedang diuji. Dalam
prosedur audit, misalkan terdapat 6.000 cek yang tercatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor
dapat memilih ukuran sampel sebanyak 200 untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas.
Kemudian, auditor harus membuat keputusan tentang berapa banyak item yang harus diuji untuk
setiap prosedur audit. Adapun ukuran sampel untuk suatu prosedur dapat berubah-ubah dari satu
audit ke audit lainnya.
Item-item yang dipilih. Sesudah ukursn sampel ditentukan untuk suatu prosedur audit
tertentu, maka masih perlu diputuskan item-item tertentu yang harus diperiksa. Misalnya, jika
auditor memilih 200 cek yang dibatalkan dari populasi 6.600 sebagai perbandingan dengan
jurnal pengeluaran kas, berbagai metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-cek
tertentu yang akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih satu minggu dan memilih 200 cek
pertama; (2) memilih 200 cek dengan jumlah yang terbesar; (3) memilih cek-cek secara acak;
atau (4) memilih cek-cek yang menurut pendapat auditor mengandung kekeliruan. Atau
menggunakan kombinas dari metode-metode yang sudah dijelaskan di atas.
Pengaturan waktu (timing). Audit laporan keuangan biasanya meliputi jangka waktu
misalnya satu tahun, dan audit tersebut biasanya akan diselesaikan sampai lewat beberapa
minggu atau beberapa bulan setelah akhit periode. Pengaturan waktu peosedur audit dapat
berkisar dari awal periode akuntan yang panjang sampai periode itu berakhir. Dalam mengaudit
laporan keuangan, biasanya klien menginginkan agar audit diselesaikan satu samapai tiga bulan
setelah akhir tahun.
Program audit. Uraian terperinci mengenai hasil-hasil dari keempat golongan keputusan
dengan bukti audit tertentu disebut program audit. Program audit selalu memuat daftar prosedut
audit. Biasanya dinyatakan juga ukuran sampel, item-item tertentu yang dipilih dan pengaturan
waktu pengujian. Lazimnya, terdapat bagian program audit untuk setiap komponen audit. Oelh
sebab itu, akan terdapat bagian program audit untuk piutang usaha, untuk penjualan dan lainnya.
 Keadaan Bukti Audit yang Menyimpulkan
Standar ketiga kerja lapangan mensyaratkan bahwa auditor harus menumpulkan bukti
yang kompeten untuk mendukung pendapat yang dikeluarkan. Karena hakikatnya bukti audit dan
pertimbangan biaya pelaksanaan audit itu sendiri, yidak memungkinkan bagi auditor untuk yakin
seratus persen bahwa pendapat yang dikeluarkannya adalah benar. Namun, seorang auditor harus
memiliki pendirian bahwasannya pendapatnya adalah benar tanpa ada keragu-raguan sedikit pun.
Dengan menggabungkan seluruh bukti audit secara keseluruhan, auditor dapat memutuskan
untuk mengeluarkan laporan audit juka sudah tidak ada lagi keraguan dipihaknya.[5]
            Ada tiga faktor penentu dari bukti yang meyakinkan adalah kompetensi, kecukupan dan
ketepatan waktu. Perhatikan bahwa faktor yang disebutkan terdahulu diambil langsung dari
standar ketiga kerja lapangan
a. Kompetensi
Kompetensi merupakan tingkatan samapai di mana suatu bukti dianggap kompeten
sekali. Bukti tersebut akan banyak membantu auditor dalam menyakinkan bahwasannya
laporan keuangan disajikan dengan wajar. Sebagai contoh, jika seorang auditor
menghitung persediaan, maka bukti yang ditemukannya akan lebih kompeten daripada
jika memejemen memberikan auditor angka-angkanya sendiri. Kebanyakan auditor
menggunakan istilah dapat dipercayakan bukti sebagai sinonim dari kompetensi.
Kompetensi bukti hanya menyangkut prosedur-prosedur audit yang dipilih. Kompetensi
tidak dapat ditingkatkan dengan memilih sampel yang lebih besar atau pemilihan item
(transaksi) lain dari populasi. Kompetensi hanya dapat ditingkatkan dengan memiliki
prosedur audit yang bermutu tinggi dari salah satu atau lebih dari keenam ciri-ciri bukti
yang kompeten, yaitu;
b. Relevansi
Bukti harus berhubungan atau relevan denga tujuan yang sedang diuji oleh auditor
sebelum dapat dianggap meyakinkan. Misalnya, anggaplah auditor menduga bahwa
seorang klien tidak menagih pelanggan atas pengiriman barang (tujuan kelengkapan).
Jika auditor memilih sampel salinan fuktur penjualan dan menelusuri masing-masing
faktur ke dokumen pengiriman yang bersangkutan, maka bukti yang diperoleh tidak akan
relevan dengan tujuan kelngkapan. Prosedur yang relevan seharusnya membandingkan
sampel dikumen pengiriman dengan salinan faktur penjualan yang bersangkutan untuk
menetapkan bahwa masing-masing pengiriman telah ditagih.
c. Independensi pemberi bukti
Bukti yang diperoleh dari sumber di luar perusahaan adalah lebih dapat dipercaya
daripada yang didapat dari perusahaan. Sebagai contoh, bukti eksternal seperti yang
diperoleh dari bank, pengacara, atau pelanggan biasanya dapat lebih dipercaya daripada
jawaban yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan terhadap klien dan dari dokumen
yang bukan organisasi klien.
d. Keefektifan struktur pengendalian internal klien
Apabila struktur pengendalian internal klien efektif, bukti yang didapat dari klien akan
lebih dapat dipercaya daripada jika pengendalian internalnya lemah. Sebagai contoh, jika
pengendalian internal terhadap penjualan dan penagihan efektif, auditor dapat
memperoleh bukti yang kompeten dari faktir penjualan dan dikumentasi pengiriman
daropada jika pengendaliannya tidak memadai,
e. Penegtahuan langsung dari auditor
Bukti yang didapat secara langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi,
penghitungan dan pengawasan adalah lebih kompeten dari marjin kotor sebagai
persentase penjualan dan membandingkannya dengan periode-periode sebelumnya.,
bukti yang ditemukannya akan lebih dapat dipercaya daripada jika auditor percaya pada
perhitungan yang dibuat oleh kontroler.
f. Kualifikasi orang-orang yang memberikan informasi
Meskipun sumber informasi adalah independen, bukti tidak akan dapat dipercaya kecuali
jika orang yang memberikannya benar-benar mematuhi persyaratan untuk itu. Karena
itu, konfirmasi pengacara dan bank lebih dihargai daripada konfirmasi piutang usaha
yang berasal dari orang-orang yang tidak akan dapat dipercaya jika dia tidak
berpengalaman dalam dunia usaha. Selain itu juga, bukti yang didapatkan langsung oleh
auditor tidak akan dapat dipercaya jika auditor tidak memenuhi persyaratan untuk
mengevaluasi bukti itu. Misalnya, pemeriksaan penyediaan berupa berlian oleh seorang
auditor yang tidak dididik untuk membedakan antara berlian dan kaca biasa, maka tidak
akan menghasilkan bukti yang dapat dipercaya mengenai keberadaan berlian tersebut.
g. Tingkat obyektivitas
Bukti yang obyektif akan lebih dapat diandalkan daropada bukti yang banyak
membutuhkan pertimbangan untuk memutuskan apakah bukti itu benar. Contoh bukti
yang obyektif adalah konfirmasi mengenai piutang usaha dan saldo bank, usaha untuk
mencek apakah jumlahnya sama dengansaldo dalam buku besar.

 Kecukupan bukti
Kuantitas bukti yang diperoleh akan menentukan apakah bukti itu cukup. Karena itu, ukuran
sampel yang dipilih oleh auditor adalah penting dalam menentukan kecukupan bukti. Untuk
prosedur audit tertentu, bukti yang diperoleh dari sampel sebanyak dua ratus umumnya akan
lebih memadai daripada sampel sebanyak seratus.
Disamping ukuran sampel, transaksi (item) tertentu yang diuji akan mempengaruhi
kecukupan bukti. Sampel yang terdiri dari transaksi (item) dengan jumlah rupiah yang besar,
dengan kemungkinan kekeliruan yang tinggi, dan item yang mewakili keseluruhan data biasanya
dianggap cukup. Dilain pihak, kebanyakan auditor menganggap bahwa sampel yang hanya
terdiri dari transaksi (item) dengan jumlah rupiaah terbanayk dari populasi adalah tidak cukup.
 Ketepatan waktu
Ketepatan waktu dari bukti audit dapat menyangkut saat dicakup oleh audit. Biasanya bukti
audit untuk perkiraan neraca akan lebih meyakinkan apabila bukti itu didapat sedekat mungkin
dengan tanggal neraca. Contohnya, penghitungan auditor atas surat-surat berharga yang dapat
dipasarkan pada tanggal neraca akan lebih meyakinkan daripada penghitungan dua bulan
sebelumnya. Kemudian, untuk perkiraan perhitungan rugi-laba, bukti akan lebih menyakinkan
jika ada sampel dari seluruh periode yang dicakupaudit daripada hanya sebagian periode.
Misalnya, suatu sampel acak dari transaksi penjualan untuk keseluruhan tahun akan lebih
meyakinkan daripada sampel dari hanya enam bulan pertama.
 Hasil gabungan
Masalah menyakinkan bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan gabungan
dari kompetensi, kecukupan dan ketepatan waktu. Sempel dari bukti yang sangat kompeten tidak
meyakinkan kecuali jika bukti itu juga tepat waktu. Demikian juga, sampel yang besar dari bukti
yang tidak dapat dipercaya adalah tidak meyakinkan.
 Masalah biaya dan meyakinkan bukti
Pengambilan keputusan mengenai bukti untuk audit tertentu, baik biaya dan masalah
meyakinkannya bukti harus dipertimbangkan. Jarang terjadi bahwa hanya ada satu macam bukti
untuk pengujian informasi. Biaya dan meyakinkannya bukti dari semua alternatif yang ada harus
dipertimbangkan sebelum memilih jenis-jenis bukti yang terbaik. Tujuan auditor adalah untuk
mendapatkan bukti yang tepat waktu dan dapat dipercaya dalam jumlah yang cukup, yang dapat
diterapkan pada informasi yang sedang diuji dan melaksanakannya dengan biaya total yang
serendah mungkin.

           
BAB II
KESIMPULAN

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang
layak untuk menyatakan pendapatnya.Kemudian, Keputusan auditor mengenai bukti pendukung
audit dapat dipisahkan menjadi empat golongan, yaitu; (1) Prosedur audit mana yang akan
digunakan; (2) Jumlah sampel yang akan dipilih untuk suatu prosedur tertentu; (3) Item
(transaksi) mana yang akan dipilih dari keseluruhan data/populasi; dan (4) Kapan prosedur-
prosedur itu akan dilaksanakan.
Ada tiga faktor penentu dari bukti yang meyakinkan adalah kompetensi, kecukupan dan
ketepatan waktu. Perhatikan bahwa faktor yang disebutkan terdahulu diambil langsung dari
standar ketiga kerja lapangan, yaitu hasil gabungan serta masalah biaya dan meyakinkannya
bukti.
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Kemudian, dalam memutuskan prosedur audit
aman yang akan digunakan, ada tujuh kategori umum bukti audit yang dapat dipilih oleh auditor,
yaitu; pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, observasi, pertanyaan terhadap klien,
ketepaan mekanis dan prosedur analitis.
DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, James K. Loebbecke.Auditing Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta:


ERLANGGA. 1995.
Mulyadi.Auditing. Jakarta: Salemba Empat. 2002.
[1] Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu Pendekatan Terpadu, (Jakarta:
ERLANGGA, 1995), h. 180.
[2]Mulyadi, Auditing, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), h. 71.
[3]Ibid., h. 74.
[4]Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu...,  h. 180.
[5]Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu...,  h. 182.
[6]Ibid., h. 182-185.
[7]Mulyadi, Auditing..., h. 73-74.
[8]Alvin A. Arens, James K. Loebbecke, Auditing Suatu...,  h. 185-189

Anda mungkin juga menyukai