Anda di halaman 1dari 30

PENGAUDITAN 1

BAB 3 BUKTI AUDIT

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Putri Danila Sukma Dewi 03/2002622010439 Akuntansi A Gianyar


I Putu Agus Wahyu Kusuma Yudha 04/2002622010440 Akuntansi A Gianyar

Dewa Ayu Alfina Widyaningrum 08/2002622010444 Akuntansi A Gianyar


Ni Luh Nyoman Ayu Gumi Anggreni 04/2002622010469 Akuntansi B Gianyar
Ni Made Mahardini 13/2002622010498 Akuntansi B Gianyar

Ni Nyoman Julianti 18/2002622010483 Akuntansi B Gianyar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan atas segala anugrah-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

2 Juli 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Bukti Audit .................................................................................................................. 3
2.2 Cukup atau Tidaknya Bukti Audit .............................................................................. 4
2.3 Kompetensi Bukti Audit.............................................................................................. 5
2.4 Bukti Audit sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor ........... 7
2.5 Tipe Bukti Audit.......................................................................................................... 8
2.6 Prosedur Audit........................................................................................................... 14
2.7 Situasi Audit Yang Mengandung Risiko Besar......................................................... 18
2.8 Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit ....... 19
2.9 Hubungan Antara Asersi Manajemen Dalam Laporan Keuangan, Tujuan Khusus
Audit, Dan Pengujian Substantif.......................................................................................... 20
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 25
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum, audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh danmengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengantujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yangtelah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepadapemakai yang berkepentingan.Bukti audit
adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakahinformasi yang
sedang diaudit tersebut telah disajikan sesuai dengan kriteria yang ada.Merupakan hal yang
sangat penting untuk memperoleh sejumlah bukti audit yang
cukup berkualitas agar dapat mencapai tujuan audit. Seorang auditor pun harus memiliki
sikapmental yang independen. Kompetensi yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan
prosesaudit hanya bernilai sedikit saja jika ia tidak memilki sikap objektif pada saat
pengumpulandan pengevaluasian bukti-bukti audit ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa itu bukti audit serta jenis bukti audit?
2. Apa syarat cukup atau tidaknya bukti audit?
3. Bagimana kompetensi bukti audit?
4. Bagaimana bukti audit sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat auditor?
5. Apa saja tipe bukti audit?
6. Bagaimana prosedur audit?
7. Bagaimana situasi audit yang mengandung risiko besar?
8. Apa keputusan yang harus diambil oleh auditor berkaitan dengan bukti audit?
9. Bagaimana hubungan antara asersi manajemen dalam laporan keuangan, tujuan khusus
audit, dan pengujian substantif?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penyusun merumuskan tujuan pembahasan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bukti audit serta jenis bukti audit.
2. Untuk mengetahui syarat cukup atau tidaknya bukti audit.
3. Untuk mengetahui kompetensi bukti audit,
4. Untuk mengetahui bukti audit sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat
auditor.
5. Untuk mengetahui tipe bukti audit.
6. Untuk mengetahui prosedur audit.
7. Untuk mengetahui situasi audit yang mengandung risiko besar.
8. Untuk mengetahui keputusan yang harus diambil oleh auditor berkaitan dengan bukti
audit.
9. Untuk mengetahui hubungan antara asersi manajemen dalam laporan keuangan, tujuan
khusus audit, dan pengujian substantif.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bukti Audit

Bukti Audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang
layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri
dari: data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating information) yang tersedia
bbagi auditor.

A. Data Akuntansi

Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar, dan buku
pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti
daftar lembaran kerja (work sheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan
rekonsilasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan. Data
akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup suatu laporan
keuangan; di pihak lain, tanpa dilandasi oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi
yang mendukung laporan keuangan, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan
terjamin.

Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan dengan jalan:

1. Menganalisis dan me-review


2. Menelusuri Kembali Langkah-langkah prosedur yang diikuti dalam proses
akuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang
bersangkutan
3. Menghitung Kembali dan melakukan rekonsilasi jumlah-jumlah yang
berhubungan dengan penerapan informasi yang sama.

Dalam suatu sistem akuntansi yang dirancang dan yang diselenggarakan dengan baik,
akan terdapat konsistensi intern. Konsistensi ini dapat ditemukan melalui prosedur yang
menghasilkan bukti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum di Indonesia.

3
B. Informasi Penguat

Tipe bukti audit lain yang dikumpulkan oleh auditor sebagai dasar pernyataan
pendapatnya atas laporan keuangan adalah informasi penguat. Informasi penguat meliputi
segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan
pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui: informasi yang diperoleh auditor melalui
permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik; serta informasi lain
yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik
kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.

Dokumen yang relevan yang menunjang pencatatan dalam akun-akun dan asersi dalam
laporan keuangan, biasanya disimpan dalam arsip perusahaan dan tersedia bagi auditor
untuk diaudit. Baik di dalam maupun di luar organisasi perusahaan terdapat orang-orang
yang berpengetahuan cukup, yang dapat dimintai keterangan oleh auditor independen.
Aktiva yang mempunyai wujud fisik dapat diinspeksi oleh auditor untuk membuktikan
asersi tentang keberadaannya. Kegiatan pegawai perusahaan dapat diamati untuk
membuktikan asersi keterjadian suatu transaksi. Berdasarkan atas kondisi atau keadaan
tertentu yang diamati oleh auditor, misalnya tingkat risiko pengendalian yang rendah, ia
dapat sampai pada kesimpulan tentang keabsahan berbagai asersi dalam laporan keuangan.

2.2 Cukup atau Tidaknya Bukti Audit

Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan
oleh auditor. Dalam penentuan cukup atau tidaknya jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan
oleh auditor, pertimbangan profesional auditor-memegang peranan yang penting. Faktor yang
mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit
adalah:

a. Materialitas dan Risiko

Secara umum, untuk akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan diperlukan
jumlah bukti audit yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak
material. Dengan demikian, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor dalam
memeriksa sediaan di perusahaan manufaktur akan lebih banyak bila dibandingkan dengan
bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap surat berharga.

4
Untuk akun yang memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah dalam laporan
keuangan, jumlah bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor umumnya lebih banyak bila
dibandingkan dengan akun yang memiliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam
laporan keuangan. Karena penyajian sediaan dalam neraca memerlukan penentuan data
kuantitas sediaan dan nilai sediaan pada tanggal neraca, risiko salah saji sediaan dalam
neraca lebih tinggi bila dibandingkan dengan risiko salah saji tanah.

b. Faktor Ekonomi

Pengumpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua faktor: waktu
dan biaya. Auditor harus mempertimbangkan faktor ekonomi di dalam menentukan jumlah
dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan. Jika dengan memeriksa jumlah bukti yang
lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap
keseluruhan bukti. auditor memilih untuk memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit
berdasarkan pertimbangan ekonomi: biaya dan manfaat (cost and benefit).

c. Ukuran dan Karakteristik Populasi

Dalam pemeriksaan atas unsur-unsur tertentu laporan keuangan, auditor seringkali


menggunakan sampling audit. Dalam sampling audit, auditor memilih secara acak sebagian
anggota populasi untuk diperiksa karakteristiknya. Umumnya, semakin besar populasi,
semakin banyak jumlah bukti audit yang diperiksa oleh auditor..

Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota populasi. Jika auditor


menghadapi populasi dengan anggota yang homogen, jumlah bukti audit yang dipilih dari
populasi tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan populasi yang beranggota hiterogen.

2.3 Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan
informasi penguat.

1. Kompetensi Data Akuntansi

Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian


intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan bukti-
bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Sebaliknya, pengendalian klien yang
lemah seringkali tidak dapat mencegah atau mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang
terjadi dalam proses akuntansi.

5
2. Kompetensi Informasi Penguat

Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini:

a. Relevansi

Faktor relevansi berarti bahwa bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Jika
tujuan audit adalah untuk menentukan eksistensi sediaan yang dicantumkan oleh klien
dalam neraca, auditor harus memperoleh bukti dengan melakukan pengamatan terhadap
penghitungan fisik sediaan yang dilaksanakan oleh klien. Namun, bukti audit tersebut
tidak akan relevan dengan tujuan audit yang lain, seperti untuk menentukan
kepemilikan (asersi hak dan kewajiban serta asersi penilaian (asersi penilaian atau
alokasi) sediaan.

b. Sumber

Bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya
merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi. Dalam audit, auditor
dapat memperoleh informasi secara langsung dengan cara pemeriksaan tangan pertama,
pengamaran, dan perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor tersebut. Auditor juga
melakukan pemeriksaan secara tidak langsung, yaitu dengan mengumpulkan informasi
tangan kedua. Bukti audit yang diperoleh dengan cara pertama relatif lebih tinggi
tingkat kompetensinya bila dibanding denga bukti audit yang dikumpulkan dengan cara
kedua.

c. Ketepatan waktu

Ketepatan waktu berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh


auditor. Ketepatan waktu pemerolehan bukti audit sangat penting dalam memverifikasi
aktiva lancar, utang lancar, dan saldo akun laba-rugi yang bersangkutan. Untuk akun-
akun yang berkaitan dengan aktiva lancar, utang lancar, dan akun laba-rugi yang
bersangkutan, auditor harus memperoleh bukti bahwa klien telah melakukan pisah hatas
semestinya (proper cutoff transaksi kas, penjualan, dan pembelian pada tanggal neraca.
Pemerolehan bukti ini akan mudah dilakukan jika auditor menerapkan prosedur audit
pada atau mendekati tanggal neraca. Demikian pula, bukti audit yang diperoleh dari
penghitungan fisik terhadap kas dan surat berharga pada tanggal neraca akan
memberikan bukti yang lebih baik tentang kuantitas aktiva tersebut yang ada di tangan

6
klien pada tanggal neraca dibandingkan bila bukti tersebut diperoleh auditor pada
tanggal lain.

d. Objektivitas

Bukti yang bersifat objektif umumnya dianggap lebih andal dibandingkan dengan
bukti yang bersifat subjektif. Sebagai contoh, bukti tentang eksistensi aktiva tetap
berwujud akan lebih komperen bila diperoleh melalui inspeksi fisik, karena secara
objektif bukti tersebut lebih konklusif. Bukti yang diperoleh dari pihak luar entitas yang
diaudit dipandang lebih bersifat objektif dibandingkan dengan bukti yang hanya
bersumber dari klien. Bukti yang mendukung estimasi manajemen tentang keusangan
sediaan dan jaminan purna jual produk merupakan bukti yang subjektif sifatnya. Dalam
menghadapi bukti yang bersifat subjektif ini, auditor harus

1. Mempertimbangkan kompetensi dan integritas karyawan yang diberi wewenang


untuk melakukan estimasi.
2. Menilai apakah proses pengambilan keputusan yang semestinya telah diikuti
oleh klien dalam mempertimbangkan estimasi tersebut.

2.4 Bukti Audit sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor

Kata penting lain yang terdapat dalam standar pekerjaan lapangan ketiga adalah "sebagai
dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit." Standar
pekerjaan lapangan ketiga ini tidak mengharuskan auditor untuk menjadikan bukti audit yang
dikumpulkannya sebagai suatu dasar yang absolut bagi pendapat yang dinyatakan atas laporan
keuangan auditan. Dasar yang layak berkaitan dengan tingkat keyakinan secara keseluruhan
yang diperlukan oleh auditor untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut ini:

a. Pertimbangan Profesional

Pertimbangan profesional merupakan salah satu faktor yang menentukan


keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit. Pernyataan
Standar Auditing (PSA) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia berisi persyaratan
tentang bukti audit dan memberikan panduan tentang cara yang harus ditempuh oleh

7
auditor untuk memenuhi persyaratan tersebut. Auditor diharuskan memberikan alasan
setiap penyimpangan dari Pernyataan Standar Auditing.

b. Integritas Manajemen

Manajemen bertanggung jawab atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan.
Manajemen juga berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar bukti penguat
dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor akan
meminta bukti kompeten jika terdapat keraguan terhadap integritas manajemen.

c. Kepemilikan Publik versus Terbatas

Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas
laporan keuangan perusahaan publik (misalnya PT yang go public) dibandingkan dengan
audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas (misalnya PT
Tertutup). Hal ini disebabkan karena dalam audit atas laporan keuangan perusahaan
publik, laporan audit digunakan oleh pemakai dari kalangan lebih luas, dan pemakai
laporan audit tersebut hanya mengandalkan pengambilan keputusan investasinya terutama
atas laporan keuangan auditan.

d. Kondisi Keuangan

Umumnya jika suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses


kebangkrutan. pihak-pihak yang berkepentingan, seperti kreditur, akan meletakkan
kesalahan di pundak auditor, karena kegagalan auditor untuk memberikan peringatan
sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan perusahaan. Dalam keadaan ini,
auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan keuangan auditan dan mutu
pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

2.5 Tipe Bukti Audit

Tipe bukti audit dapat dikelompokkan menjadi dua golongan berikut ini :

A. Tipe Data Akuntansi


1. Pengendalian Intern sebagai Bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat
digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan yang
timbul akan segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya pengecekan
silang (cross check) dan cara-cara pembuktian (proof) yang dibentuk di dalamnya. Oleh

8
karena itu, jika auditor mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern
dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya seriap hari, hal ini merupakan
bukti audit yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan
dalam laporan keuangan.
2. Catatan Akuntansi sebagai Bukti
Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang
digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan
keuangan. Oleh karena itu, pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap suatu
jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, ia akan melakukan penelusuran
kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan demikian, catatan akuntansi
merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transaksi keuangan yang
telah dilakukan oleh klien.

B. Tipe Informasi Penguat


1. Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan
aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam
pemeriksaan terhadap persediaan dan kas. Pemeriksaan terhadap surat berharga,
piutang wesel, investasi jangka panjang dan aktiva berwujud juga memerlukan bukti
fisik ini. Pemeriksaan secara fisik terhadap aktiva merupakan cara langsung untuk
membuktikan kebenaran adanya aktiva tersebut. Oleh karena itu, untuk jenis aktiva
tertentu, bukti fisik dianggap sebagai bukti audit yang paling andal dan bermanfaat.
Pengamatan fisik tidak dapat membuktikan adanya hak kepemilikan terhadap suatu
aktiva. Oleh karena itu, meskipun bukti fisik merupakan hal yang penting dalam
pemeriksaan terhadap aktiva, namun pada umumnya masih harus didukung oleh tipe
bukti audit yang lain. Untuk jenis aktiva tertentu, seperti piutang usaha atau aktiva tidak
berwujud, tidak mungkin bagi auditor untuk mengumpulkan bukti fisik.
2. Bukti Dokumenter
Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti dokumenter. Tipe
bukti audit ini dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau simbol-simbol
yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi tiga golongan:
a. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan
langsung kepada auditor.

9
b. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam
arsip klien
c. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Dalam menilai keandalan buku dokumenter, auditor harus memperhatikan apakah
dokumen tersebut dapat dengan mudah dipalsu atau dibuat oleh karyawan yang tidak
jujur. Sebagai contoh, sertifikat saham yang dibuat dari kertas dan cetakan khusus
merupakan bukti audit yang tidak mudah untuk dipalsu. Di lain pihak sertifikat wesel
tagih akan mudah dibuat hanya dengan mengisi formulir standar yang telah tersedia.
Mutu bukti dokumenter yang terbaik adalah yang dibuat oleh pihak luar yang
bebas, yang dikirim langsung kepada auditor tanpa melalui tangan klien. Bukti audit ini
diperoleh auditor melalui prosedur audit yang disebut konfirmasi. Konfirmasi adalah
penerimaan suatu jawaban tertulis dari pihak yang bebas, yang berisi verifikasi
ketelitian informasi yang diminta oleh auditor.
Agar bukti dokumenter yang dihasilkan merupakan bukti audit yang andal,
konfirmasi harus diawasi oleh auditor sejak saat pembuatannya sampai dengan
diterimanya jawaban dari pihak yang dikonfirmasi. Bukti dokumenter yang dibuat oleh
pihak luar organisasi klien, yang diperlukan oleh auditor, unumnya disimpan dalam
arsip klien. Bagi auditor, bukti dokumenter yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah, karena tidak
adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Contoh bukti dokumenter ini adalah
faktur penjualan, surat order pembelian, bukti pengiriman barang, laporan penerimaan
barang, memo kredit dan berbagai macam dokumen yang lain.
Kepercayaan auditor terhadap jenis dokumen yang dibuat dan hanya digunakan
dalam organisasi klien dipengaruhi oleh kekuatan pengendalian intern. Jika suatu
dokumen dibuat oleh seorang karyawan dan diperiksa oleh karyawan lain, serta
mempunyai nomor urut tercetak dan urutan nomornya dipertanggungjawabkan, maka
dokumen tersebut merupakan bukti dokumenter yang mutunya tinggi. Di lain pihak,
jika pengendalian intern dalam organisasi klien lemah, auditor tidak dapat meletakkan
kepercayaannya atas bukti-bukti dokumenter yang dibuat dalam organisasi tersebut,
yang tidak diperiksa oleh pihak luar.

10
Informasi yang Dikonfirmasi Konfirmasi Diperoleh dari
Aktiva
Kas di bank Bank
Piutang usaha Debitur
Piutang wesel Pembuat wesel
Sediaan yang dititipkan kepada pihak luar
sebagai barang konsinyasi Pihak yang dititipi barang
Sediaan yang disimpan dalam gudang pihak luar Perusahaan pergudangan
Utang
Utang usaha Kreditur
Utang wesel Kreditur
Persekot dari customer Customer
Utang hipotek Kreditur
Utang obligasi Pemegang obligasi
Modal
Saham yang beredar Transfer agent
Informasi Lain
Jumlah pertanggungan asuransi Perusahaan asuransi
Penasihat hukum perusahaan,
Utang bersyarat bank, dan sebagainya
Surat berharga yang dijaminkan dalam
penarikan utang Kreditur
Gambar diatas merupakan Informasi yang sering Dikonfirmasi oleh Auditor.

Salah satu tipe bukti audit yang penting yang dibuat dalam organisasi klien adalah
surar representasi manajemen (letter of representation atau management representation
letter). Surat ini dibuat oleh manajer tertentu dalam organisasi klien atas permintaan
auditor, yang berisi fakta tertentu mengenai posisi keuangan dan kegiatan perusahaan.
Sebagai contoh, manajer keuangan perusahaan klien diminta oleh auditor untuk menulis
suatu surat pernyataan yang menjelaskan bahwa menurut pengetahuannya semua utang
perusahaan telah dicantumkan dalam neraca. Meskipun surat representasi manajemen
ini merupakan bukti yang penting, tetapi bagi auditor, bukti audit ini tidak
membebaskan dirinya dari tugas untuk melakukan verifikasi terhadap informasi yang
tercantum dalam surat tersebut, Laporan keuangan sendiri sebenarnya sudah merupakan

11
representasi dari manajemen. Suatu surat yang ditandatangani oleh manajer keuangan,
yang menyatakan bahwa semua utang telah dicantumkan dalam neraca merupakan
representasi lebih lanjut dari manajemen. Oleh karena itu, surat representasi manajemen
tidak setingkat kompetensinya dengan bukti dokumenter lainnya.
3. Perhitungan sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian
perhitungan yang dapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang
bersifat kuantitatif. Contoh tipe bukti audit ini adalah:
a. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertical.
b. Cross-footing yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
c. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan
tarif depresiasi yang digunakan oleh klien.
d. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per
saham yang beredar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain.

4. Bukti Lisan
Dalam melaksanakan audit, auditor tidak berhubungan dengan angka, namun
berhubungan dengan orang, terutama para manajer. Oleh karena itu, dalam rangka
mengumpulkan bukti audit, auditor banyak meminta keterangan secara lisan.
Permintaan keterangan secara lisan oleh auditor kepada karyawan kliennya tersebut
akan menghasilkan informasi tertulis atau lisan. Keterangan yang diminta oleh auditor
akan meliputi masalah-masalah yang sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi
catatan dan dokumen, alasan penggunaan prinsip akuntansi yang tidak berterima umum
di Indonesia. kemungkinan pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagih,
dan kemungkinan adanya urang bersyarat.
Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe
bukti lisan. Umumnya bukti lisan tidak cukup, tetapi bukti audit ini dapat menunjukkan
situasi yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut atau pengumpulan bukti audit lain
yang akan menguatkan bukti lisan tersebut. Sebagai contoh, pada waktu auditor ingin
memperoleh informasi mengenai metode pencatatan dan pengendalian intern terhadap
transaksi penjualan, ia biasanya memulainya dengan menanyai kliennya bagaimana
bekerjanya sistem akuntansi penjualan dalam organisasi tersebut. Kemudian ia akan
melakukan pengujian terhadap sistem tersebut untuk menentukan apakah transaksi

12
telah dicatat dan diotorisasi seperti yang dijelaskan dalam jawaban lisan yang diterima
sebelumnya oleh auditor.

5. Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan
yang lebih intensif, auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva,
utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.
Jika terdapat perubahan yang bersifat luar biasa, diadakan penyelidikan sampai auditor
memperoleh alasan yang masuk akal mengenai penyebabnya. Sebagai contoh, tipe
bukti audit ini adalah perbandingan jumlah biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap
tahun tertentu dengan tahun sebelumnya: jika perbedaannya cukup signifikan, auditor
kemudian mencari informasi penyebab terjadinya perubahan biaya tersebut.
Di samping membandingkan jumlah rupiah dari tahun ke tahun, auditor juga
mempelajari hubungan persentase berbagai unsur dalam laporan keuangan. Sebagai
contoh, auditor mengetahui bahwa dalam tahun-tahun sebelumnya klien menentukan
besarnya kerugian akibat tidak tertagihnya piutang usaha sebesar 1% dari hasil
penjualan bersih. Dalam tahun yang diaudit, klien menaikkan besarnya kerugian
tersebut menjadi 8% dari hasil penjualan bersih. Perubahan yang cukup besar ini
menyebabkan auditor melakukan penyelidikan secara seksama terhadap semua piutang
usaha yang dihapus dalam tahun yang diaudit untuk menentukan penyebab kenaikan
jumlah taksiran kerugian piutang usaha tersebut.
Bukti audit berupa perbandingan dan ratio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal
audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang
mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan kesimpulan-
kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.

6. Bukti dari spesialis


Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan
khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Contohnya adalah: pengacara,
insinyur sipil, geologist, penilai (appraiser).
Berbagai contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut pertimbangan auditor
memerlukan pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini:
a. Penilaian (misalnya, karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted.

13
b. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia
atau kondisi (misalnya, cadangan mineral atau tumpukan bahan baku yang ada
di Gudang.
c. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode
khusus beberapa perhitungan aktuarial).
d. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya, pengaruh
protensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti).
Dalam audit terhadap sediaan, auditor bukan orang yang ahli dalam menentukan
mutu sediaan. Begitu juga dalam hal penentuan besarnya cadangan sumber alam yang
sedang dalam tanah, auditor harus mengadakan konsultasi dengan spesialis yang sesuai,
yaitu geologis. Penentuan persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya ada
di tangan auditor.
Auditor harus membuat surat perjanjian kerja dengan spesialis, tetapi tidak boleh
menerim begitu saja hasil-hasil penemuan spesialis tersebut. Ia harus memahami
metode-metode dan asumsi-asumsi yang digunakan oleh spesialis tersebut dan harus
melakukan pengujian terhadap data akuntansi yang diserahkan oleh klien kepada
spesialis tersebut. Auditor dapat menerima hasil penemuan spesialis tersebut sebagai
bukti audit yang andal, kecuali jika menurut pengujiannya menyebabkan ia
berkesimpulan bahwa hasil penemuan spesialis tersebut tidak masuk akal. Jika auditor
menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten hasil kerja
spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar.
Jika auditor puas dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat
selain pendaat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut
untuk mendukung alasan tidak diberikannya pendapat wajar dalam laporan auditnya.
Panduan penggunaan bukti audit dari spesialis diatur dalam SA Seksi 336 Penggunaan
pekerjaan spesialis.

2.6 Prosedur Audit

Standar pekerjaan lapangan ketiga menyebutkan beberapa prosedur audit vang harus
dilaksanakan oleh auditor dalam mengumpulkan berbagai tipe bukti audit. Prosedur audit
instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat
tertentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut meliputi
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi.

14
Di samping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut,
auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan buku audit yang
akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan,
Prosedur audit lain tersebut meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, perhitungan
dan scanning. Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:

1) Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik
sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh auditor. Dengan melakukan inspeksi
terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut.
Dengan melakukan inspeksi terhadap kondisi fisik suatu aktiva tetap misalnya, auditor
akan dapat memperoleh informasi mengenai eksistensi dan keadaan fisik aktiva tersebut.
2) Pengamatan
Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor
untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Contoh kegiatan yang biasa
diamati oleh auditor dalam auditnya adalah: penghitungan fisik sediaan yang ada di
gudang klien. pembuatan dan persetujuan voucher, cara penyimpanan kas yang ada di
tangan klien. Dengan pengamatan ini auditor akan dapat memperoleh bukti visual
mengenai pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati auditor adalah karyawan,
prosedur, dan proses.
3) Konfirmasi
Seperti telah diuraikan di atas, konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang
bebas. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor dalam konfirmasi ini adalah sebagai
berikut:
a. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak
luar.
b. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan
jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi yang ditanyakan oleh
auditor tersebut.
c. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.
4) Permintaan keterangan
Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta
keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan

15
dan bukti dokumenter. Contoh prosedur audit ini adalah: permintaan keterangan auditor
mengenai tingkat keusangan sediaan yang ada di gudang, permintaan keterangan yang
diajukan kepada penasihat hukum klien mengenai kemungkinan keputusan perkara
pengadilan yang sedang ditangani oleh penasihat hukum tersebut.

5) Penelusuran
Dalam melaksanakan prosedur audit ini, auditor melakukan penelusuran informasi
sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan
pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Prosedur audit ini terutama
diterapkan terhadap bukti dokumenter. Contoh prosedur penelusuran yang dilakukan oleh
auditor adalah pemeriksaan terhadap transaksi penjualan yang dimulai oleh auditor dengan
memeriksa informasi dalam surat order dari customer, diusut kemudian dengan informasi
yang berkaitan dalam surat order penjualan, laporan pengiriman barang, faktur penjualan,
jurnal penjualan, dan akun piutang usaha dalam buku pembantu piutang usaha.
Penelusuran dilakukan dengan tujuan untuk menentukan ketelitian dan kelengkapan
catatan akuntansi.
6) Pemeriksaan dokumen pendukung
Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching) merupakan prosedur audit yang
meliputi:
a. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data
keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya
b. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
7) Penghitungan (counting)
Prosedur audit ini meliputi:
a. Penghitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau sediaan di
tangan,
b. Pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak. Penghitungan fisik
digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan, sedangkan
pertanggungjawaban formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk
mengevaluasi bukti dokumenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.
8) Scanning
Scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk
mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih
mendalam.
16
9) Pelaksanaan ulang (reperforming)
Prosedur audir ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien.
Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan pada penghitungan dan rekonsiliasi yang telah
dilakukan oleh klien. Contohnya adalah penghitungan ulang jumlah total dalam jurnal,
perhitungan ulang biaya depresiasi, biaya bunga terutang, perkalian antara kuantitas
dengan harga satuan dalam inventory summary sheets, dan penghitungan ulang
penjumlahan dalam rekonsiliasi bank.
10) Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)
Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor
perlu menggunakan computer assisted audit techniques dalam menggunakan berbagai
prosedur audit yang dijelaskan di atas.
Sebagai contoh, auditor menggunakan suatu computer audit software tertentu dalam
melaksanakan penghitungan jumlah saldo piutang usaha menurut buku pembantu piutang
usaha, pemilihan nama debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi, penghitungan
berbagai ratio dalam prosedur analitik, perbandingan unsur data yang terdapat dalam
berbagai files. SA Seksi 327 Teknik Audit Berbantuan Komputer memberikan panduan
bagi auditor tentang penggunaan komputer dalam audit di lingkungan sistem informasi
komputer.
Berikut ini memperlihatkan hubungan antara tipe bukti audit dan prosedur audit yang
biasa digunakan oleh auditor untuk mendapatkan bukti audit tersebut.

Tipe Bukti Prosedur Audit Contoh Penerapan


Prosedur Audit

Inspeksi Inspeksi mesin pabrik


Bukti fisik
Penghitungan Penghitungan kas

Konfirmasi Konfirmasi saldo bank

Inspeksi Inspeksi faktur penjualan

Penelusuran Menelusuri faktur penjualan


Bukti dokumenter
Wawancara dengan
Wawancara penasihat hukum klien yang
menghasilkan surat

17
pernyataan dari peneasihat
hukum tersebut
Footing terhaap jurnal
penjualan
Bukti perhitungan Penghitungan kembali
Gros-footing terhadap jurnal
pembelian
Meminta keterangan tentang
Bukti lisan Wawancara tingkat keusangan sediaan di
gudang
Membandingkan realisasi
Bukti perbandingan Prosedur analitik
penjualan dengan anggaran

2.7 Situasi Audit Yang Mengandung Risiko Besar

Dalam situasi tertentu, risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun
dan di dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa, Oleh
karena itu, auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar
seperti contoh berikut ini.

A. Pengendalian Intern yang Lemah

Pengendalian intern menentukan jumlah dan kualitas bukti yang harus dikumpulkan
oleh auditor.

B. Kondisi Keuangan yang tidak Sehat

Suatu perusahaan yang mengalami kerugian atau dalam posisi yang sulit untuk
melunasi utangnya akan mempunyai kecenderungan untuk menunda penghapusan
piutangnya yang sudah sulit untuk ditagih.

C. Manajemen yang tidak dapat dipercaya

Auditor harus waspada terhadap manajer yang pernyataan-pernyataan lisannya ternyata


sebagian atau seluruhnya tidak benar.

18
D. Penggantian Auditor

Klien baru yang telah mengganti auditornya merupakan klien yang berisiko besar bagi
auditor penggantinya.

E. Perubahan Tarif atau Peraturan Pajak atas Laba

Perubahan tarif pajak yang drastis akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk


menggeser pengakuan pendapatan dalam periode yang pajaknya masih relatif rendah.

F. Usaha yang Bersifat Spekulatif

Auditor yang melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang kegiatannya dalam
usaha yang sifatnya spekulatif, akan menghadapi risiko yang lebih besar bila dibandingkan
dengan auditor yang melakukan audit terhadap perusahaan yang kegiatan usahanya relatif
stabil dalam jangka panjang.

G. Transaksi Perusahaan yang Kompleks

Klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi yang sangat rumit merupakan klien
yang mengandung risiko besar bagi auditor bila dibandingkan dengan klien yang
kegiatannya bersifat konvensional.

2.8 Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit

Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan
yang saling berkaitan, yaitu:

1. Penentuan Prosedur Audit yang Akan Digunakan


Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Contoh
prosedur audit disajikan berikut ini.
a. Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas
tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
b. Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu
setelah tanggal neraca.
c. Lakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan yang diselenggarakan
oleh klien.

19
2. Penentuan Besarnya Sampel
Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan besarnya sampel yang
berbeda dari satu unsur dengan unsur yang lain dalam populasi yang sedang diperiksa.
Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara audit yang satu dengan audit yang lain dan
dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.
3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus
memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.
Sebagai contoh : auditor telah menentukan bahwa 400 faktur penjualan dari populasi
sebesar 1500 akan diperiksa mengenai otorisasi dan ketelitian yang tercantum di dalamnya.
Auditor dapat menggunakan beberapa metode yang berbeda untuk memilih 400 faktur
penjualan dari populasi tersebut. Tiga metode yang mungkin digunakan oleh auditor
adalah:
a. Memilih minggu tertentu sebagai periode pengujian (test period) dan memeriksa
400 faktur penjualan pertama yang dibuat dalam minggu tersebut.
b. Memilih 400 faktur penjualan yang berisi total rupiah di atas Rp40.000
c. Memilih 400 faktur penjualan tersebut secara acak.
4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit
Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasanya
1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera setelah awal tahun.
Umumnya, klien menghendaki audit diselesaikan dalam jangka waktu satu sampai dengan
tiga bulan setelah tanggal neraca.

2.9 Hubungan Antara Asersi Manajemen Dalam Laporan Keuangan, Tujuan Khusus
Audit, Dan Pengujian Substantif

Penggunaan Asersi dalam pengembangan Tujuan Khusus Audit dan dalam Perancangan
Pengujian Substanstif.

A. Keberadaan atau keterjadian


• Tujuan Khusus Audit
1. Sediaan yang dicantumkan dalam neraca secara fisik ada. (Pengujian Substantif
No 1,2,3)

20
2. Sediaan merupakan unsur yang disimpan untuk dijual atau digunakan dalam
kegiatan normal bisnis. (Pengujian Substantif No 4,5,6)
• Pengujian Substantif
1. Mengamati penghitungan fisik sediaan.
2. Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan di lokasi luar
perusahaan.
3. Menguji transaksi sediaan di antara tanggal awal penghitungan fisik sediaan
dengan tanggal neraca.
4. Me-review kartu sediaan, catatan produksi. catatan pembelian sebagai petunjuk
kegiatan yang bersangkutan dengan sediaan.
5. Membandingkan sediaan dengan katalog penjualan sekarang dengan laporan
penjualan dan laporan pengiriman barang.
6. Menggunakan jasa spesialis untuk menguatkan sifat produk yang khusus.

B. Kelengkapan
• Tujuan Khusus Audit
1. Sediaan meliputi semua produk, bahan baku dan bahan penolong, dan bahan
habis pakai yang ada di tangan perusahaan. (Pengujian Substantif No 1,2,3)
2. Kuantitas sediaan meliputi semua produk, bahan baku dan bahan penolong, dan
bahan habis pakai yang dimiliki oleh perusahaan yang masih dalam perjalanan
maupun yang disimpan di lokasi luar perusahaan. (Pengujian Substantif No
4,5,6)
3. Daftar hasil penghitungan fisik sediaan dikompilasi dengan teliti dan totalnya
telah dimasukkan ke dalam akun sediaan. (Pengujian Substantif No 7,8,9)
• Pengujian Substantif
1. Mengamati penghitungan fisik sediaan.
2. Membandingkan hubungan antara saldo akun sediaan dengan kegiatan
pembelian. produksi, dan penjualan sekarang.
3. Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.
4. Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan di lokasi luar
perusahaan.
5. Membandingkan hubungan antara saldo akun sediaan dengan kegiatan
pembelian, produksi dan penjualan sekarang.

21
6. Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.
7. Menelusuri hitung uji yang dicatat dalam kartu penghitungan fisik sediaan ke
dalam daftar hasil penghitungan fisik sediaan.
8. Meminta pertanggungjawaban semua kartu penghitungan fisik (inventory tags)
dan daftar hasil penghitungan fisik (count sheet/ inventory summary sheet) yang
digunakan untuk mencatat hasil penghitungan fisik sediaan.
9. Merekonsiliasi hasil penghitungan fisik dengan kartu sediaan dan saldo akun
sediaan dalam buku besar serta menyelidiki fluktuasi yang signifikan.

C. Hak dan Kewajiban


• Tujuan Khusus Audit
1. Entitas memiliki hak milik secara hukum atau hak milik serupa terhadap
sediaan. (Pengujian Substantif No 1,2,3)
2. Sediaan tidak mencakup unsur yang telah ditagihkan kepada customer atau
dimiliki oleh pihak lain. (Pengujian Substantif No 4,5)
• Pengujian Substantif
1. Mengamati penghitungan fisik sediaan.
2. Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan di lokasi di luar
perusahaan.
3. Memeriksa faktur dari pemasok yang telah dibayar, perjanjian konsinyasi, dan
kontrak.
4. Memeriksa faktur dari pemasok yang telah yang dibayar, perjanjian konsinyasi,
dan kontrak.
5. Menguji prosedur pisah batas pengiriman dan penerimaan.

D. Penilaian atau Alokasi


• Tujuan Khusus Audit
1. Sediaan dinyatakan secara semestinya pada kosnya (at cost), kecuali jika harga
pasarnya lebih rendah. (Pengujian Substantif No 1,2,3)
2. Unsur sediaan yang lambat perputarannya, berlebihan, rusak, dan usang yang
dimasukkan ke dalam sediaan telah diidentifikasi. (Pengujian Substantif No
4,5,6)

22
3. Sediaan dengan volume penjualan yang diperkirakan. (Pengujian Substantif No
7,8)
4. Sediaan dikurangi, jika semestinya demikian, ke kos pengganti (replacement
cost) atau nilai bersih yang dapat direalisasikan. (Pengujian Substantif No
9,10,11)
• Pengujian Substantif
1. Memeriksa faktur dari pemasok.
2. Me-review tarif upah karyawan langsung.
3. Memeriksa analisis selisih harga pembelian dan selisih biaya produksi.
4. Memeriksa analisis perputaran sediaan.
5. Me-review pengalaman masa lalu dan trend.
6. Membandingkan hubungan antara saldo industri yang bersangkutan.
7. Melakukan perjalanan peninjauan ke pabrik.
8. Mengajukan pertanyaan kepada karyawan produksi dan penjualan tentang
kemungkinan kelebihan atau keusangan sediaan.
9. Mendapatkan nilai pasar sediaan sekarang.
10. Me-review kos produksi sekarang.
11. Memeriksa penjualan setelah akhir tahun dan kesanggupan membeli yang
tercantum dalam surat order pembelian yang belum direalisasikan penerimaan
barangnya.

E. Penyajian dan Pengungkapan


• Tujuan Khusus Audit
1. Sediaan digolongkan dengan semestinya dalam neraca sebagai aktiva lancar.
(Pengujian Substantif No 1,2,)
2. Golongan besar sediaan dan dasar penilaiannya diungkapkan secara memadai
dalam laporan keuangan. (Pengujian Substantif No 3)
3. Sediaan yang digadaikan atau dititipkan ke perusahaan lain diungkapkan secara
memadai. (Pengujian Substantif No 4)
• Pengujian Substantif
1. Me-review draft laporan keuangan.
2. Me-review draft laporan keuangan.

23
3. Membandingkan pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan
dengan yang ditetapkan dalam prinsip akuntansi yang berlaku umum.
4. Mendapatkan konfirmasi tentang sediaan yang digadaikan di bawah kontrak
penarika pinjaman.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informati lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk
menyatakan pendapatnya. Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan auditor untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang diauditnya. Isi standar tersebut adalah sebagai berikut: "Bukti
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab, dan
konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diperiksa."

Cukup atau tidaknya bukti audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor
dalam auditnya, sedangkan kompetensi bukti audit menyangkut kualitas atau keandalan bukti
yang dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini: sumber bukti, pengendalian intern, dan cara untuk
memperoleh bukti.

Ada delapan tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya: pengendalian
intern, bukti fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti lisan, perbandingan
dan ratio, serta bukti dari spesialis.

Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur audit yang merupakan
instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat
tertentu dalam audit. Prosedur audit yang dipakai oleh auditor untuk memperoleh bukti audit
adalah inspeksi, pengamatan, wawancara, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti
pendukung, penghitungan, dan scanning.

Dalam situasi tertentu, risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun
dan dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh
karena itu, auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar
seperti contoh berikut ini: pengendalian intern yang lemah, kondisi keuangan yang tidak sehat,
manajemen yang tidak dapat dipercaya, penggantian auditor publik yang dilakukan oleh klien
tanpa alasan yang jelas, perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba, usaha yang bersifat

25
spekulatif, dan transaksi perusahaan yang kompleks. Kewaspadaan ini perlu dimiliki oleh
auditor untuk menghindarkan dirinya dari pernyataan pendapat wajar atas laporan keuangan
klien yang berisi ketidakjujuran.

Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan
yang saling berkaitan, yaitu: penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan
besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu, penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari
populasi, dan penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Auditing. Buku 1 Edisi 6. Jakarta. PT Salemba Emban Patria. Maret 2002.

27

Anda mungkin juga menyukai