Anda di halaman 1dari 12

BUKTI DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi 1

Dosen Pengampu: Berlian Herzegovina. M.SI.C.A

KELOMPOK 1

Grace Apulina 0502213160

Nursapa Indah Damanik 0502213066

Safira Lanzika Hasibuan 0502212165

Akuntansi Syariah 5E

Program Studi Akuntansi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Medan

2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang
suatu apa pun. Tak lupa pula penulis lanturkan shalawat serta salam kepada junjungan
Rasulullah Muhmmad SWA. Semoga syafaatnya mengalir pada kita dia hari akhir
kelak.
Penulisan makalah berjudul “Bukti dan Pengujian Substantif” bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi 1 dan juga untuk memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai Pemeriksaan Akuntansi.

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik
berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai
pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Medan, 20 Desember 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1. Latar Belakang........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................1
3. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
1. Bukti Substatif........................................................................................................3
2. Pengujian Substantif...............................................................................................3
3. Prosedur Substantif.................................................................................................4
4. Prosedur Audit Untuk Memperoleh Bukti Audit....................................................5
BAB III..............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
1. Kesimpulan.............................................................................................................8
2. Saran.......................................................................................................................8
REFERENCE....................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Laporan keuangan adalah salah satu media yang mengkomunikasikan fakta-fakta
yang terjadi mengenai perusahaan dan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau
menilai posisi keuangan perusahaan. Pemakai laporan keuangan tidak hanya pihak
internal perusahaan tetapi juga pihak eksternal perusahaan. Melihat begitu banyaknya
pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, maka informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan tersebut harus wajar dan dapat dipercaya, serta tidak
menyesatkan bagi pemakainya sehingga kebutuhan masingmasing pihak yang
berkepentingan dapat dipenuhi. Untuk dapat menjamin kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan, perlu adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh
akuntan publik yang berkualitas.
Dalam melakukan proses audit pada BPR, sebuah KAP melakukan sebuah prosedur
yang dinamakan pengujian substantif. Pengujian substantif sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian bagi BPR terkait dengan
laporan keuangan yang mereka sajikan. Kegagalan BPR terkait dengan penyaluran
kredit yang tidak hati-hati dan juga operasional yang tidak sesuai standar akan dapat
ditelusuri dengan pengujian substantif yang dilakukan pada laporan keuangan yang
disajikan oleh BPR. Dengan kata lain, ada tidaknya kemungkinan kecurangan maupun
kegagalan BPR dalam operasionalnya, KAP selalu melakukan pengujian substantif yang
mana nanti akan menjadi laporan pertanggungjawaban audit kepada Bank Indonesia.
Kualitas audit merupakan hal yang sangat penting bagi auditor karena dengan tidak
melakukan pelaksanaan audit dengan standar auditing yang berlaku umum maka dapat
menurunkan kualitas audit itu sendiri. Audit yang berkualitas tidak semata-mata hanya
sebuah kewajiban bagi auditor namun juga sebagai tolak ukur kinerja sehingga apa yang
dihasilkan nanti dapat bermanfaat bagi klien terutama bagi klien yang sedang
mengalami permasalahan di dalam operasionalnya. Kualitas audit sangat perlu untuk
dijaga dan ditingkatkan dalam setiap pelaksanaan audit oleh akuntan publik. Namun
kualitas audit sekarang tidak selalu menjadi tolak ukur kinerja bagi seorang akuntan
publik dan terkadang dianggap tidak penting.
2. Rumusan Masalah
1. Apa itu bukti substantif?
2. Apa yang dimaksud dengan pengujian substantif?
3. Bagaimana prosedur audit untuk memperoleh bukti audit?

4
3. Tujuan Penulisan
1. Sebagai bahan baca dan informasi pengetahuan bagi para pembaca.
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas yang telah diberikan pada mata kuliah
Pemeriksaan Akuntansi 1.
3. Memberikan penjelasan dan juga pemahaman kepada para pembaca mengeni
Bukti dan Pengujian Substantif dalam audit.

5
BAB II

PEMBAHASAN
1. Bukti Substatif
Bukti substantif merujuk pada informasi dan dokumen yang digunakan oleh
pemeriksa untuk mendukung kebenaran dan keandalan saldo akun serta transaksi yang
dilaporkan dalam laporan keuangan klien. Bukti substantive membantu pemeriksa
mengambil kesimpulan apakah laporan keuangan mencerminkan keadaan keuangan
yang sebenarnya dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Bukti substantive sangat penting karena memberikan landasan untuk kesimpulan
pemeriksa terkait keandalan laporan keuangan. Pemeriksa menggunakan bukti ini untuk
mengidentifikasi potensi kesalahan atau penipuan, serta untuk memastikan bahwa
informasi yang disajikan mencerminkan realitas keuangan perusahaan. Selain itu,
pengujian substantive sering digunakan bersama dengan pengujian kontrol untuk
menyediakan dasar pemeriksaan yang komprehensif 1.
2. Pengujian Substantif
Pengujian substabtif merupakan test terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan
laporan keuangan (Neraca dan Laporan Rugi Laba) atau prosedur audit yang
dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung
mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
Prosedur pengujian substantif dirancang untuk memperoleh bukti mengenai
kelengkapan, keakuratan, keabsahan data-data yang dihasilkan oleh sistem akuntansi
serta ketepatan penerapan perlakuan akuntansi terhadap transaksi-transaksi dan saldo-
saldo.
Kegiatan pengujian substantif atas transaksi dan saldo akun akun laporan keuangan
adalah salah satu tahap penting dalam setiap pekerjaan audit laporan keuangan guna
menghimpun bukti yang cukup dan tepat sebagai dasar memberikan opini audit atas
kewajaran penyajian laporan keuangan. Pengujian substantif menghasilkan bukti audit
tentang kewajaran setiap asersi laporan keuangan signifikan. Pada pihak lain, pengujian
substantif dapat mengungkapkan kekeliruan atau salah saji moneter dalam pencatatan
dan pelaporan transaksi dan saldo akun 2.
Adapun tujuan dilakukan nya pengujian substantif yakni:

1
Agus Wahyudi, “Tahapan tahapan audit sistem informasi” (2018): 1–6.
2
Rafel Victor Biu dan Akie Rusaktiva Rustam, “Peran Pengujian Substantif Dalam Peningkatan
Kualitas Audit Pada Bpr (Studi Kasus Pada Beberapa Kap Di Malang),” Journal of Chemical Information
and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–1699.

6
1. Semua transaksi telah dicatat dan tercermin dalam laporan keuangan (uji
kelengkapan)
2. Semua transaksi dicatat dan dilaporkan untuk periode akuntansi yang tepat
(uji cutoff), memenuhi syarat untuk dicatat sesuai standar akuntansi (uji
rekognisi) dan didukung oleh bukti transaksi yang sah dan mencukupi (uji
validitas).
3. Semua transaksi dicatat dan dilaporkan secara akurat, baik dari aspek input,
pengolahan dan outputnya (uji akurasi matematis dan ketepatan nilai)
4. Semua transaksi yang dicatat dan dilaporkan adalah merupakan milik atau
kewajiban dari entitas pelapor, bukan entitas lain (uji hak/kewajiban entitas)
5. Semua transaksi yang dicatat dan dilaporkan adalah benar-benar ada / terjadi
(uji eksistensi & keterjadian)
6. Semua informasi penting telah diungkapkan dalam laporan keuangan secara
cukup dan dalam format, terminologi dan pengklasifikasian sesuai dengan yang
disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (uji kecukupan
pengungkapan).

3. Prosedur Substantif
Prosedur Substantif (atau pengujian substantif) adalah mereka kegiatan yang
dilakukan oleh auditor selama substantif (diperlukan klarifikasi) tahap pengujian
audit yang mengumpulkan bukti-bukti mengenai validitas, kelengkapan dan / atau
akurasi saldo akun dan golongan transaksi yang mendasari.
Manajemen secara implisit menegaskan bahwa saldo akun dan kelas-kelas yang
mendasari transaksi tidak mengandung salah saji material: dengan kata lain, bahwa
mereka adalah material lengkap, valid dan akurat. Auditor mengumpulkan bukti
tentang pernyataan dari semua kegiatan perusahaan disebut prosedur substantif.
Jenis-jenis prosedur
Ada dua kategori prosedur substantif:
Prosedur analitis dan pengujian terperinci. Prosedur analitis umumnya
memberikan bukti yang kurang dapat diandalkan dibandingkan pengujian terperinci.
Perhatikan juga bahwa prosedur analitis yang diterapkan dalam beberapa tahap audit
yang berbeda, sedangkan pengujian terperinci hanya diterapkan dalam tahap
pengujian substantif.
Contoh
Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa fisik persediaan pada tanggal neraca
sebagai bukti bahwa persediaan yang disajikan dalam catatan akuntansi yang benar-
benar ada (penegasan validitas); mengatur pemasok untuk mengkonfirmasi secara

7
tertulis rincian dari jumlah yang terhutang pada tanggal neraca sebagai bukti bahwa
hutang usaha adalah lengkap (asersi kelengkapan), dan membuat pemanggilan
terhadap manajemen mengenai kolektibilitas piutang nasabah sebagai bukti bahwa
piutang usaha adalah akurat untuk penilaiannya. Bukti bahwa saldo akun atau
golongan transaksi tidak lengkap, valid atau akurat adalah bukti dari salah saji
substantif.
Prosedur substantif dapat dilaksanakan auditor untuk:
1. Mengumpulkan bukti tentang asersi yang menjadi dasar dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam saldo akun dan jenis transaksi;
2. Mendeteksi salah saji yang material

Prosedur substntif meliputi pemilihan sampel (saldo akun atau transaksi) yang
representatif (artinya mewakili seluruh populasi) untuk:
1. Menghitung ulang (recalculate) angka –angka untuk memastikan ketelitian
(accuracy)
2. Meminta konfirmasi saldo (piutang, rekening bank, investasi, dan lain – lain)
3. Memastikan transaksi dicatat dalam periode yang benar (cut off test atau uji
pisah batas)
4. Membandingkan angka – angka antar periode atau dengan hrapan/ekspektasi
(analytical procedure)
5. Menginspeksi dokumen pendukung (seperti invoice atau kontrak penjualan).
6. Mengamati eksistensi fisik dari aset yang dicatat (misalnya mengamati
perhitungan persediaan)
7. Menelaah kecukupan penyisihan untuk penurunan nilai seperti piutang ragu
– ragu atau persediaan yang usang (obsolete inventory).

4. Prosedur Audit Untuk Memperoleh Bukti Audit


Auditor memakai prosedur audit untuk mengumpulkan bukti audit yang akan
digunakan sebagai dasar utama dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Prosedur audit yang dapat dilakukan oleh auditor sebagai berikut 3:
a. Inspeksi
Yaitu pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Dengan
demikian auditor dapat mengetahui keaslian dokumen serta memperoleh informasi
mengenai eksistensi dan keadaan fisik sesuatu hal.
b. Pengamatan (observation)
3
Naufal Labib, “Standar Audit Laporan Keuangan & Tahapan Audit Laporan Keuangan” (2019): 1–
22.

8
Yakni prosedur audit dengan melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan.
Antaralain perhitungan fisik persediaan yang ada digudang, pembuatan dan persetujuan
voucher, cara penyimpanan kas.
c. Konfirmasi (confirmation)
Adalah bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi
secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Dapat dilakukan dengan meminta klien
untuk menanyakan informasi kepada pihak luar, klien meminta kepada pihak luar yang
ditunjuk oleh auditor untuk memberikan jawaban langsung kepada auditor, dan auditor
menerima jawaban langsung dari pihak ketiga.
d. Permintaan keterangan (enquiry)
Merupakan prosedur audit dengan meminta keterangan secara lisan. Biasanya auditor
melakukan prosedur ini untuk meminta keterangan mengenai tingkat keusangan
persediaan yang ada digudang, permintaan keterangan yang diajukan kepada penasihat
hukum klien mengenai kemungkinan keputusan pekara pengadilan yang sedang
ditangani.
e. Penelusuran (tracing)
Yakni melakukan penelusuran informasi sejak awal data tersebut direkam pertama
kali dalam bentuk dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data dalam
proses akuntansi. Contohnya: pemeriksaan transaksi penjualan yang dimulai oleh
auditor dengan memeriksa informasi dalam surat pemesanan (order) dari klien, laporan
pengiriman barang, faktur penjualan, jurnal penjualan, dan akun piutang usaha dalam
buku pembantu piutang usaha.
f. Perhitungan (counting)
Prosedur audit ini meliputi penghitungan fisik terhadap sumber daya berwujud
seperti kas atau persediaan ditangan, dan pertanggungjawaban seluruh formulir
bernomor urut tercetak.
g. Scanning
Yaitu review secara tepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi
unsur – unsur yang tampak tidak biasa (mencurigakan).
h. Pelaksanaan ulang (reperfoming)
Merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. Contohnya
penghitungan ulang jumlah dalam jurnal, penghitungan ulang biaya depresiasi, biaya
bunga terhutang, perkalian antara kuantitas dengan harga satuan, penghitungan ulang
rekonsiliasi bank.

9
i. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)
Yaitu dimana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik,
auditor perlu melakukan teknik audit berbantuan komputer dalam melakukan prosedur
audit. Contohnya auditor menggunakan suatu aplikasi audit komputer tertentu dalam
penghitungan saldo piutang, dan lain-lain.

10
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua komponen penting audit keuangan adalah
pengujian substantif dan bukti. Pengujian substantif digunakan untuk mengidentifikasi
kesalahan materi atau penipuan yang dapat memengaruhi kepercayaan stakeholder
terhadap laporan keuangan, sementara bukti substantif membantu memvalidasi
kebenaran dan keandalan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk
pendekatan audit yang menyeluruh, kombinasi pengujian substantif dan kontrol menjadi
dasar yang kokoh. Berbagai jenis bukti digunakan dalam proses ini, seperti pemeriksaan
dokumen transaksi, analisis saldo akun, konfirmasi dengan pihak ketiga, dan evaluasi
asumsi manajemen. Metode ini memungkinkan pemeriksa untuk menghasilkan
pendapat yang akurat dan dapat diandalkan tentang keadaan keuangan klien.
2. Saran
Demikianlah tugas penyusunan makalah ini, Harapan kami selaku pemakalah
semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat serta menambah wawasan bagi
para pembaca mengenai Bukti dan Pengujian Substantif. Kritik dan Saran sangat kami
harapkan, mengingat makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.

11
REFERENCE
Biu, Rafel Victor, dan Akie Rusaktiva Rustam. “Peran Pengujian Substantif Dalam
Peningkatan Kualitas Audit Pada Bpr (Studi Kasus Pada Beberapa Kap Di
Malang).” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–
1699.
Labib, Naufal. “Standar Audit Laporan Keuangan & Tahapan Audit Laporan
Keuangan” (2019): 1–22.
Wahyudi, Agus. “Tahapan tahapan audit sistem informasi” (2018): 1–6.

12

Anda mungkin juga menyukai