Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AUDIT OF INTERNAL CONTROL AND CONTROL RISK


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing I
Dosen Pembina : Rita Yuniarti, DR., S.E., M.M., Ak., C.A.

disusun oleh :
Kelompok 1

Adin Syaeful Nazmudin 0117101214


Mugni Ariq Musyaffa 0117101216
Lita Febriani 0117101219
Windiyani Dewi Gumilar 0117101223
Priyanka Primesti Putri 0117101249

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Audit Of Internal Control
And Control Risk” dengan lancar. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Auditing I.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut andil dalam penyusunan makalah
ini, terutama kepada dosen kami yaitu Ibu Rita Yuniarti, DR., S.E., M.M., Ak., C.A.
Meski demikian, kami sadari terdapat ketidak sempurnaan dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini. Kami berharap pembaca memberikan kritik dan sarannya guna memperbaiki
makalah ini.
Akhir kalimat, semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi dan menambah wawasan
bagi pembaca khususnya bagi penulis.

Bandung, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii

BAB 1 KERANGKA KONSEPTUAL ................................................................................................... 4

1.1 Pentingnya Kontrol Audit Bagi Audit Internal ............................................................. 4

1.2 Model-model Internal Controls ........................................................................................ 6

1.3 Prosedur Penilaian Resiko ............................................................................................. 10

1.4 Audit Kontrol .................................................................................................................... 12

1.5 Dampak pada Kontrol Internal.......................................................................................... 13

1.6 Dampak Pengaturan Oganisasi Terhadap Kontrol Internal .............................................. 14

BAB II ANALISIS JURNAL ............................................................................................................... 16

2.1 Nama Jurnal ...................................................................................................................... 16

2.2 Author ............................................................................................................................... 16

2.3 Masalah yang dibahas ....................................................................................................... 16

2.4 Kerangka Berfikir ............................................................................................................. 16

2.5 Alat Penelitian................................................................................................................... 16

2.6 Hasil Penelitian ................................................................................................................. 16

iii
BAB 1 KERANGKA KONSEPTUAL

1.1 Pentingnya Kontrol Audit Bagi Audit Internal


Auditor internal mungkin tidak bisa sepenuhnya memahami sistem operasi dan
kalaupunmereka memahami, mereka mungkin tidak bisa menilainya secara objektif. Tetapi
auditorinternal dididik untuk bisa mengevaluasi sistem kontrol secara objektif Sistem
pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang agar manajemen
mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa perusahaan mencapai tujuan dan
sasarannya. Kebijakan dan prosedur yang sering disebut sebagai pengendalian dan secara
kolektif akan membentuk suatu pengendalian internal entitas. (ISA 315 “ Identifying and
assessing the risk of material misstatement through understanding the entity and its
Environment”). Dalam membentuk pengendalian internal biasanya manajemen memiliki
tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif :
a. Reabilitas pelaporan keuangan. Manajemen bertanggung jawab kepada hukum
maupun profesional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan secara
wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP). Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan
keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.
b. Efisiensi dan efektivitas operasi. Tujuan terpenting dalam pengendalian ini adalah
memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi
perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.
c. Ketaatan pada hukum dan peraturan. Section 404 mengharuskan semua perusahaan
publik mengeluarkan laporan tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.
d. Tanggung Jawab Manajemen untuk Menetapkan Pengendalian Internal.
Tanggung jawab atas pengendalian internal berbeda antara manajemen dan auditor.
Menejemen bertangung jawab dalam menetapkan dan menyelenggarakan
pengendalian internal entitas. Sedangkan auditor bertanggung jawab untuk
memahami dan menguji pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Namun, dalam beberapa hal ada beberapa definisiyang perlu diketahui, yaitu :
1. Definisi Awal Kontrol

4
Menurut AICPA (Committee On Auditing Procedure) kontrol internal
adalah rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan
pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan
aktiva, memeriksa akurasi dan keandalan data akuntansi, meningkatkan
efisiensi operasional, dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial
yang telah ditetapkan.
2. Perluasan SAS 78 atas Definisi AICPA tentang Kontrol Internal.
Kontrol internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas
dewan komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang dirancang untuk
memberikan keyakinan yang wajarmengenai pencapaian tujuan :
a) Keandalan pelaporan keuangan.
b) Efektivitas dan efisiensi operasi.
c) Ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Definisi Kontrol Bagi Akuntan Publik
Auditor independen di Amerika memandang definisi tersebut terlalu
luas untuk tujuan mereka, oleh karena itu kontrol internal dipecah menjadi
kontrol administratif dan kontrol akuntansi. menurut Statement of Auditing
Standards atau SAS :
a) Internal Kontrol administratif mencakup tetapi tidak terbatas pada, rencana
organisasi , prosedur dan catatan yang berkaitan dengan proses pengambilan
keputusan yang tercermin dalam otorisasi manajemen atas transaksi
b) Kontrol akuntansi terdiri atas rencana organisasi, prosedur, dan catatan yang
berkaitan dengan pengamanan aktiva dan keandalan pencatatan keuangan,
yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar bahwa :
i. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorasi menejemen
manajemen.
ii. Transaksi dicatat untuk menyiapkan penyusunan laporan keuangan
sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang diterima umum atau kriteria
lainnya yang berlaku untuk laporan tersebut dan untuk menjaga
akuntabilitas atas aktiva.
iii. Akses terhadap aktiva hanya sesuai otorisasi manajemen.
iv. Akuntabilitas yang dicatat untuk aktiva dibandingkan dengan aktiva
yang ada pada periode yang wajar dan bila ada terdapat perbedaan
maka akan diambil tindakan yang tepat.

5
dari definisi diatas terlihat bahwa definisi kontrol administrasif menghubungkan
kontrol tersebut dengan manajemen, sementara definisi kontrol akuntansi tidak.
4. Definisi Kontrol bagi Auditor Internal

Auditor internal memandang kontrol sebagai penggunaan semua sarana


perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengatasi
berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan
tercapai. sarana kontrol ini meliputi bentuk organisasi, kebijakan, sistem,
prosedur, induksi, standar, komite, bagan akun, perkiraan, anggaran, jadwal,
laporan, catatan, daftar pemeriksaan, metode, rencana dan audit internal.
Namun, bagi auditor internal kontrol akan memadai dan berguna jika dirancang
untuk mencapai suatu tujuan.

1.2 Model-model Internal Controls


Pada awalnya manajemen menggunakan serangkaian fungsi pengujian
pengendalian untuk menentukan kecukupan fungsi Internal Controls organisasi. Kemudian
mulailah berkembang cara pandang baru terkait internal controls khususnya di
Amerika Serikat, Kanada dan Inggris. Pada ketiga negara tersebut itulah dikembangkan
model Internal Controls yang terintegrasi.
1. Model COSO
Model COSO yang dikembangkan pada awal tahun 1990-an ini menghubungkan
pengendalian dengan lingkungan pengendalian diantaranya meliputi budaya
organisasi, sikap orang yang ada didalam organisasi, dan pendekatan organisasi untuk
menilai risiko. Model ini melakukan pengendalian dengan cara menempatkan
pengendalian pada didalam praktek
pelaksanaan kegiatan organisasi. Model COSO mendefinisikan Internal Controls
sebagai sistem yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai
terhadap pencapaian tujuan efektivitas dan efisiensioperasi, keandalan informasi
keuangan dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Model COSO
terdiri atas lima komponen pengendalian intern sebagai berikut.
a) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Komponen ini merupakan pondasi awal untuk pengembangan Sistem


Internal Controls dengan menyediakan disiplin dan struktur yang bersifat
fundamental. Hal ini diantaranya mencakup :

6
i. Integritas dan Nilai Etika
ii. Komitmen terhadap Kompetensi
iii. Berfungsinya Auditor
iv. Filosofi Manajemen dan gaya Kepemimpinan
v. Struktur Organisasi,
vi. Pemberian wewenang dan Tanggungjawab
vii. Kebijakan dan Praktik Sumber daya manusia (SDM).

Ketiadaan satu atau lebih unsur yang penting dari lingkungan pengendaliaan
akan menyebabkan sistem tidak efektif, meskipun terdapat kekuatan dari sisi empat
komponen pengendalian internal yang lain efektivitas Internal Controls merupakan
fungsi dari unsur lingkungan pengendalain terhadap individual yang menciptakan,
mengadministrasikan, dan memonitor pengendalian. Suatu organisasi perlu
menetapkan lingkungan pengendalian yang dikomunikasikan kepada pegawai dan
diperkuat dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.

b) Penentuan Risiko (Risk Assessment)

Komponen ini merupakan identifikasi dan analisis yang dilakukan oleh


manajemen terhadap risiko terkait dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Penilaian risiko organisasi dapat dilakukan melalui identifikasi, analisis, dan
pengelolaan risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan keuangan yang
secara wajar disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum.
Proses penilaian risiko harus mempertimbangkan kejadian dan keadaan baik
yang bersifat eksternal
dan internal yang mungkin timbuldan secara tidak baik mempengaruhi
kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, mengikhtisarkan dan melaporkan
data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dan laporan keuangan. Risiko
organisasi dapat berasal dari perubahan dalam lingkungan operasi, peronil baru,
sistem informasi baru, pertumbuhan organisasi yang cepat, teknologi baru, dan
lainnya.
c) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Komponen ini berupa kegiatan, kebijakan, prosedur dan praktek yang


menjamin pencapaian tujuan institusi. Kegiatan ini memungkinkan pengambilan
berbagai tindakan yang diperlukan untuk mengelola risiko terhadap pencapaian

7
tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian berlangsung di seluruh organisasi, semua
tingkatan dan pada semua fungsi yang ada. Kegiatan ini mencakup rentang kegiatan
mulai dari pengesahan, kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, pengkajian ulang
kinerja, pengamanan aktiva dan pemisahan tugas. Kegiatan pengendalian
yangdapat dilakukan diantaranya penelahaan kinerja, pengolahan informasi,
pengendalian fisik dan pemisahan fungsi

d) Informasi dan Komunikasi (Communication and Information)

Komponen ini mendukung semua komponen pengendalian lainnya dengan


mengkomunikasikan tanggung jawab pengendalian kepada seluruh pegawai dan
menyediakan informasi dalam sebuah bentuk dan kerangka waktu yang
mengizinkan orang menyelesaikan tugasnya. Sistem informasi yang ada
menghasilkan laporan-laporan yang berisi informasi mengenai kegiatan organisasi,
keuangan dan informasi yang ada hubungannya dengan kepatuhan, yang
memungkinkan penggunaannya untuk menjalankan dan mengendalikan organisasi.

Informasi ini tidak hanya berhubungan dengan data yang dihasilkan


internal, tetapi juga mengenai peristiwa-peristiwa eksternal, kegiatan-kegiatan dan
kondisi yang dibutuhkan untuk menginformasikan pengambilan keputusan dan
pelaporan untuk pihak luar. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam
bentuknya yang luas, mengalir ke bawah, melintasi berbagai tingkatan dalam
organisasi dan juga ke atas. semua pegawai harus menerima informasi atau pesan
dari manajemen secara jelas yang menegaskan bahwa tanggung jawab menjalankan
kontrol harus dilakukan secara sangat serius. Pegawai harus mengerti peran mereka
dalam sistem Internal Controls, sama seperti kegiatan masing-masing secara
individual memiliki hubungan dengan pekerjaan orang lain. Pegawai harus
memiliki alat atau media untuk mengkomunikasikan informasi ke atasan mereka.
Mereka juga butuh untuk berkomunikasi secara efektif dengan pihak luar, seperti
halnya pelanggan, pemasok (vendor, pemilik saham dan regulator).

e) Pengawasan (Monitoring)

Komponen ini memberikan kepastian yang memadai bahwa tujuan suatu


organisasi dapat tercapai, manajemen harus memonitor sistem Internal Controls
untuk menentukan apakah sistem beroperasi seperti yang diinginkan dan
dimodifikasi agar sesuai dengan perubahan dalam kondisi. Pemantuan merupakan

8
suatu proses yang menilai mutu sistem Internal Controls sepanjang waktu.
Pemantuan mencakup personil yang tepat untuk menilai disain dan operasi
pengendalian dengan dasar yang tepat waktu dalam mengambil tindakan perbaikan
yang diperlukan. Pengawasan ini juga melibatkan unsur eksternal terhadap Internal
Controls yang dilakukan oleh manajemen atau pihak lain di luar proses serta
pelaksanaan metodologi independen seperti prosedur atau standar cheklist yang
biasa dilakukan oleh pegawai dalam proses.

Dalam konteks struktur organisasi, Mode COSO menempatkan dalam


konteks mengapa pengendalian tetapi bukan bagaimana atau dimana . Model COSO
mengilustrasikan hubungan antara risiko dan pengendalian serta menekankan pada
tanggung jawab manajemen dalam organisasi untuk menjadi proaktif dalam
mencari jalan agar tujuan dapat dicapai yaitu penggunaan pengendalian, dengan
kata lain, sebagai satu dari beberapa strategi peminimalan risiko yang akan diambil
oleh pimpinan. Model inisecara umum dilihat sebagai model pengendalian keras
(hard controls) karena COSO difokuskan pada aksi dalam operasi, proses dan
sistem tergantung pada aksi manajemen dan menaruh ekspektasi (harapan pada
pimpinan untuk memantau dan mereview kesuksesan mereka dalam mencapai
sasaran dan tujuan melalui penggunaan dan penerapan Internal Controls yang
tepat. Model ini memberikan suatu kerangka Internal Controls secara umum yang
didesain untuk memuaskan kebutuhan dari semuakelompok yang berhubungan
dengan Internal Controls yaitu manajemen organisasi, auditor eksternal dan
internal, CFO (Chief Financial Officer), akuntan manajemen dam otoritas pengatur.

2. Model COCO

Model COCO dikembangkan oleh CICA (Criteria of Control board of the


Canadian Institute of Chartered Accountants). Model COCO mencakup empat
komponen yaitu :
a) Tujuan (Purpose)
b) Komitmen (Comitment)
c) Kemampuan (Capability)
d) Pengawasan dan Pembelajaran (Eearning Monitoring)
3. Model COBIT

9
Model COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology
merupakan sekumpulan dokumentasi Best practices yang dapat membantu organisasi
untuk menjembatani gap antara risiko, kebutuhan kontrol dan permasalahan-
permasalahan teknis. Model ini dikembangkan oleh IT Governance Institute, yang
merupakan bagian dari Information & Sytems Audit and Control Association (ISACA)
pada tahun 1991. Modelini memberikan kerangka kerjay ang terdiri atas :

a) Tujuan Pengendalian (Control Objectives)


Komponen ini terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat tinggi (high
level control objectives yang tercermin dalam 4 domain, yaitu planning and
organization acquisition & implementation, delivery, support, dan monitoring.
b) Arahan Audit (Audit Guidelines)
Komponen ini berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat
rinci (detailed control objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan
jaminan manajemen dan/atau saran perbaikan.
c) Arahan Manajemen (Management Guidelines)

Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang
mesti dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
i. sejauh mana Anda (TI) harus bergerak, dan apakah biaya TI yang
dikeluarkan sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
ii. Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang baik.
iii. Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai
sukses (critical success factors)
iv. Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran

1.3 Prosedur Penilaian Resiko


Auditor harus memahami perancangan dan pengimplementasian pengendalian
internal untuk melakukan penilaian pendahuluan atas resiko pengendalian sebagai bagian
dari penilain resiko salah saji material secara keseluruhan. Dua faktor yang menentukan
penilaian resiko:
a. Menentukan penilaian resiko pengendalian yang didukung oleh pemahaman yang
diperoleh, dengan asumsi pengendalian telah diikuti. Penilaian ini merupakan ukuran
ekspetasi auditor bahwa pengendalian internal akan mencegah salah saji yang material
atau mendeteksi dan mengoreksinya jika salah saji itu sudah terjadi.

10
b. Penggunaan matriks resiko. Tujuannya adalah menyediakan cara yang mudah untuk
mangatur penialain resiko pengendalian bagi setiap tujuan audit. Penggunanaan
pengendalian matriks hanya mengilustrasikan tujuan audit yang berhubungan dengan
transaksi, auditor menggunakan format matriks resiko pengendalian yang serupa untuk
menilai resiko pengendalian bagi tujuan audit yang berhubungan dengan saldo dan
penyajian serta pengungkapan.
c. Pengujian Pengendalian. Auditor akan menggunakan 4 jenis prosedur untuk
mendukung keefektifan pelaksanaan pengendalian internal. Keempat jenis prosedur itu
adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan kepada klien yang tepat.
2. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan.
3. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian.
4. Melaksanakan kembali prosedur klien.
Acuan pada Materi ini ISA 240 dan ISA 315 ISA 315.5 “Auditor wajib
melakukan prosedur penilaian resiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah
saji yang material pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi ”ISA 315.6
Prosedur penilaian Resiko “Perihal pengendalian risiko entitas yang dapat membantu
mengidentifikasi risiko salah saji material oleh kecurangan dan kekeliruan; Prosedur
Analitikal; pengamatan dan Inspeksi ISA 315.11 “Auditor wajib memperoleh
pemahaman tentang Industri terkait, sifat entitas, pemilihan dan penerapan kebijakan
akuntansi. Dimana ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu :
1. Peristiwa Kemudian
Acuan materi ISA 560 alinea 4 merinci tentang tujuan auditor dalam mengaudit
peristiwa kemudian :
a) Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat terhadap peristiwa kemudian
b) Menanggapi dengan tepat, fakta yang diketahui auditor sesudah tanggal
laporan auditor
2. Kesinambungan Usaha
Acuan pada Materi ini terdapat dalam ISA 570, yaitu :
a) Risk Assessment
b) Risk Response
c) Reporting
3. Menilai Resiko Bawaan
Acuan Materi ini ISA 240 dan 315

11
a) Penilaian Risiko oleh Entitas
b) Mendokumentasi Risiko yang Dinilai
4. Memahami Pengendalian Internal
Terdapat pada ISA 315 alinea 4c, 12, 13, 18, 19, 20, 21, 22, 24.
a) Resiko dan Pengendalian
b) Pengendalian Internal Pervasif dan Spesifik
c) Lima Komponen Pengendalian Internal
d) Pengendalian Internal Entitas Kecil
e) Tidak adanya Pengendalian Internal
f) Pengendalian Memberantas Kecurangan
g) Pengendalian Internal yang relevan untuk audit
5. Mengevaluasi Pengendalian Internal
Acuan materi ini terdapat pada ISA 315, yaitu :
a) Risiko apa yang harus dimitigasi ?
b) Apakah pengendalian Memitigasi Risiko ?
c) Bagaimana Pengendalian memitigasi Pengendalian Internal yang relevan ?
d) Apakah pengendalian tersebut berfungsi Apakah pengendalian sudah
didokumentasi ?
e) Representasi tertulis tentang pengendalian Internal
6. Mendokumentasikan Kelemahan Pengendalian Internal
Acuan materi ini terdapat pada ISA 260 dan ISA 265, ISA 260 “ tanggung jawab
terhadap pengawasan dan arah strategis dan kewajiban entitas berkenaan dengan
akuntabilitasnya ; Manajemen bertanggung jawab atas untuk menjalankan atau
mengelola operasi entitas ISA 265 “ Kelamahan-kelemahan kekurangan dalam
pengendalian internal ; kelemahan-kelemahan yang signifikan dalam pengendalian
internal
7. Menyelesaikan Tahap Penilaian Resiko Acuan pada Bab ini ISA 315
“Mengidentfikasi dan menilai resiko salah saji material”

1.4 Audit Kontrol


Tujuan audit control :
1. Control memang diterapkan1.
2. Kontrol secara structural memang wajar.

12
3. Kontrol dirancang untuk mencapai tujuan menajemen khusus atau untuk
mencapaiketaatan dengan persyaratan yang ditentukan, atau memastikan
akurasi dan kelayakantransaksi.
4. Kontrol memang digunakan
5. Kontrol secara efisien melayani tujuan tersebut.
6. Kontrol bersifat efektif.

Manajemen menggunakan keluaran yang dihasilkan sistem kontrol ecara rinci


dimana auditor harus :
a. Menelaah elemen risiko kontrol
b. Menentukan tujuan system control
c. Menelaah tujuan untuk menentukan kesesuaiannya dengan kebijakan
organisasi ataudirancang untuk memastikan ketaatan dengan persyaratan
internal atau eksternal.
d. Memeriksa dan menganalisa sistem control untuk menentukan kewajaran
susunannya yaitu, apakah terdapat kreteria, metode pengukuran kondisi,
evaluasi penyimpangan, evaluasi efektivitas, dan metode laporan.
e. Menentukan apakah hasil control dirancang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
f. Menelaah operasi sisitem control
g. Menentukan apakah hasil control mencapai tujuan manajemen ketika membuat
control tersebut.

1.5 Dampak pada Kontrol Internal


Terjadinya perubahan besar, yaitu jika kontrol dianggap terlalu berat,
menghabiskan biaya, atau tidak diinginkan, manajemen tidak akan menerapkannya atau
justru menghilangkannya. jika situasi menyebabkan resiko, manajemen akan berinisiatif
untuk memutuskan apakah akan menerapkan kontrol atau mengambil resiko.

Serangkaian Peraturan Akuntansi yang dikeluarkan (Accounting Series Release


242 (US.SEC)) yaitu “...karena UU telah diberlakukan, maka menjadi penting bagi emiten
yang mematuhi peraturan baru tersebut untuk memeriksa prosedur akuntansi mereka,
sistem kontrol akuntansi internal, dan praktik-praktik bisnis untuk mengambil tindakan
yang diperlukan agar sesuai dengan persyaratan yang tercakup dalam UU tersebut.

13
1. Hukum Kanada
UU Korporasi bisnis Kanada (Kanadian Business Corporations Act) yaitu
sebuah perusahaan harus menyiapkan dan menjaga catatan akuntansi yang memadai,
dan seksi 22 (2) menyatakan bahwa “sebuah perusahaan agen-agennya harus
mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang wajar untuk:
a. mencegah kerugian atau kerusakan
b. mencegah pemalsuan jurnal
c. memfasilitasi pendeteksian dan perbaikanketidakakuratan dalam catatan dan
pendaftaran yang diisyaratkan oleh UU ini.
2. Peran Auditor Internal
Auditor internal bisa sangat membantu manajemen dengan mengevaluasi sistem
kontrol dan menunjukan kelemahan-kelemahan dalam kontrol internal.
3. Laporan Auditor Internal tentang Kontrol Internal
Auditor internal secara periodik akan mengakumulasikan evaluasi kontrol dari
banyak laporan audit internal dan mencapai kesimpulan tentang lingkungan kontrol
internal, struktur, dan filosofi organisasi secara keseluruhan. Pengamatan harus
dilakukan dengan memperhatikan posisi manajemen di berbagai tingkatan.
Kebanyakan evaluasi ini dapat berasal dari wawancara dengan manajemen.
4. Pendekatan Siklus untuk Kontrol Akuntansi Internal
Pendekatan siklus menyarankan tiga langkah yaitu :
a. klasifikasikan transaksi-transaksi sesuai siklusnya
b. tentukan kriteria 6 standar kontrol internal yang cocok untuk transaksi sesuai
tujuan yang akan dicapai
c. bandingkan prosedur dan teknik kontrol yang ada serta hasil dengan
kriterianya.

1.6 Dampak Pengaturan Oganisasi Terhadap Kontrol Internal


Perampingan operasi yang dilakukan manajemen agar lebih ekonomis dan efesien
dapat berdampak besar terhadap fungsi kontrol internal tradisional. Auditor selalu
memperhatikan kejadian-kejadian yang menyebabkan kontrol dikurangi atau diubah demi
mencapai efisiens yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kinerja pegawai atau
organisasi. Terdapat dampak yang substansial terhadap elemen-elemen yang telah lama
dikenal sebagai substansi kontrol internal dan bahkan terhadap elemen-elemen yang
merupakan komponen kontrol internal menurut COSO.

14
15
BAB 2 ANALISIS JURNAL

2.1 Nama Jurnal


The Impact Of Internal Audit Function Characteristics On Internal Control Quality
2.2 Author
 Ahmed Atef Oussii (Departemen Akuntansi, Institut Tinggi Administrasi Bisnis
Sfax, Universitas Sfax, Sfax, Tunisia dan Unit Penelitian DEFI, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi dan Komersial Tunisia, Universitas Tunis, Tunis, Tunisia)
 Neila Boulila Taktak (IHEC Carthage, Universitas Carthage, Tunis, Tunisia dan Unit
Penelitian DEFI, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Komersial Tunis, Universitas
Tunis, Tunis, Tunisia)

2.3 Masalah yang dibahas


Penelitian ini melengkapi penelitian sebelumnya yang dengan menyelidiki dampak
karakteristik audit internal terhadap kualitas kontrol internal. Kerangka teoritis yang
mendasari pengembangan hipotesis adalah teori agensi yang membantu menjelaskan
kontribusi karakteristik audit internal (termasuk, kompetensi, ukuran, status organisasi
dan ruang lingkup kegiatannya) terhadap kualitas pengendalian internal.
2.4 Kerangka Berfikir

2.5 Alat Penelitian


Menggunakan data yang dikumpulkan dari 59 kepala eksekutif audit dari perusahaan
yang terdaftar di Tunisia, makalah ini menggunakan model regresi untuk menguji
hipotesis penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara karakteristik IAF dan
kualitas kontrol internal.

2.6 Hasil Penelitian


Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa kualitas pengendalian internal secara
signifikan dan positif terkait dengan kompetensi IAF, tingkat jaminan kendali mutu
audit internal, proses tindak lanjut dan keterlibatan komite audit dalam meninjau
program dan hasil audit internal.

16

Anda mungkin juga menyukai