Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PENGENDALIAN INTERN”

Mata Kuliah :
“PENGAUDITAN 1“

DOSEN PENGAMPU :
MUHAMMAD RIDHA HABIBI Z, SE., M.Si., Ak., CA.

Oleh : Kelompok 4

Maharani Sinurat 7193220027


Anggi Lia Manurung 7193520057
Lestaria Oktavia Sinamo 7193520053
Nadya Lumbantobing 7193220031
Kiki Yusnitasari Ritonga 7193520041
Ruth Andryani Tumangger 7193520055

Kelas : Akuntansi C 2019

PRODI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam seisinya dan
juga manusia dengan berbagai kemampuan dan intelektual sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah. Makalah ini ditulis untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Pengauditan 1 yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah sekaligus pembimbing
pada penulisan makalah ini.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah


Pengauditan Bapak Muhammad Ridha Habibi Z, SE.,M.Si., Ak., CA karena berkat
bimbingannya penulis mampu menyelesaikan laporan tepat pada waktunya. Penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada orangtua dan teman-teman, karena tanpa
dorongan mereka, penulis tidak akan termotivasi untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar
kedepannya penulis dapat memperbaiki segala kekurangan yang ada.

Penulis berharap mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya bagi mahasiswa Universitas Negeri Medan.

Medan, Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 12

3.2 Saran ........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pengendalian intern merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan adanya
sistem pengendalian inter akan mencapai tujuan - tujuan yang diinginkan seperti terciptanya
lingkungan pengendalian yang baik. Tanpa adanya sistem pengendalian internal, tujuan - tujuan
tersebut tidak akan pernah tercapai secara efektif dan efisien.

Pengendalian internal dibuat untuk semua tindakan oleh sebuah organisasi untuk
memberikan keamanan terhadap assets dari pemborosan, kecurangan dan ketidakefisienan
penggunaan serta untuk meningkatkan ketelitian dan tingkat kepercayaan dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi tentang perlunya
sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan untuk mencapai
pengendalian interbal yang memadai. Selain itu, pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya dapat
dilihat dari seberapa besar daerah akan memperoleh dana perimbangan, tetapi hal tersebut harus
diimbangi dengan sejauh mana instrumen atau sistem pengelolaan keuangan daerah mampu
memberikan nuansa manajemen keuangan yang adil, rasional, transparan, partisipatif dan
bertanggungjawab untuk mewujudkan good governance

Adanya peningkatan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik


(good governance goverment) mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
menerapkan adanya pengendalian intern dalam pemerintah daerah. Pengendalian intern dalam
pemerintah daerah dapat dilakukan dengan mengadakan pengawasan intern yang berfungsi untuk
melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungi instansi pemerintah. Lingkupp
pengaturan pengawasan intern mencangkup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi daya manusia,
kode etik, standar audit, dan pelaporan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penegndalian intern?


2. Apa Tujuan Pengendalian Internal?
3. Bagaimana Hubungan Pengendalian Intern Dengan Ruang Lingkup Audit (Scope)
Pemeriksaan?
4. Bagaimana Evaluasi Atas Pengendalian Intern?
5. Bagaimana Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas?
6. Bagaimana Pengujian Pengendalian?
1
1.3 Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan penegndalian intern


2. Mengetahui Tujuan Pengendalian Internal
3. Menegtahui Hubungan Pengendalian Intern Dengan Ruang Lingkup Audit (Scope)
Pemeriksaan
4. Menegtahui Evaluasi Atas Pengendalian Intern
5. Menegtahui Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas
6. mengetahui Pengujian Pengendalian

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PENGENDALIAN INTERN


Sebelumnya istilah yang dipakai untuk penegndalian intern adalah sistem pengendalian
intern, sistem pengawasan intern dan struktur penegndalian intern. Mulai tahun 2001 istilah resmi
yang digunakan IAI adalah penegndalian intern .
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik pada SA319. Per 06:
“Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh Dewan Komisaris dan manajemen,
dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian
tiga golongan tujuan berikut ini:
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Efektivitas dan efisien operasi, dan
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Standar Pekerjaan Lapangan yang Kedua menyebutkan ( IAPI, 2011 : 150.1) :
“Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. “
Pengendalian intern terdiri atas lima komponen yang saling terkait berikut ini :.

1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah menetapkan corak suatu organisasi , mempengaruhi
kesadaran penegndalian orang – orangnya. Lingkunagn pengendalian merupakan dasar untuk semua
omponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian
mencakup hal – hal berikut ini :
a. Integrasi dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
d. Struktur organisasi
e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Penaksiran resiko
Penaksiran resiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk
mencapai tujuannya.resiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:

3
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personal baru
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar akunatnsi baru

3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa
arahan manajemen dilaksanakan.
Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi
risiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan.Aktivitas pengendalian mempunyai
berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi.
Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan
sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini :
a. Review terhadap kinerja
b. Pengolahan Informasi
c. Pengendalian Fisik
d. Pemisahaan Tugas
4. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi adalah pengedintifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi
dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan
dengan pelaporan keuangan untuk memahami
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan
b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai
c. Catatan akunatnsi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang
tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi
d. Pengelolaan akunatnsi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan
ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti komputer dan elekcronic data
interchange)

4
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja penegndalian intern sepanjang
waktu. pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi penegndalian tepat waktu dan
penegndalian tindakan koreksi

2.2 TUJUAN PENGENDALIAN INTERNAL


1. Berikut adalah beberapa tujuan dari pengendalian internal dalam sebuah perusahaan.
2. Untuk memastikan kegiatan perusahaan berjalan sesuai kebijakan yang telah berlaku.
3. Untuk menjaga aset atau keuangan dalam sebuah perusahaan.
4. Untuk mencapai tujuan dari perusahaan yang sebelumnya telah ditetapkan.
5. Untuk menghasilkan laporan keuangan yang akurat dan tepat.
6. Untuk mencegah kerugian yang terjadi pada sumber daya perusahaan.
7. Untuk memastikan sudah dipatuhinya kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen
perusahaan.
8. Untuk mendorong efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional perusahaan.

2.3 HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP AUDIT


(SCOPE) PEMERIKSAAN

Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah,maka kemungkinan terjadinya kesalahan,
ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar.
Bagi akuntan publik, hal tersebut menimbulkan risiko yang besar,dalam arti risiko untuk
memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan
Audit dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang
diberikannya .
Untuk mencegah kemungkinan tersebut,jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas
pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berjalan
efektif, maka auditor harus memperluas scope Auditnya pada waktu melakukan substantive tes
Yaitu dengan cara:
a. Pada waktu mengirim konfirmasi piutang, jumlah konfirmasi yang dikirimkan harus lebih
banyak
b. Pada waktu melakukan observasi atas stock opname,tes atas perhitungan fisik persediaan
harus lebih banyak.
Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektif maka scope
Audit pada waktu melakukan substantive test bisa di persempit .

5
2.4 EVALUASI ATAS PENGENDALIAN INTERN
Auditor harus mendokumentasikan evaluasi tentang komponen pengendalian intern entitas
yang diperoleh untuk merencanakan audit bentuk dan isi dokumentasi dipengaruhi oleh ukuran
dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern entitas.
Sebagai contoh, dokumentasi evaluasi tentang pengendalian intern entitas yang besar dan
kompleks dapat mencakup bagan alir(flowchart), kuesioner, atau tabel keputusan. Namun, untuk
entitas yang kecil, dokumentasi dalam bentuk memorandum sudah memadai.
Umumnya, semakin kompleks pengendalian intern dan semakin luas prosedur yang
dilaksanakan, seharusnya semakin luas dokumentasi yang dilakukan oleh auditor.Pemahaman
dan evaluasi atas pengendalian intern merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
pemeriksaaan oleh akuntan publik.

Karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadap :
a. Keamanan aset perusahaan
b. Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
c. Lama atau cepatnya proses Audit akuntan
d. Tinggi rendahnya audit fee
e. Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik.
Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan publik untuk melakukan evaluasi pengendalian
intern klien, yaitu :
1. Internal Control Questionnaires
2. Flow Chart
3. Narrative
A. Internal Control Questionnaires
Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena dianggap lebih
sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar, yang bisa
digunakan untuk memahami dan mengevaluasi pengendalian intern berbagai jenis perusahaan.
Pertanyaan-pertanyaan dalam ICQ diminta untuk dijawab “Ya”, “Tidak” , atau “Tidak
Relevan”.
Jika pertanyaan–pertanyaan tersebut sudah disusun dengan baik, maka jawaban “Ya” akan
menunjukkan ciri internal control yang baik, “Tidak” akan menunjukkan ciri internal control yang
6
lemah, “Tidak Relevan” berarti pertanyaan tersebut tidak relevan untuk perusahaan tersebut. ICQ
biasanya dikelompokkan sebagai berikut :
a. Umum
Biasanya pertanyaan menyangkut struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung
jawab, akta pendirian dan pertanyaan umum lainnya mmengenai keadaan perusahaan.
b. Akuntansi
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut keadaan pembukuan perusahaan, misalnya apakah
proses pembukuan dilakukan secara manual atau computerized, jumlah ddna kualifikasi
tenaga dibagian akuntansi dan lain-lain.
c. Siklus Penjualan - Piutang - Penerimaan Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat diperusahaan dalam
siklus penjualan (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
d. Siklus Pembelian - Utang - Pengeluaran Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang terdapat diperusahaan dalam
siklus pembelian (kredit dan tunai), utang dan pengeluaran kas.
e. Persediaan
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur penyimpanan dan pengawasan fisik
persediaan, sistem pencatatan dan metode penilaian persediaan dan stock opname.
f. Surat Berharga (Securities)
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut surat berharga, otorisasi untuk pembelian dan penjualan
surat berharga dan penilainnya.
g. Asset Tetap
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur penambahan dan pengurangan asset
tetap, pencatatan dan penilaian asset tetap dan lain-lain.
h. Gaji dan Upah
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut kebijakan personalia (human resources development serta
sistem dan prosedur pembayaran gaji dan upah.
Yang perlu diperhatikan adalah :
a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaanpertanyaan di ICQ kepada staff klien dan
kemudiaan mengisi sendiri jawabannya, jangan sekedar menyerahkan ICQ kepada klien
untuk diisi.
b. Untuk Repeat Engagement (Penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut harus dimutakhirkan
berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien.
c. Ada kecendrungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan-akan pengendalian
intern sangat baik.
7
d. Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan efektivitas dari
pengendalian intern klien.

B. Bagan Arus (Flowchart)


Flowchart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur disuatu unit usaha,
misalnya dalam flowchart untuk sistem dan prosedur pembelian, utang dan pengeluaran kas,
digambarkan arus dukumen mulai dari permintaan pembelian (purchases requisition), order
pembelian (purchases order) sampai dengan pelunasan hutang yang berasal dari pembelian
tersebut.
Untuk auditor yang terlatih baik, pengunaan flowchart lebih disukai, karena auditor bisa lebih
cepat melihat apa saja kelemahan-kelamahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu sistem dan
prosedur.
Untuk penugasan tahun-tahun berikutnya, auditor harus selalu memutakhirkan (mengupdate)
flowchart tersebut untuk mengetahui apakah terdapat perubahan-perubahan dalam sistem dan
prosedur perusahaan.
Setelah flowchart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil dua atau tiga
dokumen untuk mengetes apakah prosedur yang dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan
dalam flowchart.
Misalnya ambil satu set dokumen untuk pelunasan utang yang berasal dari pembelian persediaan
secara kredit.
Periksa apakah semua dokumen (purchases requisition, purchases order, receiving
report,supplier invoice, dan cash payment voucher) sudah diproses sesuai dengan prosedur yang
digambarkan dalam flowchart pembelian, utang dan pengeluaran kas.

C. Narrative
Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan prosedur akuntansi yang
berlaku diperusahaan, misalnya prosedur pengeluaran kas. Cara ini biasa digunakan untuk klien
kecil yang pembukuannya sederhana.

2.5 KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN ENTITAS


Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern hanya dapat
memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan
pencapaian tujuan pengendalian intern entitas.
Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam
pengendalian intern.
8
Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan
dapat salah dan bahwa pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi
tersebut, seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana. Disamping itu pengendalian
dapat tidak efektif karna adanya kolusi diantara dua orang atau lebih atau manajemen
mengesampingkan pengendalian intern.

Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak
boleh meelebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Meskipun hubungan
manfaat biaya merupakan kriteria utama yang harus dipertimbangkan dalam pendesainan
pengendalian intern, pengukuran secara tepat biaya dan manfaat umumnya tidak mungkin
dilakukan.

Oleh karena itu, manajemen melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta
pertimbangan dalam menilai hubungan biaya manfaat tersebut.

Auditor harus memahami perancangan dan pengimplementasian pengendalian internal untuk


melakukan penilaian pendahuluan atas resiko pengendalian sebagai bagian dari penilain resiko
salah saji material secara keseluruhan. Dua faktor yang menentukan penilaian resiko:

Menentukan penilaian resiko pengendalian yang didukung oleh pemahaman yang diperoleh,
dengan asumsi pengendalian telah diikuti. Penilaian ini merupakan ukuran ekspetasi auditor
bahwa pengendalian internal akan mencegah salah saji yang material atau mendeteksi dan
mengoreksinya jika salah saji itu sudah terjadi.

Penggunaan matriks resiko. Tujuannya adalah menyediakan cara yang mudah untuk mangatur
penialain resiko pengendalian bagi setiap tujuan audit. Penggunanaan pengendalian matriks hanya
mengilustrasikan tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi, auditor menggunakan format
matriks resiko pengendalian yang serupa untuk menilai resiko pengendalian bagi tujuan audit
yang berhubungan dengan saldo dan penyajian serta pengungkapan.

2.6 PENGUJIAN PENGENDALIAN


Auditor akan menggunakan 4 jenis prosedur untuk mendukung keefektifan pelaksanaan
pengendalian internal. Keempat jenis prosedur itu adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan kepada klien yang tepat.
2. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan.
3. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian.
4. Melaksanakan kembali prosedur klien.
9
Berdasarkan tujuan dari pengendalian internal maka jenis pengendalian internal ini dibagi
menjadi dua yaitu, pengendalian internal akuntansi, dan pengendalian internal administrasi.

1. Pengendalian Internal Akuntansi


Yang dikendalikan dalam pengendalian internal akuntansi ini meliputi, keandalan data,
persetujuan, pemisahan fungsi operasional, pencatatan, pengawasan, serta pengawasan aset
perusahaan.
Buku ini mengulas cara modern dalam melalukan transaksi pembelian serta kebutuhan
perusahaan dalam melakukan aktivitas pengolahan data dan informasi dengan efektif, efisien,
akurat dan cepat produk/jasa yang berkualitas serta agar mampu menghadapi persaingan usaha yang
sedang terjadi saat ini.

2. Pengendalian Internal Administrasi


Dalam pengendaliannya, internal administrasi mengurus beberapa hal meliputi, efisiensi
usaha, analisis risiko, kebijakan direksi, manajemen sumber daya, dan pengendalian
mutu.Berdasarkan manfaatnya, jenis pengendalian internal juga dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu.
a. Pengendalian Preventif
Pengendalian ini digunakan untuk mencegah kesalahan yang terjadi. Dalam hal ini secara
otomatis akan dilakukan pengecekan yang dirancang untuk mencegah penyalahgunaan.
b. Pengendalian Detektif
Pengendalian ini digunakan untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam
memasukkan data.
c. Pengendalian Korektif
Pengendalian ini digunakan untuk memberikan informasi kepada pihak manajemen untuk
memperbaiki kesalahan yang terjadi. Pengendalian ini dirancang untuk mengoreksi kesalahan
yang terdeteksi.
Berdasarkan cakupannya, jenis pengendalian internal juga dibagi lagi menjadi dua kelompok,
yaitu.
1. Pengendalian Umum
Pengendalian ini digunakan untuk memproses semua aktivitas yang berhubungan dengan data
di dalam komputer. Hal-hal yang diproses meliputi, pemisahan tanggung jawab dan pengolahan
data.

10
2. Pengendalian Aplikasi
Pengendalian ini digunakan untuk mengawasi jalannya transaksi dan penggunaan program di
aplikasi-aplikasi komputer. Pengendalian ini bertujuan untuk menjaga setiap transaksi harus selalu
dicatat, mendapat otorisasi, diproses, dan dilaporkan dengan baik.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem pengendalian intern merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan adanya
sistem pengendalian intern akan mencapai tujuan - tujuan yang diinginkan seperti terciptanya
lingkungan pengendalian yang baik. Pengendalian internal dibuat untuk semua tindakan oleh
sebuah organisasi untuk memberikan keamanan terhadap assets dari pemborosan, kecurangan dan
ketidakefisienan penggunaan serta untuk meningkatkan ketelitian dan tingkat kepercayaan dalam
laporan keuangan. Oleh karena itu, undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi
tentang perlunya sistem pengelolaan keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan untuk
mencapai pengendalian interbal yang memadai. Adanya peningkatan tuntutan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance goverment) mendorong pemerintah
pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan adanya pengendalian intern dalam pemerintah
daerah. Pengendalian intern dalam pemerintah daerah dapat dilakukan dengan mengadakan
pengawasan intern yang berfungsi untuk melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas
dan fungi instansi pemerintah.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah yang kami susun ini masih banyak yang kurang
atau dikatakan masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kami berharap para pembaca
memberikan saran atau masukan untuk penyempurnaannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Publik Indonesia per 31 Maret 2011. Standar ProfesionalAkuntan.

Jakarta : Salemba Empat

M. Setiadi Hartoko, Pemeriksaan Akuntansi,


file:///C:/Users/Acer/Downloads/BUKU%20AUDITING%20-%20Revisi.pdf .
(diakses pada 26 Oktober 2021) (modul)

Theodorus M. Tuanakotta. 2014. Audit Berbasis ISA. Jakarta : Salemba Empat

Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Per 31 Maret 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta : Salemba Empat.

13

Anda mungkin juga menyukai