COROPORATE GOVERNANCE
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Internal
Dosen:
Assoc. Prof. Dr Ely Suhayati, S.E., M.Si., Ak. CA
Disusun Oleh:
Dandi Faixur Rizki 21120005
Razan Muhammad Syafiq 21120014
Rafid Riansyah 21120025
M Musa Akbar 21120036
3 Akuntansi 1
Assalamualaikum wr.wb. Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SW
T karena atas Izin-Nya, Hidayah-Nya, dan Rahmat-Nya sehingga kita bisa
menyelesaikan tugas mata kuliah dengan makalah yang berjudul Bisnis dan Etika
Dalam Dunia Modern untuk memenuhi tugas dari Assoc. Prof. Dr Ely Suhayati, S.
E., M.Si., Ak. CA pada mata kuliah Audit Internal dengan tepat waktu. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sem
purna karena pengetahuan dan pengalaman kami yang masih sangat terbatas. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi memperbaiki
makalah di masa mendatang. Disamping hal tersebut kami ucapkan terimakasih ba
nyak kepada semua pihak yang telah membantu kami secara moril maupun materi
l dalam proses pembuatan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya tep
at waktu. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga dengan makalah ini dapa
t membawa manfaat kepada para pembaca.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5
2.1 Internal Control (Pengendalian Internal)...................................................5
2.2 RISK MANAGEMENT ( Manajemen Risiko)..........................................7
2.3 GOOD CORPORATE GOVERNANCE.................................................14
BAB III PENUTUP...........................................................................................17
3.1 Kesimpulan..............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael-Oxley
(Ohio) serta disahkan oleh Presiden George.W.Bush. Perundang-undangan ini
menetapkan aturan yang lebih baik bagi semua perusahaan publik serta Kantor
akuntan publik. Sarbox juga menuntut Securities-and-Exchange- Commission
(SEC) turut aturan baru ini. Dengan diterbitkannya Sox’s dan ditambah dengan
beberapa aturan pelaksanaan, diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas
perusahaan, transparansi laporan keuangan, serta memperkecil perusahaan atau
organisasi untuk melakukan kecurangan atau fraud, serta memberikan keutamaan
pada tercipatanya corporate-governance yang baik.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
II.1.2 Jenis pengendalian internal berdasarkan Manfaat
1. Pengendalian Preventif
Pengendalian ini digunakan untuk mencegah kesalahan yang terjadi. Dalam hal ini secara
otomatis akan dilakukan pengecekan yang dirancang untuk mencegah penyalahgunaan.
2. Pengendalian Detektif
Pengendalian ini digunakan untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam
memasukkan data.
3. Pengendalian Korektif
Pengendalian ini digunakan untuk memberikan informasi kepada pihak manajemen untuk
memperbaiki kesalahan yang terjadi. Pengendalian ini dirancang untuk mengoreksi
kesalahan yang terdeteksi.
1. Pengendalian Umum
Pengendalian ini digunakan untuk memproses semua aktivitas yang berhubungan dengan
data di dalam komputer. Hal-hal yang diproses meliputi, pemisahan tanggung jawab dan
pengolahan data.
2. Pengendalian Aplikasi
Pengendalian ini digunakan untuk mengawasi jalannya transaksi dan penggunaan
program di aplikasi-aplikasi komputer. Pengendalian ini bertujuan untuk menjaga setiap
transaksi harus selalu dicatat, mendapat otorisasi, diproses, dan dilaporkan dengan baik.
6
5. Pemantauan (monitoring).
Kehandalan sistem pengendalian internal yang ada perlu dimonitor, untuk
menilai mutu kinerja-sistem sepanjang-waktu. Ini dilakukan melalui pemantauan
yang terusmenerus, evaluasi-yang-terpisah atau kombinasi-dari keduanya.
Sebaik apapun desain Pengendalian internal dan operasinya, tidak terlepas dari
keterbatasan bawaan yang melekat pada Pengendalian Internal.
Keterbatasan Pengendalian internal Meliputi :
• Pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat saja salah
• Tidak efektifnya PI karena terdapat kolusi diantara dua oeang atau lebih
• Biaya pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari
PI tersebut
Menurut Milton C Regan dalam bukunya “Risky Business”, pengertian manajemen risiko
adalah penerapan beragam kebijakan dan prosedur untuk meminimalisasi peristiwa yang
menurunkan kapasitas dan kualitas kerja perusahaan. Sementara itu menurut Noshworthy,
pengertian manajemen risiko adalah usaha mengurangi risiko dalam proses pelaksanaan
teknis dan pengambilan keputusan bisnis.
Sederhana nya, manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi, menganalisis,
mengevaluasi, mengendalikan, dan berusaha menghindari, meminimalkan, atau bahkan
menghilangkan risiko yang tidak dapat diterima.
Setelah membahas pengertian manajemen risiko, kali ini kita akan membahas
beberapa alasan proses manajemen risiko perusahaan perlu dilakukan. Adapun tuj
uan manajemen risiko adalah antara lain:
7
analisa, seorang manajer risiko perlu menyusun laporan risiko berdasarkan
data dari proses mitigasi.
8
II.2.3 JENIS RISIKO DALAM MANAJEMEN RISIKO
9
II.2.4 TAHAPAN MANAJEMEN RISIKO
Proses kedua adalah penilaian risiko meliputi tahapan identifikasi risiko yang
bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat memengaruhi
pencapaian sasaran organisasi. Berdasarkan risiko-risiko yang telah teridentifikasi
dapat disusun sebuah daftar risiko untuk kemudian dilakukan pengukuran risiko
untuk melihat tingkatan risiko.
Proses ketiga dalam proses manajemen risiko adalah penanganan risiko yang
berupa perencanaan atas mitigasi risiko-risiko untuk mendapatkan alternatif
solusinya sehingga penanganan risiko dapat diterapkan secara efektif dan efisien.
Beberapa alternatif penangangan risiko yang dapat diambil antara lain yang
bertujuan untuk menghindari risiko, memitigasi risiko untuk mengurangi
kemungkinan atau dampak, mentransfer risiko kepada pihak ketiga (risk sharing)
dan menerima risiko (risk acceptance).
10
Pada akhirnya, ketiga proses tersebut disertai dengan dua proses pendukung
lainnya yaitu komunikasi dan konsultasi, untuk menjamin tersedianya dukungan
yang memadai dari setiap kegiatan manajamen risiko, dan menjadikan setiap
kegiatan mencapai sasarannya dengan tepat.
Dalam hal ini, audit manajemen risiko dapat dilaksanakan baik melalui audit
internal maupun eksternal sehingga dapat diketahui apa sajakah kelemahan dari
kebijakan manajemen risiko yang berjalan atau yang sudah disusun, sehingga ke
depannya manajemen dapat melaklukan pembaharuan terhadapan kebijakan
manajemen risiko.
11
2. Objective setting
4. Risk tolerance
Toleransi risiko adalah tingkatan atau jumlah suatu risiko untuk dapat
diterima oleh organisasi per satuan risiko secara spesifik.
12
Events secara individu kemungkinan memiliki risiko kecil. Namun, bila
digabungkan dapat menjadi signifikan. Karenanya, risiko yang dapat
mempengaruhi business-units perlu untuk dikelompokkan ke dalam
common-event- categories, dan dinilai secara aggregate.
Pada tahapan ini organisasi harus bisa menentukan sikap berdasarkan hasil
penilaian risiko. Risk-response dari suatu organisasi terdiri dari: (1)
avoidance, yaitu kegiatan aktivitas yang berisiko atau pelayanan yang ber-
risiko dihentikan; (2) reduction, yaitu pengambilan langkah untuk
mengurangi peluang munculnya atau dampak risiko; (3) sharing, yaitu
mengalihkan atau menanggung sebagian dengan pihak lain; (4)
acceptance, yaitu menerima risiko yang akan terjadi (umumnya risiko
kecil), dan tidak melakukan upaya khusus lainnya. Dalam memilih sikap,
perlu untuk dipertimbangkan faktor-faktor dari pengaruh tiap sikap
terhadap risk likelihood dan impact, sikap/response optimal yang dapat
bersinergi dengan pemenuhan risk appetite and tolerances, analis cost
versus benefits, dan juga kemungkinan adanya opportunities yang bisa
timbul dari setiap tindakan risk response.
13
II.3 GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Menurut Bank Dunia (World Bank) dalam Effendi (2016:2), good corporate gover
nance (GCG) adalah kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib d
ipenuhi,yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungs
i secara efesien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinan
mbungan bagi pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
II.3.1 Tujuan Good Corporate Governance
Menurut Sutojo dan Aldridge dalam Kusmayadi, Rudiana, dan Badruzaman (2019
16), good corporate governance mempunyai lima macam tujuan utama. Kelima tuj
uan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non
pemegang saham.
3. Meningkatkan nilai perusahaan dan pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau board of
directors dan manajemen perusahaan, dan
5. Meningkatkan mutu hubungan board of directors dengan manajemen
senior perusahaan.
II.3.2 PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Kemandirian (independency)
Independency atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
14
Akuntabilitas ( Accountability)
Accountability yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ
perusahaan sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Bila prinsip
accountability (akuntabilitas) ini diterapkan secara efektif, maka perusahaan akan
terhindar dari agency problem (benturan kepentingan peran).
Pertanggungjawaban ( Responsibilities)
Responsibility adalah kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
Peraturan yang berlaku termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan
industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/keselamatan kerja, standar p
enggajian, dan persaingan yang sehat.
Keadilan(Fairness)
Fairness adalah keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder ya
ng timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Fairness diharapkan membuat seluruh aset perusahaan dikelola secara baik dan pr
udent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang saham se
cara fair (jujur dan adil).
Peran Audit Internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance sangat dipe
rlukan. Upaya melakukan Good Corporate Governance dapat dilakukan jika masi
ng-masing pihak dalam perusahaan menyadari perannya untuk mewujudkan Good
Corporate Governance. Menurut Diaz (2002), peran yang dapat dilakukan oleh
Auditor internal adalah sebagai berikut:
1. Membantu direksi dan dewan komisaris dalam menyusun dan
mengimplementasikan kriteria GCG sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2. Membantu direksi dan dewan komisaris dalam menyediakan data
keuangan dan operasi serta data lain yang dapat dipercaya, accountable,
akurat, tepat waktu, obyektif, mudah dimengerti dan relevan bagi
parastakeholder untuk mengambil keputusan. Sehubungan hal tersebut,
15
auditor intern berperan penting untuk memberikan limited assurance atas
data atau informasi yang tersedia.
3. Membantu direksi dan dewan komisaris mematuhi dan mengawasi
penerapan atas seluruh ketentuan yang berlaku dan auditor intern harus
memastikan bahwa seluruh elemen perusahaan ada dalam setiap aktivitas
perusahaan, mereka telah mengikuti ketentuan secara konsisten
(compliance audit).
4. Membantu direksi menyusun dan mengimplimentasikan struktur
pengendalian intern yang andal dan memadai. Auditor intern dalam
konteks ini harus memastikan bahwa struktur tersebut telah tersedia secara
memadai dan telah berfungsi atau diikuti oleh setiap elemen perusahaan.
5. Mendorong direksi dan dewan komisaris untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan sistem audit yang baik, khususnya mendorong
pembentukan komite audit yang ideal, merancang pedoman audit intern,
serta menumbuhkan efektifitas penggunaan dan pemanfaatan hasil kerja
auditor.
16
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
18